PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPEPAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

RENI UTAMI

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik, yakni 11 siswa (35,48%) tuntas dan 20 siswa (64,52%) belum tuntas dari KKM 66. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learningtipepair checkpada pembelajaran tematik.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting), dilaksanakan 3 siklus setiap siklusnya terdiri 3 pertemuan. Alat pengumpul data berupa lembar untuk aktivitas siswa dan kinerja guru, tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil menunjukkan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siswa siklus I yaitu 55,87, siklus II 66,77 dan siklus III 80,84. Ketuntasan hasil belajar siswa terdiri dari tiga aspek yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Nilai rata-rata afektif siswa siklus I sebesar 57,11 Siklus II sebesar 67,77 dan siklus III 82,68. Presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa siklus I sebesar 52,68%, siklus II sebesar 72,03% dan siklus III 84,94. Rata-rata psikomotor siswa siklus I sebesar 56,98, siklus II sebesar 67,02, dan siklus III sebesar 82,21.


(2)

PENERAPAN MODELCOOPERATIVE LEARNINGTIPEPAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh RENI UTAMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjar Ratu pada tanggal 30 Desember 1991, sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari Bapak Sukeri dan Ibu Harlin. Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Banjar Kertarahayu Way Pengubuan diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 02 Way Pengubuan dan telah selesai pada tahun 2007, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Way Pengubuan dan diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan melalui Sabar dan

Shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan benar-benar

akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan

buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, (yaitu)

yang apabila mereka tertimpa musibah mereka mengatakan Sesungguhnya

kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali .

(QS. Al-Baqarah: 155-156)

Jika Belajar Dilandasi Dengan Rasa cinta

membuat semua yang berat terasa ringan


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya yang luar biasa ini sebagai rasa syukur kepada

Allah SWT dan bentuk terimakasih kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta, Sukeri dan Harlin yang tak bosan

memberikan nasihat, arahan serta dukungan dan doanya selama ini.

Mbak wiwik lestari dan Mas Les (Nur Kholis) yang selalu memberikan

nasihat, dukungan dan motivasi yang tiada henti untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Saudaraku tersayang, Ima Wati, Andriansyah, Amin Suprapto dan

Haryani, keponakanku ( Aris, Zaki, Arum) yang selalu menjadi motivasi

untuk terus berjuang.

Ibu Poniarti S.Pd., Tri Wahyunitasari, Indah Fitriani, kalian begitu

istimewa yang selalu memotivasi dan membantu dengan tulus.

Semua sahabat dan teman seperjuangan PGSD UNILA angkatan 2010.

Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekaliku dengan Ilmu

Pengetahuan yang bermanfaat.


(10)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Pair Check Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas IV B Sd Negeri 06 Metro Pusat Tahun pelajaran 2013/2014” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini tersusun berkat adanya masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., Ketua UPP PGSD Metro.

5. Bapak Drs. Suyanto, M.Pd. (almarhum) Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan serta telah bersedia menjadi Dosen Pembimbing Akademik dari semester 1 hingga semester 6, semoga beliau mendapat pahala disisi Nya.


(11)

6. Ibu Hj. Yulina .H, M. Pd. I., Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti selama masa kuliah dan selama proses pembuatan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, S.Pd. M.H., Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, dan nasihat serta bantuan yang diberikan.

8. Bapak Drs. Rapani, M. Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Siti Rohana, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 06 Metro Pusat.

11. Ibu Nurtaufiqoh, S.Pd.SD, Wali Kelas IV B dan Teman Sejawat yang telah berperan sebagai observer.

12. Siswa-siswi Kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Kedua orangtuaku tercinta Sukeri dan Harlin, serta saudaraku Wiwik Lestari dan Nur Kholis, Amin Suprapto dan Haryani, Ima Wati, Andriansyah dan para keponakanku (Aris, Zaki, dan Arum) yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.

14. Teman sekaligus keluarga kost (Umi Anggraini, Risty Meilani, Uswatun Huryah, Nyoman Tri Yulianti, Dwi Ana, Indah Lestari dan Mas Deby, Echa) yang telah menemani dalam suka duka.

15. Ibu Poniarti, S.Pd. dan semua guruku di SMA Negeri 01 Way Pengubuan terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.


(12)

16. Keluarga keduaku Bpk. Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd.(almarhum), Ibu Kasih, mbak Metri, mbak Dewi dan mas Yuli, mbak Lena, Anis, Dila, Keisya. Serta mbak Marlina Mayasari, Ibu dan Ayah Ali.

17. Sahabatku Yuyun (Tri Wahyunitasari), dan Indah Fitriani, terimakasih atas motivasi, kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.

18. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, khususnya kelas B (Saras, Neni, Lita, Maulinda, Mayang, Mega, Amink, Putu, Rimba, Risty, Rizka, Fauzi, Saras, Serlia, Sherli, Sidik Aji, Sinta, Jaya, Via, Surani, Suhardi, Suli, Syaiful, Umy, Akmal, Aqmarina, Bagus, Cahya, Dita E, Dita Tri, Fahmi, Hardiana, Indah, Ratna, Riri, Yuyun, Veridiana dan Zulia) terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

19. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu peneliti.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan amal dari Allah SWT.

Metro, September 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Pengertian Aktivitas Belajar... 10

3. Pengertian Hasil Belajar... 12

B. Pengertian Model Pembelajaran ... 13

C. PengertianCooperative Learning... 14

D. Jenis-jenisCooperative Learning ... 16

E. ModelCooperative LearningtipePair Check... 16

1. Pengertian ModelCooperative LearningtipePair Check... 16

2. Langkah-langkah ModelCooperative LearningtipePair Check ... 17

3. Kelebihan dan Kekurangan ModelCooperative Learning tipePair Check... 18

F. Pembelajaran Tematik... 19

1. Pengertian Pembelajaran Tematik... 19

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 21

3. PendekatanScientific (Scientific Approach)... 22

4. Penilaian Autentik... 24


(14)

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Metode Penelitian... 26

B. Setting Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian... 28

D. Teknik Pengumpulan Data... 28

E. Alat Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data... 29

G. Prosedur Penelitian... 34

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Profil SD Negeri 6 Metro Pusat ... 47

B. Deskripsi Awal ... 48

C. Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 49

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 71

3. Hasil Penelitian Siklus III... 90

D. Pembahasan ... 103

1. Kinerja Guru ... 103

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 106

3. Afektif Siswa ... 108

4. Kognitif Siswa ... 110

5. Psikomotor Siswa ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai...30

2. Peringkat Sikap (Afektif) Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai...31

3. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai. ...32

4. Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus I ...57

5. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I ...60

6. Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus I ...62

7. Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus I ...63

8. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus I ...65

9. Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus II. ...80

10. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus II ...82

11. Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus II ...84

12. Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus II ...85

13. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus II ...86

14. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III. ...100

15. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus III...101

16. Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus III...102

17. Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus III...103

18. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa pada Siklus III ...104

19. Rekapitulasi peningkatan kinerja guru...106

20. Rekapitulasi Aktivitas Siswa ...109

21. Rekapitulasi Afektif Siswa dalam Proses Pembelajaran ...111

22. Rekapitulasi Kognitif Siswa dalam Proses Pembelajaran ...113


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur siklus PTK ... 27

2. Grafik rekapitulasi peningkatan kinerja guru ... 107

3. Grafik rekapitulasi rata-rata aktivitas siswa... 109

4. Grafik rekapitulasi afektif siswa ... 112

5. Grafik rekapitulasi kognitif siswa ... 114


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran surat-surat ... 121

2. Lampiran RPP ... 128

3. Lampiran kinerja guru ... 196

4. Lampiran aktivitas dan hasil belajar siswa...223


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal. Oleh karena itu, mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan haruslah menjadi pusat perhatian seorang guru.

Berdasarkan permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Menurut Wardhani dkk (2010: 2), salah satu untuk memujudkan visi pendidikan nasional tersebut adalah dengan membekali siswa agar mampu dan mau berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk menunjang tercapainya visi pendidikan maka harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan


(19)

2

pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih model yang sesuai dengan pembelajaran sehingga dapat mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan tercapai tujuan pembelajaran.

Pada saat ini pendidikan di Indonesia menerapkan kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini pelajaran disajikan secara tematik. Pembelajaran tematik tidak hanya diterapkan pada kelas rendah, namun juga di kelas tinggi. Maka dari itu, guru dituntut untuk dapat menerapkan kurikulum baru di Indonesia dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik itu sendiri yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam antar mata pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2014, diketahui bahwa kelas IV di SD Negeri 06 Metro Pusat terdapat tiga kelas yaitu kelas IV A, IV B, dan IV C. Diketahui juga bahwa aktivitas belajar siswa di kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat lebih rendah


(20)

3

dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa di kelas IV A dan IV C. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk meneliti kelas IV B.

Penyebab rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas IV B dikarenakan terdapat beberapa masalah yang timbul dalam proses pembelajaran antara lain: (1) pada proses pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik secara maksimal; (2) guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran; (3) Siswa terlihat jenuh dan bosan terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan; (4) mayoritas siswa kurang aktif dan kurang ikut andil dalam diskusi kelompok dan hanya siswa-siswa tertentu yang aktif dalam diskusi kelompok; serta (5) guru belum menggunakan model cooperative learning

tipepair checkdalam pembelajaran di kelas secara maksimal.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV B berdampak pada hasil belajar yang belum mencapai nilai minimal≥ 66. Hal ini dibuktikan dari data hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 siswa kelas IVA, IV B dan IV C.

Tabel 1. Hasil Ulangan Semester Ganjil Siswa Kelas IV

Kelas

Jumlah siswa

Presentase Siswa Tuntas

Presentase Siswa BelumTuntas

IV A 29 79,3% (23 siswa) 20,7% (6 siswa)

IV B 31 35,48% (11 siswa) 64,52% (20 siswa)


(21)

4

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa siswa yang telah mencapai nilai > 66 yaitu kelas IV A sebesar 79,3%, kelas IV B sebesar 35,48%, dan kelas IV C sebesar 58,06%. Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai > 66 yaitu kelas IV A sebesar 20,07%, kelas IV B sebesar 64,52%, dan kelas IV C sebesar 41,94% .Berdasarkan data dan penjelasan tersebut, penelitian tindakan kelas IV B perlu dilakukan karena hasil belajar siswa kelas IV B lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelas IV A dan IV C.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul di kelas pada kegiatan pembelajaran, seperti masalah-masalah yang telah diuraikan di atas. Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang dianggap tepat oleh penulis untuk digunakan adalah model cooperative learning tipe pair check. Model cooperative learning tipe pair check adalah modifikasi dari tipethink pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang


(22)

5

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan suatu masalah yang terjadi di kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian tentang penerapan model cooperative learning tipe pair check untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat, sehingga diharapkan melalui penerapan model

cooperative learning tipe pair check, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat dapat meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.P

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa di kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat.

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik secara maksimal terutama modelcooperative learning tipepair check. 4. Sebagian siswa terlihat jenuh dan bosan terhadap pembelajaran yang

disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan dan siswa cenderung pasif.

5. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered)


(23)

6

6. Pembelajaran di kelas IV B belum secara optimal menggunakan modelcooperative learning tipepair check.

7. Mayoritas siswa kurang aktif dan kurang ikut andil dalam diskusi kelompok dan hanya siswa-siswa tertentu yang aktif dalam diskusi kelompok.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe pair check

pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe pair check

pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe pair check


(24)

7

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe pair check

pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model cooperative learning

tipepair checkpada siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat. 2. Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru pada pembelajaran tematik di SD Negeri 06 Metro Pusat mengenai model

cooperative learning tipe pair check sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang berguna bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 06 Metro Pusat, sehingga memiliki output


(25)

8

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan modelcooperative learningtipepair checkpada pembelajaran tematik, sehingga akan tercipta guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya. Muhamad Ali (Hanafiah dan Suhana, 2009: 5) menyatakan, pengertian belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang menjadi pedoman.

Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.


(27)

10

Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Sedangkan menurut Syaefudin Sa’ud (2006: 3) menyatakan belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar setiap individu akan mampu menngembangkan kemampuannya dibidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran akan selalu berkaitan dengan aktivitas belajar, dengan segala bentuk aktivitas peserta didik di dalam proses pembelajaran baik aktivitas yang bersifat positif maupun aktivitas yang bersifat negatif. Karena belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas di dalam proses pembelajaran.


(28)

11

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 23) proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas siswa dalam belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut

Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari aktivitas belajar, baik aktivitas yang bersifat positif maupun aktivitas yang bersifat negatif. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat dan pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas pasif (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Rohani (2006: 6) menjelaskan bahwa seluruh peranan dan kemauan dikerahkan supaya daya ingat tetap aktif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Ia mendengar, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya. Kegiatan/keaktifan jasmani fisik sebagai kegiatan yang tampak yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan


(29)

12

lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan dengan persoalan, mengambil keputusan dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa teori di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses pembelajaran, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis.

3. Pengertian Hasil Belajar

Interaksi yang dihasilkan akibat dari stimulus dan respon dalam proses belajar adalah hasil belajar. Menurut Susanto (2013: 5) Akibat dari proses belajar yang di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas adalah hasil belajar. Hasil belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, efisien, dan kondusif. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek afektif, kognitif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.


(30)

13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan baik di bidang afektif, kognitif,dan psikomotorik.

B. Pengertian Model Pembelajaran

Dengan seperangkat teori pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematatis. Salah satu usaha yang harus guru lakukan dan terus dikembangkan adalah bagaimana memahami kedudukan model pembelajaran sebagai salah satu komponen yang menjadi bagian yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar. Memahami definsi atau apa yang disebut dengan model pembelajaran adalah hal yang penting sebelum guru menerapkan model pembelajaran di kelas.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).

Komalasari (2011: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Rustaman (2010: 2.18) model pembelajaran adalah suatu rencana atau


(31)

14

kerangka yang dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran yang bermakna. Menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru untuk mengorganisasikan pengalaman belajar dan merancang pengajaran yang bermakna sehingga dapat mencapai tujuan belajar.

C. PengertianCooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Model pembelajaran

cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk jenis-jenis kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan oleh guru (Komalasari, 2011: 62).

Slavin (Isjoni, 2007: 15) mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material

initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learningadalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.


(32)

15

Sedangkan menurut Johnson (Isjoni, 2007: 15) coopertive learning

mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 0rang.

Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun memang pendekatan ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya (Isjoni, 2007: 17).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat penulis simpulkan bahwa model

cooperative learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok untuk membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.


(33)

16

D. Jenis-jenisCooperative Learning

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis, yang dibedakan berdasarkan cara kerja pembelajaran secara berkelompok. Salah satu dari beberapa jenis model cooperative learning adalah model cooperative learning tipe pair check. Selain model cooperative learning tipe pair check

ada beberapa jenis model cooperative learning yaitu seperti yang dijelaskan oleh Isjoni, menurut Isjoni (2009: 73) beberapa variasi model dalam pembelajaran kooperatif yaitu: Student Team Achiement Division (STAD),

Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Assisted Individualization

(TAI), danGroup Investigation(GI).

Penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

E. ModelCooperative LearningTipePair Check

1. Pengertian ModelCooperative LearningTipePair Check

Model cooperative learning tipe pair check merupakan model pembelajaran berkelompok yang saling berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung


(34)

17

jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211).

Model pembelajaran kooperatif tipe pair-checkadalah modifikasi dari tipethink pairs share, dimana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan (Faiq, 2013. http:// penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html).

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa Model cooperative learning tipe pair check adalah model pembelajaran berkelompok, yang saling berpasangan. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan, serta melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian.

2. Langkah-Langkah ModelCooperative LearningTipePair Check Secara umum, sintak pembelajaran pair check adalah (1) bekerja berpasangan; (2) pembagian peranpartnerdanpelatih; (3) guru memberi soal, partner menjawab; (3) pengecekan jawaban; (4) bertukar peran; (5) penyimpulan; (6) evaluasi; (7) refleksi (Huda, 2013: 211).

Menurut Huda langkah-langkah rinci penerapan model pair check

adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan konsep.

b. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari empat orang. Dalam satu tim ada dua pasangan. Setiap pasangan dalam satu


(35)

18

tim dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan

partner.

c. Guru membagikan soal kepadapartner.

d. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

e. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.

f. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

g. Setiap tim mengecek jawabannya.

h. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reword

oleh guru.

Menurut Edi Suriawan (2011: 2) langkah-langkah model

cooperative learningtipepair checkadalah sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok berpasangan.

3. Satu orang bekerja menyelesaikan soal dan pasangannya bertugas sebagai tutor, memeriksa dan mengecek.

4. Pemeriksa mengecek pekerjaan pasangannya, jika ada pertentangan diantara mereka, mereka boleh menanyakannya pada pasangan lain dalam kelompok.

5. Jika pasangan setuju dengan jawaban, yang berarti benar, tutor memberi pujian.

6. Pembelajar berganti peran dan mengulangi langkah 3–5. Pembelajar yang berperan sebagai tutor menjadi pemecah masalah 7. Jika jawaban benar, mereka saling berjabat tangan.

8. Kelompok mempersentasikan hasil diskusi.

9. guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Pair Check

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Termasuk model cooperative learning tipe pair check. Huda (2013: 212) menyatakan bahwa pair check memiliki kelebihan-kelebihannya tersendiri,antara lain:


(36)

19

b) meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses pembelajaran; dan

c) melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya.

Sementara itu, model ini juga memiliki kekurangan utamanya karena model tersebut membutuhkan (1) waktu yang benar-benar memadai dan (2) kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik (Huda, 2013: 212).

F. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Depdiknas (Trianto, 2009: 79) menjelaskan pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema terte. Perlu dipahami bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Kemendikbud (2013: 193) mengemukakan pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami sebuah konsep yang


(37)

20

mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Trianto (2011: 139) mengemukakan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Sedangakan menurut Ujang Sukandi, dkk. (Trianto, 2011: 57) pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan menurut Trianto (2011: 154) yaitu 1) penggalian tema, 2) pengelolaan pembelajaran, 3) evaluasi, dan 4) reaksi.

1. Penggalian tema merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.

2. Evaluasi, pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.

3. Reaksi yaitu dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh gurub dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai


(38)

21

pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Trianto 2011: 159), pembelajaran tematik memiliki kelebihan antara lain:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.

b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. c. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat

bertahan lama.

d. Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pramagtis sesuai lingkungan anak.

f. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengar pendapat orang lain.

Sedangkan kelemahan pembelajaran tematik menurut Udin Sa’ud dkk (2006: 42) kelemahan-kelemahannya sebagai berikut.

a) Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,ketrampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan diatas, pelaksanaan pembelajaran tematik sulit diwujudkan.

b) Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas akademik yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (menjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan) dan kamampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi diatas tidak dimiliki siswa, maka maka pelaksanaan model tersebut sulit diterapkan.


(39)

22

c) Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah pengembangan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.misalnya perpustakaan, bila hal ini tidak dipenuhi maka akan sulit menerapkan model pembelajaran tersebut.

d) Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.

e) Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (objek, indikator, dan prosedur) yang terpadu.

f) Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 yaitu pendekatan scientific. Dalam kurikulum 2013 guru juga dituntut untuk mampu menerapkan penilaian autentik. Penulis akan mengulas tentang apa itu pendekatan scientific

dan penilaian autentik serta bagaimana penerapannya dalam pembelajaran tematik di tingkat sekolah dasar.

3. PendekatanScientific(Scientific Approach)

Pendekatan Scientific adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dirancang agar siswa secara aktif mengkonstruksi sebuah konsep. Menurut Kemendikbud (2013: 209) pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menganalisis, menalar, kemudian mnyimpulkan, dan mencipta.


(40)

23

Langkah-langkah pendekatanscientific menurut Kemendikbud (2013: 227) yaitu: 1) mengamati; 2) menanya; 3) menalar; 4) mencoba; 5) mengolah; 6) menyajikan; 7) menyimpulkan; dan 8) mengkomunikasikan.

Pendekatan scientific (scientific approach) berisikan materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Pendekatan scientific atau sering disebut dengan pendekatan ilmiah ini mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar,yaitu kurikulum 2013 dikembangkan melalui penyempurnaan pola pikir pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains/ilmiah).

Berdasarkan penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan dimana siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran, pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran secara ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.


(41)

24

4. Penilaian Autentik

Penilaian Autentik (Authentic Assesment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan jamak terstandar sekalipun (Kemendikbud, 2013 : 221).

Menurut Komalasari (2011: 148) penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”,

yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah dengan alternatif jawaban yang bermacam-macam. Dengan kata lain penilaian autentik memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup kognitif, sikap, serta keterampilan. Baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Muller (Nurgiyanto, 2011: 23) penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Bab II dijelaskan Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian tersebut


(42)

25

mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, mengkomunikasikan, membuat jejaring dll. Selain itu, penilaian ini juga relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran khususnya jenjang SD.

Penilaian ini harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki siswa, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, seorang guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk menunjukkan kemampuan dan keterampilannya dalam memecahkan masalah yang dengan pengetahuan yang dimiliki. Penilaian autentik memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup kognitif, sikap, serta keterampilan. Baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ialah “Apabila dalampembalajaran tematik guru menerapkan model cooperative learning tipe pair checkdengan memperhatikan langkah-langkahnya secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 06 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014”


(43)

115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model

cooperative learning tipe pair check siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat Kota Metro diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Penggunaan model cooperative learning tipe pair check pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil penghitungan terhadap hasil observasi aktivitas siswa, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 55,87 dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II nilai rata-rata aktivitas belajar siswa diperoleh 66,77 dengan kategori aktif, dengan peningkatan dari siklus I ke II sebesar 10,9. Pada siklus III nilai rata-rata aktivitas belajar siswa diperoleh 80,84 dengan kategori aktif dan peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,07.

2. Penerapan model cooperative learning tipe pair check dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Hasil belajar siswa meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 57,11 dengan kategori cukup, siklus II sebesar 67,77 dengan kategori baik, peningkatan dari


(44)

116

sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,91. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 52,68% dengan kategori cukup, siklus II sebesar 72,03% dengan kategori baik, peningkatan dari siklus I ke II sebesar 19,35%. Pada siklus III sebesar 84,94% dengan kategori sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 12,91%. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 56,98 dengan kategori cukup, siklus II sebesar 67,02 dengan kategori baik, peningkatan dari siklus I ke II sebesar 10,66. Pada siklus III sebesar 82,21 dengan kategori sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,91.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mengambil pelajaran dari setiap kegiatan yang dilakukan. Menjadi siswa yang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya yang kurang benar adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. serta siswa dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperhensif baik kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Guru

Diharapkan guru lebih berani berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar.


(45)

117

3. Sekolah

Penyediaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung usaha pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Serta hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model-model pembelajaran yang baik dalam kegiatan pembelajaran.

4. Peneliti

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model cooperative learning tipe pair check pada pembelajaran tematik. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa dengan materi lain yang bervariasi.


(46)

118

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2004.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta. . 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, C.Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Edi Suriawan, Hakim. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Pairs Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XaSMA Negeri 7 Kendari Pada Materi Pokok Gerak Lurus. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari. Sulawesi Tenggara.

Faiq. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (http://penelitian tindakan kelas.blogspot. com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html). Diakses tanggal 20-01-2014. @16.18 WIB.

Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.


(47)

119

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo. Jakarta.

________. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan contoh.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2010.Bahan Ajar Statistik Pendidikan.Bahan Ajar. Metro.

Nurgiyanto, Burhan. 2011.Penilaian Autentik dalam Pembelajaran.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, Ahmad. 2006.Pengelolaan Pengajaran.Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta. Rustaman, Nuryani dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

_____________. 2011.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Syaefudin Sa’ud, Udin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung.


(48)

120

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

______. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Temati Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Udin Sa’ud dkk. 2013.

Konsep Dasar Pembelajaran Tematik.

http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/9-10-2012. @20.30 WIB.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperative learning tipe pair check siswa kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat Kota Metro diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Penggunaan model cooperative learning tipe pair check pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil penghitungan terhadap hasil observasi aktivitas siswa, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 55,87 dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II nilai rata-rata aktivitas belajar siswa diperoleh 66,77 dengan kategori aktif, dengan peningkatan dari siklus I ke II sebesar 10,9. Pada siklus III nilai rata-rata aktivitas belajar siswa diperoleh 80,84 dengan kategori aktif dan peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,07.

2. Penerapan model cooperative learning tipe pair check dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Hasil belajar siswa meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 57,11 dengan kategori cukup, siklus II sebesar 67,77 dengan kategori baik, peningkatan dari siklus I ke II sebesar 10,66. Pada siklus III sebesar 82,68 dengan kategori


(2)

sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,91. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 52,68% dengan kategori cukup, siklus II sebesar 72,03% dengan kategori baik, peningkatan dari siklus I ke II sebesar 19,35%. Pada siklus III sebesar 84,94% dengan kategori sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 12,91%. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 56,98 dengan kategori cukup, siklus II sebesar 67,02 dengan kategori baik, peningkatan dari siklus I ke II sebesar 10,66. Pada siklus III sebesar 82,21 dengan kategori sangat baik, peningkatan dari siklus II ke III sebesar 14,91.

B. Saran 1. Siswa

Diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mengambil pelajaran dari setiap kegiatan yang dilakukan. Menjadi siswa yang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya yang kurang benar adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. serta siswa dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperhensif baik kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Guru

Diharapkan guru lebih berani berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk belajar.


(3)

3. Sekolah

Penyediaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung usaha pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Serta hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan model-model pembelajaran yang baik dalam kegiatan pembelajaran.

4. Peneliti

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model cooperative learning tipe pair check pada pembelajaran tematik. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa dengan materi lain yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2004.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta. . 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, C.Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Edi Suriawan, Hakim. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Pairs Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XaSMA Negeri 7 Kendari Pada Materi Pokok Gerak Lurus. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari. Sulawesi Tenggara.

Faiq. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (http://penelitian tindakan kelas.blogspot. com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html). Diakses tanggal 20-01-2014. @16.18 WIB.

Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.


(5)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo. Jakarta.

________. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan contoh.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2010.Bahan Ajar Statistik Pendidikan.Bahan Ajar. Metro.

Nurgiyanto, Burhan. 2011.Penilaian Autentik dalam Pembelajaran.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, Ahmad. 2006.Pengelolaan Pengajaran.Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta. Rustaman, Nuryani dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

_____________. 2011.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Syaefudin Sa’ud, Udin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI PRESS. Bandung.


(6)

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

______. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Temati Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Udin Sa’ud dkk. 2013.

Konsep Dasar Pembelajaran Tematik.

http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/9-10-2012. @20.30 WIB.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SDN 6 METRO PUSAT TAHUN 2013/2014

0 11 97

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68