20
Plot 2 Gambar 3. Tata letak petak ukur.
100 m 100 m
dst sampai plot ke-50
200 m Gambar 4. Bentuk dan letak petak ukur penelitian tiap fase pertumbuhan
berdasarkan metode garis berpetak Indriyanto, 2006. Keterangan: Petak A = berukuran 20 m x 20 m untuk penelitian pohon.
Petak B = berukuran 10 m x 10 m untuk penelitian tiang. Petak C = berukuran 5 m x 5 m untuk penelitian pancang.
Petak D = berukuran 2 m x 2 m untuk penelitian semai. Plot 1
Plot ke.. Plot ke..
21 2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang penelitian menggunakan metode studi pustaka. Metode ini digunakan untuk mencari, menganalisis, mengumpulkan, dan
mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan umum, dan literatur lainnya.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data sebagai berikut. 1. Komposisi dan Tingkat Penguasaan Spesies
Untuk menganalisis komposisi dan tingkat penguasaan spesies dilakukan penghitungan dengan rumus-rumus sebagai berikut Soerianegara dan Indrawan,
1998. a.
Kerapatan Kerapatan K jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Penghitungan
kerapatan dapat diketahui berdasarkan rumus berikut.
contoh petak
seluruh luas
i -
ke spesies
untuk individu
jumlah i
- K
100 spesies
seluruh kerapatan
i -
k spesies
kerapatan i
- KR
b. Frekuensi
Penghitungan frekuensi setiap jenis tumbuhan dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
contoh petak
seluruh jumlah
i -
ke spesies
suatu ditemukan
contoh petak
jumlah i
- F
22
100 x
spesies seluruh
frekuensi i
- ke
spesies frekuensi
i -
FR
c. Luas penutupan C
Penghitungan luas penutupan setiap jenis tumbuhan
contoh petak
seluruh Luas
i -
ke spesies
area basal
luas total
i -
C
100 x
spesies seluruh
penutupan i
- ke
spesies suatu
Penutupan i
- CR
d. Indeks Nilai Penting
Penghitungan INP untuk fase pohon, tiang, dan pancang, digunakan rumus: INP= KR + FR + CR
Sedangkan penghitungan INP untuk fase semai digunakan rumus: INP= KR+FR
Tingkat penguasaan spesies diklasifikasikan menjadi 3 yaitu tinggidominan, sedang, rendahtidak dominan. Penghitungan tingkat penguasaan spesies
digunakan rumus sebagai berikut. INP tertinggi
– INP terendah Interval klas =
3 Keterangan :
Tinggi dominan jika INP INP terendah + 2I Sedang jika INP = INP terendah + I
– INP terendah + 2I Rendah tidak dominan jika INP INP terendah + I.
Semakin tinggi nilai kenekaragaman menunjukkan ekosistem tersebut semakin baik. Sebaliknya, semakin kecil nilai ini mengindikasikan ekosistem sangat
rentan terhadap gangguan hama penyakit.
23 2. Stratifikasi Tajuk
Menurut Indriyanto 2006 stratifikasi tajuk diklasifikasikan berdasarkan stratum- stratum yang dibagi menjadi 5 stratum sebagai berikut.
a. Stratum A A-storey yaitu lapisan tajuk hutan yang tingginya lebih dari 30 m.
b. Stratum B B-storey yaitu lapisan tajuk kedua dari atas yang tingginya mencapai 20--30 m.
c. Stratum C C-storey yaitu lapisan tajuk ketiga dari atas yang tingginya
mencapai 4--20 m. d.
Stratum D D-storey yaitu lapisan tajuk keempat dari atas yang tingginya 1--4 m.
e. Stratum E E-storey yaitu lapisan kelima dari atas yang tingginya 0--1 m.
3. Klasifikasi pohon berdasarkan posisi tajuk adalah Indriyanto, 2008. a. Pohon dominan adalah pohon-pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan tajuk,
menerima sinar matahari dari atas dan sebagian dari samping. b. Pohon kodominan adalah pohon-pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk,
menerima sinar matahari langsung dari atas dan sebagian dari samping. c.
Pohon tengahan adalah pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau terjepit, menerima sebagian sinar matahari dari atas dan sebagian
kecil atau tidak sama sekali dari samping. d.
Pohon tertekan adalah pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar dan tidak menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun dari samping.
e. Pohon mati adalah pepohonan yang mati atau dalam proses kematian.