Pemuliaan Tanaman TINJAUAN PUSTAKA

Tahapan dalam program pemuliaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1. Tiga tahapan penting perakitan varietas unggul tanaman : penciptaanperluasan keragaman genetik, seleksi, dan uji daya hasil. Dalam perakitan varietas galur murni, seleksi dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau setelah dilakukan silang dalam inbreeding Utomo, 2012. Usaha-usaha dan penelitian untuk memperoleh varietas unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu a introduksi atau mendatangkan varietasbahan seleksi dari luar negeri, b mengadakan seleksi galur pada populasi yang telah ada seperti varietas lokal atau varietas dalam koleksi, dan c mengadakan program pemuliaan dengan persilangan, mutasi atau teknik mandul jantan Mursito, 2003. Tersedianya keragaman genetik tanaman yang cukup besar untuk sifat-sifat tertentu merupakan salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan pemuliaan tanaman. Dengan tersedianya keragaman genetik maka seleksi akan dapat dilakukan lebih mudah dan cepat. Keragaman genetik tersebut dapat diperoleh dengan cara introduksi tanaman, hibridisasi, mutasi Ras lokal Introduksi Persilangan Perkawinan Bioteknologi Rekayasa genetik Varietas unggul Keragaman genetik Uji daya hasil Seleksi Mutasi Keragaman somaklonan 14 buatan, poliploidi, dan kultur in vitro Makmur dan Sutjahjo, 1995 dalam Wibowo 2002. Keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada pemulia untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah proses pemuliaan tanaman dan perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Keberhasilan seleksi tergantung dari kemampuan pemulia untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari genotipe yang tidak dikehendaki. Selain itu, cara membedakan antara genotipe unggul dan genotipe atas dasar penilaian fenotipe individu atau kelompok tanaman yang dievaluasi diperlukan pertimbangan tentang besaran beberapa parameter genetik. Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi efektif antara lain besaran nilai keragaman genetik, nilai tengah, heretabilitas, pola segregasi, jumlah gen, dan aksi gen pengendali karakter yang menjadi perhatian Barmawi, 2007. Hasil akhir dari program pemuliaan adalah didapatkannya kultivar atau varietas unggul baru. Varietas merupakan sekelompok tanaman dalam satu spesies yang secara genetik memenuhi ktriteria DUS yaitu Distinct berbeda, Uniform seragam, dan Stable stabil. Varietas budidaya kultivar yang memiliki sifat unggul bernilai ekonomi disebut varietas unggul. Jenis varietas unggul terdiri atas varietas galur murni inbrida, hibrida, komposit, sintetik, multi galur, dan klon Utomo, 2012. Dalam bukunya, Fehr 1987 menjelaskan tentang macam-macam varietas atau kultivar sebagai berikut : 15 1. Kultivar Klon Merupakan kultivar hasil persilangan yang diperbanyak dengan menggunakan klon. 2. Kultivar Galur Murni Kultivar yang dikembangkan dari satu galur murni homozigot yang mantap. 3. Kultivar bersari bebas dari tanaman menyerbuk silang Kultivar yang dikembangkan dari suatu populasi yang dibiarkan menyerbuk silang sehingga memiliki tingkat heterozigotas yang tinggi. 4. Kultivar Sintetik Kultivar yang dihasilkan oleh kombinasi galur atau tanaman terseleksi klon maupun suatu varietas yang telah diketahui potensi genetiknya dan dilanjutkan persilangan secara normal khusus untuk tanaman menyerbuk silang. 5. Kultivar Hibrida Merupakan hasil persilangan dua tetua atau F1 yang mempunyai penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan penampilan rata-rata kedua orang tuanya heterosis. 6. Kultivar F2 Kultivar F2 berasal dari penyerbukan sendiri atau penyerbukan bebas dari hibrida F1. 7. Kultivar Komposit Campuran beberapa galur harapan yang berdaya hasil tinggi dan masing- masing mempunyai sifat agronomis-morfologis yang sama. 8. Kultivar Multi-Lini 16 Kultivar yang tersusun oleh beberapa galur isogenik beberapa galur homosigot yang sama, kecuali adanya perbedaan ketahanan terhadap ras penyakit yang berbeda. 9. Kultivar Trensgenik Merupakan kultivar hasil bioteknologi, yaitu suatu tanaman yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga terjadi perubahan sifat secara genetik dan fisiologik. Saat ini varietas tanaman yang banyak beredar di pasaran adalah varietas hibrida. Secara khusus langkah-langkah pembuatan varietas hibrida, misalnya pada jagung, adalah sebagi berikut : 1. Memilih tanaman yang baik dari suatu populasi, kemudian dilakukan penyerbukan sendiri selfing. Pada waktu panen, tongkol dari tanaman hasil selfing tersebut dipanen secara terpisah dan diberi nomor-nomor. 2. Pada musim berikutnya, nomor-nomor terpilih secara terpisah, kemudian dilakukan selfing kembali pada tanaman terpilih. Pemilihan dapat mendasarkan pada nomor atau antar-nomor. Demikian seterusnya sampai generasi selfing ke- 7 atau ke-8 S 7 atau S 8 . 3. Pada proses selfing dari generasi S 1 dan seterusnya, pemilhan tanaman yang di- selfing pada S 1 sampai S 3 umumnya hanya berdasarkan pada fenotipe visual selection; sedangkan pada generasi S 4 pemilihan sudah dimulai berdasarkan pada daya gabung umum general combining ability. Pada generasi S 6 dan seterusnya di samping berdasarkan pada daya gabung umum juga berdasarkan pada daya gabung khusus specific combining ability. 17 4. Setelah diperoleh galur inbred, kemudian dilakukan pembuatan varietas hibrida. Berdasarkan jumlah galur inbred yang digunakan, dikenal adanya: a. Persilangan single cross, yaitu persilangan antara dua galur inbred; misalnya antara inbred A x inbred B; b. Persilangan three way cross, yaitu persilangan yang melibatkan iga galur inbred; misalnya persilangan inbred A x inbred B x inbred C; c. Persilangan double cross, yaitu persilangan yang melibatkan empat galur inbred; misalnya persilangan inbred A x inbred B x inbred C x inbred D Mangoendidjojo, 2003. Tanaman mentimun merupakan tanaman menyerbuk silang. Arah pemuliaan mentimun adalah menghasilkan varietas hibrida. Langkah-langkah dalam pemuliaan mentimun sama dengan tanaman menyerbuk silang pada umumnya. Untuk memperoleh keragaman genetik dilakukan pembentukan populasi melalui introduksi, hibridisadi, seleksi setelah hibridisadi, selfing penggaluran dan pengujian. Pembentukan galur murni dilakukan dengan cara selfing hingga generasi ke-7 F7. Selanjutnya galur-galur tersebut dievaluasi daya gabung umum dan daya gabung khususnya. Galur-galur yang mempunyai daya gabung khusus yang baik yang akan digunakan sebagai tetua pembentuk hibrida F1 Syukur, 2012. Introduksi merupakan proses mendatangkan suatu genotipe tanaman ke suatu wilayah baru. Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi genetik melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya, sedangkan seleksi merupakan pemilihan tanaman yang memiliki karakter-karakter unggul ataupun 18 karakter yang diinginkan. Daya gabung dapat diartikan sebagai kemampuan relatif suatu genotipe untuk memindahkan karakter yang diinginkan kepada keturunannya. Daya gabung umum General combining ability, penampilan rata- rata turunan suatu genotipe bila disilangkan dengan sejumlah genotipe lain. Daya gabung khusus Specific combining ability, kemampuan suatu kombinasi persilangan untuk menunjukkan penampilan keturunan Syukur, 2012. 19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2014 sampai bulan November 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih mentimun dari jenis mentimun lalap, mentimun rujak, dan mentimun baby. Mentimun lalap sedikit berbeda dengan mentimun pada umumnya. Dari segi ukuran, mentimun jenis lalap mempunyai ukuran kecil sehingga praktis untuk dikonsumsi utuh bersama nasi dan lauk pauk. Selain ukurannya yang kecil dan praktis, jenis timun lalap mempunyai karakter lebih renyah dan sedikit manis. Selanjutnya adalah mentimun rujak. Jenis mentimun ini merupakan jenis mentimun yang biasa digunakan untuk olahan, seperti rujak, acar, petisan, atau untuk lalapan dengan cara dipotong. Dari segi ukuran jenis mentimun ini terkesan besar dan panjang. Kemudian mentimun baby, jenis ini mirip fungsinya dengan mentimun lalap yang biasa dikonsumsi secara langsung sebagai lalapan tanpa dipotong. Namun memiliki ukuran yang lebih kecil dari mentimun lalap Anonim, 2015. Mentimun lalap terdiri atas varietas Bandana F1, Bella F1, Ethana F1, Sabana F1, Venus, Wulan F1. Benih mentimun rujak terdiri varietas Magic F1, Mercy F1, Metavy F1, Misano F1, Monza F1, Upo F1. Benih mentimun baby berupa varietas Baby 007 F1, Vitani F1, dan benih mentimun Jepang yang serupa dengan mentimun rujak yakni Toska F1. Furadan, air untuk menyiram, pupuk Urea, SP- 36, KCl, dan pupuk kandang kambing dengan dosis 10 tonha serta ajir. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, alat tulis, alat dokumentasi kamera, timbangan, jangka sorong, refraktometer, dan penetrometer.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun menggunakan rancangan perlakuan tunggal tidak terstruktur dengan 15 varietas mentimun. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan tiga kali ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri atas dua tanaman mentimun. Data yang diperoleh akan dianalisis ragam untuk mengetahui keragaman genetik antarvarietas mentimun. Perbedaan deskripsi antarvarietas akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5. Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan menguji hipotesis, dilakukan analisis ragam dengan model sebagai berikut : 21 Tabel 1. Model Analisis Ragam Menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Sumber Keragaman SK Derajat Kebebasan DK Jumlah Kuadrat JK Kuadrat Tengah KT Kuadrat Tengah Harapan Perlakuan t-1 JKP KTP M 2  2 g + r  2 e Galat t r-1 JKG KTG M 1  2 e Total rt-1 JKT - - Berdasarkan analisis ragam dapat diduga ragam genetik  2 g dan ragam fenotipe  2 p . Menurut Singh dan Chaudary 1979 dikutip oleh Baihaki 2000, rumus yang digunakan untuk menduga nilai ragam adalah sebagai berikut : Ragam genetik  2 g = Ragam lingkungan  2 e = M 1 Ragam fenotipe  2 f =  2 g +  2 e Untuk mengetahui keragaman luas ataukah sempit dilakukan dengan cara membandingkan ragam dengan simpangan bakunya Anderson dan Bancroff, 1952 dalam Wahdah, 1996. Simpangan Baku SB untuk ragam dihitung menggunakan : SB genetik = [ ] SB fenotipe = [ ] Apabila nilai ragam lebih besar dari dua kali simpangan baku maka dinyatakan karakter yang diuji memiliki keragaman luas. Begitu juga sebaliknya, keragaman dikatakan sempit apabila nilai ragam lebih kecil dari dua kali simpangan baku. 22

3.3.1 Tata Letak

Tata letak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : e 1 o 2 k 1 c 1 j 1 h 3 m 3 k 3 j 3 b 1 i 2 m 1 n 3 e 2 l 3 d 2 a 1 o 3 g 3 f 2 i 1 k 2 f 3 g 2 a 3 i 3 g 1 b 3 b 2 c 2 c 3 e 3 l 2 n 2 f 1 m 2 o 1 d 3 d 1 h 1 n 1 a 2 l 1 h 2 j 2 Keterangan: KODE KETERANGAN a 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Bandana F1 ulangan 1,2,3 b 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Bella F1 ulangan 1,2,3 c 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Ethana F1 ulangan 1,2,3 d 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Sabana F1 ulangan 1,2,3 e 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Venus F1 ulangan 1,2,3 f 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Wulan F1 ulangan 1,2,3 g 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Magic F1 ulangan 1,2,3 h 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Mercy F1 ulangan 1,2,3 i 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Metavy F1 ulangan 1,2,3 j 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Misano F1 ulangan 1,2,3 k 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Monza F1 ulangan 1,2,3 l 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Upo F1 ulangan 1,2,3 m 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Baby 007 F1 ulangan 1,2,3 n 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Vitani F1 ulangan 1,2,3 o 1,2,3 Tanaman mentimun varietas Toska F1 ulangan 1,2,3 23