ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARAT

(1)

ABSTRAK

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT Oleh

Nureiza Rizky Fitriani

Repong Damar adalah sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh masyarakat, serta ekosistemnya berbentuk suatu hutan. Repong Damar, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga banyak memberikan manfaat, salah satunya adalah manfaat obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerapatan, dominasi, frekuensi dan pola persebaran secara horizontal tumbuhan obat yang ditemukan dan biasa dimanfaatkan masyarakat. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni- Juli 2011 di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Lampung Barat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi lapangan menggunakan metode garis berpetak, sebanyak 45 plot contoh. Dari hasil pengamatan, didapatkan 60 jenis tumbuhan obat yang 50 diantaranya telah dimanfaatkan oleh masyarakat Pekon Pahmungan, Lampung Barat.


(2)

ABSTRACT

VEGETATION ANALYSIS OF MEDICINAL PLANT IN REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN CENTRAL COAST DISTRICT

WEST LAMPUNG By

Nureiza Rizky Fitriani

Repong Damar is a plantation crop management system which cultivated by communities, and ecosystems that make up a forest. Repong Damar, had a high biodiversity that gave a lot of benefits, one of which is a medicinal plant. This study aims to analyze the level of density, dominance, frequency and pattern of horizontal distribution of medicinal plants that usually found and exploited by communities. This study was conducted in June-July 2011 in Repong Damar, Pekon Pahmungan, West Lampung. The data was collected by interviews and field observations that using compartment plot method, as many as 45 sample plots. In this study was found 60 species of medicinal plants that 50 species of them have been used by the community Pekon Pahmungan, West Lampung. Key words: Repong Damar, density, dominance, frequency, medicinal plants


(3)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT (Skripsi)

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peta Lampung Barat ... 15 2. Peta Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah ... 16 3. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan

vegetasi ...…………...………...….... 19 4. Pola distribusi penyebaran individu-individu anggota populasi ... 40 5. Rangkeni (Selaginella plana) berkhasiat mengurangi nyeri haid .... 60 6. Bait Harimau mengobati telinga berair ..…………...………….... 60 7. Kayu dan Pohon Lansat mengobati disentri dan malaria ...……... 60 8. Wawancara dengan warga mengenai tumbuhan obat ..…………... 60 9. Pengamatan Tumbuhan Obat dalam Plot ...…………...……. 61 10.Rilik mengobati bisul ...…………...……….………. 61 11.Tanggalok berkhasiat mengobati gatal ………..………. 61 12.Rumput Busuk (Ageratum conyzoides) mengobati masuk angin … 62 13.Parpok Mas mengobati sakit perut ..…………....……… 62 14.Sirih Kaluk/Cambai Kaluk berkhasiat menghentikan pendarahan .. 62 15.Sirih Air berkhasiat menghentikan pendarahan ...……… 63 16.Sirih Biasa (Piper betle)berkhasiat menghentikan pendarahan ..… 63 17.Sirih Sererau Hati berkhasiat menghentikan pendarahan ...…… 63


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. i

DAFTAR GAMBAR ………... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 2

C. Tujuan Penelitian ………. 3

D. Kerangka Penelitian ………. 3

E. Manfaat Penelitian ………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi ………... 5

B. Tumbuhan Obat ………...………. 5

C. Jenis dan Manfaat Tumbuhan Obat ……….. 6

D. Repong Damar ………. 8

E. Bentuk Hidup Tumbuhan ………. 8

F. Parameter Kuantitatif dan Deskripsi Vegetasi ………. 9


(7)

H. Analisis Komunitas Tumbuhan ………. 11

1. Densitas ………...…. 11

2. Frekuensi ………...………. 12

3. Luas Penutupan ………. 12

4. Indeks Nilai Penting ………. 13

I. Metode Pengambilan Contoh Analisis Komunitas Tumbuhan ... 13

III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ...………. 15

B. Alat dan Objek Penelitian ...………. 16

C.Pelaksanaan Penelitian ...………. 16

D.Batasan Penelitian ...………. 17

E. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data ...………. 17

IV. GAMBARAN UMUM A. Kecamatan Pesisir Tengah ………...………. 21

1. Keadaan Umum Wilayah ………...…………. 21

2. Sarana dan Prasarana ………...………. 22

3. Keadaan Penduduk. Demografis ……… 22

B. Pekon Pahmungan ………. 24

1. Sejarah Pekon Pahmungan ………. 24

2. Keadaan Umum Wilayah ………. 26

3. Keadaan Penduduk ………. 27

C. Repong Damar di Pekon Pahmungan ……….……… 27

1. Sejarah Repong damar di Pekon Pahmungan ………. 27

2. Proses pembentukan Repong Damar ………. 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat ……….. 31


(8)

B. Analisis Komunitas Tumbuhan ……….... 33

C. Pola Distribusi Horizontal ……….… 39

D. Pemanfaatan Tumbuhan Obat ………. 43

1. Frekuensi Pemanfaatan oleh Masyarakat ………. 43

2. Bagian yang Digunakan ………. 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..……… 49

B. Saran ……….. 49 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Tabel ………..……… 53-59


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 [Dokumen Nasional ]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta

Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Jakarta.

Dinas Kehutanan dan PSDA Kabupaten Lampung Barat. 2005. Pengkajian Potensi hutan Damar dan Peluang Pengembangannya di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Laporan. Dinas Kehutanan dan PSDA Kabupaten Lampung Barat dengan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Fahrudin, H. 2010. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kabupaten Malang. Diakses 12 April 2010. www.wordpress.com

Force, D. 2010. Keanekaragaman Hayati. Diakses 12 April 2010. www.wordpress.com

Gem, C. 1996. Kamus Saku Biologi. Erlangga. Jakarta.

Gopal, B. dan N. bhardwaj . 1979. Elements of Ecology. Department of Botany. Rajasthan University Jaipur. India

Heddy S., S.B. Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Rajawali. Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I-III. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bumi aksara. Jakarta

. 2005. Dendrolgi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Jumberi, A., Noor, M., dan Mukhlis. 2008. Keanekaragaman Sumberdaya Flora Lahan Rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

Kartasapoetra, G. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.


(10)

Kementerian Kesehatan (Kebun Tanaman Obat Karyasari). Penyakit dan Pengobatannya; Materi pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional1). Jakarta

Kementerian Kehutanan. 2006. Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Kehutanan. Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Kebijakan Kementrian Kehutanan Kepada Perguruan Tinggi. Kementrian Kehutanan. Jakarta. Komara, A. 2010. Profil Pekon dan Kelurahan Pekon Pahmungan Kecamatan

Pesisir Tengah Krui Lampung Barat.Lampung Barat. Lampung. Tidak dipublikasikan

Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2000. Draft Rencana Strategis Komisi Nasional Plasma Nutfah. Departemen Pertanian. Jakarta.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mahendra, B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Swadaya. Jakarta

Mueller-dombois, D. Dan H. Ellenberg. 1974. Aims Methodes of Vegetation Ecology. John Wiley and Sons. New York.

Mulyani, D. 2008. Studi Pemanfaatan Berbagai Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat oleh Masyarakat di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat. Skripsi Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak

dipublikasikan

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah : T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Odum, H.T. 1993. Ekologi Sistem : Suatu Pengantar. Penerjemah : Supriharyono, K. Praseno, R. Murwani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Purba, H. 2005. Kenaekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Tahura Wan Abdurrahman. Skripsi Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.

Rahayu, M., Sunarti, S., Sulistiarini, D., dan Prawiroatmodjo S. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Diakses 12 April 2010.

http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070310.pdf

Sanan, H. 2006. Profil Pekon dan Kelurahan Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat. Lampung Barat. Lampung. Tidak Dipublikasikan


(11)

Sutrisno & Silitonga T.S. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Nabati dan Jasa Renik (Tumbuhan dan Tanaman) sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Diakses 12 April 2010 [www.papua.go.id/bkpbapedalda/indeks/ htm].

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.

Syukur, C dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Penerbit Swadaya. Jakarta


(12)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(13)

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat 60 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang berada di sekitar repong damar Pekon Pahmungan.

2. Spesies tumbuhan obat yang memiliki persentase kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan indeks nilai penting tertinggi adalah Rangkeni (Selaginella plana), Duku (Lansium domesticum), Durian (Durio zibethinus) dan Puring Hitam.

3. Spesies yang memiliki pola distribusi horizontal secara mengelompok yaitu sebanyak 31 spesies. Untuk pola distribusi seragam sebanyak 17 spesies dan pola distribusi acak sebanyak 12 spesies.

B. Saran

1. Perlu dilakukan kegiatan budidaya tumbuhan obat, khususnya untuk tumbuhan yang telah jarang ditemukan, agar tumbuhan tersebut tidak mengalami

kepunahan.

2. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan tumbuhan berkhasiat obat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.


(14)

I. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pada Bulan Juni-Juli 2011.

Gambar 1. Peta Lampung Barat(Google satellite map, 2005). Keterangan:

: Peta Kecamatan Pesisir Tengah,Krui yang merupakan lokasi penelitian areal Repong damar.

Kecamatan Pesisir Tengah,

Krui

Pesisir Tengah


(15)

Gambar 2. Peta Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Krui

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat tulis, kamera, kompas, lembar pengamatan, tali, meteran, literature mengenai tumbuhan obat dan peralatan lain yang mendukung. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah tumbuhan obat yang berada di Repong Damar dan masyarakat Pekon Pahmungan.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, sebagai berikut : 1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan wawancara dengan masyarakat dan

observasi lapangan.

2. Tahap pelaksanaan, meliputi kegiatan pengambilan data baik data primer dan data sekunder.


(16)

3. Tahap akhir, meliputi kegiatan pengolahan dan analisis data yang telah diperoleh berdasarkan di lapangan.

D. Batasan Penelitian

1. Tumbuhan berkhasiat obat adalah spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit.

2. Jenis tumbuhan obat yang diamati, tingkat kerapatan, frekuensi.

Dominansi dan pola persebaran jenisnya dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan obat yang berada di Repong Damar, Pekon Pahmungan. 3. Areal yang diamati adalah Repong Damar di Pekon Pahmungan,

Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat.

E. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. a. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi yaitu mengukur diameter, tinggi, dan jumlah tumbuhan yang ada di dalam petak ukur. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya (fase pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah). Hal ini dilakukan untuk menghitung persentase kerapatan, dominansi, frekuensi, indeks nilai penting dan juga pola persebarannya secara horizontal.

b. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung data primer yang diperoleh melalui studi literatur, keadaan umum lokasi


(17)

penelitian, antara lain : letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bersumber dari data yang sudah ada di aparat desa maupun pemerintah setempat, serta data tentang khasiat berbagai spesies tumbuhan obat.

2. Metode Pengambilan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Teknik wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Data dikumpulkan dengan cara tanya jawab secara langsung oleh masyarakat yang dijadikan responden.

2. Teknik Observasi

Lokasi pengambilan contoh penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive sampling), yaitu lokasi tumbuhan obat yang biasa dikunjungi oleh masyarakat untuk mengambil tumbuhan obat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Metode yang digunakan dalam mengambil data vegetasi adalah dengan analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Pada petak ukur persegi data yang diambil adalah tegakan pada tingkatan pohon dalam petak 20x20 m, pada tingkat tiang dalam petak 10x10 m, pancang dalam petak 5x5 m dan permudaan atau semai, terna, herba, perdu, liana ataupun epifit dengan ukuran petak 2 x 2m (Kusmana, 1997).


(18)

A

B C

A

B C

Desain metode garis berpetak yang digunakan dalam pengamatan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tumbuhan yang diamati adalah tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 3. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan vegetasi

Keterangan: A = petak ukur persegi dengan ukuran 20 m x 20 m B = petak ukur persegi dengan ukuran 10 m x 10 m C = petak ukur persegi dengan ukuran 5 m x 5 m D = petak ukur persegi dengan ukuran 2 m x 2 m Luas areal Repong Damar di Pahmungan adalah 900 ha dengan intensitas sampling 0,2% (1,8 ha) sehingga jumlah seluruh petak ukur yang harus dibuat sebanyak 45 petak ukur.

3. Metode Pengolahan Data a. Analisis vegetasi

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mengetahui komposisi vegetasi. Menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974), parameter analisis vegetasi yang diukur adalah sebagai berikut : 1. Kerapatan

K= KR- i =

D


(19)

2. Frekuensi

F =

FR-i =

3. Dominansi spesies

D-i = DR-i =

4. Indeks nilai penting

INP=KR+FR+CR INP-i= KR-i+FR-i+CR-i

b. Pola Distribusi

Pola distribusi dibagai menjadi pola distribusi acak, seragam dan berkelompok. Dalam menentukan pola distribusi digunakan rumus Setiadi sebagai berikut (Hotma, 2005) :

∑ 1 -n n Xi Xi (V) Variance 2 n I i n I i 2                      

 

Keterangan : n = banyaknya plot contoh

Xi = kepadatan spesies pada plot ke-i

Dalam menentukan pola distribusi terdapat beberapa ketentuan, yaitu: V/m = 1 berarti pola distribusi acak,

V/m > 1 berarti pola distribusi berkelompok, V/m < 1 berarti pola distribusi seragam.


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebun Damar yang oleh masyarakat Lampung Krui biasa disebut Repong Damar adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang

dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat, serta ekosistemnya yang membentuk suatu hutan. Repong Damar termasuk dalam sistem agroforestri kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Didalam sistem ini tercakup beraneka jenis komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Kenampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder.

Repong Damar, memiliki sumber daya alam hayati yang tinggi dan begitu melimpah tersebut, banyak memberikan manfaat yang bisa diperoleh dari dalamnya, baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung, yaitu berbagai manfaat dibidang jasa lingkungan, ekonomi, sosial dan budayanya yang dapat berupa produk kayu dan non kayunya. Salah satu produk non kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal disekitar hutan sejak dahulu adalah tumbuhan obat.


(21)

2

Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia ada sekitar 940 spesies tumbuhan yang dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hernani, 2002). Sebagian masyarakat hingga saat ini masih terbiasa memanfaatkan tumbuhan alam untuk mengobati berbagai penyakit yang diderita, bahkan masyarakat yang terbiasa menggunakan obat-obatan kimia/sintetis, saat ini mulai banyak yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan-bahan alami. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat dalam perawatan kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan tumbuhan obat tanpa dibudidayakan oleh masyarakat dapat membuat spesies tumbuhan obat hilang dan ekosistem yang ada di dalam repong damar menjadi rusak. Oleh karena itu, informasi mengenai tingkat kerapatan, frekuensi, dominansi dan persebaran tumbuhan obat yang berada di Repong Damar sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak tumbuhan obat yang masih tersisa disana, sehingga dapat menunjang kegiatan konservasi di kawasan Repong Damar Krui. Tumbuhan obat di Repong Damar merupakan aset yang perlu digali dan diberdayagunakan demi kelestarian alam dan kesehatan masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Bagaimana persentasi kerapatan, dominansi, frekuensi dan pola penyebaran horizontal tumbuhan obat yang berada di Repong Damar Pahmungan.


(22)

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, kerapatan, dominansi, frekuensi dan pola penyebaran horizontal tumbuhan berkhasiat obat yang berada di Repong Damar Pahmungan, Krui Lampung Barat.

D. Kerangka Penelitian

Tumbuhan obat merupakan salah satu aset penting yang berada didalam Repong Damar. Sejak dahulu, masyarakat yang hidup di sekitar Repong Damar, telah memanfaatkan berbagai jenis tanaman yang dapat berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit yang dideritanya. Walaupun mereka tidak banyak mengenal ilmu pengetahuan modern dan penggunaan tumbuhan obat tersebut tidak berdasarkan atas informasi ilmiah, tapi bagi mereka hasil yang diperoleh dari tumbuhan obat tersebut cukup memuaskan.

Kebiasaan pemanfaatan tumbuhan obat tanpa adanya pelestarian dapat mempengaruhi keberadaan tumbuhan obat liar yang ada di Repong Damar. Keadaan ini dapat membuat tumbuhan obat yang ada di dalamnya akan punah. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi keberadaan tumbuhan obat yang berada di Repong Damar. Studi ini penting untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang berada di Repong Damar sekaligus untuk mengetahui jumlah dan pola persebarannya di Repong Damar, sehingga kegiatan

pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bagian dari ekosistem kebun damar atau repong damar dapat optimal.


(23)

4

Penelitian ini menganalisis berbagai jenis tumbuhan obat dan pola persebarannya,serta menghitung tingkat kerapatan, dominansi, frekuensi tumbuhan obat yang ditemukan di areal Repong Damar. Untuk memperoleh data mengenai hal tersebut, maka perlu mengumpulkan berbagai jenis data yang akan dilakukan dengan mewawancarai masyarakat sekitar tentang jenis dan lokasi pengambilan tumbuhan obat yang biasa mereka manfaatkan. Dari hasil wawancara tersebut, selanjutnya akan dilakukan survei vegetasi dengan membuat petak ukur mengggunakan metode garis berpetak.

Banyaknya petak contoh yang akan digunakan dalam penelitian ini akan ditentukan dengan intensitas sampling yang akan diambil yaitu sebesar 0,2% dari total keseluruhan wilayah Repong Damar. Survey/analisis vegetasi dilakukan agar dapat menghitung tingkat kerapatan, densitas, frekuensi dan untuk mengetahui pola persebaran tumbuhan obat yang ada di Repong Damar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai keberadaan jenis tumbuhan berkhasiat obat yang masih tersisa di Repong Damar sehingga dapat menunjang upaya konservasi tumbuhan obat tersebut.

Sebagai masukan bagi instansi kehutanan dan masyarakat pengelola repong damar untuk membudidayakan tumbuhan obat yang masih tersisa di Repong Damar agar tidak mengalami kepunahan.


(24)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. …………

Sekretaris : Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. …………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(25)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(26)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. …………

Sekretaris : Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. …………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(27)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur atas

Rahmat Allah SWT, saya persembahkan

tulisan ini kepada

ibu “ Malaikat”

hidupku, bapak dan adik - adikku

tercinta, terima kasih atas doa dan

dukungannya baik secara moril maupun

materil dalam upaya saya mewujudkan

cita

cita. Seluruh staf pengajar atas ilmu

yang diberikan. Serta seluruh Forestry 7

atas kebersamaan yang tak terlupakan

dan Almamater tercinta.


(28)

“ When tears form in my eyes and flow on my cheeks Cry out loudly- the sadness will be shocked and run away

When my heart is crumbling, it’s so in pain

Laugh loudly- so hope can come find me

(Reiza)

“ Lebih baik menggunakan pikiran dan tenaga untuk mengubah

keadaan daripada untuk mengeluh berkepanjangan dan merasa

sebagai korban yang hampa harapan “


(29)

Judul Skripsi : ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN

KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa : Nureiza Rizky Fitriani Nomor Pokok Mahasiswa : 0714081053

Program Studi : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. NIP. 19590811 198603 1 001 NIP. 19790701 200801 1 009

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP. 19590811 198603 1 001


(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 Desember 1988, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Gusman Viriadi dan Ibu Eriani Widyaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Kartika II-2 Bandar Lampung (TK Persit) pada tahun 1995. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2001 di SD Kartika II-5 Bandar Lampung (SD Persit). Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yang diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Lampung Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2008 penulis dipercaya menjadi anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi Himasylva Unila. Pada tahun 2009 penulis dipercaya menjadi Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi Himasylva Unila dan menjadi Ketua Bidang Informasi, Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat Himasylva Unila pada tahun 2010.


(31)

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen Manajemen Satwa Liar pada tahun 2009. Pada Tahun 2010 penulis melakukan Praktek Umum (PU) di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukanegara Selatan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.


(32)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. WB.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW selaku Rasul Allah SWT atas berkat beliaulah kita mendapat petunjuk kejalan yang lurus.

Skripsi dengan judul : “Analisis Vegetasi Tumbuhan Obat di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku pembimbing utama dan

pembimbing akademik penulis atas bimbingan, arahan, dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut, M.Sc., selaku pembimbing kedua penulis atas bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran yang telah diberikan hingga skripsi ini selesai.


(33)

4. Bapak Drs. H. Afif Bintoro, M.P., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Jurusan Kehutanan dan Fakultas Pertanian Unila;

7. Keluarga Besar Rei (Bapak, Ibu, Reinal dan Iman) yang telah memotivasi, mendoakan penulis agar dapat berhasil dan untuk kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis serta kesabaran yang tiada pernah habisnya selama ini.

8. The best person that i’ve ever had, Reza atas semua perhatian, kasih sayang,

bimbingan, motivasi, semangat, bantuan, inspirasi dan nasihat yang selalu diberikan kepada penulis selama ini. Thanks for colouring my life.

9. Datuk Syahyar yang telah membantu dan membimbing penulis selama penelitian, serta terimakasih atas doa, bantuan dan dukungan yang diberikan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Kepala dan Masyarakat Pekon Pahmungan sebagai fasilitator yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

11.Himaker dan Big Brother Krui (Merry, Valen, Nisa, Fera, Eko, Icha, Baim, Firdaus) atas bantuannya selama penulis menyelesaikan penelitian dan motivasi, dukungan, bantuan serta kebersamaan yang telah diberikan selama ini.

12.Bebe, Semut, Nenek dan Pagun atas motivasi, semangat, keceriaan, bantuan, nasihat dan kesediaannya untuk mendengarkan keluh kesah penulis selama ini.


(34)

13.Dejunott (Devi, Juwita, Nora, Tiyas, Tince) atas canda tawa, semangat, doa dan kesediaanya dalam mendengarkan semua curahan hati penulis selama ini. 14.Teman-teman Forestry Seven, Eko, Merry, Nisa, Valen, Fera, Icha, Baim,

Ribai, Oben, Daus, Adi, Etu, Fajar, Westi, Ando, Deni, Lisda, Andri, Rani, Rita, Nove, Desni, Sondri, Nanda, Moses, Agus, Anggi, Elsa, Daniel, Edwin atas suka duka, canda tawa dan kebersamaan yang menemani penulis mulai dari awal kuliah hingga sekarang.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skrpsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua yang telah diberikan untuk penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 20 Januari 2012


(35)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Vegetasi

Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda. Kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang masing-masing tergabung dalam populasi yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan yang lain yang dinamakan komunitas (Gem, 1996).

Struktur vegetasi menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) adalah suatu pengorganisasian ruang dari individu-individu yang menyusun suatu tegakan. Dalam hal ini, elemen struktur yang utama adalah growth form, stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage). Dalam pengertian yang luas, struktur vegetasi mencakup tentang pola-pola penyebaran, banyaknya jenis, dan diversitas jenis. Menurut Odum (1993), struktur alamiah tergantung pada cara dimana tumbuhan tersebar atau terpencar di dalamnya.

B. Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat (Fitofarmaka) adalah obat alamiah yang bahan bakunya berupa simplisia yang telah mengalami standarisasi, memenuhi persyaratan buku resmi, telah dilakukan penelitian ilmiah atas bahan baku sampai sediaan


(36)

galeniknya, serta kegunaan dan khasiatnya jelas sebagaimana kaidah kedokteran modern. Fitofarmaka berasal dari tanaman dan khasiatnya telah terbukti secara ilmiah. Keberadaan fitofarmaka sebagai obat telah dapat diterima oleh kalangan praktisi kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2000).

C. Jenis dan Manfaat Tumbuhan Obat

Hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies di antaranya merupakan tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut menurut Ditjen POM, baru sebanyak 283 spesies tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional (Djauhariya dan Hernani, 2004).

Tumbuhan yang banyak digunakan sebagai tanaman obat adalah tumbuhan yang termasuk dalam divisi tracheophyta (tumbuhan berpembuluh). Bagian-bagian tanaman yang bisa dipergunakan sebagai obat adakalanya hanya terbatas pada daun, akar, kulit batang, bunga, dan biji (Kartasapoetra,1996). Contoh berbagai jenis tumbuhan obat hutan yang berada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh berbagai jenis tumbuhan obat hutan di Indonesia

No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang digunakan

Kegunaan

1. Strobilanthes sp Umpu iya Daun Penutup luka dengan urat terputus

2. Crinum asiaticum

Kapupu Daun Perawatan paska persalinan 3. Lannea

coromandelica

Kayu jawa Daun Penutup luka, Perawatan paska persalinan, luka dalam


(37)

4. Alstonia scholaris

Kompanga/ pulai

Kulit kayu Obat malaria, penurun panas

5. Ageratum conyzoides

Ewo bonto/ Babadotan

Daun Penutup luka 6. Acorus calamus Daria Rimpang Penurun panas

7. Areca catechu Wua Buah

muda Obat diabetes 8. Blumea balsamifera Ombu/ sembung

Daun Obat penyakit dalam, sakit kepala,

9. Ceiba pentandra Kawu-kawu Daun Penurun panas 10. Carica papaya Pepaya Akar,

daun tua

Obat malaria, penurun panas, penyakit dalam No Nama ilmiah Nama lokal Bagian

yang digunakan

Kegunaan

11. Callophyllum inophyllum

Dongkala Getah daun

Obat tetes mata (kena debu)

12. Terminalia catappa

Tolike ketapang

Akar Penawar keracunan makanan

13. Euphorbia hirta Siku-siku mata Getah

Obat tetes mata (bintik putih)

14. Jatropha curcas Tanga-tanga Getah Obat sakit gigi, obat sakit telinga, obat sakit cacar, obat panas dalam 15. Jatropha

multifida

Dium Getah Penutup luka 16. Selaginella

willdenowii

Rane daun Perawatan paska melahirkan, penutup luka, penyembuh penyakit kulit (kurap) 17. Polygala glomerata Lentah hayam/ Lidah ayam Akar dan daun

Obat gosok, penyakit kelamin, meringankan sakit tenggorakan, sariawan,

menyembuhkan diarea, meringankan asma, batuk, dan juga

brochitis yang menahun 18. Lunasia amara Keu wia Kulit

batang bagian dalam

Obat tetes mata (merah dan gatal)

19. Curcuma xanthorrhiza

Temulawak Rimpang Obat batuk 20. Zingiber

purpureum


(38)

Sumber : Rahayu dkk., 2006 D. Repong Damar

Kebun Damar atau masyarakat Lampung Krui menyebutnya Repong Damar adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang ekosistemnya merupakan hamparan tanaman yang membentuk suatu lahan hutan yang dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat (Mulyani, 2008).

Dari hasil pencacahan pada repong di Kecamatan Pesisir Tengah dan Pesisir Selatan, diketahui terdapat 26 jenis pohon kayu, 33 jenis phon buah-buahan dan 5 jenis tumbuhan bermanfaat lainnya. Dari 28 jenis pohon kayu (termasuk damar), ternyata sebaran jenis sebanyak 16 jenis yang terdapat di Kecamatan Pesisir Tengah, yaitu Bayur, Sungkai, Kandis, Pulai, Talas, Laban, Lahu, Waru, Suren, Haneban, Ketapang, Salam, Kayu Manis, Rengas, Jati,

Cempaka. Untuk jenis pohon buah-buahan terdapat 29 jenis, terdiri dari Duku, Durian, Petai, Menteng, Cempedak (lima jenis utama buah-buahan), Jengkol, Melinjo, Manggis, Cengkeh, Pinang, Kopi, Mangga, Kupa, Jambu, Coklat, Nangka, Rambutan, Jambu Bol, Sirsak, Pinang, Aren, Kemang, Belimbing Wuluh, Jaling/Kapau, Jeruk, Randu, Limus, Serengku dan Kemiri. Lima jenis tumbuhan bermanfaat lainnya adalah Bambu, Lada, Rotan, Cabe dan Katuk (Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat, 2005).

E. Bentuk Hidup Tumbuhan

Bentuk hidup tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu (Indriyanto, 2005) :


(39)

1. Pohon adalah kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar dengan tinggi tumbuhan lebih dari 5 m,

2. Perdu dan semak adalah tumbuhan berkayu, berukuran kecil dengan tinggi tumbuhan kurang dari 5 m,

3. Herba adalah tumbuhan berkayu yang berdaur hidup pendek, 4. Liana adalah tumbuhan berkayu yang tumbuhnya merambat atau

menjalar,

5. Epifit adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya menempel atau melekat pada tumbuhan.

Dalam komunitas tumbuhan, pohon dapat dikelompokkan menurut tingkat (fase) pertumbuhan sebagai berikut (Indriyanto, 1998 ; 2005) :

1. Semai yaitu pohon yang tingginya kurang atau sama dengan 1,5 m 2. Pancang yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 m dengan diameter

batang kurang dari 10 cm,

3. Tiang yaitu pohon dengan diameter batang 10-19 cm,

4. Pohon yaitu pohon dengan diameter batang 20 cm atau lebih.

F. Parameter Kuantitatif dan Deskripsi Vegetasi

Untuk kepentingan deskripsi vegetasi ada beberapa parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umum diukur dari suatu tipe komunitas yaitu (Indriyanto, 2005) :

a. Kerapatan (density) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.


(40)

b. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

c. Dominansi merupakan bagian dari parameter yang digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. d. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat

dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal.

G. Distribusi (penyebaran) intern

Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran yang disebut pola distribusi intern. Menurut Odum (1993), tiga pola distribusi intern yang dimaksudkan antara lain :

1. Distribusi acak (random)

Distribusi acak terjadi apabila kondisi lingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi dan masing-masing individu tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan.

2. Distribusi seragam (uniform)

Distribusi seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh area dan kompetisi antarindividu anggota populasi (Odum, 1993). 3. Distribusi bergerombol (clumped)


(41)

Distribusi bergerombol pada suatu populasi merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang (Heddy

dkk.,1986).

H. Analisis komunitas tumbuhan

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Analisis komunitas

dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2005). Struktur komunitas

tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Parameter kualitatif dalam analisis komunitas tumbuhan antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan,

penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas (Gopal dan Bhardwaj, 1979).

Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga parameter kuantitatif antara lain : densitas, frekuensi dan dominansi.

1. Densitas

Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan karta lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang dan sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2005).. K=


(42)

Densitas spesies ke- i dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i.

K=

KR- i =

2. Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem (Indriyanto, 2005). Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus :

F =

F-i =

FR-i =

3. Luas Penutupan

Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.

Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (luas basal area). Dapat dikatakan dengan


(43)

istilah dominansi karena parameter ini digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan/dominansi spesies (D), dominansi spesies ke-i (D-i) dan dominansi relatif spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan rumus :

1. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka : C =

C-i =

2. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka : D =

D-i = DR-i =

4. Indeks Nilai Penting

Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : INP=KR+FR+CR

INP-i= KR-i+FR-i+CR-i

I. Metode Pengambilan Contoh Analisis Komunitas Tumbuhan

Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode petak (plot), metode jalur, ataupun metode


(44)

kuadran (Soegianto, 1994). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode petak. Metode ini dapat menggunakan metode petak tunggal atau petak ganda.

Metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran minimum petak contoh itu, ditetapkan menggunakan kurva spesies area. Luas minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto, 1994).

Metode petak ganda, pengambilan contoh vegetasinya dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematik. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya. Menurut Kusmana (1997), ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20m x 20m, fase tiang 10m x 10m, fase pancang adalah 5m x 5m, dan untuk fase semai, liana, serta semua jenis tumbuhan bawah menggunakan petak contoh berukuran 1m x 1m atau 2m x 2m. Pada metode petak ganda semua parameter kuantitatif dapat dihitung menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Metode petak ganda dapat dikombinasikan dengan metode jalur, menjadi metode garis berpetak. Metode garis berpetak digunakan dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.


(1)

1. Pohon adalah kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar dengan tinggi tumbuhan lebih dari 5 m,

2. Perdu dan semak adalah tumbuhan berkayu, berukuran kecil dengan tinggi tumbuhan kurang dari 5 m,

3. Herba adalah tumbuhan berkayu yang berdaur hidup pendek, 4. Liana adalah tumbuhan berkayu yang tumbuhnya merambat atau

menjalar,

5. Epifit adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya menempel atau melekat pada tumbuhan.

Dalam komunitas tumbuhan, pohon dapat dikelompokkan menurut tingkat (fase) pertumbuhan sebagai berikut (Indriyanto, 1998 ; 2005) :

1. Semai yaitu pohon yang tingginya kurang atau sama dengan 1,5 m 2. Pancang yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 m dengan diameter

batang kurang dari 10 cm,

3. Tiang yaitu pohon dengan diameter batang 10-19 cm,

4. Pohon yaitu pohon dengan diameter batang 20 cm atau lebih.

F. Parameter Kuantitatif dan Deskripsi Vegetasi

Untuk kepentingan deskripsi vegetasi ada beberapa parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umum diukur dari suatu tipe komunitas yaitu (Indriyanto, 2005) :

a. Kerapatan (density) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.


(2)

b. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

c. Dominansi merupakan bagian dari parameter yang digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. d. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat

dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal. G. Distribusi (penyebaran) intern

Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran yang disebut pola distribusi intern. Menurut Odum (1993), tiga pola distribusi intern yang dimaksudkan antara lain :

1. Distribusi acak (random)

Distribusi acak terjadi apabila kondisi lingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi dan masing-masing individu tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan.

2. Distribusi seragam (uniform)

Distribusi seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh area dan kompetisi antarindividu anggota populasi (Odum, 1993). 3. Distribusi bergerombol (clumped)


(3)

Distribusi bergerombol pada suatu populasi merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang (Heddy dkk.,1986).

H. Analisis komunitas tumbuhan

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Analisis komunitas

dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2005). Struktur komunitas

tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Parameter kualitatif dalam analisis komunitas tumbuhan antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan,

penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas (Gopal dan Bhardwaj, 1979).

Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga parameter kuantitatif antara lain : densitas, frekuensi dan dominansi.

1. Densitas

Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan karta lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang dan sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2005)..

K=


(4)

Densitas spesies ke- i dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i. K=

KR- i =

2. Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem (Indriyanto, 2005). Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus :

F =

F-i =

FR-i =

3. Luas Penutupan

Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.

Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (luas basal area). Dapat dikatakan dengan


(5)

istilah dominansi karena parameter ini digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan/dominansi spesies (D), dominansi spesies ke-i (D-i) dan dominansi relatif spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan rumus :

1. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka : C =

C-i =

2. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka :

D =

D-i = DR-i =

4. Indeks Nilai Penting

Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : INP=KR+FR+CR

INP-i= KR-i+FR-i+CR-i

I. Metode Pengambilan Contoh Analisis Komunitas Tumbuhan

Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode petak (plot), metode jalur, ataupun metode


(6)

kuadran (Soegianto, 1994). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode petak. Metode ini dapat menggunakan metode petak tunggal atau petak ganda.

Metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran minimum petak contoh itu, ditetapkan menggunakan kurva spesies area. Luas minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto, 1994).

Metode petak ganda, pengambilan contoh vegetasinya dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematik. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya. Menurut Kusmana (1997), ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20m x 20m, fase tiang 10m x 10m, fase pancang adalah 5m x 5m, dan untuk fase semai, liana, serta semua jenis tumbuhan bawah menggunakan petak contoh berukuran 1m x 1m atau 2m x 2m. Pada metode petak ganda semua parameter kuantitatif dapat dihitung menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Metode petak ganda dapat dikombinasikan dengan metode jalur, menjadi metode garis berpetak. Metode garis berpetak digunakan dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.