ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOPI LUWAK DI CV. DUTA LUWAK BROTHER’S LINK (Studi Kasus di Kabupaten Lampung Barat)

(1)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOPI LUWAK DI CV. DUTA LUWAK BROTHER’S LINK

(Studi Kasus di Kabupaten Lampung Barat)

(Skripsi)

Oleh

DENI SETIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

COFFEE CONSUMER BEHAVIOR ANALYSIS IN THE BUYING OF CIVET COFFEE IN CV. DUTA LUWAK BROTHER’S LINK

(A Case Study In West Lampung District) By

DENI SETIAWAN

The purpose of this research were (1) to identify decision process conducted by consumers in the purchase of civet coffee in CV. Duta Luwak Brother’s Link. (2) to analyze levels of customer satisfaction for civet coffee of Duta Luwak

Brother’s Link brands. (3) to obtain an alternative marketing policy based on the study of behavior of consumers on the civet coffee marketing of Duta Luwak

Brother’s Link brands. This research was done by survey methods. Respondent who used in this research as many as 32 of respondents. The data were analyzed by using descriptive analysis , ideal model numbers , Importance Performance Analysis ( IPA ) and Costumer Satisfaction Index (CSI).

The results of research showed that process of the decision by the consumers in the purchase of civet coffee of Duta Luwak Brother’s Link in the introduction of the needs of by means of a trial and error by 50 percent, for the satisfaction of 69 percent. The analysis of figures obtain multiatribut ideal the value of the attitude of respondents of civet coffee of Duta Luwak Brother’s Link is 17.3. It means civet coffee is in the category of very good coffee. The result of Important


(3)

Performance Analysis (IPA) showed that the attribute of Duta Luwak Brother’s Link which were less than satisfied customers were advertising and promotion. The attributes that must be maintained its performance were Halal Label MUI , permission ministry of finance , a sense of novelty products and product quality. The attributes that must be improved were price , brand, clarity the expiration date, quantity / the contents of the product. Whose the attributes that had excessive performance were packaging , the aroma , the availability of products, and the type of packaging. The Customer Satisfaction Index (CSI) consumer of coffee civet which reached 77,76 percent where is in the 0,66 per 0,80 scale, which can be said in the satisfied criteria.


(4)

ABSTRAK

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOPI LUWAK DI CV. DUTA LUWAK BROTHER’S LINK

(Studi Kasus di Kabupaten Lampung Barat) Oleh

DENI SETIAWAN

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link. (2) Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link. (3) Mendapatkan alternatif kebijakan pemasaran berdasarkan studi perilaku konsumen terhadap pemasaran kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei lapangan menggunakan teknik wawancara dan kuisioner. Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif, model angka ideal, Importance Performance Analisis (IPA) dan Costumer Satisfaction Indeks (CSI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link dalam pengenalan kebutuhan dengan cara sekedar coba-coba sebesar 50%, untuk kepuasan sebesar 69%. Hasil analisis multiatribut angka ideal didapatkan nilai sikap responden terhadap Kopi Luwak Duta Luwak Brother’s Link adalah 17,3 artinya Kopi


(5)

Luwak termasuk kategori sangat baik. Hasil analisis Important Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut kopi luwak Duta Luwak Brother’s

Link yang dirasa konsumen kurang puas adalah tentang iklan dan promosi. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah Label halal MUI, Izin depkes, rasa, originalitas produk dan kualitas produk. Atribut yang tidak menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah harga, merek, kejelasan tanggal kadaluarsa, kuantitas/ isi produk. Atribut yang kinerjanya berlebihan adalah kemasan, aroma, ketersediaan produk, jenis kemasan. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) konsumen kopi luwak yang mencapai 77,76 persen berada pada selang 0,66 sampai dengan 0,80, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum indeks kepuasan konsumen untuk atribut yang diuji dalam kriteria puas.


(6)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KOPI LUWAK DI CV. DUTA LUWAK BROTHER’S LINK

(Studi Kasus di Kabupaten Lampung Barat)

Oleh

DENI SETIAWAN Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banding Agung pada tanggal 29 Juni 1991, sebagai putra kedua dari pasangan Bapak Saban dan Ibu Susilowati. Penulis memulai pendidikan di SDN 1 Tuguratu pada tahun 1998–2004; SMP PGRI Suoh pada tahun 2004–2007, SMAN 1 Gading Rejo pada tahun 2007–2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Lokal (UML).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sendang Asih Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari 2014 dan Praktik Umum pada bulan Juni 2013 di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) dengan judul ” Mempelajari Penetapan Mutu dan Pengawasan Mutu Pada Produk Susu di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat”.

Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian kepengurusan sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan dan Penalaran pada periode 2012–2013 dan Ketua Umum pada periode 2013-2014.


(11)

vi

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Kopi Luwak di CV. Duta Luwak Brother’s Link (Studi Kasus di Kabupaten Lampung Barat)”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas segala bantuan yang diberikan selama penulis menimba ilmu di Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Harun Al Rasyid, M.T., selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

4. Bapak Wisnu Satyajaya, S.T.P., M.M., M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

5. Bapak Drs. Azhari Rangga, M.App.Sc., selaku Penguji yang telah memberikan saran, dan evaluasi terhadap karya skripsi penulis.


(12)

vii

7. Keluarga terkasih: Bapak, Mamak, Eyang serta kakak atas do’a, dukungan moril, motivasi, serta kasih sayang yang tiada henti demi keberhasilanku. 8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium

serta seluruh karyawan di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

9. Angkatan 2010 ”Angguk Angguk Mundur” Laili, Ajie, Pamel, Naldo, Onky, Karin, Angga, Birgita, Suci, Bili, Hibatur, Inan, Dani, Hafid, Ridwan, Roky, Ogi, Nano, Rohim, Tia, Nyoman, Mery.

10.Keluarga besar THP FP Unila atas pembelajaran, kekeluargaan, suka dan duka yang menghiasi kehidupan penulis selama di kampus.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan mereka, dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2015 Penulis


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Syarat mutu biji kopi SNI 01-2907-2008 ... 11

2. Standar mutu biji kopi SNI 01-2907-2008 ... 12

3. Syarat mutu khusus kopi arabika SNI 01-2907-2008 ... 12

4. Syarat mutu kopi robusta SNI 01-2907-2008 ... 13

5. Jenis sumber data ... 35

6. Skala numerik... 40

7. Kriteria dan indek kepuasan ... 43

8. Atribut atribut kopi luwak ... 47

9. Atribut yang paling dipertimbangkan ... 57

10.Perilaku responden bila kopi luwak tidak tersedia di tempat biasa membeli ... 63

11.Jarak skala kepentingan, ideal dan kinerja ... 66

12.Tingkat kepentingan dan ideal terhadap produk kopi luwak ... 66

13.Tingkat kinerja dan ideal terhadap Duta Luwak Brother’s Link……… 67

14.Tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Duta Luwak Brother’s Link…. 68

15.Perhitungan customer satisfaction index (CSI)………. 73

16.Persepsi konsumen terhadap atribut produk kopi luwak berdasarkan angka ideal dan importance performance analysis ... 89


(14)

17.Tingkat kepentingan atribut produk kopi luwak ... 90

18.Perhitungan angka ideal ... 91

19.Perhitungan custumer satisfaction index ... 92

20.Tingkat kepentingan atribut produk kopi luwak ... 93

21.Persepsi konsumen terhadap atribut produk luwak berdasarkan angka ideal dan Importance Performance Analysis ... 94

22.Perhitungan nilai ideal dan nilai kepentingan ... 95

23.Perhitungan nilai kepentingan dan nilai kinerja ... 96


(15)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen ... 5

2. Diagram kerangka pemikiran operasional ... 9

3. Proses pembelian konsumen model lima tahap ... 30

4. Bentuk matrik Importance Performance Analysis (IPA) ... 41

5. Diagram responden berdasarkan usia... ... 48

6. Diagram responden berdasarkan jenis kelamin... 49

7. Diagram tingkat pendidikan... 50

8. Diagram responden berdasarkan pekerjaan... 51

9. Diagram responden berdasarkan pengeluaran perbulan ... 52

10.Diagram alasan dan motivasi……….…….. 53

11.Diagram manfaat yang dicari dari kopi luwak………...………. 54

12.Diagram sumber informasi….………... 55

13.Diagram fokus perhatian responden..……….. 55

14.Diagram keputusan pembelian….………. 58

15.Diagram tempat pembelian………... 59

16.Diagram frekuensi konsumsi kopi luwak perminggu………... 60

17.Diagram jenis kemasan……… 60


(16)

vi

19.Diagram banyaknya responden yang melakukan pembelian ulang…… 63

20.Diagram penggantian merek………... 64

21.Matriks IPA untuk atribut-atribut yang mempengaruhi pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link ... 69

22.Kopi Luwak “Brenjelan”... 98

23.Kopi luwak green bean... 98

24.Penyangraian kopi luwak ... 99

25.Kopi luwak roasting ... 99

26.Wawancara dengan produsen kopi luwak ... 99

27.Wawancara dengan manajer Duta Luwak Brother’s Link ... 100

28.Wawancara dengan responden 1 ... 100

29.Wawancara dengan responden 2 ... 100

30.Wawancara dengan responden 3 ... 101

31.Kemasan modern kopi luwak Duta Luwak ... 101

32.Logo Duta Luwak ... 101


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Kerangka pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kopi ... 10

2.2 Mutu Kopi ... 11

2.3 Kopi Luwak ... 13

2.3.1 Musang luwak (paradoxurus hermaphroditus) ... 15

2.3.2 Pakan luwak ... 16

2.4 Perilaku Konsumen ... 17

2.4.1 Proses Pengambilan Keputusan ... 18

2.4.2 Pengenalan Kebutuhan ... 19

2.4.3 Pencarian Informasi ... 19

2.4.4 Evaluasi Alternative ... 20

2.4.5 Keputusan Pembelian ... 21

2.4.6 Pasca Pembelian ... 22

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian ... 24

2.5.1 Pengaruh Lingkungan ... 24

2.5.2 Perbedaan Individu ... 26

2.5.3 Proses Psikologis ... 28

2.5.4 Atribut Produk ... 28

2.5.5 Tahapan-Tahapan Dalam Proses Keputusan Pembelian ... ... 29

2.5.6 Definisi Operasional ... 30


(18)

III. Metode Penelitian ... 34

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Alat ... 34

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 34

3.3.1 Data Primer ... 34

3.3.2 Data Sekunder ... 35

3.4 Metode Pengambilan Sampel ... 35

3.5 Analisis Data ... 37

3.6 Analisis Deskriptif ... 38

3.7 Model Angka Ideal ... 38

3.8 Metode Importance Performance Analisys (IPA) ... 40

3.9 Metode Customer Satisfaction Index (CSI) ... 42

3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian... 44

IV. Hasil Dan Pembahasan ... 45

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 45

4.2 Penelitian Pendahuluan ... 46

4.3 Karakteristik Responden ... 47

4.3.1 Responden Berdasarkan Usia... 48

4.3.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.3.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50

4.3.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50

4.3.5 Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbulan ... 51

4.4 Proses Keputusan Konsumen Kopi Luwak Merek Duta Luwak Brother’s Link ... 52

4.4.1 Pengenalan Kebutuhan ... 53

4.4.2 Pencarian Informasi ... 54

4.4.3 Evaluasi Alternatif ... 56

4.4.4 Keputusan Pembelian ... 58

4.4.5 Pasca Pembelian ... 62

4.4.6 Analisis Sikapdan Tingkat Kepuasan Konsumen Kopi Luwak Merek Duta Luwak Brother’s Link ... 65

4.5 Important Performance Analysis (IPA) ... 68

4.5.1 Kuadran I (Perioritas Utama) ... 70

4.5.2 Kuadran II ( Pertahankan Prestasi) ... 70

4.5.3 Kuadran II ( Perioritas Rendah) ... 71

4.5.4 Kuadran IV ( Berlebihan) ... 72

4.6 Customer Satisfaction Index (CSI)... 72

4.7 Implikasi Kebijakan Pemasaran ... 73

4.7.1 Produk ... 74

4.7.2 Harga ... 74

4.7.3 Distribusi ... 75


(19)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara terbesar ketiga penghasil kopi di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Provinsi Lampung memegang peranan penting dalam bisnis kopi Indonesia karena Provinsi Lampung merupakan gerbang utama ekspor kopi nasional. Produksi kopi Lampung pada tahun 2013 mencapai 29.800 ton ( BPS, 2013), sedangkan konsumsi kopi domestik pada tahun 2013 diperkirakan

mencapai 1,0 kilogram/kapita/tahun (AEKI, 2013).

Salah satu pengembangan dan inovasi produk olahan kopi ialah pembuatan kopi luwak. Kopi luwak merupakan hasil fermentasi yang dilakukan oleh hewan luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dengan cara memakan kopi yang sudah merah. Fermentasi sendiri dilakukan di dalam perut luwak sehingga kopi yang keluar merupakan kopi hasil fermentasi oleh enzim yang terdapat dalam tubuh luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Kopi luwak memiliki harga yang cukup tinggi. Kopi luwak jenis bubuk mencapai Rp. 400.000 sampai dengan

Rp.1.200.000 per kilogram. Usaha agroindustri kopi luwak di Lampung

khususnya di Kabupaten Lampung Barat berkembang pesat. Produksi kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat dari tahun ke tahun meningkat yaitu 270 kg, 300 kg, 792 kg, 1.200 kg, 1.320 kg pada kurun waktu 2007-2011 (Astrahadi, 2012).


(21)

2

Keistimewaan kopi luwak dibandingkan dengan yang lain adalah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan luwak. Proses

fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain berada pada suhu fermentasi optimal, juga dibantu enzim dan bakteri yang ada pada

pencernaan luwak. Kopi luwak juga bebas dari pestisida karena pestisida yang terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya ( Anonim, 2010).

Kabupaten Lampung Barat memiliki banyak sentra industri kopi luwak. Hal ini menyebabkan persaingan bisnis kopi luwak yang ketat, sehingga mengharuskan para produsen untuk selalu berinovasi. Salah satu cara agar produsen dapat bertahan dan berkembang dalam industri kopi luwak adalah harus memahami keragaman perilaku konsumen. Banyaknya jenis pilihan merek kopi luwak di pasaran saat ini dengan keunggulan dan karakteristik masing-masing produk yang ditawarkan membuat konsumen dapat memilih merek yang sesuai dengan

keinginan konsumen (Febrianti. 2011).

CV. Duta Luwak Brother’s Link merupakan salah satu produsen yang

memproduksi kopi luwak di kabupaten Lampung Barat. Perusahaan ini mampu memproduksi 1 ton kopi luwak green bean dalam 3 bulan produksi. Produk kopi luwak mulai dipasarkan pertama kali pada tahun 2008, hingga saat ini pemasaran kopi luwak sudah menjangkau pasar ke berbagai kota besar di Indonesia serta pasar internasional seperti Brazil, Amerika, Thailand, Korea Selatan, Filipina dan Jerman. Oleh karena itu perlu dilakukan studi tentang perilaku konsumen dalam


(22)

3

pengambilan keputusan pembelian produk kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s link.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian minuman kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link. 2. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap minuman kopi luwak

merek Duta Luwak Brother’s Link.

3. Mendapatkan alternatif kebijakan pemasaran berdasarkan studi perilaku konsumen terhadap pemasaran minuman kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, memberikan informasi bagi praktisi bisnis tentang spesifikasi produk minuman kopi luwak yang diinginkan konsumen, selanjutnya dapat digunakan dalam perumusan strategi pengembangan produk maupun strategi pemasaran.

2. Hasil kajian penelitian ini dapat dijadikan bahan studi kepustakaan untuk penelitian selanjutnya dan berguna di dalam meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai perilaku konsumen.


(23)

4

1.4 Kerangka Pemikiran

Menurut Loudon dan Della Bitta (1984) dalam Sumarwan (2002), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :

a. faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi, b. faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga dan situasi, dan

c. proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap/perilaku.

Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian, meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel et.al (1994), proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. pengenalan kebutuhan: konsumen akan mempersiapkan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk

membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.,

b. pencarian informasi : konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).,

c. evaluasi alternatif : konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan hingga alternatif yang dipilih.,


(24)

5

d. pembelian : konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima, dan

e. hasil/pasca pembelian : konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.

Model perilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor- faktor yang mempengaruhi.

Sumber: Engel et.al (1994) yang dimodifikasi.

Pembelian produk atau jasa yang dilakukan oleh konsumen dapat digolongkan ke dalam tiga macam (Engel et.al 1994) yaitu sebagai berikut :

Strategi Pemasaran Strategi Produk Strategi Harga Strategi Promosi Strategi Distribusi Proses Psikologis Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku Perbedaan Individu Sumberdaya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap

Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga situasi


(25)

6

a. pembelian yang terencana sepenuhnya,

Jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan, maka ini termasuk pembelian yang direncanakan

sepenuhnya. Pembelian yang terencana sepenuhnya biasanya adalah hasil dari proses keputusan yang diperluas atau keterlibatan yang tinggi, contohnya konsumen yang membeli mobil baru bisa digolongkan ke dalam kategori ini. Karena mereka biasanya sudah punya keinginan jenis mobil, merek dan model yang dibelinya sebelum masuk ke show room. Produk dengan keterlibatan rendah mungkin juga dibeli dengan terencana.

b. pembelian yang separuh terencana,

Konsumen seringkali sudah mengetahui ingin membeli suatu produk sebelum ke swalayan, namun mungkin konsumen tidak tahu merek yang akan dibelinya sampai ia bisa memperoleh informasi yang lengkap dari pramuniaga atau

display di swalayan. Ketika ia sudah tahu produk yang ingin dibelinya sebelumnya dan memutuskan merek dari produk tersebut di toko, maka ini termasuk pembelian yang separuh terencana.

c. pembelian yang tidak terencana,

Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul pada saat berada di toko atau di swalayan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, seperti adanya display pemotongan harga 50% (persen) yang terlihat mencolok akan menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli produk tersebut.


(26)

7

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas.Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas, dan jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas atau senang (Kotler 2000).

CV. Duta Luwak Brother’s Link merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dengan menggunakan bahan baku kopi jenis robusta dan arabika. Semakin banyak industri yang memproduksi kopi luwak di pasaran, maka

semakin terbuka peluang bagi para produsen untuk dapat memasarkan produk kopi luwak tersebut dengan lebih baik lagi, sesuai dengan segmen pasar yang ingin dilayani. Banyak merek lain di pasaran, maka dengan adanya berbagai merek kopi luwak yang ada di pasaran, mengakibatkan perusahaan menghadapi tingkat persaingan yang cukup tinggi. Penawaran produk ini agar berhasil, maka perlu kiranya diadakan penelitian pasar guna mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan utama konsumen mengkonsumsi produk kopi luwak termasuk pelaksanaan dalam proses keputusan pembelian, sikap konsumen terhadap atribut kopi luwak, tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut produk kopi luwak.

Tahapan proses pengambilan keputusan yang akan dianalisis mengacu pada tahapan proses pengambilan keputusan berdasarkan Engel et.al (1994). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis lima tahap proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi hasil. Proses keputusan pembelian konsumen dianalisis dengan menggunakan analisis secara deskriptif, data mengenai proses keputusan pembelian disajikan dengan tabulasi


(27)

8

sederhana. Atribut-atribut yang akan digunakan dalam kuisioner penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Atribut produk yang dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas tersebut diantaranya yaitu harga, rasa, aroma, manfaat, komposisi, cara penyajian, kemasan, merek, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Dinas Kesehatan, label halal MUI, ketersediaan produk, iklan, kuantitas/isi, kualitas, penempatan produk.


(28)

9

Keterangan:

: Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 2. Diagram kerangka pemikiran operasional Sumber: Wasini 2009 (dimodifikasi)

CV. Duta Luwak Brother,s Link - Mengeluarkan produkKopi Luwak

- Persaingan dalam pasar produsen minumanKopi Luwak

- Keinginan untuk dapat bertahan dan mengembangkan produkKopi Luwak

Studi Perilaku Konsumen

Karakteristik, Proses Keputusan Pembelian Konsumen Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk (harga, rasa,

aroma, manfaat, kandungan bahan alami,

komposisi, cara penyajian, kemasan, merek, kejelasan tanggal

kadaluarsa, izin Dinas Kesehatan, label halal MUI, ketersediaan

produk, iklan, kuantitas/isi,kualitas,

dan variasi rasa)

Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Produk (harga,

rasa, aroma, manfaat, kandungan bahan alami,

komposisi, cara penyajian, kemasan,

merek, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin

Dinas Kesehatan, label halal MUI, ketersediaan

produk, iklan, kuantitas/isi,kualitas,

dan variasi rasa)

Analisis

Deskriptif Model Angka Ideal

Important Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI)

Implikasi Kebijakan Pemasaran


(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kopi

Kopi merupakan tanaman dengan genus coffea. Kopi termasuk kedalam family

Rubiacea, subfamily Ixoroidea dan suku Coffea. Menurut Bridson dan Vercourt pada tahun 1988 dalam Pangabean 2011, kopi dibagi menjadi dua genus yakni

Coffea dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi menjadi dua subgenus yakni Coffea

dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies. Sementara itu subgenus Baracoffea terdapat tujuh spesies ( Pangabean, 2011).

Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara tahun 1696 - 1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-coba,akan tetapi hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan keberbagai daerah agar penduduk menanamnya. Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi robusta dan arabika. Penggolongan kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesiesnya, kecuali robusta. Kopi robusta bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora


(30)

11

Secara umum dari berbagai jenis kopi yang dijual dipasaran hanya terdapat dua varietas utama biji kopi yang dikembangkan di Indonesia yaitu kopi arabika ( Coffea Arabica) dan robusta (Coffea Robusta). Keduanya memiliki banyak perbedaan terutama dalam rasa. Kopi arabika dapat tumbuh didaerah dengan ketinggian 700-1.700 mdpl. Kopi arabika mempunyai ciri-ciri beraroma wangi yang sedap menerupai aroma perpaduan bunga dan buah, terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi robusta. Kopi arabika citarasanya jauh lebih halus (mild) dari kopi robusta dan terkenal pahit ( Ihkwan, 2013 ).

2.2 Mutu Kopi

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan ditetapkan oleh BSN. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008. Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. Jika satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.

Tabel 1. Syarat mutu kopi secara umum Syarat Mutu Secara Umum

No Kriteria Satuan Peryaratan

1 Serangga hidup - Tidak ada

2 Biji berbau busuk dan atau berbau kapang

- Tidak ada

3. Kadar air % fraksi massa maks 12,5

4. Kadar kotoran % fraksi massa maks 0,5 Sumber : SNI 01-2907-2008


(31)

12

Tabel 2. Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi

No Jenis Cacat Nilai Cacat

1 1 (satu) biji hitam 1 (satu)

2 1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah)

3 1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah)

4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)

5 1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat)

6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu) 7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah) 8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima) 9 1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah) 10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah) 11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima) 12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)

13 1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma)

14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)

15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh) 16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima) 17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh) 18 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 (lima)

19 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang

2 (dua) 20 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1 (satu) Sumber : SNI 01-2907-2008

Tabel 3. Syarat mutu khusus kopi arabika berdasarkan ukuran biji

Ukuran Kriteria Satuan Peryaratan

Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No. 16)

% fraksi massa Maks lolos 5

Sedang Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 6 mm (Sieve No. 15)

% fraksi massa Maks lolos 5

Kecil Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 5 mm (Sieve No. 13)

% fraksi massa Maks lolos 5


(32)

13

Tabel 4. Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan kering berdasarkan ukuran biji

Ukuran Kriteria Satuan Peryaratan

Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No. 16)

% fraksi massa Maks lolos 5

Sedang Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 3,5 mm (Sieve No. 9)

% fraksi massa Maks lolos 5

Sumber : SNI 01-2907-2008

Kopi luwak berasal dari biji kopi yang tidak dicerna di dalam perut luwak,

kemudian keluar bersama kotoran luwak. Jika luwak adalah binatang yang haram dimakan, maka kotoran luwak adalah najis, kalau kotorannya najis, maka biji kopi yang keluar bersama kotoran menjadi najis. Agar halal untuk dikonsumsi, maka biji kopi tersebut harus disucikan terlebih dahulu. Setelah suci, maka biji kopi tersebut siap untuk diproses menjadi kopi luwak. Pendapat ini diambil oleh MUI (Majlis Ulama Indonesia) di dalam sidang fatwanya yang menetapkan bahwa biji kopi yang keluar bersama kotoran binatang tersebut statusnya halal setelah adanya proses pensucian (Anonim. 2014).

2.3 Kopi Luwak

Kopi luwak merupakan kopi yang diproduksi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang luwak. Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah


(33)

14

lama diketahui, namun baru terkenal luas di kalangan peminat kopi gourmet

setelah publikasi pada tahun 1980 an ( Ikhwan, 2013 ).

Hewan luwak senang mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Luwak hanya memakan buah dari biji kopi yang beraroma wangi seperti buah leci, kemudian di perut luwak terjadi fermentasi oleh enzim-enzim yang ada pada perut luwak selama kurang lebih 12 jam ( Ihkwan, 2013 ).

Keistimewaan biji kopi luwak dibandingkan dengan kopi yang lain adalah sebagai berikut:

 kopi luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan memilih biji kopi paling matang yang biasanya berwarna merah. Bisa dipastikan, 90 % biji kopi yang dihasilkan oleh hewan luwak adalah yang benar-benar matang, bukan yang mentah. Ini memberi keuntungan, karena pada kopi biasa kemungkinan ada pencampuran antara biji kopi yang mentah dan matang, yang tentunya bisa mengurangi kualitas kopi.,

 kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat

meningkatkan kualitas rasa kopi, selain berada pada suhu fermentasi optimal dan dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0,5 s/d 1%.,


(34)

15

 kopi luwak bebas dari pestisida. Bebas dari pestisida, karena pestisida yang terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya.,

2.3.1 Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Musang luwak adalah hewan menyusui (mamalia) yang termasuk suku musang

dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus

dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Musang bertubuh sedang, dengan

panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Adapun

klasifikasi ilmiahnya menurut (Corbet and Hill, 1992 ) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Famili : Viverridae Upafamili : Paradoxurinae Genus : Paradoxurus

Spesies : P. hermaphrodites

Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat


(35)

16

beberapa bintik samar di sebelah menyebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu (Payne. et al., 2000).

2.3.2 Pakan Luwak

Luwak bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan (Tweedie, 1988). Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat dan

sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, luwak memilih buah yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari Jawa, yang menurut ceritera dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang luwak, dan telah mengalami proses melalui pencernaannya ( Cranbrook, 1987 ).

Musang luwak sering ditemukan sebagai pemakan dan pencuri ayam, namun pada dasarnya lebih menyukai memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan, termasuk diantaranya kopi, pepaya, pisang, rambutan, mangga, dan buah pohon kayu afrika. Tipe buah atau biji- bijian yang pada umumnya dimakan oleh musang luwak adalah tipe buah berbiji, arbei atau ampas kayu.


(36)

17

2.4 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel et.al.,1994). Menurut

Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002), istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Loudon dan Della Bitta (1984) dalamSumarwan (2002), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. Menurut (Engel et,al.,1994), mengemukakan bahwa perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melewati lima tahapan yaitu

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi,pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen

dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

a. faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi., b. faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga dan situasi.,

c. proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku.,


(37)

18

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu (internal) dan faktor lingkungan (eksternal). Faktor-faktor internal adalah variabel-variabel dari dalam individu yang mempengaruhi perilakunya dalam

proses pengambilan keputusan untuk membeli barang atau jasa, seperti motivasi, kepribadian, sikap, belajar, dan daya ingat. Faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, kelas sosial, keluarga, dan faktor-faktor manusia.

2.4.1 Proses Pengambilan Keputusan

Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian, meliputi

beberapa tahapan. Menurut (Engel et.al.,1994), proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan yaitu:

a. pengenalan kebutuhan : konsumen akan mempersiapkan perbedaan antarakeadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.,

b. pencarian informasi : konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).,

c. evaluasi alternatif : konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan hingga alternatif yang dipilih., d. pembelian : konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti

yang dapat diterima, dan

e. hasil/pasca pembelian : konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.


(38)

19

2.4.2 Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan atau masalah dimana konsumen merasakan adanya perbedaan antara kondisi aktual dengan yang diinginkan. Hal ini terjadi karena stimulus internal (seperti rasa haus dan lapar) atau stimulus eksternal (iklan, pajangan produk). Menurut (Engel

et.al.,1994) bahwa proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Kebutuhan tersebut terjadi karena konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian yang melebihi tingkat atau ambang tertentu maka kebutuhan tersebut dikenali. Namun jika ketidaksesuaian tersebut ada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan itu tidak terjadi.

2.4.3 Pencarian Informasi

Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen mungkin kemudian terlibat dalam pencarian akan pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian yang merupakan tahap kedua dari proses pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai pengaktifan kebutuhan yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari lingkungan (Engel et.al.,1994). Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Pencarian internal terjadi setelah adanya pengenalan kebutuhan, jika pencarian ini sudah memberikan informasi yang dibutuhkan maka tidak diperlukan lagi pencarian eksternal. Konsumen mungkin cukup sampai pencarian internal jika apa yang dicari telah terpenuhi. Jika tidak, konsumen akan berlanjut ke tahap pencarian eksternal. Konsumen mungkin juga mengkombinasikan antara


(39)

20

pencarian internal dan eksternal agar informasi yang diperolehnya mengenai produk dan merek menjadi sempurna dan meyakinkan. Pencarian eksternal adalah proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen.

Menurut Kotler (2000), sumber-sumber infomasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu :

a. sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kerabat.,

b. sumber komersil : iklan, tenaga penjual, pedagang dan perantara., c. sumber publik : media massa, organisasi penilaian konsumen.,

d. sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk. Sumber-sumber informasi yang berbeda dapat menuntun konsumen pada keputusan pembelian yang berbeda.

2.4.4 Evaluasi Alternatif

Tahap ketiga dari proses keputusan konsumen adalah evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumarwan 2002). Kotler (1995) dalam Khairiyah (2007), mengemukakan bahwa konsumen yang melakukan evaluasi alternatif berusaha memuaskan kebutuhan dan mencari manfaat tertentu dari alternatif produk. Konsumen akan memandang produk sebagai serangkaian produk dengan atribut yang berbeda. Atribut-atribut produk yang dianggap relevan dan menonjol akan mendapat perhatian dari konsumen. Selain itu pasar suatu produk dapat


(40)

21

disegmentasikan berdasarkan atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok atau konsumen yang berbeda.

2.4.5 Keputusan Pembelian

Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya. Sehingga yang harus diperhatikan disini adalah keinginan yang sudah bulat untuk membeli suatu produk seringkali harus dibatalkan karena beberapa alasan, yaitu :

a. motivasi yang berubah, konsumen mungkin merasakan bahwa kebutuhannya bisa terpenuhi tanpa harus membeli produk tersebut, atau ada kebutuhan lain yang lebih diprioritaskan.,

b. situasi yang berubah, misalnya tiba-tiba nilai dolar menjadi mahal, sehingga uang yang tersedia menjadi tidak cukup untuk membeli produk tersebut, dan c. produk yang akan dibeli tidak tersedia, bisa menjadi penyebab konsumen

tidak tertarik lagi membeli produk tersebut.

Pembelian produk atau jasa yang dilakukan oleh konsumen dapat digolongkan ke dalam tiga macam (Engel et.al.,1994) yaitu sebagai berikut :

a. pembelian yang terencana sepenuhnya.

Jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan, maka ini termasuk pembelian yang direncanakan

sepenuhnya. Pembelian yang terencana sepenuhnya biasanya adalah hasil dari proses keputusan yang diperluas atau keterlibatan yang tinggi. Produk dengan keterlibatan rendah mungkin juga dibeli dengan terencana. Konsumen


(41)

22

seringkali membuat daftar barang yang akan dibelinya, jika ia pergi ke swalayan, ia sudah tahu produk dan merek yang akan dibelinya. b. pembelian yang separuh terencana.

Konsumen seringkali sudah mengetahui ingin membeli suatu produk sebelum ke swalayan, namun mungkin konsumen tidak tahu merek yang akan dibelinya sampai ia bisa memperoleh informasi yang lengkap dari pramuniaga atau

display di swalayan. Ketika ia sudah tahu produk yang ingin dibelinya sebelumnya dan memutuskan merek dari produk tersebut di toko, maka ini termasuk pembelian yang separuh terencana.

c. pembelian yang tidak terencana.

Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul pada saat berada di took atau di mal. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, seperti adanya

display pemotongan harga 50% (persen) yang terlihat mencolok akan menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli produk tersebut.

2.4.6 Pasca Pembelian

Setelah proses pembelian konsumen dapat mengalami kepuasan maupun ketidakpuasan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas, dan jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas atau senang (Kotler, 2000). Teori yangmenjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidak puasan konsumen


(42)

23

terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang mengemukakan bahwa kepuasan konsumen dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang

sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut (Sumarwan, 2002).

Ketika konsumen membeli suatu produk, maka konsumen memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product performance). Produk akan berfungsi sebagai berikut :

a. produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika ini terjadi,

makakonsumen akan merasa puas.,

b. produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan netral, dan

c. produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.


(43)

24

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian 2.5.1 Pengaruh Lingkungan

Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, perilaku keputusan konsumen dipengaruhi lingkungan antara lainbudaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga dan situasi (Engel et.al., 1994).

a. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan. Budaya bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, adalah contoh-contoh produk yang bisa dianggap sebagai budaya suatu masyarakat. Undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa adalah beberapa contoh lain budaya suatu masyarakat. Objek material dari budaya disebut sebagai artifak budaya atau manisfestasi material dari sebuah budaya. Budaya akan memberikan petunjuk kepada seseorang tentang perilaku yang bisa diterima oleh suatu masyarakat, dan budaya juga memberikan rasa memiliki identitas bagi seseorang dalam suatu masyarakat.

b. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga. Status kelas sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Beberapa dari kontribusi yang paling awal terhadap studi perilaku konsumen


(44)

25

menggunakan perbedaan kelas sosial sebagai variabel utama dalam menjelaskan perbedaan konsumen.

c. Pengaruh pribadi yaitu individu atau sekelompok orang yang member

pengaruh secara bermakna pada perilaku seseorang. Pengaruh pribadi sangat menentukan keputusan pembelian terhadap suatu merek produk tertentu. Konsumen yang selektif akan aktif melibatkan diri mereka dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini dapat menghindari risiko yang dapat ditimbulkan oleh produk.

d. Keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti ditambah kerabat lain seperti kakek, nenek, paman, bibi dan sepupu. Keluarga mempengaruhi kelompok perilaku individu dalam pengambilan keputusan pembelian karena semua individu berasal dari sebuah keluarga. Tiap anggota keluarga memiliki pengaruh pada keputusan pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

e. Situasi. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Menurut (Engel et.al., 1994) bahwa karakteristik situasi konsumen terdiri dari lima karakteristik umum yaitu :

1. lingkungan fisik, yaitu sifat nyata yang merupakan situasi konsumen., 2. lingkungan sosial : ada atau tidak adanya orang lain di dalam situasi


(45)

26

bersangkutan.,

3. waktu : sifat sementara dari situasi seperti momen tertentu ketika perilaku terjadi (misalnya: jam, hari, bulan, musim). Waktu mungkin pula diukur sehubungan dengan semacam kejadian masa lalu atau masa datang (misalnya: waktu sejak pembelian terakhir, waktu hingga hari pembayaran).,

4. tugas : tujuan atau sasaran tertentu yang dimiliki konsumen di dalam suatu Situasi, dan

5. keadaan anteseden : suasana hati sementara (misalnya: kecemasan, kesenangan, kegairahan) atau kondisi sementara (misalnya: uang kontan yang tersedia, keletihan) yang dibawa oleh konsumen ke dalam situasi tersebut.

2.5.2 Perbedaan Individu

Perbedaan dan pengaruh individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Setiap individu memiliki kepribadian berbeda dan tidak ada manusia yang diciptakan sama, sehingga di dalam perilaku konsumsi individu memiliki pilihan yang berbeda pula. Ada lima hal yang menyebabkan konsumen berbeda yaitu:

1. sumber daya konsumen terdiri dari uang, waktu dan perhatian (penerimaan dan kemampuan mengolah informasi). Ketiga sumberdaya konsumen tersebut dapat mempengaruhi situasi pengambilan keputusan pembelian konsumen. Namun tidak semua konsumen memiliki ketiga sumberdaya diatas, sehingga konsumen harus cermat mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya.


(46)

27

2. motivasi dan keterlibatan.

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan

dan sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut.

Sedangkan keterlibatan menurut Engel et.al (1994) adalah sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus atau rangsangan di dalam situasi spesifik. Keterlibatan merupakan refleksi darimotivasi yang kuat dalam bentuk keterlibatan pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa pada konteks tertentu.

3. pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Dalam bidang pemasaran diperlukan adanya pembagian pengetahuan yang lebih tepat. Engel et.al (1994) membagi pengetahuan konsumen ke dalam tiga macam (1) pengetahuan produk,

(2) pengetahuan pembelian, (3) pengetahuan pemakaian.

4. sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akanmempengaruhi kepuasan konsumen. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil penilaian merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting.


(47)

28

5. kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan variabel penting yang berhubungan dengan keputusan pembelian. Konsumen akan mengkonsumsi produk dengan citra yang sesuai dengan kepribadian dan gaya hidup

(carakonsumen menghabiskan uang). Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Demografi dapat mendeskripsikan pangsa konsumen seperti usia,pendapatan, pendidikan.

2.5.3 Proses Psikologis

Pengolahan informasi adalah proses informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan, didapatkan dan digunakan kembali. Bagi pemasar pengolahan informasi sangat penting untuk mengetahui dan memahami perilaku konsumen. Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Konsumen akan memutuskan untuk mengkonsumsi produk dengan merek tertentu berdasarkan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Akumulasi pengalaman seseorang selama hidupnya akan

menambah pengetahuan serta mempengaruhi sikap terhadap produk yang

dikonsumsinya. Perubahan sikap dan perilaku mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari perilaku konsumen. Perubahan sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh individu, kelompok maupun pemasar.

2.5.4 Atribut Produk

Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Definisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasardan dapat memenuhi


(48)

29

kebutuhan konsumen. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (feature), fungsi (function) dan manfaat (benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran, karakteristik estetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis atau jasa,penampilan, harga, susunan maupun trade mark atau tanda merek dan lain-lain.

Sementara manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, manfaat non material seperti kesehatan dan penghematan misalnya waktu. Manfaat dapat juga berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan

sebagaiciri-ciri atau manfaat. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan

kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk.

Evaluasi atribut produk, ada dua sasaran pengukuran yang penting yaitu (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) memperkirakan

kepentingan relatif dari masing-masing atribut produk (Engel et.al 1994). Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menggunakan atributyang menduduki peringkat tertinggi.

2.5.5 Tahapan-Tahapan Dalam Proses Keputusan Pembelian Kotler (2007) mengatakan bahwa para konsumen melewati lima tahap : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan


(49)

30

pembelian, perilaku pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu.

Mengenali Pencarian Informasi Kebutuhan

Gambar 3. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap Sumber: kotler (2007)

2.5.6 Definisi Operasional

1. Harga : nilai jual per unit produk kopi luwak pada saat penelitian dilakukan, dalam satuan rupiah.

2. Rasa : karakteristik organoleptik yang dirasakan oleh lidah, rasa khaskopi luwak.

3. Aroma : yaitu yang tercium oleh panca indera hidung

4. Kemasan : bagian terluar dari suatu produk minuman bandrek yang berperan untuk menambah daya tarik dan melindungi produk.

5. Merek : nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-haltersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. 6. Kejelasan Tanggal Kadaluarsa : batas waktu maksimal yang ditetapkan

dimana produk dapat dikonsumsi. Biasanya dicantumkan pada bagian luar kemasan produk yang mudah terlihat oleh konsumen.

7. Izin Dinas Kesehatan: keterangan yang menjelaskan bahwa produk tersebut sudah terdaftar pada BPOM, DepKes.

Evaluasi Alternatif

Keputusn Membeli

Perilaku Pasca Pembelian


(50)

31

8. Label Halal MUI : keterangan yang menjelaskan bahwa produk tersebut sudah terdaftar pada MUI yang menjelaskan bahwa produk tersebut halal dikonsumsi.

9. Ketersediaan Produk : tingkat kemudahan produk minuman kopi luwak dapat diperoleh oleh konsumen atau dengan kata lain konsumen tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan produk.

10. Iklan dan Promosi : ajakan yang bertujuan untuk memberitahukan keberadaan produk, membangun citra perusahaan, mempengaruhi, mendorong minat serta mempertahankan ingatan konsumen terhadap produk kopi luwak.

11. Kuantitas (Isi) : merupakan banyaknya produk yang ada didalam kemasan kopi luwak dalam setiap kemasan.

12. Kualitas : standar tertentu yang dimiliki oleh produk kopi luwak.Standar untuk kopi luwak yaitu asli produksi fermentasi luwak dan tidak ada campuran kopi tanpa fermentasi luwak.

13. Keputusan : pemilihan sesuatu tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih.

14. Kepuasan : perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja produk yang riil dengan kinerja produk yang diharapkan.

2.6 Penelitian Terkait

Ratna (2012) dalam risetnya yang berjudul peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen kopi luwak Malabar bahwa harga yang relatif mahal menjadikan konsumennya berasal dari kelas menengah keatas. Promosi


(51)

32

yang dilakukan perusahaan hanya dengan promosi penjualan dan periklanan (media cetak, elektronik, dan web) sedangkan lokasi atau distribusi produk kopi luwak Malabar terfokus kepada konsumen café dan konsumen end user. Peran bauran pemasaran terhadap perilaku pembelian konsumen kopi luwak Malabar yang paling berperan adalah produk kopi luwak Malabar terutama kualitas, dinilai dari citarasanya.

Praharsi (2004) yang menganalisis perilaku konsumen dan implikasinya terhadap strategi bauran pemasaran permen Tolak Angin PT Sido Muncul (Studi Kasus : Kota Bogor), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian permen Tolak Angin terdiri dari tujuh faktor utama

yangdapat menjelaskan 65,931 persen dari total keragaman data. Faktor dominan pertama adalah faktor keunggulan produk yang terdiri dari variabel manfaat kesehatan, khasiat, kandungan alami dan kualitas yang saling berkorelasi kuat dan positif sehingga dapat digabungkan dalam satu faktor yaitu faktor keunggulan produk. Faktor dominan kedua adalah faktor lingkungan sosial konsumen

yangterdiri dari variabel budaya, keluarga, teman dan status sosial. Kelima faktor sisanya adalah faktor jaminan keamanan produk, faktor ekonomi, faktor bauran pemasaran, faktor situasi dan faktor pengetahuan konsumen. Total skor nilai sikap responden terhadap atribut Permen Tolak Angin saat ini adalah 58,81 yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut Permen Tolak Angin baik dimata responden. Tingkat kepuasan atribut yang paling rendah adalah kejelasan tanggal kadaluarsa, kemudahan memperoleh produk, dan kemasan.

Wasini (2009) yang melakukan analisis perilaku konsumen dalam pembelian minuman bandrek serbuk merek starbandrek PT Liza Herbal International (studi


(52)

33

kasus di wilayah bogor). Pada tahap pengenalan kebutuhan, menunjukkan bahwa motivasi awal responden mengkonsumsi minuman bandrek sebagian besar adalah kesadaran responden akan pentingnya minuman bandrek untuk menjaga

kesehatan. Pada tahap pencarian informasi, responden mendapatkan informasi mengenai minuman bandrek yaitu dari penjual dan SPG (SalesPromotion Girl) dengan persentase 29 %. Hasil analisis multiatribut angka ideal didapatkan nilai sikap responden terhadap bandrek StarBandrek adalah 42,52. Hasil analisis

Important Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut StarBandrek yang dirasa konsumen kurang puas adalah harga dan ketersediaan produk. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah rasa, aroma, manfaat, kandungan bahan alami, komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, terdapat izin DepKes, label Halal MUI dan kualitas produk. Atribut yang tidak menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah kemasan, merek, iklan dan promosi, kuantitas atau isi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ratna (2012) dan Praharsi (2004) yaitu terletak pada produk yang diteliti, perusahaan serta tempat penelitian sedangkan persamaannya adalah menggunakan analisis yang sama. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Praharsi (2004) dan Wasini (2009) adalah pada produk yang diteliti, perusahaan yang diteliti serta dari penggunaan alat analisis, sementara persamaannya pada topik penelitian.


(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother’s Link Jln. Raden Intan Gg.

Menako No.111 Way Mengaku Kec.Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 – Mei 2015.

3.2Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan software pengolahan data Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan. Metode pengumpulan data primer yang dipakai penelitian ini adalah metode survei, yaitu data yang dikumpulkan merupakan sebagian dari populasi, sedangkan untuk pelaksanaannya yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan perlakuan kuesioner.


(54)

35

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti referensi buku, BPS Indonesia, BPS Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Barat, Penelitian kepustakaan dan internet.

Tabel 5. Jenis, sumber data, data yang diperlukan dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

Sumber Data yang Metode

No Jenis Data

Data Diperlukan Pengumpulan Data

1. Data Primer Kuesioner Karakteristik Survey Dan

konsumen : observasi Melalui

demografi, sikap, penyebaran

tingkat kepuasan kuesioner Dan

konsumen, dan wawancara langsung

proses keputusan dengan konsumen

pembelian.

2. Data Sekunder Buku, Data statistik Studi Literatur

Internet, Lampung,

BPS Data

statistik Indonesia,

Penelitian

kepustakaan dll

3.4Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian berdasarkan teknik non probability sampling, dimana pengambilan sampel tidak memperhitungkan peluang atau kemungkinan unit sampel dipilih atau tidak (Umar, 2005). Teknik

non probability yang dipilih adalah convenience sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai kesediaan responden untuk diwawancarai dengan kuesioner.


(55)

36

Alasan penggunaan teknik pengambilan sampel secara convenience sampling ini, karena responden yang ditemui di tempat penelitian yaitu kebanyakan dari responden memiliki kesibukan dan ada pula responden tersebut merupakan orang pendatang yang sedang berada di Lampung Barat sehingga pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan kesediaan dari responden untuk diwawancarai dengan kuesioner.

Penelitian melibatkan 32 orang responden, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Siagian (2006), syarat minimal sampel data terdistribusi normal statistik adalah 30 sampel, sehingga 32 sampel sudah memenuhi syarat minimal dan untuk mendapatkan gambaran dari keadaan sebenarnya di lapang serta untuk

menghindari hasil yang bias dalam penelitian ini sehingga dengan jumlah 32 responden dari tempat diharapkan dapat memberikan hasil yang dapat mewakili populasi dari tempat penelitian.

Sampel penelitian atau responden dalam penelitian ini yaitu dengan karakteristik sebagai berikut :

1. konsumen individu yang ditemui di tempat penjualan kopi luwak,dengan demikian responden yang terpilih tidak terbatas kepada responden yang bertempat tinggal di Lampung Barat, tetapi juga termasuk mereka yang mempunyai aktivitas sehari-hari di Lampung Barat, meskipun bertempat tinggal di luar daerah Lampung Barat.,

2. konsumen yang sedang membeli produk kopi kuwak dan sudah pernah mengkonsumsi minuman kopi luwak.,

3. berusia 18 tahun ke atas. Alasan pemilihan rentang usia ini didasarkan pada asumsi bahwa pada masa tersebut merupakan masa produktif yang penuh


(56)

37

aktifitas. Pertimbangan lain dari pemilihan responden berusia diatas 18 tahun yaitu responden tersebut sudah bisa memahami jenis pertanyaan dalam kuesioner yang akan diberikan dalam penelitian ini.

3.5Analisis Data

Uji pendahuluan yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden dengan kriteria responden adalah orang yang pernah mengkonsumsi Kopi Luwak. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q Test, yaitu dengan

memberikan kuesioner kepada responden dimana kuesioner yang disediakan mencakup atribut-atribut yang berhubungan dengan produk kopi luwak.

Responden diminta untuk memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan produk. Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrument yang digunakan dalam riset. Instrument riset yang terandal akan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan dengan menggunakan metode Hoyt. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kereliabelan dari atribut-atribut yang diajukan pada responden dalam kuesioner ( Rianse dan Abdi 2008 ).

Model Analisis Multi Atribut Angka Ideal digunakan untuk mengetahui dan menilai sikap serta persepsi konsumen terhadap produk yang ideal sehingga dijadikan tolak ukur perbandingan terhadap performance minuman kopi luwak di mata konsumen. Untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut akan dianalisis dengan menggunakan metode Important

Performance Analysis (IPA) yang menggunakan SPSS 16 dan Customer Satisfaction Index (CSI) dan selanjutnya dilakukan analisis berikut ini.


(57)

38

3.6 Analisis Deskriptif

Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data karakteristik konsumen (usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan) serta proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan evaluasi hasil) yang dikumpulkan melalui kuesioner dianalisis secara deskriptif dengan analisis

deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena analisis ini dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen serta proses keputusan pembelian yang sedang berlangsung saat penelitian dilaksanakan.

3.7 Model Angka Ideal

Model Angka Ideal memberikan informasi berkenaan dengan “merek ideal” dan

juga informasi dengan bagaimana merek yang sudah ada dipandang oleh konsumen (Engel, 2002).

Model Angka Ideal digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

A = Sikap terhadap suatu merek Wi

= Pentingnya atribut i


(58)

39

Xi= Kepercayaan mengenai performasi aktual merek bersangkutan pada atribut i n

= Jumlah atribut yang menonjol

Pada prinsipnya, model Angka Ideal ini memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan oleh konsumen. Semakin dekat penilaian aktual suatu merek dengan penilaian ideal, maka merek tersebut ideal dimata konsumen dan menunjukkan konsumen mendukung merek tersebut.

Analisis Angka Ideal tersebut responden diminta untuk menunjukkan dimana mereka percaya suatu merek ditempatkan pada skala yang menggambarkan berbagai derajat atau tingkat atribut yang menonjol. Melalui kuesioner responden dapat memberikan angka/tingkat kepentingan dari angka (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) biasa saja, (4) penting, (5) sangat penting. Selain itu

responden juga akan menunjukkan dimana merek “ideal” akan dianalisis

sebanyak atribut yang telah ditetapkan.

Untuk menginterpretasikan nilai total sikap terhadap semua atribut dapat

ditentukan dengan skala linier numerik. Untuk total skor sikap paling baik adalah 0 (nol), skor ini diperoleh bila kualitas ideal (Ii) sama persis dengan kualitas yang dialami konsumen pada setiap atribut. Sedangkan skor paling buruk adalah bila kualitas pengalaman pada masing-masing atribut minimal 1 (satu).

Nilai total sikap terhadap semua atribut dapat ditentukan dengan skala linier numerik. Untuk total skor sikap paling baik adalah 0 (nol), skor ini diperoleh bila kualitas ideal (Ii) sama persis dengan kualitas yang dialami konsumen pada setiap atribut. Sedangkan skor paling buruk adalah bilakualitas pengalaman pada


(59)

40

masing-masing atribut minimal 1 (satu). Dengan lima tingkat kepentingan dan total skor maksimum yang mungkin untuk penelitian ini adalah 165,36, maka rentang skalanya adalah 32,67.

Tabel 6. Skala numerik

2 32,67 ≤ A ≤65,36 Baik

3 65,36 ≤ A ≤ 98,03 Netral

4 98,03 ≤ A ≤ 130,70 Buruk

5 130,70 ≤ A ≤ 165,36 Sangat Buruk

3.8 Metode Important Performance Analysis (IPA)

Metode Important Performance Analysis (IPA) menggambarkan kinerja (performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk matriks IPA. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas sedangkan bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat

kepentingan responden dikategorikan tidak puas ( Durianto, 2004 ).

Matriks IPA yang terdiri dari sumbu X dan Y dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X.Y) dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor kinerja perusahaan pada seluruh atribut Y adalah rata-rata skor tingkat harapan seluruh atribut yang akan

No Skala K eterangan 1 0 A ≤32,67 Sangat Baik


(60)

41

mempengaruhi kepuasan konsumen. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana :

X: Rata-rata dari skor tingkat kinerja perusahaan

Y: Rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kepentingan responden X: Skor rata-rata tingkat kinerja perusahaan

Y: Skor rata-rata tingkat kepentingan responden N : Jumlah responden (32)

K :Banyaknya atribut-atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan responden

Hasil perhitungan diatas akan dinyatakan dalam matriks IPA. Matriks IPA diperlukan untuk penjabaran tingkat kinerja dan kepuasan konsumen. Kuadran I merupakan daerah prioritas utama, kuadran II merupakan daerah yang harus dipertahankan, kuadran III merupakan daerah prioritas rendah dan kuadran IV merupakan daerah berlebihan.

Y (Tingkat Kepentingan)

Tinggi

Kuadran I Kuadran II (Prioritas Utama) (Pertahankan Prestasi) Kuadran IV Kuadran III (Prioritas Rendah) (Berlebihan) Tinggi Rendah

X (Tingkat Kinerja)

Gambar 4. Bentuk Matrik Importance Performance Analysis (Rangkuti 2006)


(61)

42

Kuadran I : ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan.

Kuadran II

: ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dan faktor-faktor dianggap oleh konsumen sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat

kepuasanya relatif tinggi. Kinerja suatu variabel dan harapan konsumen berada pada tingkat tinggi sehingga perusahaan cukup mempertahankan kinerjanya.

Kuadran III

: ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataanya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Kinerja suatu variabel dan harapan

konsumen berada pada tingkat rendah sehingga perusahaan belum perlu melakukan perbaikan.

Kuadran IV : ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu

berlebihlebihan. Kinerja perusahaan lebih tinggi daripada harapan konsumen sehingga perlu menurunkan kinerja agar dapat

mengefisienkan sumberdaya.

3.9 Metode Costumer Satisfaction Index (CSI)

Metode indeks kepuasan konsumen (Costumer Satisfaction Index) merupakan indeks yang mengukur tingkat kepuasan konsumen berdasarkan atribut-atribut


(62)

43

tertentu. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi yang ingin didapatkan perusahaan terhadap konsumen. Atribut yang diukur dapat berbeda untuk masingmasing industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan.

Menurut (Dickson, 1991 dalam Herlita) terdapat empat langkah dalam perhitungan Costumer Satisfaction Index (CSI), yaitu :

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score

(MSS). Nilai ini bersela dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiapanggota.

2. Membuat Weight Factors (WF) 3. Membuta Weight Score (WS)

4. Menentukan Costumer Satisfaction Index

Skala kepuasan konsumen atau anggota yang umum dipakai dalam interpretasi indeks adalah skala 0 (nol) sampai 1 (satu), seperti dijabarkan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria indek kepuasan

Nilai Indek Kriteria Indek Kepuasan Anggota 0.81 - 1.00 Sangat puas

0.66 - 0.80 Puas

0.51 - 0.65 Cukup puas 0.35 - 0.50 Kurang puas 0.00 - 0.34 Tidak puas

Sumber : Panduan survei kepuasan konsumen PT Sucofindo dalamWasini 2009.


(63)

44


(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link dalam pengenalan kebutuhan dengan cara sekedar coba-coba sebesar 50%, untuk kepuasan sebesar 69%. Informasi dari teman sebesar 44%, yang menjadi fokus perhatian atribut rasa sebesar 37% dan atribut harga sebesar 31%. Responden mengevaluasi keputusannya dengan mempertimbangkan atribut harga sebesar 28%, kualitas produk sebesar 22%. Keputusan pembelian tergantung situasi sebesar 37%, membeli di

agen/distributor sebesar 50%, mengkonsumsi tidak tentu waktunya sebesar 31%, mengkonsumsi diatas 3 kali perminggu sebesar 28%, menginginkan kemasan modern sebesar 72%. Pasca pembelian kopi luwak sebesar 94% merasa puas, akan melakukan pembelian ulang sebesar 84%, tidak berganti merek lain sebesar 81%.

2. Hasil analisis multi atribut angka ideal didapatkan nilai sikap responden terhadap Kopi Luwak Duta Luwak Brother’s Link adalah17,3 artinya Kopi Luwak termasuk kategori sangat baik dimana secara keseluruhan atribut yang


(65)

78

ada pada Duta Luwak Brother’s Link dipersepsikan sangat baik oleh responden.

3. Hasil analisis Important Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut kopi luwak Duta Luwak Brother’s Link yang dirasa konsumen kurang puas adalah Iklan dan promosi. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah Label halal MUI, Izindepkes, rasa, originalitas produk dan

kualitasproduk. Atribut yang tidak menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah harga, merek, kejelasan tanggal kadaluarsa, kuantitas/ isi produk. Atribut yang kinerjanya berlebihan adalah kemasan, aroma, ketersediaan produk, jenis kemasan. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) konsumen kopi luwak yang mencapai77,76 % berada pada selang 0,66 sampai dengan 0,80, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum indeks kepuasan konsumen untuk atribut yang diuji dalam kriteria puas.

4. Implikasi kebijakan pemasaran bagi perusahaan Duta Luwak Brother’s Link untuk produk kopi luwak perlu meningkatkan kualitas produknya, dari segiharga, sebaiknya lebih mempertimbangkan kembali strategi penetapan harga kopi luwak. Distribusi Kopi Luwak Duta Luwak Brother’s Link menurut konsumen sudah baik. Iklan dan promosi, sebaiknya perusahaan membuat iklan dan promosi lebih menarik dalam melakukan pengiklanan dan promosi untuk produk kopi luwak.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link dalam pengenalan kebutuhan dengan cara sekedar coba-coba sebesar 50%, untuk kepuasan sebesar 69%. Informasi dari teman sebesar 44%, yang menjadi fokus perhatian atribut rasa sebesar 37% dan atribut harga sebesar 31%. Responden mengevaluasi keputusannya dengan mempertimbangkan atribut harga sebesar 28%, kualitas produk sebesar 22%. Keputusan pembelian tergantung situasi sebesar 37%, membeli di

agen/distributor sebesar 50%, mengkonsumsi tidak tentu waktunya sebesar 31%, mengkonsumsi diatas 3 kali perminggu sebesar 28%, menginginkan kemasan modern sebesar 72%. Pasca pembelian kopi luwak sebesar 94% merasa puas, akan melakukan pembelian ulang sebesar 84%, tidak berganti merek lain sebesar 81%.

2. Hasil analisis multi atribut angka ideal didapatkan nilai sikap responden terhadap Kopi Luwak Duta Luwak Brother’s Link adalah17,3 artinya Kopi Luwak termasuk kategori sangat baik dimana secara keseluruhan atribut yang


(2)

ada pada Duta Luwak Brother’s Link dipersepsikan sangat baik oleh responden.

3. Hasil analisis Important Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut kopi luwak Duta Luwak Brother’s Link yang dirasa konsumen kurang puas adalah Iklan dan promosi. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah Label halal MUI, Izindepkes, rasa, originalitas produk dan

kualitasproduk. Atribut yang tidak menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah harga, merek, kejelasan tanggal kadaluarsa, kuantitas/ isi produk. Atribut yang kinerjanya berlebihan adalah kemasan, aroma, ketersediaan produk, jenis kemasan. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) konsumen kopi luwak yang mencapai77,76 % berada pada selang 0,66 sampai dengan 0,80, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum indeks kepuasan konsumen untuk atribut yang diuji dalam kriteria puas.

4. Implikasi kebijakan pemasaran bagi perusahaan Duta Luwak Brother’s Link untuk produk kopi luwak perlu meningkatkan kualitas produknya, dari segiharga, sebaiknya lebih mempertimbangkan kembali strategi penetapan harga kopi luwak. Distribusi Kopi Luwak Duta Luwak Brother’s Link menurut konsumen sudah baik. Iklan dan promosi, sebaiknya perusahaan membuat iklan dan promosi lebih menarik dalam melakukan pengiklanan dan promosi untuk produk kopi luwak.


(3)

79

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penilitian, maka beberapa saran yang dapat direkomendasikan:

1. Sikap konsumen terhadap iklan dan promosi perusahaan Duta Luwak Brother’s Link untuk produk Kopi Luwak dinilai masih rendah sehingga direkomendasikan bagi pihak perusahaan untuk melakukan iklan dan promosi yang lebih menarik, serta memasang iklan di media cetak maupun elektronik.

2. Penetapan harga produk kopi luwak Duta Luwak brother’s Link pada setiap tempat penjualan untuk disesuaikan, sehingga harga Kopi Luwak Duta Luwak relative sama dimanapun konsumen membeli kopi Luwak.

3. Produsen diharapkan untuk membuat terobosan baru terhadap volume kemasan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, 2013. Konsumsi Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. Lampung.

Anonim, 2011. Kopi Luwak .http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Lampung.

Anonim, 2010. Proses Pembuatan Kopi Luwak. http:// proses-pembuatan-kopi-luwak.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Lampung.

Anonim, 2014. Fatwa MUI kopi luwak.http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/12/01/13/125640-mui-kopi-luwak-berunsur-najis-tapi-halal. diakses 1 oktober 2014. Lampung.

Astrahadi, 2012.Analisis Nilai Tambah, Kelayakan Finansial dan Prospek Pengembangan pada Agroindustri Kopi Luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Unila. Lampung Badan Pusat Statistik, 2013. Lampung dalam angka. Lampung.

Cranbrook, Earl of., 1987. Riches of the Wild: land mammals of South-east Asia. Oxford Univ. Press, Singapore. ISBN 0-19-582697-3.

Durianto, 2004. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta (ID). PT. Gramedia Pustaka Utama.

Engel, Blackwel dan Miniard, 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta

Febrianti, 2011. Kelayakan Agroindustri Kopi Luwak di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Teknologi hasil Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Herlita K.R, 2008. Analisis Preferensi dan Perilaku Pengunjung Wisata Agro Gunung Mas Cisarua Bogor (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Ikhwan, Bonar. 2013. Pesona Kopi Luwak. Ditjen PEN/MJL/45/VII/2013. Jakarta.


(5)

81

Irawan, H. 2004. Indonesian Customer Satisfaction Membedah Strategi

Kepuasan Pelanggan Merek Pemenang ICSA. Jakarta. PT Elek Media

Komputindo

Iswanti, Novianti., 2012. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Roti Pryangan Bakery DiKota Padang. Jurnal Andalas. Padang.

Khairiyah ZA, 2007. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembeliaan Susu Merek Nesvita (Studi Kasus ToserbaYogya Plaza Indah Bogor) (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Edisi Indonesia. Pearson education. Asia Ptc. Ltd. Jakarta

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi

Kedua Belas, Jilid 1.dialih bahasakan oleh Benjamin Molan. PT Indeks.

Jakarta

Mc. Carthy Dan Perreault, 1995. Pemasaran, Sebuah Ancangan Manajerial

Global (AlihBahasa: Maulana, A.). Binarupa Alisara. Jakarta.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Najiyati, S., dan Danarti, 1997.Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nasution S. 2007. Metode Reseach. Bumi Aksara. Jakarta

Pangabean, Edy. 2011. Mengeruk Untung dari Bisnis kopi Luwak. Agromedia Pustaka. Jakarta

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam (prosiding). The Sabah Society, Wildlife Conservation Society-Indonesia Program Medan WWF Malaysia. ISBN97995964-0-8.

Radydjencole, 2011. Indonesia Penghasil Kopi Terbesar ke-3 Dunia.Diuploadtanggal 28 september 2011. http://forum.

detik.com/indonesia-penghasil-kopi-terbesar-ke-3-dunia-t292411.html. Rangkuti F. 2006. Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan

Strategi Kepuasan Pelanggan dan Analisis KasusPLN-JP. PT Ghalia Pustaka Utama. Jakarta

Rianse U, Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Alfabeta. Bandung.


(6)

Sampurno. 2009. Manajemen Pemasaran Farmasi, Gadjah Mada University Press. Jogjakarta

Siagiaan, D. Sugiarto. 2006. Metode Statistik untuk Bisnis Dan Ekonomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Biji Kopi SNI 01-2907. Badan Standarisasi Indonesia.

Sumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. PT Ghalia Indonesia. Bogor.

Tauran, P. 2010. Kopi Luwak Lebih Bebas Pestisida. http://www.health.detik.com. Diakses 22 juni 2015

Umar, H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo. Jakarta

Wasini, 2009. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Minuman Bandrek Serbuk Merek Star bandrek pt Liza Herbal International (studi kasus di wilayah bogor). IPB: Bogor.