Hipotesis Bio-Ekologi E. cottonii cottonii

C. Tujuan dan Manfaat

Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan pupuk dekastar dalam berbagai konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda serta interaksinya terhadap produksi E. cottonii. Manfaat penelitian adalah memberikan informasi tentang penggunaan pupuk dan lama perendaman yang sesuai untuk peningkatan produksi E. cottonii.

D. Hipotesis

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berbasis faktorial Faktorial RAL dengan hipotesis yang diajukan sebagai berikut : 1 H : αβ ij = 0 tidak ada pengaruh interaksi antara konsentrasi penggunaan pupuk dan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii. H 1 : αβ ij ≠ 0 minimal ada satu pengaruh interaksi antara konsentrasi penggunaan pupuk dan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii. 2 H : α i = 0 tidak ada pengaruh perlakuan konsentrasi penggunaan pupuk terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii . H 1 : α i ≠ 0 minimal ada satu pengaruh perlakuan konsentrasi penggunaan pupuk terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii. 3 H : β j = 0 tidak ada pengaruh perlakuan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii. H 1 : β j ≠ 0 minimal ada satu pengaruh perlakuan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii. Keterangan : i : Dosis pupuk 150 gl, 200 gl, dan 250 gl j : Lama perendaman 3 jam, 5 jam, dan 7 jam Jika uji F anova interaksi nyata maka dilakukan uji lanjut pengaruh sederhana pada taraf nyata 5, dengan hipotesis sebagai berikut : H : tidak ada pengaruh interaksi antara konsentrasi penggunaan pupuk dan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii pada selang kepercayaan 95. H1 : minimal ada sepasang perlakuan interaksi antara konsentrasi penggunaan pupuk dan lama perendaman terhadap peningkatan produksi rumput laut E. cottonii pada selang kepercayaan 95. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bio-Ekologi E. cottonii

A.1. Biologi

E. cottonii

Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisi Thallophyta . Keseluruhan dari tanaman merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus. Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus tersusun oleh satu sel uniseluler atau banyak sel multiseluler. Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus dua-dua terus menerus, pinate dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama, pectinate berderet searah pada satu sisi thallus utama dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin gelatinous, keras diliputi atau mengandung zat kapur calcareous, lunak bagaikan tulang rawan cartilagenous, berserabut spongeous dan sebagainya Soegiarto et al, 1978. Sejak tahun 1986 sampai sekarang jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Eucheuma sp. Genus Eucheuma merupakan istilah popular di bidang niaga untuk jenis rumput laut penghasil karaginan. Nama istilah ini resmi bagi spesies Eucheuma yang ditentukan berdasarkan kajian filogenetis dan tipe karaginan yang terkandung di dalamnya. Jenis Eucheuma ini juga dikenal dengan Kappaphycus Doty, 1973. Gambar 1. Rumput laut jenis Echeuma Cottoni Sumber : Ariyanto, 2005. Taksonomi rumput laut jenis Eucheuma dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieriaceae Genus : Eucheuma Spesies : Eucheuma cottonii Ciri-ciri E. cottonii adalah thallus dan cabang-cabangnya berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar sehingga merupakan lingkaran karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gamet. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spine E. cottonii tidak teratur menutupi thallus dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous , warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai kompleks Dirjenkan Budidaya, 2004. A.2. Ekologi

E. cottonii