Rekan Kerja Kerangka Pemikiran

d Persaingan antar organisasi, dan e Kemampuan perusahaan untuk membayar upah dan gaji yang cukup untuk dapat menarik dan mempertahankan karyawan yang dibutuhkan.

c. Promosi Karir

Promosi adalah perencanaan karir seseorang pada pekeIjaan yang lebih baik dalam bentuk tanggung jawab yang lebih besar, prestise atau status yanglebih, skill yang lebih besar, dan khususnya meningkatnya upah atau gaji. Dalam era manajemen modern, promosi telah dianggap sebagai imbalan yang cukup efektif untuk meningkatkan moral pekerja dan mempertinggi loyalitas terhadap organisasi. Selain itu, promosi berfungsi sebagai perangsang bagi mereka yang memiliki ambisi dan prestasi kerja tinggi. Dengan demikian, usaha-usaha menciptakan kepuasan atau komponen promosi dapat mendorong mereka untuk berprestasi lebih baik di masa-masa yang akan datang.

d. Rekan Kerja

Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga butuh interaksi sosial, oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung kerja kita maka kepuasan kerja dapat kita capai. Untuk itu hal ini sangat berhubungan dengan kondisi kerja kita. Pengertian kondisi kerja disini adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas.

e. Kepenyeliaan Supervisi

Supervisi mempunyai peran yang sangat penting dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan. Untuk itu perusahaan harus dapat melakukan pengawasan terhadap karyawan agar tejadi hubungan yang harmonis antara bawahan dan atasan. Tugas pengawasan tidak dapat dipisahkan dengan tugas kepemimpinan, yaitu usaha mempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi untuk tujuan tertentu. Supervisor secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi mealui kecermatannya dalam mendisiphnkan dan menerapkan peraturan-peraturan.

2.1.3. Kinerja Karyawan

Setiap perusahaan menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Setiap organisasi atau lembaga tersebut terdiri dari elemen para pelakupegawai yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan secara sendiri-sendiri maupun berkelompok dengan tujuan untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang akan dicapai. Para pegawai yang terdapat dalam lembaga sangat mempengaruhi kinerja lembaga, hal ini dikarenakan para pegawai tersebut merupakan penggerak utama bagi setiap kegiatan yang ada dan sangat berperan aktif dalam upaya mencapai tujuannya. Dengan kata lain tercapainya tujuan sebuah lembaga hanya dimungkinkan karena upaya para pegawai sebagai pelaku yang terdapat pada lembaga tersebut.

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Membahas mengenai masalah kinerja tentu tidak terlepas dari proses, hasil dan daya guna. Dalam hal ini kinerja prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengkaji kinerja tidak lepas dari beberapa teori yang berhubungan dengan kinerja sebagaimana diuraikan berikut ini. Menurut Rue dan Byars yang disunting Edy Suandi Hamid dan Sobirin Malian 2004:45 mengemukakan bahwa : “Kinerja dapat didefinisikan sebagai pencapaian hasil atau ”the degree of accomplishment ” tingkat pencapaian organisasi. Selanjutnya, hasil kerja seseorang dapat dinilai dengan standar yang telah ditentukan, sehingga akan dapat diketahui sejauhmana tingkat kinerjanya dengan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang ada.” Sedarmayanti 2007:195 menyatakan bahwa : “Kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja apa yang harus dicapai seseorang dan kompetensi bagaimana seseorang mencapainya. ” Mangkunegara 2006:67 menyatakan bahwa: “Kinerja Sumber Daya Manusia merupakan istilah dari kata Job Performance atau Actual Performance Prestasi Kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawanpegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan tanggung jawab dalam pekerjaannya :

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang di kutip oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara 2007:67 yang merumuskan bahwa : Human performance = Ability x motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x skill Keterangan : a. Faktor kemampuan Secara psikologi kemampuan ability terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge + skill. Artinya pimpinan dan karyawanyang memiliki IQ di atas rata-rata IQ 110-102 apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. b. Faktor Motivasi Motivation Motivasi diartikan suatu sikap attitude pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja situation di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif pro terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif kontra terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. 2.1.3.3. Pengukuran Kinerja Tercapainya tujuan lembaga merupakan salah satu wujud dari keberhasilan sebuah lembaga dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tetapi keberhasilan tersebut tidak dapat dilihat begitu saja, diperlukan penilaian terhadap kinerja lembaga tersebut. Penilaian terhadap kinerja juga sering disebut dengan pengukuran kinerja, dimana pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel yang bergantung pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja tersebut. Keban 1995 dalam Jejen Hendra Pernama 2000:14, mengatakan: “bahwa cakupan dan cara mengukur indikator kinerja sangat menentukan apakah suatu lembaga publik dapat dikatakan berhasil atau tidak berhasil kinerjanya. Lebih lanjut Keban menjelaskan bahwa ketepatan pengukuran seperti cara atau metode pengumpulan data untuk mengukur kinerja juga sangat menentukan penilaian akhir kinerja.” Definisi pengukuran kinerja juga telah dikemukan oleh beberapa ahli seperti Mahmudi 2005:7, diantaranya Robertos 2002, mengatakan bahwa : “Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi mengenai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kerja kegiatan dengan target dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan” Definisi-definisi pengukuran kinerja yang telah dikemukakan tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja yaitu sebuah proses kegiatan penilaian terhadap kinerja dengan variabel tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor yang membentuk kinerja tersebut untuk melihat apakah tujuan dari lembaga tersebut telah tercapai dengan baik atau belum. Tentunya pegawai sebagai pelaku utama dalam menjalankan kegiatan lembaga tersebut perlu juga dilakukan penilaian terhadap kinerjanya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Surya Dharma 2005:15, bahwa penilaianpengukuran kinerja pegawai merupakan suatu kegiatan yang amat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan pegawai dalam menunjang keberhasilan lembaga dalam mencapai misi sebuah lembaga. Lebih lanjut Surya Dharma 2005:15 mengatakan bahwa pengukuran kinerja pegawai bertujuan: 1 Pengembangan, yaitu sebuah manfaat yang dapat digunakan untuk menentukan siapa saja pegawai yang perlu ditraining dan dapat pula membantu mengevaluasi hasiltraining. Selain itu juga dapat membantu pelaksanaan conseling antara atasan dan bawahan sehingga dapat dicapai usaha-usaha pemecahan masalah yang dihadapi pegawai. 2 Pemberian reward, yaitu dapat digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa tanggungjawab sehingga akan mendorong mereka untuk meningkatkan kinerjanya. 3 Perencanaan sumber daya manusia yang dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan ketrampilan serta perencanaan sumber daya manusia. 4 Kompensasi yang dapat bermanfaat untuk memberikan informasi yang digunakan untuk menentukan apa yang harus diberikan kepada pegawai yang tinggi atau yang rendah dan bagaimana prinsip pemberian kompensasi yang adil. 5 Komunikasi, dimana evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja pegawai merupakan dasar untuk komunikasi berkelanjutan antar atasan dan bawahan menyangkut kinerja pegawai.” Bernardin Russel dalam Muji Rahayu 2003:240 mengatakan bahwa pengukuran kinerja pegawai merupakan upaya sistimatis untuk membandingkan apa yang dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada, dengan tujuan untuk mendorong kinerja seseorang agar dapat berada di atas rata-rata. Lebih lanjut Bernardin Russel dalam Muji Rahayu 2003:240 menyebutkan adanya 6 kriteria primer untuk mengukur kinerja, yaitu: a Kualitas kerja : merupakan tingkat sejauhmana hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan b Kuantitas kerja : merupakan jumlah yang dihasilkan, jumlah, rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan. c Waktu yang dibutuhkan : merupakan tingkat sejauhmana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memperlihatkan koordinasi output orang lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain. d Efektivitas sumber daya : merupakan tingkat sejauhmana penggunaan sumber daya organisasi di maksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi, atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya. e Kebutuhan terhadap pengawasan : merupakan tingkat sejauhmana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. f Dampak kepribadian : merupakan tingkat sejauhmana karyawan memelihara harga diri, niat baik dan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan. 2.1.4. Keterkaitan antar Variabel 2.1.4.1. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal: mencapai tujuan. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk bertindak demi tercapainya kebutuhan atau tujuan. Hal ini menandakan seberapa kuat dorongan, usaha, intensitas, dan kesediaanya untuk berkorban demi tercapainya tujuan. Dalam hal ini semakin kuat dorongan atau motivasi dan semangat akan semakin tinggi kinerjanya. Mangkunegara 2005:67 menyatakan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Sementara Mathis dan Jackson 2001:89 menyatakan kinerja yang dicari oleh perusahaan dari seseorang tergantung dari kemampuan, motivasi, dan dukungan individu yang diterima. Selain itu menurut Munandar 2004:324 unjuk kerja kinerja adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan, dan peluang. Menurut Munandar 2001:104, ada hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya manajer yang mempunyai motivasi prestasi yang tinggi cenderung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah”.

2.1.4.2. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja juga memegang peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam meningkatkan kinerja pegawainya. Luthans, 2006: 246, menyatakan bahwa : “Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan”. Dessler 2000:42 yang menyatakan bahwa : “Kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan membangun kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien”. Menurut T. Hani Handoko 2007:290, kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Bila suatu pekerjaan dianggap menyenangkan ada dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni pegawai tersebut bersikap lebih produktifberprestasi atau bersikap jalan ditempatstagnan. Sebaliknya bila suatu pekerjaan dianggap tidakkurang menyenangkan akan muncul pula dua kemungkinan yakni karyawan tersebut bersikap stagnan dengan cara berusaha bertahan semampunya untuk melawan perasaan tidak menyenangkan itu atau bersikap apatisekstrim sehingga tidak perduli dengan produktifitasprestasi kerjanya lagi.

2.1.4.3. Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Salah satu cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya adalah dengan pemberian motivasi, dan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Pernyataan tersebut di atas konsisten dengan hasil penelitian Abdulloh 2006 menyimpulkan bahwa variabel budaya organisasi, locus of control, motivasi dan kepuasan kerja secara langsung mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh tidak langsung terhadap variabel kinerja karyawan, variabel budaya organisasi dan locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya, motivasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.1.4.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu telah banyak dilakukan yang bekaitan dengan pengaruh variabel budaya organisasi, kepuasan kerja, motivasi kerja serta kinerja, antara lain sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 1 Parwanto Wahyuddin 2005 Pengaruh Faktor- faktor Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi Imka dl Surakarta Faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Sikap rekan sekerja merupakan faktor kepuasan kerja yang mempunyai pengaruh paling dominan besar dibandingkan variabel lain terhadap kinerja. Faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja dapat menjelaskan variasi kinerja karyawan sebesar 99,5 Meneliti tentang faktor-faktor kepuasan kerja sebagai variabel indifenden dan menggunakan kinerja sebagai variabel Y variabel defenden. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel motivasi dan kepuasan kerja sebagai variabel independen dan kepuasan kerjanya sebagai variabel dependen Sama sama meneliti variabel kepuasan kerja sebagai variabel independen serta sama- sama menggunakan analisis regresi berganda 2 Abdulloh 2006 Pengaruh budaya organisasi, locus of control, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat Variabel budaya organisasi, locus of control, motivasi dan kepuasan kerja secara langsung mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh tidak langsung terhadap variabel kinerja karyawan, variabel budaya organisasi dan locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya, motivasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Meneliti pengaruh budaya organisasi, locus of control, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan kepuasan kerja dan memasukan variabel motivasi sebagai variabel independennya Sama sama meneliti variabel kepuasan kerja sebagai variabel independen serta sama- sama menggunakan analisis regresi berganda Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 3 M. Wahyuddin Djumino. A 2005 Analisis Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan hasil penelitian dari variabel independen yaitu kepemimpinan, dan motivasi membenarkan hipotesis, yang menyatakan, baik masing-masing atau secara bersama-sama, variabel kepemimpinan, dan motivasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai terbukti; Meneliti tentang motivasi, dan menggunakan variabel X2 sebagai variabel indifenden dan menggunakan kinerja sebagai variabel Y variabel defenden Dari penelitian terdahulu meneliti variabel motivasi 4 Eva Kris Diana Devi 2009 kompensasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening Kompensasi berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen organisasional, namun variabel motivasi menunjukkan hasil yang tidak signifikan positif terhadap komitmen organisasional. Lebih lanjut, variabel kompensasi dan motivasi menunjukkan pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Di sisi lain, hubungan antara komitmen organisasional tidak signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Variabel dependen sama Metode analisis data, peneliti sebelumnya menggunakan analisis jalur dengan variabel komitmen organisasi sebagai variabel intervening sedangkan dalam penelitian ini tidak memasukan variabel komitmen organisasi 5 Yogaswara Achmad Tanuwijaya Dan Iman Murtono Soenhadji, 2001 Pengaruh Kemampuan Karyawan, Kejelasan Aturan, Kesempatan Berkinerja, Dan Penghargaan Perusahaan Terhadap Kinerja Karyawan Diketahui bahwa semakin tinggi nilai kemampuan karyawan, kesempatan berkinerja, kejelasan aturan dan penghargaan semakin tinggi pula kinerja karyawan yang dihasilkan. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor pembentuk kinerja karyawan. Sama sama meneliti variabel kepuasan kerja sebagai variabel defeden Tidak menggunakan variabel indifendennya karakteristik pekerjaan dan kompensas Penelitian terdahulu menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan telah banyak dilakukan, seperti : Parwanto dan Wahyuddin 2005, Abdulloh 2006, M. Wahyuddin dan Djumino. A 2005, serta Eva Kris Diana Devi 2009. Pada intinya dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut menyebutkan bahwa faktor motivasi dan kepuasan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian Abdulloh 2006 menyimpulkan bahwa variabel budaya organisasi, locus of control, motivasi dan kepuasan kerja secara langsung mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh tidak langsung terhadap variabel kinerja karyawan, variabel budaya organisasi dan locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya, motivasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang melibatkan faktor motivasi seperti hasil penelitian Eva Kris Diana Devi 2009 menyimpulkan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan positif terhadap komitmen organisasional, namun variabel motivasi menunjukkan hasil yang tidak signifikan positif terhadap komitmen organisasional. Lebih lanjut, variabel kompensasi dan motivasi menunjukkan pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Di sisi lain, hubungan antara komitmen organisasional tidak signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Namun, dalam penelitian ini tidak melibatkan variabel intervening komitmen organisasi sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, pada penelitian ini hanya difokuskan pada hubungan langsung motivasi dan kepuasan kerja dan terhadap kinerja karyawan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Meningkatnya kualitas Sumberdaya manusia akan termanifestasikan dalam Kinerja SDM dalam melaksanakan tugas dan peran yang diembannya sesuai dengan tuntutan perusahaan, oleh karena itu upaya mengelola dan mengembangkan kinerja individu dalam perusahaan menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kemampuan perusahaan untuk dapat berperan optimal dalam era pesaingan yang sangat ketat. Anwar Prabu Mangkunegara 2005:57 menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja individu dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan banyak variabel. Berkaitan erat dengan kinerja karyawan, maka karyawan Bernardin Russel dalam Muji Rahayu 2003:240 mengatakan bahwa ada 6 kriteria atau indikator untuk mengukur kinerja karyawan, yaitu: kualitas kerja, kuantitas kerja, waktu yang dibutuhkan, efektivitas sumber daya, kebutuhan terhadap pengawasan dan dampak kepribadian. Mangkunegara 2005:67 menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja faktor motivasi. Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk bertindak demi tercapainya kebutuhan atau tujuan. Hariandja 2002:322, menyebutkan bahwa motivasi karyawan dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri dan kebutuhan perwujudan diri. Terpenuhinya kebutuhan, maka dorongan untuk meningkatkan kinerja akan semakin baik. Dengan demikian unjuk kerja kinerja adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan, dan peluang. Munandar 2001: 87 menyatakan ada hubungan positif antara motivasi dan kinerja dengan pencapaian prestasi, artinya pegawai yang mempunyai motivasi prestasi yang tinggi cenderung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah. Kepuasan kerja juga memegang peranan yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya. Wibowo 2008:100, menyebutkan bahwa indikator yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah: kepuasaan terhadap gaji, kepuasan terhadap promosi, kepuasaan terhadap rekan kerja, dan kepuasaan terhadap atasan. Luthans, 2006: 246, menyatakan bahwa kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Bersarkan uraian kerangka teoritis dan empiris sebagaimana telah diungkapkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara motivasi dan kinerja, artinya karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi cenderung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah. Begitu halnya dengan hubungan antara kepuasan dengan kinerja, bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi percaya bahwa perusahaan tempat ia bekerja akan memberi kepuasan untuk jangka waktu yang lama, care terhadap kualitas di tempat kerjanya, lebih komit terhadap tempat kerjanya, memiliki tingkat retention yang tinggi dan lebih produktif dalam bekerja. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja maka semakin senang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan keterkaitan antara variabel motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 1. Kebutuhan fisik physiological needs. 2. Kebutuhan rasa aman safety needs. 3. Kebutuhan sosial social needs. 4. Kebutuhan pengakuan esteem needs. 5. Kebutuhan aktualisasi diri self-actualization needs. Marihot Tua Efendi Hariandja 2005:325-327 Kepuasan Kerja X 2 1. Kepuasaan terhadap gaji 2. Kepuasan terhadap promosi 3. Kepuasaan terhadap rekan kerja 4. Kepuasaan terhadap atasan Wibowo 2008:100 Kinerja karyawan Y 1. Kualitas Kerja 2. Kuantitas Kerja 3. Waktu yang dibutuhkan 4. Efektivitas sumber daya 5. Kebutuhan terhadap pengawasan 6. Dampak kepribadian Bernardin Russel dalam Muji Rahayu 2003:240 Motivasi X I Mangkunegara 2005:67 Luthans, 2006: 246

2.3 Hipotesis