7 erat dan mempengaruhi suhu lingkungan. Kelembaban udara yang dibutuhkan
oleh rambutan tergolong rendah, karena pada kelembaban udara yang rendah, udara akan menjadi kering kering sedikit uap air, dan kondisi tersebut cocok unutk
pertumbuhan rambutan. Menurut Setiawan 2003, rambutan mempunyai tinggi antara 15-25 m,
ranting bercabang-cabang, dan daunnya berwarna hijau. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 3-5 cm dengan duri temple rambut lemas sampai kaku. Kulit
buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih
transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Rasanya bervariasi dari masam sampai manis dan kulit biji tipis berkayu.
2. Manfaat
Rambutan selain menjadi tanaman konsumsi mempunyai manfaat lain yaitu seluruh bagian dari rambutan sebagai tanaman obat Setiawan, 2003.
Bagian dari rambutan yang dapat digunakan yaitu, kulit kayu, daun, kulit buah dan biji. Manfaat dari bagian-bagian rambutan sebagai berikut:
a. Kulit kayu
: sebagai obat sariawan b.
Daun : sebagai perawatan rambut
c. Kulit buah
: sebagai obat disentri dan demam d.
Biji
: sebagai obat kencing manis
3. Kandungan Kimia Kulit Buah dan Biji Rambutan
Rambutan merupakan tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai antibakteri alami. Menurut Setiawan 2003, buah rambutan mengandung
8 karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah
mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin,
flavonida, pectic substance, dan zat besi. Senyawa-senyawa tanin, saponin, dan flavonoid termasuk senyawa golongan fenol yang merupakan zat antibakteri yang
kuat Brooks et al, 1996. Ekstrak etanol kulit buah rambutan memiliki kemampuan meredam radikal
bebas DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil lebih besar dibandingkan vitamin E, sedangkan senyawa felonik seperti asam ellagat, corilagin, dan geraniin yang
diisolasi dari ekstrak metanol kulit buah rambutan merupakan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antioksidan Khasanah, 2011.
Berdasarkan penelitian Thitilerdecha et al. 2008 dalam Khasanah 2011, senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak biji rambutan merupakan senyawa
yang berperan dalam aktivitas antioksidan dan antibakteri. Biji rambutan mengandung polifenol dan beberapa senyawa golongan flavonoid yang telah
berhasil diisolasi dari ekstrak etanol biji rambutan yaitu senyawa flavonol tersubstitusi gula pada posisi 7-O dengan gugus hidroksil pada posisi 3, 5, da
n 4’, senyawa flavonol tersustitusi pada 3-O dan 7-O dengan gugus hidroksil pada
posisi 5 dan 4’; dan senyawa flavonoid tersubstitusi pada 5-O Melissa et al, 2006.
Biji rambutan juga mengandung lemak polifenol cukup tinggi. Komposisi zat-zat kimia dalam biji rambutan tersebut menghasilkan khasiat hipoglikemik
menurunkan kadar gula dalam darah sehingga biji rambutan banyak digunakan untuk pengobatan alternatif guna menormalkan kadar gula darah penderita
9 kencing manis diabetes melitus yang cenderung tinggi. Selain itu, minyak dari
biji rambutan dapat digunakan untuk produksi lilin dan sabun Khasanah, 2011 Zulhipri et al. 2007, yang melakukan uji fitokimia ekstrak rambutan
menyimpulkan bahwa ekstrak metanol biji rambutan mengandung senyawa fenolik dan flavanoid. Sedangkan ekstrak diklorometana dan ekstrak n-heksana
biji rambutan tidak mengandung steroid, triterpenoid, alkaloid, felonik, saponin, maupun flavanoid. Ekstrak metanol, diklorometana dan n-heksana biji rambutan
tidak memiliki aktivitas pengha mbatan enzim α-glukosidase. Namun, ekstrak
metanol biji rambutan memiliki aktivitas hipoglikemik pada mencit.
Gambar 2. Rumus bangun flavonoid
B. Bakteri Patogen Pada Ikan