16 Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki pengetahuan
kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru Bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam model ini pembelajaran
MIPA dalam Bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya. Model ini
agak mahal dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan peningkatan kemahiran berbahasa Inggris.
2. Terpadu integrated: perkembangan bahasa siswa difasilitasi secara terpadu dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dalam Bahasa Inggris. Artinya, siswa menerima materi English for Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima pelajaran
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris.
Model ini cocoksesuai untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi Depdiknas, 2004.
B. Sekolah Bertaraf Internasional
Sekolah bertaraf internasional SBI adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan SNP Standar Nasional
Pendidikan dan mutu internasional. Kualitas internasional merupakan kelebihan dari kualitas nasional SNP, baik berupa penguatan,
pendalaman, pengayaan, perluasan maupun penambahan terhadap SNP.
Agar diperoleh pemahaman yang sama mengenai SBI, khususnya pada sekolah menengah pertama, maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang
17 beberapa pengertian penting yang berkaitan dengan sistem
penyelenggaraanpelaksanaan SBI, di antaranya sebagai berikut: a.
SMP Bertaraf Internasional SMP-BI SMP-BI adalah SMP yang telah memenuhi indikator kinerja kunci
minimal dan indikator kinerja kunci tambahan atau memenuhi standar nasional pendidikan plus ciri-ciri keinternasionalan dari delapan standar
nasional pendidikan. b.
Rintisan SMP-BI Rintisan SMP-BI adalah sekolah SMP yang menyelenggarakan
pendidikan bertaraf internasional, yang baru sampai pada tahap atau fase pengembanganpeningkatan kapasitaskemampuan atau tahap konsolidasi
pada berbagai komponen sekolah untuk memenuhi indikator kinerja kunci minimal IKKM. IKKM dalam SBI diantaranya meliputi unsur-
unsur pendidikan yaitu akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan pendidikan. Selain itu perlu adanya indikator kinerja kunci tambahan IKKT sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Rintisan SMP-BI ini dapat dibina secara langsung oleh pemerintah pusat Direktorat Pembinaan SMP bersama dengan
pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota atau dibina oleh pemerintah daerah Depdiknas, 2007.
Proses pembelajaran pada program RSBI yang ideal dapat dicapai melalui rincian tahapan sebagai berikut:
18 Pendampingan Tahun I
Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain:
1. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SBI.
2. Duapuluh persen pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. 3. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.
4. Duapuluh persen pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan atau berbasis TIK.
5. Intensitas pendampingan in house training oleh tenaga ahli dosen dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.
6. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa student centered.
7. Duapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah integrated and problem based
intruction. Pendampingan Tahun II
Pada tahun II sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain:
1. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SBI.
2. Limapuluh persen pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual.
19 3.
Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik,
dan lingkungan sekolah. 4. Limapuluh persen pembelajaran bilingual telah menggunakan media
pembelajaran yang inovatif dan atau berbasis TIK. 5. Intensitas pendampingan in house training oleh tenaga ahli dosen
dengan proporsi minimal 2 kali seminggu. 6. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa student centered. 7. Limapuluh persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah integrated and problem based instruction.
Pendampingan Tahun III Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SBI antara lain: 1.
Seratus persen pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SBI.
2. Seratus persen pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara
bilingual. 3.
Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta
didik, dan lingkungan sekolah. 4.
Seratus persen pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan atau berbasis TIK.
20 5.
Intensitas pendampingan in house training oleh tenaga ahli dosen dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.
6. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa student centered. 7. Seratus persen pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah integrated and problem based intruction.
Pada tahap ini sekolah telah mempunyai perangkat pembelajaran sesuai dengan standar proses yang telah dikembangkan. Depdiknas, 2008: 27.
Ketujuh item di atas adalah pelaksanaan pembelajaran IPA di SBI. Fisika, sebagai salah satu bagian dari IPA itu sendiri haruslah mengacu pada tujuh
item tersebut. maka sudah sepatutnyalah, di sekolah rintisan bertaraf internasional dengan formulasi SNP + X, dengan X yang telah disebutkan di
atas. Untuk pelajaran IPA Fisika, komponen X dalam hal ini TIK dan bilingual dimaksudkan agar dapat mempermudah tercapainya tujuan
pembelajaran IPA Fisika yang diinginkan oleh Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama PLP bahwa tujuan dari pembelajaran IPA Fisika
tersebut adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam IPA Fisika sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut;
menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi; meningkatkan penguasaan IPA Fisika dalam bahasa Inggris sesuai
dengan perkembangan internasional; meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang IPA Fisika sebagai ilmu dasar bagi
perkembangan teknologi manufaktur, komunikasi, transportasi, konstruksi,
21 bio dan energi; dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam
bahasa Inggris, artinya siswa memiliki kemahiran bahasa Inggris yang baik Depdiknas, 2004: 3.
C. Hasil Belajar