62
2. Materi Pengaturan Undang-Undang Yayasan
Dengan dipilahnya yayasan, maka materi pengaturan yayasan perlu disesuaikan dengan
keadaan nyata yayasan. Paling sedikit, materi pengaturan yayasan murni dijabarkan secara
berbeda dengan yayasan kamuflase. Hal ini harus eksplisit dirumuskan dalam syarat dan prosedur
penyesuaian AD bagi yayasan yang sudah berdiri sebelum UUY. Bagi yayasan yang serupa, tetapi
berdiri setelah UUY, pengaturannya perlu dibeda- kan juga. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya ketidak-adilan dalam UUY. Berdasarkan jalan pikiran tersebut tampak
bahwa konsep yayasan pada Pasal 1, ayat 1 perlu dijabarkan pengaturannya pada pasal-pasal
berikutnya guna mewadahi keadaan nyata yaya- san. Pengaturan organ pada yayasan yang didiri-
kan oleh perseorangan dengan sumber kekayaan pribadi pendiri dan wakaf umpamanya perlu dia-
tur secara berbeda dari yayasan yang didirikan oleh badan hukum.
Sekedar contoh, pembina pada yayasan yang didirikan oleh perseorangan haruslah dari pendiri
atau anggota keluarga dan keturunannya, seperti hanya pada yayasan wakaf. Posisi pengurus dan
pengawas diangkat berdasarkan prosesionalisme yang ditetapkan dalam AD. Sedangkan untuk
63 yayasan yang oleh badan hukum, organ yayasan
sepatutnya diangkat dari perseorangan menurut kriteria badan hukum pendiri yayasan, yang juga
diatur dalam AD yayasan. Pengaturan yang demikian, terkait dengan
status kekayaan yayasan. Pengaturan yang tam- paknya patut ialah status kekayaan pendiri tetap
diakui dan dapat diambil kembali manakala yayasan bubar atau dibubarkan. Tentang baga-
imana pengaturan hak pendiri atas perkembang- an kekayaan tersebut dalam yayasan perlu diatur
secara proporsional agar kegiatan yayasan dapat terus berlangsung dan berkembang.
Pengaturan Pasal 9 ayat 1 jo Pasal 5 tentang kekayaan yayasan tampaknya lebih cocok pada
yayasan di Negara Barat yang mengonsepkan yayasan melulu bersifat karitatif atau filantropis.
Hal yang demikian tidak mewadahi keadaan nyata masyarakat. Yang tampak, malahan seba-
liknya, yaitu mengingkari prinsip bahwa hukum adalah bagian dari budaya atau paling sedikit
apa yang sudah menjadi praktek hidup masyara- kat Indonesia.
Dengan prinsip tersebut, masyarakat Barat tidak dapat disamakan dengan masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia hidup dengan budayanya sendiri, berbeda dengan masyarakat
lainnya. Penyangkalan atas prinsip itu sama hal-
64 nya dengan penyangkalan atas prinsip hukum
yang semestinya lahir dari dan berdasarkan ke- butuhan masyarakat. Di sisi lain, penyangkalan
tersebut memosisikan UUY lepas dari akarnya, budaya masyarakat Indonesia.
Menurut Budiono Kusumohamidjojo
32
hal tersebut tidak tepat, sebab aspek-aspek kebuda-
yaan itu jalin-menjalin dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Jika memusatkan perhatian
pada hukum sebagai salah satu aspek kebuda- yaan, maka realisasinya berbeda dari satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Perbeda- an itu melahirkan perbedaan dalam realisasi
hukum karena apa pun yang ada tidak terjadi dengan cara dan hasil yang sama. Apa yang
dilarang pada suatu masyarakat, bisa tidak dilarang pada masyarakat lain, tulis Budiono.
Secara lebih tegas, Theo Huijbers
33
menulis: “Dalam menyelengarakan politik hukum,
pemerintah negara tidak bertolak dari norma- norma keadilan yang abstrak, melainkan dari
kepentingan-kepentingan yang ada sangkut pautnya dengan situasi konkret masyarakat
yang bersangkutan. Situasi dan kondisi masyarakat dunia sangat berbeda, baik secara
32
Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Hukum, Problematik Ketertiban Yang Adil, Mandar Maju Bandung, Cet ke-1 September
2011, hal. 189
33
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius Yogakarta, Cet ke-15, tahun 2012, hal. 116
65 budaya maupun secara ekonomi. Oleh sebab
itu, tiap-tiap negara harus menentukan tuju- annya sendiri, sesuai dengan situasi budaya
dan ekonomi bangsa.” Mengacu jalan pikiran di atas, maka keten-
tuan UUY mengubah status kekayasaan yayasan yang bersumber dari kekayaan pribadi dan badan
hukum secara sama tidak relevan karena tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.
Tentang persyaratan dan prosedur penyesu- aian anggaran dasar perlu dibedakan antara
yayasan murni dengan yayasan pura-pura atau yayasan kamuflase. Bagi yayasan murni penga-
turan UUY semestinya dibatasi sebagai alat kendali pertumbuhan yayasan, mengatur batas-
batas kegiatan yang relevan dan pemanfaatan kekayaan yayasan secara proposional antara
kepentingan pengembangan yayasan dan hak pendiri. Itu artinya materi pengaturan kekayaan
yayasan merupakan harmonisasi antara kepen- tingan pendiri yayasan dan kepentingan umum.
Menurut penulis, pengaturan semacam itu mampu mewadahi partisipasi masyarakat untuk
merealisasikan tanggung jawab pemerintah ter- hadap rakyat seperti diamanatkan dalam Pasal
34 ayat 1, 2, dan ayat 3 UUD 1945.
34
Tentu
34
Ayat 1 Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara; ayat 2 Negara mengembangkan sistem jaminan
66 saja tidak semua yayasan yang didirikan oleh
perseorangan disamaratakan. Oleh karena itu, materi pengaturan tersebut harus mampu men-
cegah tindakan kejahatan seperti pengalihan dana hasil pencucian uang ke dalam yayasan.
Persyaratan dan prosedur penyesuaian AD bagi yayasan pura-pura atau kamuflase, bukan
saja perlu dilaksanakan berdasarkan ketentuan UUY, keberadaan yayasan seperti ini malahan
harus dievaluasi. Jika masih memilih bentuk yayasan, maka sasaran kegiatan tidak boleh
dibatasi hanya untuk kepentingan karyawan atau mantan karyawan saja, tetapi dibuka untuk ke-
pentingan umum. Upaya meningkatkan kesejah- teraan karyawan atau mantan karyawan tentu
saja dibolehkan, tetapi tidak dengan cara me- manfaatkan kekayaan negara, melainkan dengan
cara lain yang sah secara hukum. Pengaturan seperti inilah yang dinilai sesuai dengan cita
hukum nasional. Tanpa memertimbangkan aspek-aspek terse-
but di atas, disadari atau tidak, upaya menegak- kan hukum melalui UUY sulit untuk tidak me-
ngatakan mustahil dilaksanakan secara konse-
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan;
ayat 3 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan dasilitas pelayanan umum yang layak.
67 kuen berdasarkan cita hukum, baik bagi yayasan
yang telah berdiri sebelum UUY maupun sesu- dahnya. Pemaksaan penerapan aturan UUY, khu-
susnya ketentuan peralihan secara sama bagi yayasan, bukan saja tidak menjawab kebutuhan
hukum masyarakat, tetapi eksekusi sanksi bagi pelanggar ketentuan tersebut menjadi tidak ur-
gen. Upaya UUY mewujudkan keadilan, kemanfa- atan dan kepastian hukum tidak akan tercapai.
Yang mungkin dapat dicapai terbatas pada pen- ciptaan kepastian hukum dan ketertiban admi-
nistrasi.
C. Undang-Undang Yayasan Dalam Sistem