46 adalah yang pokok. Aspek inilah yang menjadi
faktor pengikat dan pemilik hak atas kekayaan badan hukum, sementara pendiri dan pengurus
hanyalah alat organsiasi yang bertindak untuk dan atas nama yayasan guna mewujudkan
tujuan yayasan. Dari uraian itu pula diketahui bahwa yayasan
dalam pandangan para ahli hukum sudah merupakan badan hukum. Status ini melekat
pada diri yayasan atau harta yang dipisahkan itu untuk mencapai tujuan peruntukannya. Dengan
kata lain, status badan hukum yayasan diperoleh tidak didasarkan pada prosedur khusus, tetapi
pada terpenuhinya unsur kekayaan yang dipi- sahkan untuk tujuan tertentu yang secara
organisastoris diurus oleh pengurus untuk mencapai tujuan tertentu tersebut.
2. Yayasan Menurut Pemahaman Masyarakat.
Sebelum adanya UUY, pemahaman masyara- kat Indonesia tentang yayasan dapat dikatakan
sangat beragam. Sekalipun istilah dan kegiatan yayasan sudah dikenal dan dipraktekkan namun
karena belum adanya ketentuan yang mengatur keberadaan yayasan dalam suatu aturan khusus,
maka dalam mendirikan yayasan masyarakat cenderung melakukan penafsiran berdasakan
pemahaman masing-masing.
47 Secara konsptual memang dipahami bahwa
yayasan adalah lembaga yang bermisi sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, namun dengan
tidak adanya ketentuan khusus tersebut, tidak jarang orang mendirikan yayasan untuk tujuan
bisnis. Banyak yayasan didirikan dengan moti- vasi mencari keuntungan dengan atau tanpa
ditonjolkan seperti misi sosial, keagamaan, atau kemanusiaan.
Pada bab sebelumnya, hal tersebut sudah diuraikan. Sekedar contoh, dapat disebutkan
yayasan penyelenggara pendidikan dan rumah sakit. Banyak yang mendirikan yayasan dan
menyelenggarakan pendidikan atau rumah sakit dari kekayaan satu atau beberapa orang pendiri,
dan mengelolanya seperti halnya perusahaan pada umumnya. Pendiriannya memang selalu
bermotif sosial dan kemanusiaan. Akan tetapi, status yayasan umumnya dianggap sebagai hak
milik pendiri sehingga kekayaan awal dan penghasilan atau keuntungan kalau ada yang
didapatkan dari usaha yayasan dikolola oleh pendiri sebagaimana lazimnya harta kekayaan
pribadi. Salah satu contoh adalah Yayasan Perguruan
Pembangunan Daerah Nias di Gunungsitoli se- cara resmi disingkat YAYASAN PEMBDA NIAS,
Propinsi Sumatera Utara. Motivasi pendirian
48 yayasan ini memang bukan bisnis. Benar-benar
dimaksudkan untuk memajukan pendidikan di Nias. Sejak didirikan pada tahun 1970, yayasan
ini telah memberikan kontribusi besar bagi pengembangan pendidikan di Nias, khususnya di
tingkat SMP, SMA dan Sekolah Kejuruan.
22
Pada tahun pelajaran 20142015, jumlah siswa di
seluruh sekolah di yang dikelola yayasan lebih 2.000 orang.
Yayasan ini menyelenggarakan 5 lima sekolah, yaitu 2 dua unit SMP, 2 dua unit
SMA, dan 1 satu unit SMK. Hal ini diawali dengan pendirian STM Pembda sekarang SMK
pembda pada tahun 1970, kemudian SMP Pembda-1 tahun 1978, SMA Pembda-1 tahun
1979, SMP Pembda-2 dan SMA Pembda-2 tahun 1982 oleh 8 delapan orang pendiri. Biaya awal
bersumber dari harta kekayaan pribadi para pendiri, mulai dari pengadaan tanah, mendirikan
bangunan secara berangsur-angsur, sampai pada penyediaan peralatan pengajaran.
Sejak awal yayasan tersebut dikelola lang- sung oleh pendiri, yaitu dengan menugaskan
salah seorang pendiri menjadi Ketua Yayasan yang sehari-hari mengurus yayasan. Untuk mem-
22
Wawancara via telpon dengan KS. Halawa, salah seorang Pengurus Harian Yayasan PEMBDA Gunungsitoli, tanggal 12
September 2014.
49 bantu Ketua Yayasan diangkat bendahara yaya-
san dan beberapa staf sekretariat untuk mena- ngani administrasi yayasan. Penghasilan dari
berbagai kewajiban resmi siswa di lima sekolah tersebut terutama dipakai untuk mengembang-
kan kegiatan pendidikan, namun bila ada keun- tungan maka keuntungan tersebut dibagi kepada
para pendiri berdasarkan ketentuan yang mereka tetapkan sendiri.
Setelah Ketua Yayasan meninggal dunia, posisi ketua pengurus yayasan diwariskan kepa-
da salah seorang anak beliau dan masih tetap dikelola seperti sebelumnya, walaupun organisasi
organ yayasan sudah diatur dalam angaran dasar yayasan setelah dilakukan penyesuaian dengan
ketentuan UUY pada tahun 2009. Bagi mereka, Yayasan PEMBDA Nais adalah milik keluarga dari
8 delapan pendiri tersebut. Sekalipun demikian, di kalangan masyarakat
ada juga yang mendirikan yayasan melulu untuk kepentingan sosial. Contohnya adalah yayasan
yang memelihara anak-anak miskin, anak-anak terlantar, anak-anak cacat, yatim-piatu, atau
kaum jompo, dan sebagainya. Contoh lain adalah pendirian Lembaga Wakaf. Di antaranya, ada
yang melulu untuk kepentingan sosial seperti penghibahan harta dan tanah untuk mendirikan
mesjid dan berbagai perlengkapan ibadah. Dalam
50 Islam wakaf ini disebut wakaf khairi. Selain
wakaf khairi, ada juga wakaf dzuuri, yaitu wakaf dengan memeruntukkan sebagai dari kekayaan,
dan kekayaan tersebut lebih bersifat warisan untuk kepentingan anak-cucu si pemberi wakaf
atau wakif. Sebelum adanya UUY, yayasan-yayasan yang
ada di Indonesia, termasuk yayasan tersebut di atas, umumnya didirikan dengan akta notaris
dengan atau tanpa didaftarkan di Pengadilan Negeri setempat.
3. Yayasan menurut UUY