Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam

kitab al-Buyu, dan disahkan oleh Hakim. Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba- hambaNya yang melakukan perkongsian selama masih menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan. 21 c. Ijma Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, 22 telah berkata, ”Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya”. Dan menurut Ibnu Mundzir pelaksanaan syirkah telah disepakati kebolehannya oleh para ulama. 23 Sifat koperasi sebagai praktek muamalah maka dapat ditetapkan hukum koperasi adalah mubah berarti dibolehkan, sebagaimana khaidah fiqh yang berbunyi: ِف ُلْصَأَا َلَم اَعُما ِت َا ةَح اَب إ ِا َل َا ْن ُدَي َل َد ِل لْي ِْيِرََْ ىَلَع َاه Artinya: ”Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. 24 Hasil istimbath ini secara metodoligis telah digunakan pendekatan 21 Muhammad Syafii Antonio, Bank syariah: dari Teori Ke Praktik Jakarta: PT. Gema Insani Press, 2001, hal. 91. 22 Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Mughni Wa Syarh Kabir, vol. V, Beirut: Darul-Fikr, 1979, h. 109. 23 Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, cet. I, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, h. 167. 24 Ahmad Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, cet. III, Jakarta: Kencana, 2010, h. 128. ijtihad, mengingat beberapa hal. Pertama, tidak dapat ditetapkan hukum koperasi di dalam nash, karena ayat-ayat Al-Quran dan hadits tidak memberikan ketentuan secara definitif qath’i terhadap apa yang di sebut koperasi. Kedua, tidak dapat ditetapkan hukum koperasi atas dasar Qiyas analog, mengingat nash tidak juga memberi petunjuk cara cara umat Islam bersusaha melalui bentuk-bentuk usaha semisal atau sejenis koperasi. Kedua pendekatan ini sama-sama bersifat deduktif. Oleh karena itu hukum koperasi harus dicari atas dasar pendekatan induktif. Hal ini dapat dipahami melalui banyak ayat-ayat al-Quran dan hadits yang bersifat juz’iyyat parsial, baik yang bersifat filosofis, etis dan petunjuk- petunjuk praktis dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mendasari segi- segi yang luas dari koperasi. 25 Persamaan falsafah atau etik itu dapat ditemukan antara lain dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong menolong ta’awun, persaudaraan ukhuwah, dan pandangan hidup demokrasi musyawarah. Al-Quran menyuruh manusia agar bekerjasama dan tolong menolong, dengan menegaskan bahwa kerjasama dan tolong menolong itu hanyalah dilakukan dalam kebaikan dan mencerminkan ketaqwaan kepada Tuhan. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:              25 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqih Muamalat, h. 168.                                               ةدئآملا , ٥ : ٤ Artinya: ”Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaNya”. QS. Al-Maidah 5 : 2 Asas koperasi yaitu kekeluargaan. Sebagaimana halnya dalam keluarga untuk mencapai suatu kesepakatan diperlukan adanya musyawarah. Bahkan di dalam masalah keduniaan, seperti halnya mengelola koperasi Islam mewajibkan musyawarah. Acuan moralnya adalah bahwa manusia berkedudukan sama dihadapan Tuhan; dan yang membedakannya adalah dari segi ketakwaannya. Dengan dasar ini setiap anggota kelompok di anggap mempunyai kesempatan yang sama dan setiap orang diantaranya adalah calon-calon penyumbang saran dan pendapat. Kewajiban dalam Islam untuk musyawarah, dalam koperasi dijamin melelui Rapat Anggota Tahunan RAT sebagai forum musyawarah tertinggi yang minimal dilaksanakan satu tahun sekali. Dengan agenda masalah-masalah pokok dalam koperasi RAT memberi ikatan keorganisasian dalam hal kesamaan kedudukan, mengundang partisipasi, menentukaan hak dan kewajiban serta mengikat tanggung jawab dalam hal keuntungan dan kerugian. Dalam kerangka ini RAT merupakan manifestasi dari kerjasama yang dilakukan secara suka rela dan terbuka. Nilai-nilai ini, khususnya kesukarelaan dalam tindakan merupakan prinsip dasar Islam. Dalam pengertian lebih khusus tahksisi, setiap transaksi, baik dalam jual beli, berserikat maupun perjanjian harus didasarkan pada prinsip suka rela. Satu transaksi yang didapati didalamnya unsur-unsur paksaan, maka transaksi itu batal atau tidak lagi syah menurut syariat agama Islam. Kerjasama dan musyawarah mencerminkan adanya persaudaraan ukhuwah yang dicita- citakan sebagai ciri ideal umat Islam. 26 3. Nilai dan Prinsip Koperasi Nilai-nilai taawun, musyawarah dan ukhuwah dalam Islam sama dengan nilai kerjasama, demokrasi, sukarela terbuka dan kekeluargaan dalam prinsip koperasi. Namun analisa ini bukan merupaka satu-satunya model pendekatan etis terhadap koperasi. Asnawi Hassan telah mencoba menelusuri dalam tekanan yang berbeda, betapapun masih dalam analisa etika. Asnawi Hassan dengan mengacu teori Hans H. Miinkner yang mengikhtisarkan konsep nilai koperasi kedalam delapan ide umum koperasi dan sebelas prinsip koperasi, melihat kesesuaiannya dengan aksioma-aksioma etika-ekonomis 26 Ahmad Dimyanti, dkk. Islam dan Koperasi : Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, h. 72-73. dalam Islam. Ke-delapan ide umum koperasi menurut Hans H. Miinkner adalah i swadaya, ii solidaritas, iii demokrasi, iv ekonomi, v kebebasan, vi keadilan, vii altruisme dan viii pengembangan sosial. Sedangkan kesebelas prinsip koperasi yang dimaksud adalah i menolong diri sendiri berdasarkan solidaritas, ii promosi anggota, iii kesatuan pemilik dan konsumen, iv efisiensi ekonomi, v perkumpulan sukarela, vi keanggotaan terbuka, vii management dan kontrol secara demokratis, viii otonomi, ix distribusi yang adil dan merata dari hasil-hasil yang didapat dari pelaksanaan usaha koperasi, x dana cadangan yang tidak dapat dibagi, xi promosi pendidikan bagi anggota. Adapun aksioma etika-ekonomis Islam yang dikemukakan oleh Asnawi Hassan untuk menyoroti konsep nilai koperasi adalah i aksioma kesatuan, ii aksioma keseimbangan, iii aksioma kemauan bebas dan iv aksioma pertanggung jawaban. Asnawi Hassan dengan melakukan semacam contencts analysis, menganalisa muatan nilai dari keduanya dengan cara memperbandingkan muatan-muatan nilai yang berkesesuaian, maka diperoleh kesimpulan adanya kemunasabahan dan kesesuaian yang kuat antara keduanya. Lebih lanjut disimpulkan bahwa dalam keberadaan dan kehidupannya, koperasi yang benar mengemban dan wajib mengamalkan nilai-nilai etis yang sesuai dengan ajaran Islam. Atau dapat dikatakan juga bahwa lembaga koperasi itu bersifat Islam, karena memiliki ciri-ciri sebagai lembaga yang bernafaskan Islam. 27 4. Peran Koperasi Melalui Kelembagaan Umat islam a. Masjid dan Koperasi Adalah dua term istilah dari dunia yang berbeda satu sama lain. Dari segi bentuknya sebagai ”intuisi” lembaga, masjid adalah rumah ibadah bagi kaum muslimin; sedangkan koperasi merupakan kerjasama usaha. Masjid merupakan sarana untuk kebahagiaan dan kesejahteraan disisi Allah swt Habluminallah. Koperasi adalah sarana guna menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bersama secara horisontal Habluminannas. Koperasi dari segi hakekatnya juga mempunyai hubungan yang erat dengan masjid. Dari segi makna hakikinya, masjid melambangkan nilai spiritualitas, spiritual values, sedangkan dalam gagasan koperasi terkandung nilai materialitas, material values, melalui bentuk kerjasama untuk meningkatkan kemakmuran bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan koperasi itu tidak boleh terlepas jauh atau dibiarkan terputus hubungan dengan sinar masjid, dan juga kegiatan-kegiatan masjid tidak boleh memisahkan diri dari kegiatan perkoperasian. Bahkan di zaman Rasulullah, masjid itu sendiri dikenal sebagai pusat peradaban umat Islam. Masjid tidak hanya merupakan 27 Asnawi Hassan, Koperasi dalam Pandangan Islam, INFOKOP, No. 1 Desember, 1984, h. 20-28. tempat sholat, dzikir, dan berdoa, tetapi juga merupakan markas tentara Islam, balai pengobatan orang sakit seperti kasus seorang sahabat kena panah dalam peperangan lalu dibawa berlindung dimasjid untuk memperoleh pengobatan, pusat pendidikan, dan bahkan pusat pemerintahan dan majelis bahasan masalah-masalah ekonomi. 28 b. Koperasi dan Pesantren Kehadiran koperasi dilingkungan pondok pesantren pada dewasa ini bukan merupakan barang baru. Populer dengan sebutan KOPONTREN, sebagai singkatan dari koperasi pondok pesantren. Kopontren bukan saja menandai memasyarakatnya koperasi di Indonesia, melainkan juga menandai pengembangan peranan fungsi dan dinamika pesantren itu sendiri disatu pihak serta potensinya sebagai detonator bagi pengembangan koperasi selanjutnya dimasyarakat pihak lain. Meningkatnya perhatian terhadap kopontren didukung oleh kesadaran akan nilai potensinya itu. 29 c. Lembaga Dakwah dan Koperasi Dakwah ditinjau dari segi etimologi berarti panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk kata ini dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan 28 Ahmad Dimyanti, dkk. Islam dan Koperasi : Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, h. 123-129. 29 Laporan Penelitian, Koperasi Pondok Pesantren, Jakarta: Balitbang Depkop, 1986, h. 4. bentuk kata kerjanya atau fi‟il adalah ”da’a Yad’u” yang berarti memanggil, menyeru dan mengajak. Secara umum dakwah didefinisikan sebagai usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya ditengah-tengah kehidupan manusia. 30 Efektifitas dakwah selanjutnya melahirkan lembaga-lembaga dakwah sebagai pelaksana fardlu kifayah. Lembaga dakwah lahir dan berkembang melalui proses sosial dan tentu saja dikondisikan secara sosial. Memperhatikan urgensi diatas, maka sangat beralasan jika dakwah memilih koperasi sebagai alternatif kelembagaan pengembangan sosial- ekonomi masyarakat. Koperasi sebagai gerakan masyarakat menandai jalinan kebersamaan dan kesatuan yang menimbulkan Cooperative Effect, yaitu pengaruh-pengaruh sosial, budaya dan mentalitas masyarakat. Efek koperatif terumus dalam fungsi dan peranan sekaligus tugas koperasi yang variable menurut visi dakwah. 30 Rosyad Shaleh, Management Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 11. 34

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI LANGIT BIRU

A. Sejarah Berdirinya

Ustad Jaya Komara ialah pendiri sekaligus Direktur Utama Koperasi ”Serba Usaha” Langit Biru yang terletak di Bukit Cikasungka Blok ADF 13 No. 2-5 Desa Cikasungka Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang Banten, 15730. Awalnya Jaya Komara pindah ke Bukit Cikasungka bersama istri dan 9 anaknya pada tahun 2003, disana ia dan keluarganya menempati rumah kosong. Sebagai warga pendatang, Jaya Komara berperilaku baik di mata warga sekitar dan terkenal ulet dengan usaha yang dirintisnya mulai dari tanam belut, tanam lele dan minyak godog untuk pijat. Hampir seluruh warga Bukit Cikasungka, pernah diurut oleh Jaya Komara. Jasa pengobatan Jaya Komara ini sudah tersohor di lingkungan warga sekitar. Tidak hanya warga sekitar, tapi penduduk luar kampung juga banyak yang menggunakan keahliannya dalam berobat itu. Selain itu Jaya Komara dikenal sebagai penceramah dimasjid – masjid sekitar, dan mengisi ceramah dikawasan kebon jeruk, Jakarta. Kegiatan ceramah dan tabligh akbar ini ia lakoni sejak tahun 2003 atau mulai awal ia menempati rumah di Bukit Cikasungka. Hingga akhirnya ia mendapat panggilan Ustad Jaya Komara. Jaya Komara dikenal warga sebagai pria yang ulet. Segala macam pekerjaan dan usaha pernah ia tekuni. Perlahan-lahan, Jaya Komara bangkit dari keterpurukan. Hingga akhirnya sekitar tahun 2005, Jaya Komara berjualan daging ke warga sekitar. Daging yang ia jual itu, ia dapatkan dari suplier. Dalam menjalankan bisnisnya, ia menawarkan sistem kredit daging. Setiap warga yang mengambil daging darinya, tidak pernah dipaksa untuk membayar sesuai tarifnya. Pada saat itu harga daging sebesar Rp. 60.000,- perkilogram, ia tidak pernah mematok kredit yang harus dibayar setiap hari. Dengan keikhlasannya dalam berjualan, ia tidak pernah mengingat-ingat berapa catatan utang warga yang mengambil daging darinya. Meski demikian, warga sekitar punya kesadaran sendiri dalam membayar utangnya ke Jaya Komara. Atas landasan itu, warga sekitar mulai banyak yang tertarik. Lama-lama, pesananan daging dari Jaya Komara semakin banyak peminatnya. Hingga akhirnya, ia menawarkan daging untuk paket lebaran. Disitulah puncak kejayaan Jaya Komara. Hingga pada tahun 2010, bisnisnya dalam daging itu ia kembangkan. Ia pun kemudian mendirikan PT. Transindo Jaya Komara TJK yang bergerak dibidang investasi daging. Sistem yang dipakai di PT. Transindo Jaya Komara adalah sistem bagi hasil. Dimana, setiap investor yang menginvestasikan uangnya di PT. Transindo Jaya Komara akan mendapatkan bonus sekitar 10 persen. Ibu Genta adalah investor pertamanya kala itu. Ia mengambil paket besar 100 kg daging dengan nilai investasi Rp 8,5 juta. Ibu Genta mendapatkan bonus Rp 1,7 perbulannya untuk investasinya itu. Cuma saya waktu itu bonusnya Rp 1 juta, nah yang Rp700 ribunya itu untuk cicilan motor. Sampai bulan kesepuluh, saya dapat satu motor dan sisa cicilannya Rp 12 juta dibayar lunas oleh Ustad Komara, bersih tanpa potongan, jelas Ibu Genta. Selama menjadi investor PT. Transindo Jaya Komara, Jaya Komara tidak pernah menyuruh mengajak orang untuk berinvestasi. Ia hanya berpesan kepada Ibu Genta untuk membagikan hasil yang ia peroleh dari berinvestasi di PT. Transindo Jaya Komara kepada orang sekitar. Dengan dibuktikannya janji Jaya Komara itu, warga sekitar mulai tertarik untuk ikut berinvestasi. Tak hanya itu, warga luar daerah pun mulai berdatangan untuk investasi di PT. Transindo Jaya Komara. Sebagai investor pertama, Ibu Genta juga kecipratan untung. Ia mampu mengumpulkan ratusan hingga ribuan downline. Nilai investasi yang dikumpulkan downline pun mencapai Rp 2 miliar. Atas usahanya itu, perekonomian Jaya Komara meningkat. Dari awalnya yang hanya menempati rumah kecil, Jaya Komara kini mampu membeli rumah dua lantai dengan ukuran besar. Bahkan, ia mampu membeli tanah perkebunan Bukit Cikasungka seluas sekitar 1 hektar. 1 1 E Mei Amelia R, “Jaya Komara Langit Biru, Dari Tukang Urut Hingga Jadi Triliuner”, artikel diakses pada 28 Januari 2014 dari http:finance.detik.comread201206110800371937628109jaya-komara-langit-biru-dari-tukang- urut-hingga-jadi-triliuner Pada bulan Januari 2011 diadakan musyawarah untuk membentuk struktur kepemimpinan PT. Transindo Jaya Komara dan dihasilkan keputusan sebagai berikut : Direktur Utama : Ust. Jaya Komara Wakil Direktur : Partiot Ahmad Yani Direktur Keuangan : Marissa anak Ust. Jaya Komara Komisaris : Suami Marissa Selain struktur kepemimpinan diatas terdapat pula karyawan lain yang bekerja sebagai operator dan kasir. 2 Seiring dengan semakin pesatnya usaha Komara ini, perusahaan pun berubah nama menjadi Koperasi Langit Biru. Koperasi Langit Biru sendiri berdiri atas dasar Akta Notaris Winda Wirata No.24 Tanggal 9 April 2011. Izin koperasi dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Banten, tanggal 20 Juli 2011 No. 81BHXIKUMKMVII2011. Koperasi Langit Biru terdaftar sebagai Koperasi Simpan PinjamUnit Simpan Pinjam sebagaimana yang tertera pada Surat Keterangan Terdaftar dari Kementerian Keuangangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pajak.

B. Keanggotaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu nasabah Koperasi Langit Biru untuk menjadi anggota Koperasi Langit Biru, terdapat persyaratan yang 2 Yuwono Triatmodjo dan Teddy Gumilar, “Ini pengakuan mantan petinggi Koperasi Langit Biru”, artikel diakses pada 28 Januari 2014 dari http:nasional.kontan.co.idnewsini-pengakuan- mantan-petinggi-koperasi-langit-biru