Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan yang seharusnya dari golongan panutan atau penegak hukum, mungkin berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungan. Halangan-halangan yang memerlukan penanggulangan tersebut adalah: 1. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi, 2. Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, 3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi, 4. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan materiel, 5. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan konservatisme. 16 3. Faktor Sarana atau Fasilitas Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas antara lain mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Menurut Purbacaraka dan Soerjono Soekanto khususnya untuk sarana dan fasilitas tersebut, sebaiknya sebaiknya dianut jalan pikiran sebagai berikut: a. Yang tidak ada diadakan yang baru betul, b. Yang rusak atau salah diperbaiki atau dibetulkan, c. Yang kurang ditambah, d. Yang macet dilancarkan, e. Yang mundur atau merosot dimajukan atau ditingkatkan. 17 16 Ibid. hlm. 34-35. 17 Ibid. hlm. 44. 4. Faktor Masyarakat Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi hukum tersebut. Masyarakat Indonesia pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum yang variasinya ialah: 1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan, 2. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan, 3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas yang diharapkan, 4. Hukum diartikan sebagai tata hukum yakni hukum positif tertulis, 5. Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat, 6. Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa, 7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan, 8. Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan unik, 9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai, 10. Hukum diartikan sebagai seni. 18 5. Faktor Kebudayaan Kebudayaan sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Menurut Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah sebagai berikut: 1. Nilai ketertiban dan nilai ketenteraman, 2. Nilai jasmaniahkebendaan dan nilai rohaniahkeakhlakan, 3. Nilai kelanggengankonsevatisme dan nilai kebaruaninovatisme. 19 18 Ibid. hlm. 45-46. 19 Ibid. hlm. 60.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk mempelajari kaedah hukum dengan mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan baik yang berupa penilaian, perilaku, pendapat dan sikap dengan mengadakan penelitian lapangan. Berdasarkan pengertian di atas, maka pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris digunakan dalam penelitian ini untuk memahami persoalan mengenai Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Dalam Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 dua yaitu: 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang berupa keterangan-keterangan dan informasi dari responden secara langsung yang didapat melalui wawancara dan observasi lapangan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung. 2. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dengan cara mengutip, menelaah dan mencatat bahan-bahan peraturan atau bahan-bahan lainnya yang berhubungan dan sesuai dengan pokok bahasan, yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, seperti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder tersebut meliputi Rancangan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus umum, kamus hukum, kamus ilmiah, hasil- hasil penelitian, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal hukum.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama. 20 Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Anggota TPP pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung dan Petugas Pemasyarakatan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar. Sampel adalah sejumlah manusia atau unit yang menjadi bagian dari populasi. 21 Sampel dalam penelitian ditetapkan dengan teknik purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka yang menjadi respondensampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketua TPP Lapas Kelas I Bandar Lampung = 1 orang 2. Sekretaris TPP Lapas Kelas I Bandar Lampung = 1 orang 3. Petugas Pemasyarakatan Lapas Kelas I Bandar Lampung = 2 orang + Jumlah = 4 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, op.cit. hlm.172. 21 Ibid.

Dokumen yang terkait

Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pembinaan Narapidana Narkotika (Studi Pengadilan Negeri Sibolga dan Lembaga Pemasyarakatan Sibolga)

2 49 96

Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan (Tpp) Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2 75 143

Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Ketrampilan Bagi Narapidana (Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto)

0 6 102

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI DI Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen).

0 0 13

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI DI Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen).

0 1 19

EFEKTIVITAS HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA EFEKTIVITAS HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA.

0 2 9

PENDAHULUAN EFEKTIVITAS HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA.

1 7 18

PENDAHULUAN EFEKTIVITAS HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA.

0 5 19

PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP) DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung) Oleh: Kurniawan Syarif, Diah Gustiniati M., Dona Raisa M. Email : kurniawan.syarif89gmail.com ABSTRAK - PERANAN TIM

0 1 11

PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA DI LAPAS KLAS IIA MATARAM Lalu Panca Tresna D DIA 113 152 ABSTRAK Peranan Hakim Pengawas dan Pengamat dalam pembinaan Narapidana di Lapas Klas

0 0 18