PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

PURWO SUANTO

Berdasarkan data observasi awal yang diperoleh di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran matematika, sebanyak 9 siswa atau 28,23% siswa tuntas dan 23 siswa atau 71,87% siswa belum tuntas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut. Berdasarkan kenyataan di atas peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada materi perbandingan dan skala. Penelitian ini melibatkan 32 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuaan, kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 55,5 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 77,0. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 58,75 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 72,50. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 62,5% (20 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (32 siswa).


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guna mewujudkan tujuan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas, diperlukan suatu pembelajaran bagi siswa dan guru yang mengacu pada kurikulum. Adapun kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ketentuan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 yang mengatur tentang KTSP memuat 10 mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar, salah satunya yaitu Matematika.

Matematika merupakan ilmu dengan objek abstrak dan dengan pengembangan melalui penalaran deduktif telah mampu mengembangkan model yang menerapkan contoh dari sistem itu sendiri yang pada akhirnya telah digunakan untuk memecahkan


(3)

persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga dapat mengubah pola pikir seseorang menjadi pola pikir yang matematis, sistematis, logis, kritis, dan cermat. Tetapi sistem matematika ini tidak sejalan dengan tahap perkembangan mental siswa SD, sehingga yang dianggap logis dan jelas oleh orang dewasa pada matematika masih merupakan hal yang tidak masuk akal dan menyulitkan siswa. Sebagaimana yang terjadi bahwa matematika dianggap pelajaran yang paling sulit dan menakutkan bagi siswa diantara pelajaran-pelajaran yang lain sehingga siswa tidak begitu berminat untuk belajar matematika, siswa hanya mengikuti pembelajarannya saja tetapi tidak menanamkan dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga aktivitas siswa tidak nampak dalam proses pembelajaran dan hasil belajarnya pun relatif rendah.

Pendidikan matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan aljabar, aritmatika, dan geometri serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar (SD) pendidikan matematika diutamakan agar siswa mengenal, memahami, dan mahir mempergunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi dan dokumen tentang pembelajaran Matematika di kelas V SDN 8 Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 52. Sementara itu dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM, diperoleh hasil bahwa dari 32 siswa hanya 9 siswa (28,23%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 23 siswa (71,87%) belum tuntas atau belum mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang


(4)

cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa kurang terlihat.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dikarenakan pola mengajar yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Kemudian guru lebih sering terpaku pada buku serta penyajian materi yang bersifat naratif dan tidak memperhatikan efisiensi waktunya sehingga membuat siswa jenuh dan tidak dapat fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Terlebih lagi guru belum menggunakan media yang menunjang proses pembelajaran.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu sarana guna menunjang perbaikan proses pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan masih rendah.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan masih rendah.


(5)

3. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.

4. Pembelajaran di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan masih bersifat teacher center (berpusat pada guru).

5. Penggunaan waktu penyajian materi Matematika yang kurang efisien..

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


(6)

1.5.Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.

2. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, serta mengembangkan kemampuan profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelasnya.

3. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri 8 Metro Selatan, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Matematika, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Aktivitas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Reber (Syah, 2003:109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Menurut Sriyono (Yasa, http://ipotes.wordpress.com, 208) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu. Sehingga melalui aktivitas tersebut seseorang dapat memecahkan masalah atau persoalan-persoalan lainnya.


(8)

1.2.Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain (Fajar, 2009: 10). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2).

Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya.

1.3.Aktivitas Belajar

Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas


(9)

siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Menurut Purwanto (2003) dalam http://zaifbio.wordpress.com. aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar, dalam hal ini kegiatan belajar memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu diperoleh dengan pengamatan sendiri,penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Sriyono (http://susilofy.wordpress.com, 2010) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisMatematikasi, minat, perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

1.4.Hasil Belajar

Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sudjana dalam Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah


(10)

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan.

Larasati (2005 : 11) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.

1.5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hasan dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Belajar kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et al., 1994; dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan anggota kelompoknya yang bersifat heterogen. Dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).


(11)

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooperative learning menekankan kerjasama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Kegiatan peserta didik dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman kelompoknya untuk berpartisMatematikasi secara aktif, dan berdiskusi (Asma, 2006: 11-12).

Solihatin dalam http://syacom.blogspot.com mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Selanjutnya, Asma (2006: 12) memaparkan bahwa cooperative learning bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan cooperative learning setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisMatematikatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).

Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah. Beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin semua peserta didik bekerja secara kooperatif, yaitu : 1) para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, 2) peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok, 3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok tersebut harus saling berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dan 4) peserta didik yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik


(12)

mempunyai akibat langsung terhadap keberhasilan kelompok (Tim MKPBM UPI, 2001: 218).

Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe di antaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik dalam kelompok, meliputi interaksi dengan teman kelompoknya, partisMatematikasi dalam menjawab pertanyaan diskusi, partisMatematikasi dalam menyelesaikan masalah kelompok, dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok, sebagai pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan secara sistematis.

1.6.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Cooperative learning tipe Jigsaw)

Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajarn kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana peserta didik telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni, 2009: 54).

Dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas, sedangkan di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan di kelas, tetapi peserta didik yang menjadi pusat kegiatan di kelas. Dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta membuat peserta didik merasa senang


(13)

melakukan diskusi materi IPS dalam kelompoknya. Karena motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif peserta didik maupun pertumbuhan efektif peserta didik (Isjoni, 2009: 57).

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim yang bersifat heterogen. Peserta didik diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk dibaca, dan diberi “lembar pakar” (“expert sheets”) yang berisi topik-topik yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika membaca. Kemudian peserta didik dari tim-tim berbeda dengan topik sama bertemu dalam “kelompok pakar” atau “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Para pakar tersebut kembali ke tim mereka masing-masing lalu bergantian mengajar teman-teman dalam tim tentang topik mereka. Akhirnya, para peserta didik membuat assesmen yang mencakup semua topik dan skor kuis individu menjadi skor tim (Asma, 2006: 72).

Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena ukuran suatu kelompok mempengaruhi produktivitas, hal ini juga dikarenakan apabila jumlah anggota dalam satu kelompok makin besar dapat mengakibatkan makin kurangnya efektif kerja sama antar para anggota (Soejadi dalam Isjoni, 2009: 55).

Edward (dalam Isjoni, 2009: 55), berpendapat bahwa kelompok yang terdiri dari 4 (empat) orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana, mengemukakan bahwa beberapa peserta didik yang dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri dari 4 sampai 6 orang peserta didik, hal ini didukung oleh hasil penelitian Slavin. Hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang, lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 4 orang.


(14)

Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. pada model jigsaw ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu kelompok asal/dasar dan kelompok ahli. Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Skema Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. (Sumber: Arends dalam http://amirmahmudmpd.blogspot.com) Keterangan:

1. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok beranggotakan 4-6 peserta didik, tiap peserta didik diberi nomor.

2. Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan dalam bentuk LKK.

3. Masing-masing peserta didik dalam kelompok asal yang sama mempelajari materi yang berbeda satu sama lain.

4. Peserta didik dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama, selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain dalam kelompok gabungan (kelompok ahli). Dalam kelompok ahli, mereka membahas materi yang sama.


(15)

5. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota dari kelompok ahli harus kembali ke kelompok asalnya. Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya.

6. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada peserta didik.

7. Selanjutnya diadakan tes individual. Seperti pada STAD, model Jigsaw juga memberi penghargaan kepada kelompok yang anggotanya memperoleh nilai tinggi. Menurut Arends (2005) dalam http://amirmahmudmpd.blogspot.com tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

I. Tahap Pendahuluan

a. Review, apersepsi, motivasi.

b. Menjelaskan pada peserta didik tentang model pembelajaran yang Matematika dan menjelaskan manfaatnya.

c. Pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang heterogen.

d. Pembagian Lembar Kerja Kelompok (LKK) pada kelompok asal.

e. Pembagian materi dalam bentuk “Lembar Ahli” pada setiap anggota kelompok. II. Tahap Penguasaan

a. Peserta didik dengan materi sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguasai materi sesuai dengan soal yang diterima.

b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya dengan menjadi motivator dan mediator III. Tahap Penularan

a. Setiap peserta didik kembali ke kelompok asalnya.

b. Tiap peserta didik saling menularkan dan menerima materi dari peserta didik lain/ para ahli yang ada dalam kelompok asalnya masing-masing.

c. Terjadi diskusi antar peserta didik dalam kelompok asal. d. Dari diskusi, peserta didik memperoleh jawaban soal. IV. Penutup

a. Guru bersama peserta didik membahas LKK. b. Kuis/Evaluasi.

c. Penghargaan

Berdasarkan uraian di atas penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang berupa kelompok-kelompok kecil dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian dari materi kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada kelompok asalnya. Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dan saling


(16)

memberi bantuan untuk menguasai materi pelajaran dalam mencapai prestasi yang optimal.

2.7. Kelebihan dan Kelemahan dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Menurut Ibrahim (2010) dalam http://azisgr.blogspot.com pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

1) Kelebihan

a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

b. Menerapkan bimbingan sesama teman.

c. Rasa harga diri peserta didik yang lebih tinggi. d. Memperbaiki kehadiran.

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. f. Sikap apatis berkurang.

g. Pemahaman materi lebih mendalam. h. Meningkatkan motivasi belajar. 2) Kelemahan

a. Jika guru tidak mengingatkan agar peserta didik selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

2.8 . Pengertian Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning” (pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar (MKPBM) UPI (2001: 17), jadi berdasarkan asal katanya, maka Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau nalar (Erna, Tiurlina, 2006: 3). Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana


(17)

kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi.

James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan geometri (Tim Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar (MKPBM) UPI, 2001: 17).

Russefendi dalam Erna, Tiurlina (2006: 4), menyatakan bahwa Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial dan ekonomi.

2.9. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan”.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk., 2006: 16).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selessai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus.

Perencanaan Observasi

Pelaksanaan


(19)

Gambar 3.1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto (2006: 16)

3.2.Setting Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 08 Metro Selatan, yang terletak di Jl. Gembira No. 47 Kelurahan Sumbersari Bantul Kecamatan Metro Selatan Kota Metro.

3.2.2.Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, serta akan dilaksanakan dalam jangka waktu 6 bulan, dihitung dari perencanaan sampai penggandaan dan pengiriman hasil.

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi

Refleksi SIKLUS II


(20)

3.3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini subjek penelitian adalah 1 orang guru dan siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, yang terdiri dari 32 siswa dengan komposisi 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal tes.

Tabel 3.1 Contoh Lembar Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 2 3 4 ...

Jumlah Modus Nilai Terendah Nilai Tertinggi

Rata-rata

3.4.2. Teknik Non Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi.


(21)

a. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas peserta didik diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan peserta didik sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang Diamati

Total Skor Aktivitas siswa dalam kelompok Partisip asi siswa Motivasi dan semangat Interaksi antar sesama siswa Interaksi siswa dengan guru 1 2 3 4 ...

Sumber: dimodifikasi dari Poerwanto (2008:5.27)

b. Data Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran di Kelas

Data kinerja guru dilakukan selama pembelajaran berlangsung, diadakan observasi untuk mengamati pengelolaan pembelajaran melalui lembar observasi yeng disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas, dengan menggunakan lembar Instrumen Penelitian Kinerja Guru 2 (IPKG 2). Data kualitatif pada lembar IPKG 2, dianalisis dengan menggunakan persentase sebagai berikut:

NP = ��

�� � %

Keterangan:


(22)

JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41).

3.5. Alat Pengumpulan Data

3.5.1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar Siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika dengan cooperative learning tipe Jigsaw.

3.5.2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar Siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan cooperative learning tipe Jigsaw.

3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1. Analisis kualitatif,

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan


(23)

R N

kegiatan pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis.

Tabel 3.3 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Skala Kategori

1 3,01 – 4,00 Sangat baik

2 2,01 – 3,00 Baik

3 1,01 – 2,00 Cukup

4 0,00 – 1,01 Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Poerwanto (2008:5.27)

3.6.2. Analisis Kuantitatif

Analisis Kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual S = X 100%

Keterangan :

S : Nilai yang diharapkan

R : Jumlah skor / item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes

b. Ketuntasan klasikal

S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100%

Jumlah seluruh siswa

Keterangan :


(24)

Ketuntasan klasikal: jika > 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan >

65%

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yang digunakan di SD Negeri 8 Metro Selatan, siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai 60, kemudian hasil tersebut akan didistribusikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Penilaian Siswa

No Nilai Frekuensi % Kategori

3.7. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan prosedur penelitian dengan 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

Siklus I

a. Perencanaan


(25)

1. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai tindakan.

2. Mengambil data hasil ujian semester Matematika kelas V semester genap yang digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok dan skor awal.

3. Menyiapkan silabus Matematika untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan

5. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

6. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

7. Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

8. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama pembelajaran. 9. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik. 10. Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:

1). Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelum menampilkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai tindakan apersepsi agar


(26)

peserta didik lebih terarah dalam pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang cooperative learning tipe Jigsaw. 2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan

tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum bertanya kepada guru.

b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam kelompok asalnya masing-masing.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal. 4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.

5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:


(27)

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari tiap ahli).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok. 4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.

3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

d) Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK).

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan.


(28)

4) Guru memberikan penghargaan kelompok.

5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/dimengerti.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal. Refleksi dibuat melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.


(29)

Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan ulang. Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, termasuk pada pembentukan kelompok. Hal ini disebabkan karena efektivitas kerja kelompok yang telah dibentuk hasil efektif dan tidak ada keluhan peserta didik terhadap kelompoknya, hanya saja materi disesuaikan pada siklus II. Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai tindakan.

2. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

3. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

4. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

5. Menyiapkan lembar instrumen observasi aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama embelajaran. 7. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik.


(30)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelum menampilkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai tindakan apersepsi agar peserta didik lebih terarah dalam pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang cooperative learning tipe Jigsaw. 2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan

tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberi tahu temannya yang sulit menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih kurang paham bertanya kepada yang sudah mengerti.

b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam kelompok asalnya.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal. 4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.


(31)

2. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

b) Tahap Penguasaan

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari peserta didik lain/ para ahli dalam kelompok asalnya).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok. 4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap


(32)

pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

d) Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK).

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan.

3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

4) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/ dimengerti.

5) Guru memberikan penghargaan kelompok.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.


(33)

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya. Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

3.8. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berhasil apabila:

a. Nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai ≥ 75%. b. Peningkatakan hasil belajar siswa mencapai ≥ 70.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah: 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran

Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 55,5 dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 77,0.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,75 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 72,50

5.2. Saran

1. Bagi peserta didik, agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan peserta didik lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.


(35)

2. Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena dengan adanya variasi atau hal baru yang tepat maka peserta didik akan lebih antusias dan terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, variasi dalam pembelajaran membuat kita lebih kreatif dan berpikiran luas.

3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.


(36)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

PURWO SUANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(37)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(SKRIPSI)

Oleh

PURWO SUANTO 0913099021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(38)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Margorejo pada tanggal 27 Juni 1982 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, pasangan dari Bapak Kaderi dan Ibu Sartini. Pendidikan yang dialami penulis dimulai dari SD Negeri 2 Margodadi Kec. Bantul selesai pada tahun 1994. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 5 Metro lulus tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Utama Wacana Metro lulus tahun 2000.

Penulis memulai karir sebagai guru di SD Negeri 8 Metro Selatan pada tahun 2005 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan kuliah D2 PGSD STIT Agus Salim Metro Lampung lulus pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan kembali pendidikan S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(39)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 15

3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21

4.1. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 55

4.2. Grafik Rata-rata Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 56

4.3. Grafik Persentase Kinerja Guru Tiap Siklus ... 57


(40)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Perumusan Masalah ... 5

1.4. Tujuan penelitian ... 5

1.5. Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas ... 6

2.2. Belajar ... 8

2.3. Aktivitas Belajar ... 9

2.4. Hasil Belajar ... 10

2.5. Pembelajarn Kooperatif ... 11

2.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 13

2.7. Kelebihan dan Kelemahan Cooperatif Tipe Jigsaw ... 17

2.8. Pengertian Matematika ... 18

2.9. Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 20

3.2. Setting Penelitian ... 21

3.3. Subjek Penelitian ... 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.5. Alat Pengumpul Data ... 24

3.6. Teknik Analisis Data ... 25

3.7. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 27

3.8. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil SD Negeri 8 Metro Selatan ... 37


(41)

4.2.1. Siklus I ... 38 4.2.2. Siklus II ... 47 4.3. Pembahasan ... 54 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 60 5.2. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(42)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 42

4.2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 43

4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

4.4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 51

4.5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 52

4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53


(43)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan TP. 2011-2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung dan sekaligus pembahas dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas ini. 4. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd, selaku Pembimbing dalam proses penyelesaian Penelitian

Tindakan Kelas ini..

5. Ibu Dra. Dwi Patmawati, selaku Kepala SD Negeri 8 Metro Selatan dan seluruh dewan guru beserta staf SD Negeri 8 Metro Selatan.

6. Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.


(44)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penulisan ilmiah lainnya.

Metro, 11 Oktober 2012 Penulis

Purwo Suanto NPM. 0913099021


(45)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Sarengat, M.Pd _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Hi. Darsono, M.Pd _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(46)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Sutdi

Fakultas

: : : :

Purwo Suanto 0913099021 S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul PTK : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil tulisan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Metro, 11 Oktober 2012

Purwo Suanto NPM. 0913099021


(47)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Sutdi

Fakultas

: : : :

Purwo Suanto 0913099021 S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Unila Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002

Drs. Sarengat, M.Pd


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 42

4.2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 43

4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

4.4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 51

4.5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 52

4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan TP. 2011-2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung dan sekaligus pembahas dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas ini. 4. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd, selaku Pembimbing dalam proses penyelesaian Penelitian

Tindakan Kelas ini..

5. Ibu Dra. Dwi Patmawati, selaku Kepala SD Negeri 8 Metro Selatan dan seluruh dewan guru beserta staf SD Negeri 8 Metro Selatan.

6. Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.


(3)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penulisan ilmiah lainnya.

Metro, 11 Oktober 2012 Penulis

Purwo Suanto NPM. 0913099021


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Sarengat, M.Pd _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Hi. Darsono, M.Pd _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Sutdi Fakultas : : : : Purwo Suanto 0913099021 S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul PTK : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil tulisan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Metro, 11 Oktober 2012

Purwo Suanto NPM. 0913099021


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Sutdi Fakultas : : : : Purwo Suanto 0913099021 S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Unila Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002

Drs. Sarengat, M.Pd


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION BAGI SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 SERDANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 32

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SD NEGERI 1 TALANG JAWA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 79

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 23 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 41