58
B. Keragaman Yayasan dan Pengaturannya
Dengan beragamnya pemahaman yayasan, ter- utama dalam prakteknya Indonesia, menunjukkan
bahwa pengaturan yang dilakukan dalam UUY tidak sepenuhnya mengacu pada kondisi nyata. Untuk
itu, jalan pikiran yang dikemukakan oleh Budiono Kusumohamidjojo sebagaimana terpapar di halaman
65-66 patut diperhitungkan oleh pembuat UU. Menurut penulis, solusi yang tepat ditempuh ialah
memilah-milah yayasan berdasarkan keadaan nya- tanya dan membuat peraturan yang sesuai dengan
keadaan tersebut.
1. Pemilahan Yayasan
Yayasan yang ada perlu dipilah berdasarkan latar belakang dan motivasi pendirian, bentuk-
bentuk kegiatan, sasaran kegiatan yayasan, dan sumber kekayaan awal yang dipisahkan. Dalam
kaitan ini, gagasan Suharto
28
tampaknya dapat dipertimbangkan. Menurut Suharto, berdasarkan
sumber dananya ada dua golongan yayasan, yaitu yayasan murni dan yayasan pura-pura atau
kamuflase. Yayasan murni adalah yayasan yang modal
awalnya bersumber dari orang perseorangan dan
28
Suharto, Membedah Konflik Yayasan, Menuju Konstruksi Hukum Bermartabat, Cakrawala Media, Cet. I, Juni 2009, hal. 125
59 sumbangan. Yayasan ini benar-benar bersifat ka-
ritatif. Ia didirikan untuk memelihara anak-anak terlantar, yatim piatu, kaum miskin, mengurus
kematian, atau mengurus kepentingan umum seperti lingkungan hidup, pengembangan ilmu
pengetahuan, museum, keagamaan, pendidikan, dan rumah sakit.
Motivasi pendirian yayasan semacam itu mirip dengan apa yang dilakukan Plato sebagaimana
dijelaskan Anwar Borahima
29
bahwa menjelang kematiannya pada tahun 347 SM, Plato menyum-
bangkan hasil pertanian tanah miliknya untuk selama-lamanya bagi academia yang didirikan-
nya. Dalam agama Islam, tulis Anwar, motivasi semacam itu dikenal dengan upaya untuk
mewujudkan amal saleh atau wakaf khaidir. Wakaf ini diberikan oleh seseorang semata-mata
untuk membantu memenuhi kepentingan umum seperti membangun masjid, pesantren, kuburan,
sekolah. Dengan motivasi beramal, mereka menyumbangkan sebagian harta miliknya untuk
kepentingan orang lain secara sukarela tabarru. Menurut Rudhi Prasetya
30
, yayasan murni masih dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya.
29
Anwar Borahima, Op.cit, hal.11-19.
30
Rudhi Prasetya, Yayasan dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Cet. I, April 2012, hal. 62
60 Ada yayasan yang semata-mata mengumpulkan
dana dari para dermawan kemudian menyalur- kannya kepada yang memerlukan seperti beasis-
wa bagi kaum miskin, biaya hidup anak-anak panti asuhan, dan orang terlantar lainnya. Tipe
lainnya, adalah yayasan yang tidak hanya sebagai penyalur dana, tetapi sebagai penye-
lenggara langsung kegiatan seperti pendidikan, poliklinik, rumah sakit.
Dalam agama Islam, yayasan tipe terakhir itu, banyak yang didirikan dengan kekayaan awal
dari wakaf ahli. Selain dimaksudkan untuk mem- bantu memenuhi kepentingan umum, pendirian
yayasan dimaksudkan untuk menciptakan la- pangan kerja dan pemenuhan kebuhutuhan
ekonomi keluarga yang berwakaf. Yayasan tipe ini dipahami sebagai yayasan milik pribadi, milik
keluarga, dan keturunan pewakaf. Berbeda dengan yayasan murni, yayasan
pura-pura atau kamuflase adalah yayasan yang didirikan untuk kesejahteraan anggota atau man-
tan anggota pendiri. Contohnya adalah yayasan yang didirikan instansi Pemerintah, TNI, Bank
Indonesia, Pertamina, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, yang modal awalnya
bersumber dari uang negara. Motivasi dan tujuan pendirian
dimaksudkan untuk
kepentingan
61 karyawan atau mantan karyawan pada instansi
yang bersangkutan. Yayasan yang mirip dengan itu ialah yayasan-
yayasan yang didirikan oleh perusahaan swasta. Kekayaan awal pada yayasan ini dipisahkan dari
kekayaan perusahaan dan dimaksudkan untuk kesejahteraan karyawan atau mantan karyawan
perusahaan. Bedanya, yayasan ini selain untuk kepentingan karyawan atau mantan karyawan,
ada di antaranya yang tergolong yayasan murni. Hal ini didirikan untuk membantu kepentingan
umum, masyarakat miskin, mengembangkan ilmu, dan melestarikan lingkungan.
31
31
Contohnya adalah PT Astra Internasional yang mendirikan beberapa yayasan sosial. Di antaranya ialah 1 Yayasan Agro
Lestari, yang bergerak di bidang pendidikan di 3 wilayah operasionalnya yaitu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang
sampai tahun 2012 telah membina 24 sekolah yang terdiri dari 19 Sekolah Dasar SD, 5 Sekolah Menengah Pertama SMP, dan
didukung oleh 403 guru; 2 Yayasan Dharma Bhakti Astra, yang mendampingi sekitar 7.482 UMKM, 432 training mekanik, 11
pendirian LPB, 10 pendirian LPM, 61 UKM Mandiri, dan 244 UKM subkon Astra di bidang pembinaan manajemen, teknologi, akses
pasar, fasilitas pembiayaan, dan teknologi informasi; Contoh lain adalah PT Unilever yang mendirikan beberapa yayasan sosial
dengan kegiatan promosi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di
sekolah-sekolah dan
posyandu, pemberian
beasiswa, pelaksanaan
penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran
masyarakat tetang bahaya HIVAID di sekolah-sekolah di beberapa kota di Jawa Timur dan Bali, Jakarta, dan Medan yang
menjangkau ratusan sekolah dan ratusan ribu siswa, program pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah menjadi
kompos
atau mengolah
barang bekas
menjadi sumber
pencaharian, dan sebagainya.
62
2. Materi Pengaturan Undang-Undang Yayasan