Sistem Opersional Koperasi Langit

Jadi anggota akan menerima bonus berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- dan bonus produk sponsor senilai Rp. 350.000,- setiap bulannya selama 2 tahun. Ditambah 1 unit sepeda motor yang didapat pada bulan pertama setelah anggota menyetorkan nilai investasinya dan BKIK Bonus Kredit Ibadah Keagamaan yang diberikan setelah 2 tahun menjadi anggota. Dengan telah diberikannya hak- hak anggota berakhirlah masa keanggotan orang tersebut. Jika anggota memilih nilai investasi paket besar 100 kg daging tanpa disertai BKSM Bonus Kredit Sepeda MotorNon BKSM, rinciannya sebagai berikut : Jumlah investasi : Rp. 9.200.000,- Biaya administrasi : Rp. 500.000,- ID card : Rp. 50.000,- Kesejahteraan : Rp. 250.000,- Biaya produk : Rp. 300.000,- BKSM : Rp. - Total yang harus disetor oleh investor adalah Rp. 10.300.000,-. Penghitungan nilai investasi paket besar berupa 100 kg daging adalah sebagai berikut : Nilai investasi paket besar : Rp. 9.200.000,- 100 Kg daging Profit perusahaan per 1 hari : Rp. 10.000,- Sharing profit : Rp. 9.000,- Koperasi Langit Biru dan Rp. 1.000,- anggota 100 Kg daging x Rp. 1.000,- x 30 Hari = Rp. 3.000.000,- Dengan rincian: a. Rp. 2.000.000,- untuk bonus setiap bulannya diberikan Rp. 1.700.000,-. Rp. 2.000.000,- - Rp. 1.700.000,- = Rp. 300.000,-. Kemudian uang senilai Rp. 300.000,- tersebut dikembangan. b. Rp. 1.000.000,- untuk Pengembangan Rp. 300.000,- + Rp. 1.000.000,- = Rp. 1.300.000,- = 16 Kg daging sapi. 16 Kg x Rp. 10.000,- x 30 hari = Rp. 4.800.000,- x 9 bulan = Rp. 43.200.000,-. Rp. 43.000.000,- - Rp. 12.000.000,- tidak ada pencairan bagi Non BKSM = Rp. 31.200.000,- akan digunakan untuk Program BKIK yakni Bonus Kredit Ibadah Keagamaan yang akan diperoleh setelah 2 tahun berinvestasi. Jadi anggota akan menerima bonus berupa uang sebesar Rp. 1.700.000,- dan bonus produk sponsor senilai Rp. 350.000,- setiap bulannya selama 2 tahun. Ditambah Bonus Kredit Ibadah Keagamaan BKIK berupa ibadah haji di berikan setelah 2 tahun. Bentuk BKIK berupa uang tunai sebesar Rp. 100.000.000,-. Dengan telah memberikan semua hasil investasi yang artinya Koperasi Langit Biru telah memberikan semua hak-haknya terhadap anggota maka semua investasi awal dan jaringan yang telah terbentuk akan hangus. Dan jika ingin menjadi anggota kembali maka syaratnya sama seperti pada awal pendaftaran. Anggota tidak dapat mendaftarkan sendiri namun tetap harus melalui sponsor.

B. Sistem Operasional Koperasi Langit Biru Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam Dalam pasal 41 UU RI No.251992 dikatakan bahwa: 1 Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. 2 Modal sendiri dapat berasal dari: a. Simpanan pokok; b. Simpanan wajib; c. Dan cadangan; d. Hibah. 3 Modal pinjaman dapat berasal dari: a. Anggota; b. Koperasi lainnya danatau Anggotanya; c. bank dan lembaga keuangan lainnya; d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; e. sumber lain yang sah. 7 Pada Koperasi Langit Biru permodalan didapat dari para anggota koperasi yang berinvestasi pada Koperasi Langit Biru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota Koperasi Langit Biru untuk menjadi anggota Koperasi Langit Biru tidak ada simpanan pokok ataupun simpanan wajib yang harus dibayarkan, yang ada hanya membayar sesuai dengan nilai investasi yang dipilih oleh calon anggota koperasi. Menurut pasal 45 UU RI No.251992 dikatakan bahwa: 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2 Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada 7 Undang-Undang Perkoperasian 1992 Undang-Undang No. 25 Th. 1992, h. 14 anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing- masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. 3 Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. 8 Sistem yang dipakai oleh Koperasi Langit Biru adalah sistem bagi hasil. Setiap anggota yang menginvestasikan uangnya di Koperasi Langit Biru akan mendapatkan profit sebesar Rp. 10.000,- hari Kg daging. Koperasi Langit Biru telah menentukan sendiri sisa hasil usaha yang akan didapat oleh para anggota setiap bulannya berdasarkan nilai investasi anggotanya. Dengan mengacu pasal 45 UU RI No.251992 diatas maka besarnya Sisa Hasil Usaha diberikan dalam kurun waktu satu tahun dan yang akan diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tidak hanya melihat dari besar kecilnya partisipasi modal atau dalam Koperasi Langit Biru besar kecilnya nilai investasi, namun juga dilihat dari jasa usaha anggota, yakni peran aktif anggota dalam mengelola dan mengembangkan Koperasi Langit Biru. Begitupun dengan pemberian bonus kepada setiap anggota Koperasi Langit Biru, semua telah ditetapkan diawal. Kenyataannya dalam setiap bentuk usaha yang dilakukan baik oleh perorangan maupun kelompok memiliki resiko berupa kerugian yang akan dihadapi. Dari adanya kemungkinan resiko tersebut, sisa hasil usaha dan pemberian bonus tidak dapat ditetapkan diawal dan berlaku flat setiap bulannya. Koperasi Langit Biru mengelola dana anggotanya dengan 8 Undang-Undang Perkoperasian 1992 Undang-Undang No. 25 Th. 1992, h. 15-16 cara menanamkan modal ke beberapa penyuplai daging. Dari modal yang ditanamkan oleh Koperasi Langit Biru ke para penyuplai daging tersebut, Koperasi Langit Biru mendapatkan keuntungan yang mana sebagian dari keuntungan tersebut Koperasi Langit Biru berikan kepada para anggota Koperasi Langit Biru selaku investor. Bagaimana bisa kita menetapkan keuntungan untuk bulan-bulan berikutnya berlaku tetap, sedangkan harga daging di pasaran selalu fluktuatif atau berubah-ubah naik turun. Perkembangan harga rata-rata daging sapi di tingkat nasional selama tahun 2011 hingga 2013 cenderung terus mengalami peningkatan dengan rata-rata masing-masing sebesar 0,42, 1,60, dan 0,78. Pada bulan Januari 2011, harga daging sapi sebesar Rp. 68.124,-kg dan meningkat menjadi Rp. 67.615,-kg pada bulan Desember. Pada tahun 2012, harga daging sapi bergerak dari Rp. 71.890,-kg menjadi Rp. 85.512,-kg, dan pada tahun 2013 bergerak dari Rp. 86.625,-kg menjadi Rp. 94.210,-kg. Pada bulan Januari dan Pebruari 2014, harga daging sapi kembali mengalami kenaikan sebesar 0,67. 9 Dalam Islam bagi hasil mudharabah berasal dari kata dharb, yang artinya memukul atau berjalan. Pengertian berjalan atau memukul ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam menjalankan usaha. Lebih jauh kata dharb di sini di maksud usaha atau bekerja. Mudharabah sering dikatakan qiradh, karena mempunyai makna yang 9 “Buletin Analisis Perkembangan Harga : Maret 2014”, Di akses pada tanggal 25 Agustus 2014 dari http:pusdatin.setjen.pertanian.go.id sama. Kata qiradh berasal dari kata qaradha, yaitu memotong, karena dalam kasus ini yang punya harta memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan diproduktifkan dalam suatu usaha dan mendapatkan potongan dari keuntungannya, berbagi hasil dengan yang mengusahakan hartanya itu. Pengertian mudharabah menurut syara’ menurut ahli fiqh sebagai berikut: “pemilik harta atau modal menyerahkan hartanya kepada pekerja untuk di usahakan dijadikan modal usaha dan keuntungannya menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan b ersama”. 10 Mudharabah merupakan akadpersetujuan salah satu pihak untuk memberikan hartanya untuk dikelola oleh pihak yang dipercayainya. Dari hal tersebut, ada beberapa kompenen penting dalam mudharabah. Masing-masing komponen penting itu adalah pihak yang memberikan modal saja di sebut shahib al-mal, pihak yang mengelola modal mudharib, dan diantara keduanya ada kepercayaan yang membuat akad ini terlaksana. Unsur kepercayaan inilah yang membuat shahib al-mal tidak diperkenankan mensyaratkan kepada mudharib sesuatu yang berharga sebagai jaminan. Sehingga para ulama fiqih bersepakat bahwa pensyaratan jaminan pada akad menyebabkan akad tersebut batal. 11 Para ulama fiqih menetapkan bahwa akad mudharabah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya maka hukumnya adalah boleh. Rukun dan syarat 10 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 176. 11 Dewan Redaksi Ensiklopedia Hukum Islam, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, h. 1197.