Komponen Desain Instruksional Model Dick and Carey.

mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan. Desain instruksional sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil instruksional pebelajar yang dikehendaki. Desain sistem instruksional meliputi untuk perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi instruksional.

2.2.1 Komponen Desain Instruksional Model Dick and Carey.

Model Dick – Carey adalah model desain instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model Dick – Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005. Perancangan instruksional menurut sistem pendekatan model Dick Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut. Langkahnya ditunjukkan pada gambar 2 .1 berikut ini: Berikut adalah langkah pengembangan desain instruksional menurut Dick and Carey : 1 Identifikasi Tujuan Identity Instructional Goals. Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja performance analysis, dari penilaian kebutuhan needs assessment, dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan Job Analysis, atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. 2 Melakukan Analisis Instruksional Conduct Instructional Analysis. Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut mengenali keterampilan bawahan subordinat. Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan entry behaviors, yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi. 3 Analisis Pembelajar dan Lingkungan Analyze Learners and Contexts. Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi Instruksional. 4 Merumuskan Tujuan Performansi Write Performance Objectives. Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses. 5 Pengembangan Tes Acuan Patokan Develop Assessment Instruments. Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar tes acuan patokan untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta. 6 Pengembangan Siasat Instruksional Develop Instructional Strategy. Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan. 7 Pengembangan atau Memilih Material Instruksional Develop and Select Instructional Materials. Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi. 8 Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction. Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas. 9 Revisi Instruksional Revise Instructional. Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif. 10 Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif Design And Conduct Summative Evaluation. Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.

2.3 Pembelajaran Bahasa Inggris

Proses pembelajaran akan mengarah pada apa yang dibutuhkan siswa dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Selain itu, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap akan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Gagne 1972 mengemukakan bahwa: “learning is a change inhuman disposition or capacity, which persist over a period time, and which is not simply ascribable to process of growth” Warsita, Bambang. 2008:65-79 Dalam belajar Bahasa Inggris, para siswa harus melewati beberapa tahap atau fase pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perolehan bahasa language acquisition. Inggris merupakan bahasa asing yang diajarkan sejak sekolah dasar. Pemerolehan Bahasa Inggris sebagai bahasa asing diajarkan dengan tahapan-tahapan pembelajaran sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan belajar bahasa asing menjadi kebiasaan. Hal ini sesuai dengan Gagne yang menyatakan belajar adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi yang diperlukan meliputi skill, pengetahuan, attitude perilaku, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas. Gagne, Robert M. : 1977, siswa pembelajaran bahasa Inggris membutuhkan fasiltator pengatur jalannya pelajaran hal ini sesuai dengan pemikiran vygotsky yang menyatakan bahwa Teacher is to be kind of walking resources center in the classroom. in the other words teacher should always be ready to offer help if it is needed. Therefore, teacher has to appear to be well prepared and knowledgeable about the material. Vygotski, 2003;56 Pembelajaran adalah proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktifitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan suatu hal yang bersifat eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Dick dan Carey 2005: 205 mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media.

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbandingan Model Teams Games Tournament Termodifikasi Dengan Teams Games Tornament Orisinal Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

0 16 0

TEACHING VOCABULARY THROUGH PICTIONARY GAME TO FIRST GRADE STUDENTS OF SMP AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

5 56 58

The Effectiveness of Using Teams-Games-Tournament (TGT) on Students' Reading Comprehension on Descriptive Text (A Quasi-experimental Study at the Eighth Grade of SMPN 166 Jakarta in the Academic Year 2016/2017

1 8 99

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

THE EFFECT OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) METHOD ON STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN VOCABULARY.

0 3 23

THEDIFFERENCEOFSTUDENTS’MATHEMATICALCOMMUNICATION ABILITY BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT AND STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION IN SEVENTH GRADER SMPNEGERI2PORSEAACADEMICYEAR2014/2015.

0 4 28

THE DIFFERENCE OF STUDENTS MATHEMATICAL REPRESENTATION ABILITY BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT AND CONVENTIONAL LEARNING IN GRADE VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA ACADEMIC YEAR 2014/2015.

1 3 26

IMPLEMENTING COOPERATIVE LEARNING USING TEAMS GAMES TOURNAMENT TO IMPROVE SPEAKING SKILL

0 2 129