Proses Pembentukan Repong Damar Alur Penjualan Hasil Repong Damar

Repong Damar Pasar Penampungan Pedagang Pengumpul Sawah Rumah Tangga Petani Gambar 3. Alur penjualan Hasil Repong Damar.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian populasi siamang Hylobates syndactylus di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, pada bulan April 2015 diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ukuran kelompok siamang yang ditemui pada bulan April 2015 di areal Repong Damar Pekon Pahmungan berjumlah 2-4 individu yang ditemukan pada 14 empat belas kali perjumpaan secara langsung di 3 lokasi pengamatan yang berbeda dan ukuran kelompok siamang yang terbesar dari seluruh lokasi pengamatan berjumlah 4 individu yang terdiri dari 1 individu jantan remaja, 1 individu jantan dewasa, 1 individu betina remaja. 2. Berdasarkan fase pertumbuhan siamang, pada pengamatan di areal Repong Damar Pahmungan terdapat tiga kategori umur yang diidentifikasi, yaitu bayi, remaja, dan dewasa. Proporsi perjumpaan tiap kategori dari hasil penelitian ini adalah 0 bayi, 38,10 remaja, dan 61,90 dewasa. 3. Selama pengamatan tercatat 14 kali perjumpaan terhadap satu kelompok siamang di Repong Damar, Pekon Pahmungan. Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jantan dan betina sex ratio pada kategori siamang dewasa yaitu: 1:1 dan perbandingan jantan dan betina sex ratio pada kategori siamang remaja yaitu 1:1. 4. Struktur dan komposisi vegetasi Repong Damar mendukung siamang Hylobates syndactylus melakukan aktivitas harian, tempat berlindung, dan tempat berkembangbiak.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan terhadap regenerasi hutan serta pengaruh-pengaruh yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung jika primata telah hilang dari habitatnya. 2. Pemerintah sangat perlu untuk memperhatikan areal repong damar yang ada di Pekon Pahmungan, sebab areal ini sudah teridentifikasi sebagai habitat dari berbagai jenis satwa liar, dan satwa-satwa tersebut masih sangat eksis sampai saat ini. Pemerintah juga perlu ,membuat aturan mengenai pengelolaan habitat Repong Damar secara khusus sehingga dapat menjadi tempat berlindung yang nyaman dan menambah jenis-jenis vegetasi yang disukai primata sehingga populasinya semakin bertambah. DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Unioversitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor. . 2002. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. .2006. Populasi Primata Endemik Mentawai di Kompleks Hutan Desa Tiniti Siberut Utara. Laporan Penelitian. C.I. Jakarta. . 2009. Biologi Konservasi Bekantan Nasalis larvatus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Ankel-Simons F. 2000. Primates Anatomy. Academic Press. San Diego. Bangun, T. M., S. S, Mansjoer., dan M. Bismark. 2009. Populasi dan Habitat Ungko Hylobates agilis di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi Indonesia.1:410-373. Baren, O. 2002. Positional mode dalam kelompok umur jenis kelamin pada siamang Hylobates syndactylus Raffless1821 di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Propinsi Lampung. [Skripsi]. Fakultas MIPA, Universitas Lampung. Bandar Lampung. Bashari, H. 1999. Studi populasi dan habitat siamang Hylobates syndactylus Raffles, 1921 di Kawasan Hutan Konservasi HTI PT. Musi Persada Sumatera Selatan. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bates, B. C. 1970. Teritorial Behavior in Primates: A Review of Recent Field Studies. Primates. 11: 271-284. Bismark, M. 1984. Bilogi dan Konservasi Primata Indonesia. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Bismark, M. 2006. Populasi Primata Endemik Mentawai di Kompleks Hutan Desa Tiniti Siberut Utara. Laporan Penelitian. C.I. Jakarta.