Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kopi Luwak Bermerek di Kota Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN KOPI LUWAK BERMEREK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

IRSA IZRIYANI MARBUN 100304080

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN KOPI LUWAK BERMEREK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

IRSA IZRIYANI MARBUN 100304080

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) (Emalisa, SP, M.Si)

. NIP. 1963 0928 1998 031001 NIP. 1972 1118 1998 022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

ABSTRAK

IRSA IZRIYANI MARBUN (100304080) dengan judul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kopi Luwak Bermerek di Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Emalisa, SP, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan permintaan dan penawaran terhadap kopi luwak di lokasi penelitian dan untuk menganalisis pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek dilokasi penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2014.

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak Kopi Sidikalang. Sedangkan secara parsial variabel pribadi dan psikologis mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan konsumen kopi luwak Kopi Sidikalang.


(4)

RIWAYAT HIDUP

IRSA IZRIYANI MARBUN lahir di Medan pada tanggal 31 Mei 1992 anak dari Bapak Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M. Si dan Ibu Hj. Fadhillah Adam. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar Swasta Eria Medan tamat tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta An-Nizam tamat tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan tamat tahun 2010.

4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

5. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanah Besih, Kecamatan Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kopi Luwak Bermerek di Kota Medan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

5. Bapak Darwin Jasmin selaku pemilik Toko Kopi Sidikalang beserta staffnya di Toko Kopi Sidikalang


(6)

6. Institusi/ Dinas dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Ir. Ikhsar Risyad Marbun, M.Si dan Ibunda Hj. Fadhillah Adam atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis dan juga kepada kakak Ishri Ifdhillah Marbun, S. Ti dan adik M. Rizky Yasin Marbun yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada DEKILS (Dinda, Riri, dan Lani) yang selalu ada di waktu susah sedih senang. Kepada sahabat tercinta dr. Dina Utami, dr. Siti Raisha Utari, Farah Dina Rachman, dr. Dicky Budiman, Fathur dan Dio atas doa dan semangat yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Serta kepada teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Agribisnis (Ica, Pipi, Sekar, Uli, Kijom, Teguh, Irna, Kiki, Fira, Fika, Nanda) dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu ... 21

2.4 Kerangkan Pemikiran ... 22

2.5 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 26

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Definisi Operasional ... 30

3.5.2 Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

4.1.1 Geografis ... 33

4.1.2 Medan Petisah... 34

4.1.3 Penduduk ... 34

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 36

4.2 Profil Kopi Sidikalang ... 38

4.3 Karakteristik Sampel Penelitian ... 39

4.3.1 Umur ... 39

4.3.2 Pekerjaan ... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Permintaan dan Penawaran Kopi Luwak ... 41


(8)

5.1.2 Penawaran ... 43

5.1.3 Hubungan Permintaan dan Penawaran ... 43

5.2 Analisis Data ... 46

5.2.1 Uji Validitas ... 46

5.2.2 Uji Reliabilitas ... 49

5.3 Uji Asumsi Klasik ... 50

5.3.1 Uji Normalitas ... 50

5.3.2 Uji Multikolinearitas... 51

5.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 52

5.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 53

5.5 Uji Hipotesis ... 53

5.5.1 Uji T ... 53

5.5.2 Uji F ... 57

5.5.3 Pengujian Koefisien Determinasi ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 58

6.2.1 Kepada Produsen ... 59

6.2.2 Kepada Pemerintah ... 59

6.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 1 Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia 2

2 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, Tahun 2012

35 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 36 4 Sarana dan Prasarana 37 5 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 39 6 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan 40 7 Permintaan Kopi pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi

Sidikalang Kota Medan

41 8 Penawaran Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di

Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

43 9 Permintaan dan Penawaran Kopi Luwak pada Tahun

2010- 2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

45 10 Pengujian Validitas Variabel Kebudayaan (X1) 46 11 Pengujian Validitas Variabel Sosial (X2) 47 12 Pengujian Validitas Variabel Pribadi (X3) 47 13 Pengujian Validitas Variabel Psikologis (X4) 48 14 Pengujian Validitas Variabel Keputusan Konsumen (Y) 48 15 Pengujian Reliabilitas Variabel Kebudayaan (X1) 49 16 Pengujian Reliabilitas Variabel Sosial (X2) 49 17 Pengujian Reliabilitas Variabel Pribadi (X3) 49 18 Pengujian Reliabilitas Variabel Psikologis (X4) 50 19 Pengujian Reliabilitas Variabel Keputusan Konsumen

(Y)

50 20 Hasil Analisis Regresi Berganda 53


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Kerangka Pemikiran 23

2 Perkembangan Permintaan Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

42 3 Perkembangan Penawaran Kopi Luwak pada Tahun

2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

44

4 Garis Normal Plot 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Kuesioner 1

2 Karakteristik Konsumen 2 3 Permintaan dan Penawaran Kopi Luwak Toko

Kopi Sidikalang

3 4 Data Sampel Budaya (X1) 4 5 Data Sampel Sosial (X2) 5 6 Data Sampel Pribadi (X3) 6 7 Data Sampel Psikologis (X4) 7 8 Data Sampel Keputusan Konsumen (Y) 8

9 Uji Validitas 9

10 Uji Reliabilitas 10

11 Uji Normalitas 11


(12)

ABSTRAK

IRSA IZRIYANI MARBUN (100304080) dengan judul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kopi Luwak Bermerek di Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Emalisa, SP, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan permintaan dan penawaran terhadap kopi luwak di lokasi penelitian dan untuk menganalisis pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek dilokasi penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2014.

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak Kopi Sidikalang. Sedangkan secara parsial variabel pribadi dan psikologis mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan konsumen kopi luwak Kopi Sidikalang.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi Luwak adalah jenis kopi olahan dengan bahan dasar berasal dari biji kopi terbaik yang telah dimakan oleh luwak dan melewati saluran pencernaan luwak kemudian keluar lagi bersama kotorannya. Biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak berupa gumpalan memanjang dan terdiri dari biji kopi yang bercampur lendir, yang sebelumnya telah mengalami proses fermentasi dalam perut luwak.

Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Penyebabnya adalah cita rasa dan aroma kopi luwak yang khas karena terjadi perubahan kimia seperti kandungan protein, kafein serta lemak (Budiman, 2012).

Kenikmatan kopi luwak pada dasarnya sudah diketahui semenjak penjajahan Belanda di tanah air. Namun, kabar mengenai kenikmatan kopi luwak ini baru dikenal luas pada tahun 1980an oleh para penggemar kopi dunia. Cita rasa yang sangat berbeda pada kopi luwak dengan jenis kopi pada umumnya menjadikan harga kopi luwak menjadi sangat mahal dan bisa dikatakan tidak terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Di luar negeri, harga kopi luwak bisa mencapai Rp 5-8 juta per kilogram. Dengan banderol harga semahal itu, popularitas kopi luwak semakin melambung.


(14)

Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia

No. Tahun Jumlah Penduduk Kebutuhan Konsumsi Kopi (jiwa) Kopi (Kg) (kg/kapita/tahun

)

1. 2010 237,000,000 190,000,000 0,80 2. 2011 241,000,000 210,000,000 0,87 3. 2012 245,000,000 230,000,000 0,94 4. 2013** 249,000,000 250,000,000 1,00 5. 2014** 253,000,000 260,000,000 1,03 6. 2015** 257,000,000 280,000,000 1,09 7. 2016** 260,000,000 300,000,000 1,15 Keterangan: *Estimasi

Sumber: http://www.aeki-aice.org

Tabel 1 menunjukkan perkembangan konsumsi kopi di Indonesia selama 3 tahun terakhir terus bertambah dan diperkirakan perkembangan konsumsi kopi di masa mendatang akan terus meningkat. Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa/citarasa yang sesuai dengan selera konsumen.

Di Indonesia kopi luwak diproduksi di berbagai daerah antara lain Gayo (Aceh), Sidikalang, Desa Janji Maria kecamatan Barumun Tengah, dan kabupaten Padang. Begitu juga di kota Pagaralam, kota Bumi Lampung, Jawa Barat dan masih banyak lagi.

Jenis kopi luwak yang dijual di Indonesia ada beberapa tipe yaitu brenjel kopi luwak, gabah kopi luwak, biji kopi luwak dan bubuk kopi luwak yang siap seduh. Kopi luwak yang penulis teliti merupakan bubuk kopi luwak yang siap seduh serta dikemas dan diberi merek.


(15)

Belakangan ini keberadaan kopi luwak di Indonesia semakin populer, banyak merek-merek kopi yang meletakkan nama kopi luwak dalam mereknya. Hal ini mungkin karena konsumen lebih menyukai rasa kopi luwak yang lebih enak, aromanya lebih sedap serta tingkat kafein yang lebih rendah dari kopi yang lain.

Menurut pengamatan yang dilakukan, kopi luwak hanya dijual di beberapa wilayah tertentu di Kota Medan. Dengan harga yang tidak murah kopi luwak bermerek hanya dijual di supermarket dan toko-toko yang ada di pusat perbelanjaan. Untuk itu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian kopi luwak bermerek dilakukan di salah satu toko yang ada di pusat perbelanjaan kota Medan.

Salah satu merk yang menjual kopi luwak di kota Medan adalah Kopi Sidikalang. Kopi Sidikalang merupakan suatu merk dibawah naungan UD. Segar Harum yang telah berdiri sejak tahun 1945. Karena sudah lama berproduksi, Kopi Sidikalang sudah cukup terkenal di kota Medan. Kopi Sidikalang menjual beberapa pilihan kopi salah satunya adalah kopi luwak. Berdasarkan pernyataan dari pemilik perusahaan ini, kopi luwak merupakan kopi yang paling banyak dibeli oleh masyarakat kota Medan.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, psikologis (Kotler dan Keller, 2007). Dalam hal pemasaran masih sulit untuk menentukan faktor apakah yang lebih dominan yang mempengaruhi konsumen dalam hal keputusan konsumen. Ada kalanya faktor sosial lebih dominan dibanding faktor lainnya dalam hal pembelian barang mewah. Tetapi ada kalanya juga faktor psikologis lebih dominan dari faktor lainnya dalam hal pembelian produk yang di


(16)

beli tanpa perencanaan sebelumnya. Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses keputusan konsumen dimana konsumen benar-benar membeli produk. Apapun faktor yang mempengaruhi konsumen dalam hal keputusan pembelian, berarti faktor tersebut memiliki perannya masing-masing dalam mempengaruhi perilaku konsumen.

Akan tetapi, sampai pada saat ini belum ada penelitian-penelitian yang mendukung mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan konsumen kopi luwak bermerek. Melihat bahwa kopi luwak ini belum banyak diteliti maka penulis menganggap perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan konsumen kopi luwak bermerek.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana perkembangan permintaan dan penawaran terhadap kopi luwak bermerek di daerah penelitian?

2. Apakah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:


(17)

1. Untuk menganalisis perkembangan permintaan dan penawaran terhadap kopi luwak bermerek di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang memiliki ketertarikan terhadap perilaku konsumen kopi luwak.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan perilaku konsumen.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Kopi Luwak

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di kalangan peminat kopi setelah publikasi pada tahun 1980-an (Anonimousa, 2011).

Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870). Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik


(19)

kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram (Anonimousb, 2011).

Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik untuk dimakan. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi (Anonimousa, 2011).

Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa seperti kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi biasa adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di keluarkan dalam bentuk biji kopi, Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan spesial (Anonimousc, 2010).

Keistimewaan kopi luwak berdasarkan (Anonimousb, 2010):

a. Kopi luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan memilih biji kopi paling matang yang biasanya berwarna merah. Bisa dipastikan, 90 % biji kopi yang dihasilkan oleh hewan luwak adalah yang benar-benar matang, bukan yang mentah. Ini memberi keuntungan, karena pada kopi biasa


(20)

kemungkinan ada pencampuran antara biji kopi yang mentah dan matang, yang tentunya bisa mengurangi kualitas kopi.

b. Kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain berada pada suhu fermentasi optimal, juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Karena itulah, rasanya kopi luwak beda dengan kopi biasa. Kopi luwak mempunyai aroma yang khas tiada duanya, rasanya nikmat, dan mengandung khasiat menambah energi kaum Adam.

c. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0,5 s/d 1%. d. Kopi luwak bisa meningkatkan stamina tubuh dan mencegah penyakit

diabetes. Sebab, kopi yang dikeluarkan oleh hewan luwak telah mengalami proses fermentasi alami kemudian diolah oleh orang-orang yang berpengalaman serta menjadikannya kopi berkhasiat.

e. Kopi luwak mengandung protein yang lebih rendah dan lemak lebih tinggi. f. Kopi luwak bebas dari pestisida. Bebas dari pestisida, karena pestisida yang

terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya.

Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah. Komponen yang menguap pun


(21)

berbeda antara kopi luwak dan kopi biasa. Terbukti aroma dan citarasa kopi luwak sangat khas. Proses fermentasi tak lazim oleh luwak ini membuat sebagian orang enggan mengkonsumsinya karena jijik atau takut. Padahal kandungan bakteri pada kopi luwak yang telah dioven lebih rendah daripada kopi dengan proses biasa (Anonimousb, 2010).

2.2 Landasan Teori Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yakni: konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “ pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (Sumarwan, 2004).

Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000), menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen itu sendiri.


(22)

Permintaan

Permintaan dan penawaran atas barang-barang pertanian berkaitan erat dengan perkembangan atau boleh juga disebut harga mempengaruhi permintaan atau penawaran hasil pertanian. Menurut hukum ekonomi apabila harga naik maka permintaan akan turun dan apabila harga turun maka permintaan akan naik, bila penawaran naik maka harga akan turun dan bila penawaran turun maka harga akan naik (Daniel, 2002).

Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut (Nicholson,1995).

Penawaran

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para


(23)

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2000).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Terdapat situasi surplus dan shortage yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran. Dimana jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan disebut dengan surplus. Sedangkan shortage ialah dimana jumlah permintaan lebih banyak dari jumlah penawaran.

Perilaku Konsumen

Menurut Loudon dan Bitta (1995) di dalam Suryani (2008) menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.

Menurut Kotler dan Keller (2007) perilaku konsumen adalah perilaku dari konsumen akhir, individu dan rumah tangga, yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis.


(24)

Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan. Keputusan pembelian konsumen akan membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa (Pyndick dan Rubinfield, 2001).

Minor dan Mowen (2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.

Perilaku kosumen merupakan tindakan suatu individu dalam membuat keputusan dalam membelanjakan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh atau untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi nantinya. Dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam berbelanja tetapi proses pengambilan keputusan yang disertai dengan kegiatan pembelian suatu barang atau jasa (Simamora, 2008).

Swastha dan Handoko (2000) mengatakan perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok


(25)

maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dimana kebutuhan bersifat naluriah. Sedangkan keinginan merupakan kebutuhan buatan yang dibentuk oleh lingkungan. Menurut Swastha dan Handoko (2000) beberapa teori-teori perilaku konsumen antara lain: teori mikro, teori psikologis, teori sosiologis, dan teori antropologis.

Keputusan Konsumen

Keputusan membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan hidup ada pada diri konsumen. Proses keputusan konsumen terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi altenatif, pembelian, dan kepuasan konsumen (Sumarwan, 2004).

Menurut Kotler dan Keller (2007) keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk. Untuk sampai ketahap pembelian, terdapat langkah-langkah dalam proses pembelian dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Pengenalan Kebutuhan

Tahap pengenalan kebutuhan yaitu tahap pertama proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan, yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.


(26)

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi yaitu tahap proses pengambilan keputusan dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen yaitu sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga dan kenalan. Sumber komersial iklan, wiraniaga, agen, kemasan dan penjualan. Sumber publik media massa dan organisasi penilai konsumen. Sumber pengalaman penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk.

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yaitu tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli produk. Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian yaitu yaitu tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan.


(27)

Perilaku membeli sangat berbeda untuk setiap produk. Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan. Adapun tipe-tipe perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek (Kotler dan Keller (2007):

1. Perilaku membeli yang kompleks

Perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli.

2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan

Terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada.

3. Perilaku membeli karena kebiasaan

Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek-merek yang ada.

4. Perilaku membeli yang mencari variasi.

Perilaku membeli konsumen yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen tetapi perbedaan diantara merek dianggap besar.

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar. (Setiadi, 2003)


(28)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi harus memperhitungkannya. Berikut adalah pengaruh dari keempat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:

1. Faktor Budaya

Menurut Sumarwan (2004) budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Adapun unsur-unsur budaya antara lain:

a. Budaya

Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat, seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarga dan institusi lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari yang negara yang satu dengan negara yang lain.

b. Subbudaya

Subbuudaya merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. c. Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.


(29)

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain.

2. Faktor Sosial

Pengaruh Keluarga yaitu keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Setiadi, 2003)

a. Kelompok acuan

Seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang menjadi anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang, dan menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.

b. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting


(30)

dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda. c. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefenisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang yang disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan status mereka.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain sebagai berikut:

a. Usia

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Namun pemasar perlu mengetahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.


(31)

c. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian setiap orang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri, kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat-sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu.

d. Situasi Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu. (Kotler, 1994)

e. Gaya Hidup

Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda. (Kotler, 1994)

4. Faktor Psikologi

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu:


(32)

a. Motivasi

Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya. (Suryani, 2008)

b. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama. (Suryani, 2008)

c. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.

d. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Sikap menggambarkan evaluasi,


(33)

perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) dengan judul skripsi Analisis Perilaku Konsumen Kopi Merek “Cangkir” dan Faktor yang Mempengaruhi Penjualan serta Strategi Pengembangannya. Dengan hasil analisis bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian kopi merek “Cangkir” di Jember adalah Faktor Produk, Faktor Promosi, Faktor Mutu, Faktor Desain dan Kualitas Bahan Baku. Penelitian lain yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2011) dengan judul skripsi Analisis Responsi Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kopi Bubuk Instan di Swalayan Tom and Jerry Bangkalan. Dengan hasil analisis bahwa seluruh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian dan secara parsial faktor budaya, sosial, dan pribadi berpengaruh terhadap pembelian kopi bubuk instan. Dan dari keempat faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh adalah faktor budaya.

Eryana (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Terhadap Kopi Torabika Cappuccino (Studi Kasus pada Mahasiswa Eksekutif Angkatan 2007 - 2008 Universitas Esa Unggul Jakarta)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari analisa Diskriminan yang dilakukan penulis diperoleh fungsi Diskriminan sebagai berikut: Zscore = -8.022(konstan) + 0.995 (harga) + 0.986 (promosi). Berdasarkan


(34)

fungsi diskriminan dapat disimpulkan bahwa ternyata dari 4 variabel bauran pemasaran hanya variabel harga dan promosi yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian kopi Torabika Cappuccino.

Permana (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Faktor Yang Menentukan Keputusan Pembelian Kopi Kapal Api Special Mix (Studi Kasus: Balaraja Barat Kota Tanggerang)” yang mempengaruhi pembeli kopi kapal api special mix adalah faktor pertama dengan nilai eigenvalue 5.254 yaitu faktor yang kedua dengan nilai 1.901 kualitas produk yang terjamin dan faktor yang ke tiga dengan nilai 1.392 faktor harga sesuai mutu yang di inginkan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan dalam penelitian faktor pertama yang dominan yaitu kualitas produk.

Mogesta (2002) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Kopi Instan (Kasus di Kotamadya Bogor)”. Hasil penelitian dan pembahasan dijumpai lima variabel teratas yang jadi pertimbangan utama konsumen dalam melakukan pembelian kopi instan adalah pengaruh keluarga, pengaruh teman, rasa, tidak menyisakan serbuk kasar/ampas, dan promosi penjualan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Keputusan konsumen dalam membeli kopi luwak bermerek berhubungan dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.


(35)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian ini adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek di Kota Medan.

Keputusan Konsumen Faktor

Budaya

Faktor Sosial

Faktor Psikologis

Faktor Pribadi


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan pertimbangan kota Medan memiliki jumlah penduduk paling tinggi di Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak ini diasumsikan konsumsi akan kopi luwak juga tinggi. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Toko Kopi Sidikalang di Kota Medan karena Toko Kopi Sidikalang merupakan toko yang sudah lama berdiri yaitu sejak tahun 1945 dan menyediakan kopi luwak asli dengan kualitas yang baik dan setelah melalui pengamatan konsumen lebih banyak membeli kopi luwak di Toko Kopi Sidikalang dari pada toko yang lain.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang membeli kopi luwak bermerk, karena besar populasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat.

Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang dikemukakan oleh Gay dalam (Hasan, 2002), ukuran sampel minimum yang dapat diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Jika desain


(37)

penelitiannya deskriptif-korelasional, maka sampel minimum adalah 30 responden. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 40 responden.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penarikan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti yang membeli kopi luwak di lokasi penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara dan kemudian diberikan scoring dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pihak ketiga seperti, lokasi penelitian, internet dan instansi lain terkait.

Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang dinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah disediakan, yakni: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).


(38)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data di lokasi penelitian. Hal ini dilihat dari jumlah permintaan dan penawaran kopi luwak bermerek di lokasi penelitian.

Untuk identifikasi masalah (2) dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji Validitas dan Reliabilitas.

Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.

Uji validitas ini diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan nilai r tabel. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Package for the Social Science) 17.0 for windows.


(39)

a. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid. b. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

Uji Rellabilitas

Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r alpha positif atau > dari r tabel maka pernyataan reliabel. b. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pernyataan tidak reliabel.

Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar mendapatkan perkiraan yang tidak bias dan efisien maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data / titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya (Situmorang, 2010).


(40)

2. Uji Heteroskedasitas

Adanya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, 2010).

Analisis Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2006).


(41)

Persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:

Y = Keputusan Konsumen a = Konstanta

b1b2 b3b4 = Koefisien regresi X = Faktor Budaya

X = Faktor Sosial X = Faktor Pribadi X = Faktor Psikologis e = Standar Error

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0: Faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek.

H1: Faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak bermerek.

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Sugiyono,2006).


(42)

Uji T

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

Kriteria uji yang diajukan :

Jika t hitung > t tabel pada α= 5%maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t hitung < t tabel pada α= 5%maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

Kriteria uji yang diajukan :

Jika F hitung < F tabel pada α= 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika F hitung > F tabel pada α= 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa definisi dan batasan opersional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian dari beberapa istilah dalam penelitian ini.


(43)

1. Kopi Luwak Bermerek adalah kopi luwak yang berasal dari proses fermentasi dengan bantuan binatang luwak dan sudah dikemas menjadi kopi bubuk dan dijual dalam bentuk kemasan dan diberi merek.

2. Konsumen dalam penelitian adalah orang-orang yang mengkonsumsi kopi luwak bermerek dalam pengertian membeli kopi luwak bermerek di lokasi penelitian.

3. Permintaan adalah banyaknya jumlah kopi luwak yang dibeli konsumen Kopi Sidikalang.

4. Penawaran adalah jumlah kopi luwak yang dijual di Kopi Sidikalang

5. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen kopi luwak untuk mengambil keputusan membeli atau tidak kopi luwak yang berdasarkan pengaruh faktor-faktor tertentu.

6. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi.

7. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian kopi luwak bermerek

8. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Dengan indikator nilai dan kebiasaan yang dihitung dengan skala likert.

9. Sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti. Dengan indikator kelompok acuan, keluarga, peran atau status sosial yang dihitung dengan skala likert.


(44)

10. Pribadi adalah perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia. Dengan indikator keadaan ekonomi, kepribadian, dan gaya hidup yang dihitung dengan skala likert.

11. Psikologis adalah bagian dari pengaruh lingkungan tempat tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Dengan indikator motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap yang dihitung dengan skala likert.

12. Keputusan Konsumen yang dimaksud adalah keputusan konsumen dalam membeli kopi luwak Kopi Sidikalang. Keputusan pembelian ini merupakan tahap dimana konsumen benar-benar membeli produk. Dengan indikator pembeliaan karena kebiasaan, pembelian kembali, dan pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana yang dihitung dengan skala likert.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di kota Medan. 2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014.

3. Merek kopi luwak yang diteliti adalah Kopi Sidikalang yang ada di Kota Medan


(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak antara 3º.27 - 3º.47 Lintang Utara dan 98º.35 - 98º.44 Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49º C – 23,97º C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15º C – 34,21º C. Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat dan timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Medan Petisah.


(46)

(47)

4.1.2 Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 4.93 km². Kecamatan Medan Petisah berbatasan dengan: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal - Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Medan Barat

Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Petisah, kelurahan Petisah Tengah memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1.27 km² sedangkan kelurahan Sei Putih Timur I mempunyai luas terkecil yakni 0.32 km².

4.1.3 Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2012 berjumlah 2.122.804 jiwa yang tersebar disetiap kecamatan di Kota Medan. Jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,1 Km2 dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km2.

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.122.804 jiwa dengan 460.084 rumah tangga (RT) yang tersebar disetiap kecamtan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan presentase penduduk adalah pada tabel berikut.


(48)

Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, Tahun 2012

Golongan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Umur

(Tahun) Jiwa Jiwa

0 – 4 5 – 9 10 – 14

99,365 99,389 96,369 94,516 89,238 90,745 193,885 193,227 187,114 15 – 19

20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54

107,151 114,263 95,927 86,896 78,118 70,535 59,847 49,928 111,075 123,788 99,767 89,404 81,688 73,299 62,115 51,970 218,226 238,551 195,694 176,300 159,806 143,834 121,962 101,898 55 – 59

60 – 64 65 – 69 70 – 74 75+ 38,483 24,422 14,792 9,978 7,312 39,156 22,508 17,588 12,746 12,326 77,639 49,930 32,380 22,724 19,638 Total 1,047,875 1,074,929 2,122,804

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa penduduk Kota Medan pada tahun 2012 yang berjumlah 2.122.804 jiwa yang terdiri dari 1.047.875 jiwa laki-laki dan 1.074.929 jiwa perempuan. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 2 juga menunjukkan jumlah usia non produktif (0 - 14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak, dan remaja tahun adalah sebanyak 569.622 jiwa (26,90%). Jumlah usia produktif yaitu 15 – 54 tahun adalah sebanyak 1.355.771 orang (63,84%). Sedangkan usia manula > 55 adalah 199.311 orang (9,26%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Dari data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.


(49)

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

(%)

SD 266.756 31,7

SLTP 116.076 13,8

SLTA 125.639 15,0

Perguruan Tinggi 331.567 39,5

Jumlah 840.038 100

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011

Tabel 3 menunjukkan tingkat pendidikan paling besar jumlahnya adalah pada Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 331.567 orang (39,5%). Kemudian diikuti oleh SD sebanyak 266.756 orang (31,7%), SLTA sebanyak 125.639 orang (15,0%). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah SLTP yaitu sebanyak 116.076 orang (13,8%).

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kota Medan terdiri dari sekolah, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi, dan pasar. Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia sangat baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.


(50)

Tabel 4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Jumlah

(Unit) 1. Sekolah

a. SD 816

b. SMP 348

c. SMA 200

d. SMK 144

e. Perguruan Tinggi 33 2. Kesehatan

a. Puskesmas 39

b. Pustu 41

c. BPU 357

d. Rumah Bersalin 175

e. Rumah Sakit 75

d. Posyandu 1.406

3. Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla 1.740

b. Gereja 751

c. Kuil 34

d. Wihara 22

e. Klenteng 23

4. Panti Asuhan 33 5. Pasar

a. Pasar Tradisional 56 b. Pasar Modern 239

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011

Tabel 4 menunjukkan sarana dan prasarana di Kota Medan, dimana untuk sarana dan prasarana untuk sekolah terdiri dari SD sebanyak 816 unit, SMP sebanyak 348 unit, SMA 200 unit, SMK 144 unit, dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU sebanyak 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit, Rumah Sakit sebanyak 75 unit dan Posyandu sebanyak 1.406 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu,


(51)

sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan. Sarana peribadatan yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.740 unit, gereja sebanyak 751 unit, kuil 34 unit, wihara 22 unit dan klenteng 33 unit.

Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dapat dengan mudah memilih untuk berbelanja di pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Medan.

4.2 Profil Kopi Sidikalang

Kopi Sidikalang adalah suatu merk dagang yang dikelola oleh UD. Segar Harum UD. Segar Harum sendiri adalah usaha rumah tangga yang sudah berdiri sejak 1945 di Binjai, sebuah kota kecil 20 km dari kota Medan, Sumatera Utara. UD Segar Harum mengolah kopi sidikalang secara tradisional mulai dari pemilihan biji kopi, penggongsengan, hingga penggilingan kopi. Hal yang membedakan kopi olahan tradisional dengan kopi olahan industri adalah pada faktor human touch – sentuhan tangan dan hati manusia. Kopi Sidikalang diolah dengan hati, semangat, dan tanggung jawab yang tinggi untuk menghasilkan kopi bubuk bermutu terbaik.

Kopi Sidikalang menjual berbagai macam kopi pilihan salah satunya yang paling laris adalah Kopi Luwak. Kopi Sidikalang mempunyai 3 gerai di kota Medan yaitu Kopi Sidikalang di Jalan Mojopahit, SUN Plaza dan Cambridge Mall di Kota Medan.


(52)

4.3 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen kopi luwak yang melakukan kegiatan pembelian di beberapa gerai Kopi Sidikalang, kecamatan Medan Petisah. Karakteristik disini meliputi umur, pekerjaan, dan pendapatan. Secara rinci, masing-masing karakteristik responden satu persatu dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1 Umur

Gambaran umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1. 20-24 1 2,5

2. 25-29 9 22,5

3 30-34 10 25,0

4. 35-39 10 25,0 5. 40-44 5 12,5

6. 45-49 2 5

7. ≥ 50 3 7,5

Jumlah 40 100,0

Sumber: Data diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat range umur konsumen yang terbesar berada pada kelompok umur 30-34 tahun dan 35-39 tahun dengan jumlah masing-masing sebesar 10 jiwa atau 25% dan yang terkecil pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah 1 jiwa atau 2,5 %.

4.3.2 Pekerjaan

Pekerjaan sangat erat hubungannya dengan kemampuan pembelian terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pekerjaan konsumen sampel di daerah penelitian Kota Medan bervariasi dari Mahasiswa sampai Wirausaha. Pekerjaan konsumen adalah sebagai berikut:


(53)

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan No Tingkat Pendidikan Besar

Responden (Jiwa)

Besar Responden (%)

1 Wirausaha 14 35,00 2 Pegawai Swasta 18 45,00 3 Mahasiswa 2 5,00 4 Lain-Lain 6 15,00

Jumlah 40 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 6 dapat dilihat pekerjaan konsumen yang terbanyak berada pada tingkat Pegawai Swasta dengan jumlah 18 jiwa (35 %) dan yang terkecil tingkat Mahasiswa dengan jumlah 2 jiwa (5 %).


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Permintaan dan Penawaran Kopi Luwak 5.1.1 Permintaan

Semakin banyak masyarakat yang mengetahui kenikmatan dan khasiat kopi luwak maka konsumsi akan kopi luwak juga meningkat secara berkala. Kopi luwak semakin dikenal masyarakat Indonesia sebagai kopi yang memiliki cita rasa yang lebih enak dibanding dengan kopi biasa. Kenikmatan dan juga harga yang cukup tinggi membuat kopi luwak ini dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas dan jarang dijumpai di pasar atau kedai tertentu.

Tabel 7. Tabel Permintaan Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

Keterangan: *Data Sementara

Sumber: Lampiran 3

Tahun Permintaan Pertahun

(Kg)

Rata-Rata Perbulan (Kg)

Perkembangan (%) 2010 120 10

2011 670 55,8 + 18 %

2012 1150 95 + 58 %

2013 685 57 - 59 %


(55)

Keterangan: *Data Sementara

Gambar 2. Perkembangan Permintaan Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

Perkembangan permintaan kopi luwak di toko Kopi Sidikalang dapat dilihat dari Gambar 2 dimana pembelian produk kopi luwak berfluktuasi. Pada Tabel 7 terlihat tahun 2010 permintaan kopi luwak mencapai 120 kg dengan rata-rata permintaan sebesar 10kg per bulan, pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak 18 % pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebanyak 58 % pada tahun 2013 terjadi penurunan sebanyak 59 % pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan sebanyak 27 %. Angka pada tahun 2014 ini dapat bertambah seiring berjalannya waktu karena data yang tersedia hanya sampai bulan April.

Menurut pemilik toko Kopi Sidikalang permintaan terbanyak pada saat hari besar tertentu sepeti pada tahun baru Imlek. Selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 hingga 2012 permintaan kopi luwak meningkat tajam, hal ini sesuai dengan berita Kompas (Yunan, 2013) yang mengatakan bahwa ditahun tersebut kopi

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2010 2011 2012 2013 2014*

Permintaan Kopi Luwak (Kg)


(56)

luwak di Indonesia mencapai kepopulerannya. Dapat dilihat bahwa permintaan paling tinggi terdapat pada tahun 2012 dengan jumlah permintaan mencapai 1150 kg. Penurunan permintaan kopi luwak pada tahun 2012-2013 terjadi karena menurut pemilik toko trend meminum kopi luwak di Kota Medan mulai menurun dan faktor harga merupakan salah satu alasannya.

5.1.2 Penawaran

Kopi Luwak di toko Kopi Sidikalang dijual dengan berbagai ukuran kemasan dan harga yang bermacam-macam yaitu ukuran kemasan 100 gr dihargai Rp.100.000, ukuran kemasan 250 gr dihargai Rp.250.000, ukuran kemasan 500 gr dihargai dengan Rp.450.000 dan ukuran paling besar yaitu 1000 gr dihargai dengan Rp. 900.000. Toko Kopi Sidikalang juga menyediakan jasa pemesanan dari luar kota maupun luar negeri.

Tabel 8. Tabel Penawaran Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

Keterangan: *Data Sementara

Sumber: Lampiran 3

Tahun Penawaran Pertahun

(Kg)

Rata-Rata Perbulan (Kg)

Perkembangan (%) 2010 180 15

2011 720 60 + 25 %

2012 1200 10 + 60 %

2013 750 62,5 - 62,5%


(57)

Keteranga Gambar 3 Pada tahu penawaran peningkata yaitu seba mengalam bertambah bulan Apr Kopi Luw bertahan memperta terakhir y 1 1 1

Penawaran Kopi Luwak (Kg)

an: *Data Se 3. Perkemb di Toko

un 2010 pe n sebesar 15 an sebanya anyak 60 % mi penuruna h seiring be ril.

wak merup sampai 2 ahankan suh yaitu pada t

0 200 400 600 800 000 200 400 20 ementara bangan Pen Kopi Sidik

enawaran k 5 kg per bul ak 25 % tah % tahun 201

an lagi seba erjalannya

akan kopi 2 tahun a hu ruangan tahun 2010 010 2 nawaran K kalang Kota kopi luwak lan, tahun 2 hun 2012 t 3 terjadi pe anyak 26,6 waktu kare

yang dapa apabila dit

dan tidak t hingga 20 2011 Tah Kopi Luwak a Medan k mencapai 2011 penaw terjadi penin enurunan se %. Angka ena data ya

at bertahan tangani se terbanting a 12 kopi luw

2012 hun

k pada Tah

i 180 kg d aran kopi lu ngkatan ya ebanyak 62, pada tahun ang tersedi

n cukup la ecara baik

atau rusak. wak yang d

2013

hun 2010-20

dengan rata uwak meng ang cukup t ,5 % tahun n 2014 ini ia hanya sa

ama yaitu dengan Selama 3 t ditawarkan 2014* 014 a-rata alami tinggi 2014 dapat ampai dapat tetap tahun Kopi


(58)

Sidikalang meningkat tajam. Hal ini disesuaikan dengan permintaan kopi luwak yang setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2012 terjadi penurunan penawaran sebesar 450 kg atau sekitar 45 kg per bulannya, hal ini terjadi karena permintaan pasar terhadap kopi luwak mulai menurun sehingga produksi kopi luwak juga diturunkan untuk menghindari kerugian.

5.1.3 Hubungan Permintaan dan Penawaran

Tabel 9. Tabel Permintaan dan Penawaran Kopi Luwak pada Tahun 2010-2014 di Toko Kopi Sidikalang Kota Medan

Tahun Permintaan Penawaran Keterangan

2010 120 180 Surplus

2011 670 720 Surplus

2012 1150 1200 Surplus

2013 685 750 Surplus

2014* 185 200 Surplus Keterangan: *Data Sementara

Sumber: Lampiran 3

Pada Tabel 9 dapat terlihat jumlah permintaan dan penawaran kopi luwak pada tahun 2010 hingga 2014 di Toko Kopi Sidikalang. Dapat terlihat selama 5 tahun terakhir jumlah kopi luwak yang ditawarkan di Toko Kopi Sidikalang selalu lebih besar daripada jumlah yang diminta. Hal ini berarti setiap tahunnya Toko Kopi Sidikalang mengalami kelebihan penawaran (surplus). Jika hal ini tetap berlanjut maka Toko Kopi Sidikalang akan mengalami kerugian.


(59)

5.2 Analisis Data 5.2.1 Uji Validitas

1. Pengujian Validitas Variabel Kebudayaan (X1)

Dari tabel r dengan df = n-2 (38) pada tingkat signifikansi 5 % diperoleh angka sebesar 0,312. Sedangkan rhitung dari perhitungan semuanya melebihi rtabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel bukti kebudayaan dapat dinyatakan valid. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0

Tabel 10. Pengujian Validitas Variabel Kebudayaan (X1)

Indikator rhitung rtabel Kriteria

1. 0,528 0,312 Valid

2. 0,649 0,312 Valid

3. 0,812 0,312 Valid

4. 0,730 0,312 Valid

5. 0,561 0,312 Valid

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

2. Pengujian Validitas Variabel Sosial (X2)

Dari tabel r dengan df = n-2 (38) pada tingkat signifikansi 5 % diperoleh angka sebesar 0,312 Sedangkan rhitung dari perhitungan semuanya melebihi rtabel sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel sosial dapat dinyatakan valid. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0.


(60)

Tabel 11. Pengujian Validitas Variabel Sosial (X2)

Indikator rhitung rtabel Kriteria

1. 0,621 0,312 Valid

2. 0,762 0,312 Valid

3. 0,802 0,312 Valid

4. 0,382 0,312 Valid

5. 0,502 0,312 Valid

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

3. Pengujian Validitas Variabel Pribadi (X3)

Dari tabel r dengan df = n-2 (38) pada tingkat signifikansi 5 % diperoleh angka sebesar 0,312 Sedangkan rhitung dari perhitungan semuanya melebihi rtabel sehingga

dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel pribadi dapat dinyatakan valid. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0

Tabel 12. Pengujian Validitas Variabel Pribadi (X3)

Indikator rhitung rtabel Kriteria

1. 0,523 0,312 Valid

2. 0,906 0,312 Valid

3. 0,917 0,312 Valid

4. 0,922 0,312 Valid

5. 0,340 0,312 Valid

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

4. Pengujian Validitas Variabel Psikologis (X4)

Dari tabel r dengan df = n-2 (38) pada tingkat signifikansi 5 % diperoleh angka sebesar 0,312 Sedangkan r hitung dari perhitungan semuanya melebihi r tabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel psikologis dapat dinyatakan valid. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0


(61)

Tabel 13. Pengujian Validitas Variabel Psikologis (X4)

Indikator rhitung rtabel Kriteria

1. 0,596 0,312 Valid

2. 0,812 0,312 Valid

3. 0,788 0,312 Valid

4. 0,762 0,312 Valid

5. 0,589 0,312 Valid

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

5. Pengujian Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Dari tabel r dengan df = n-2 (38) pada tingkat signifikansi 5 % diperoleh angka sebesar 0,312 Sedangkan r hitung dari perhitungan semuanya melebihi r tabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel keputusan pembelian dapat dinyatakan valid. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0

Tabel 14. Pengujian Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Indikator rhitung rtabel Kriteria

1. 0,649 0,312 Valid

2. 0,668 0,312 Valid

3. 0,672 0,312 Valid

4. 0,805 0,312 Valid

5. 0,559 0,312 Valid


(62)

5.2.2 Uji Reliabilitas

1. Pengujian Reliabilitas Variabel Kebudayaan (X1)

Tabel 15. Pengujian Reliabilitas Variabel Kebudayaan (X1)

Alpha Hitung Parameter Alpha Kriteria

0,680 0,6 Reliabel

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh nilai alpha di atas 0,6 yaitu sebesar 0,680. Hal ini berarti bahwa variabel kebudayaan memiliki reliabilitas yang tinggi.

2. Pengujian Reliabilitas Variabel Sosial (X2)

Tabel 16. Pengujian Reliabilitas Variabel Sosial (X2)

Alpha Hitung Parameter Alpha Kriteria

0,606 0,6 Reliabel

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh nilai alpha di atas 0,6 yaitu sebesar 0,606. Hal ini berarti bahwa variabel kebudayaan memiliki reliabilitas yang tinggi.

3. Pengujian Reliabilitas Variabel Pribadi (X3)

Tabel 17. Pengujian Reliabilitas Variabel Pribadi (X3)

Alpha Hitung Parameter Alpha Kriteria

0,812 0,6 Reliabel


(63)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh nilai alpha di atas 0,6 yaitu sebesar 0,812. Hal ini berarti bahwa variabel kebudayaan memiliki reliabilitas yang tinggi.

4. Pengujian Reliabilitas Variabel Psikologis (X4)

Tabel 18. Pengujian Reliabilitas Variabel Psikologis (X4)

Alpha Hitung Parameter Alpha Kriteria

0,750 0,6 Reliabel

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh nilai alpha di atas 0,6 yaitu sebesar 0,750. Hal ini berarti bahwa variabel kebudayaan memiliki reliabilitas yang tinggi.

5. Pengujian Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 19. Pengujian Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian (Y) Alpha Hitung Parameter Alpha Kriteria

0,701 0,6 Reliabel

Sumber: Analisis Data Lampiran 9

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh nilai alpha di atas 0,6 yaitu sebesar 0,701. Hal ini berarti bahwa variabel kebudayaan memiliki reliabilitas yang tinggi.

5.3 Uji Asumsi Klasik 5.3.1 Uji Normalitas

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data/titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.


(64)

Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya. Dapat kita lihat gambar grafik sebaran data berikut ini:

Gambar 4. Garis Normal Plot

Dengan melihat tampilan gambar grafik normal plot diatas terlihat titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.

5.3.2 Uji Multikolinearitas

Dengan melihat tabel Coefficient masing-masing variabel bebas terdapat nilai VIF dan Tolerance. Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai

Tolerance > 0,1. Pada variabel budaya, social, pribadi dan psikologis masing-masing nilai VIF nya sebesar 1,912; 1,430; 1,942; 2,594 .< 10. Sedangkan


(65)

masing-masing nilai Tolerance nya sebesar 0,523; 0,699; 0,515; 0,385> 0,1 (lampiran). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

5.3.3 Uji Heterokedastisitas

Untuk uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metoda grafik scatterplots.

Gambar 5. Scatterplot

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.


(66)

5.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Kebudayaan(X1), Sosial (X2), Pribadi (X3) dan Psikologis (X4) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya maka didapat hasil pengolahan data dengan paket program komputer statistik SPSS 17.0 berikut ini:

Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Koefisien

Regresi

Standar Eror

T Signifikansi t Constant 0.316 0.388 0.813 0.422

Budaya 0.143 0.133 1.069 0.292 Sosial 0.188 0.141 1.335 0.190 Pribadi 0.286 0.123 2.325 0.026 Psikologis 0.381 0.166 2.297 0.028 R = 0.818

R square = 0.669

Dari Tabel 18 di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y= 0.316 + 0.143X1 + 0.188X2 + 0.286X3 + 0.381X4

Nilai 1.432 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y.

5.5 Uji Hipotesis 5.5.1 Uji T

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel-variabel bebas berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

1. Pengaruh Budaya Terhadap Keputusan Konsumen

Koefisien Budaya (X1) = 0.143, ini berarti bahwa variabel budaya berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen, atau dengan kata lain jika variabel budaya


(67)

ditingkatkan sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka keputusan konsumen akan bertambah sebesar 0.143 satu satuan.

Nilai thitung variabel budaya adalah 1,069 dan nilai ttabel 1,690 maka thitung < ttabel (1,069 < 1,690) dan hasil signifikansi (0,292 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya adalah variabel budaya secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak kopi sidikalang. Artinya, jika variabel budaya ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan konsumen tidak akan meningkat sebesar 0.143 satu satuan.

Hal ini dikarenakan konsumen membeli kopi luwak bukan dikarenakan pengaruh pergeseran budaya. Faktor budaya bukan merupakan faktor utama seorang konsumen membeli kopi luwak. Meminum kopi tidak menjadi kebudayaan atau kebiasaan konsumen. Meskipun faktor budaya memiliki arah hubungan positif terhadap keputusan pembelian konsumen, tetapi faktor budaya memiliki pengaruh yang tidak signifikan.

2. Pengaruh Sosial Terhadap Keputusan Pembelian

Koefisien Sosial (X2) = 0.188, ini menunjukkan bahwa variabel sosial berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen, atau dengan kata lain jika variabel sosial ditingkatkan sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka keputusan konsumen akan bertambah sebesar 0.188 satu satuan.


(68)

Nilai thitung variabel sosial adalah 1,335 dan nilai ttabel 1,690 maka thitung < ttabel (1,335 < 1,690) dan hasil signifikan (0,190 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya adalah variabel sosial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak kopi sidikalang. Artinya, jika variabel sosial ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan konsumen tidak akan meningkat sebesar 0.188 satu satuan.

Keputusan konsumen dalam membeli kopi luwak bukan bergantung pada faktor sosial yaitu teman, keluarga maupun lingkungan mereka. Walaupun kelompok acuan merupakan tempat berinteraksi konsumen tetapitetap saja tidak mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli kopi luwak. Meskipun faktor sosial memiliki arah hubungan positif terhadap keputusan pembelian konsumen, tetapi faktor sosial memiliki pengaruh yang tidak signifikan.

3. Pengaruh Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian

Koefisien Pribadi (X3) = 0.286, ini menunjukkan bahwa variabel pribadi berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen, atau dengan kata lain jika variabel pribadi ditingkatkan sebesar satu satuan sedangkan variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka keputusan konsumen akan bertambah sebesar 0.286 satu satuan.

Nilai thitung variabel pribadi adalah 2,325 dan nilai ttabel 1,690 maka thitung > ttabel (2,325 > 1,690) dan hasil signifikan (0,026 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya adalah variabel


(69)

pribadi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak kopi sidikalang. Artinya, jika variabel pribadi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan konsumen akan meningkat sebesar 0,286 satu satuan. Hal ini terjadi karena konsumen menganggap usia, gaya hidup, dan daya beli merupakan faktor penting yang menyebabkan mereka membeli kopi luwak. Faktor kepribadian dapat dilihat dari faktor usia, pekerjaan, dan pendapatan. Dengan adanya perbedaan usia, pekerjaan, dan pendapatan bulanan tentunya dapat mempengaruhi individu dalam melakukan keputusan pembelian.

4. Pengaruh Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian

Koefisien Psikologis (X4) = 0.381, ini menunjukkan bahwa variabel psikologis berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen, atau dengan kata lain jika variabel psikologis ditingkatkan sebesar satu satuansedangkan variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka keputusan konsumen akan bertambah sebesar 0.381 satu satuan.

Nilai thitung variabel psikologis adalah 2,297 dan nilai ttabel 1,690 maka thitung > ttabel (2,297 > 1,690) dan hasil signifikan (0,028 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya adalah variabel psikologis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen kopi luwak kopi sidikalang. Artinya, jika variabel psikologis ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan konsumen akan meningkat sebesar 0,381 satu satuan.

Hal ini disebabkan karena para konsumen memiliki motivasi kebutuhan, pemahaman dan pengetahuan, serta keyakinan terhadap kopi luwak sehingga


(1)

3. Variabel Pribadi (X3)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.812 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

x31 11.95 12.664 .328 .844

x32 12.58 8.969 .831 .699

x33 12.60 8.195 .836 .691

x34 12.33 8.020 .842 .688


(2)

4. Variabel Psikologis (X4)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.750 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

x41 11.35 8.592 .374 .753

x42 11.58 6.763 .651 .649

x43 11.55 7.126 .624 .662

x44 11.53 7.999 .633 .673


(3)

5. Variabel Keputusan Konsumen (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.701 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Y1 13.18 9.020 .417 .669

Y2 12.83 8.866 .468 .648

Y3 13.10 8.656 .431 .665

Y4 13.03 7.358 .621 .573


(4)

(5)

Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi Berganda

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Psikologis,

Sosial, Budaya, Pribadia

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .818a .669 .631 .4351

a. Predictors: (Constant), Psikologis, Sosial, Budaya, Pribadi b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.391 4 3.348 17.686 .000a

Residual 6.625 35 .189

Total 20.016 39

a. Predictors: (Constant), Psikologis, Sosial, Budaya, Pribadi b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .316 .388 .813 .422

Budaya .143 .133 .144 1.069 .292 .523 1.912

Sosial .188 .141 .155 1.335 .190 .699 1.430

Pribadi .286 .123 .315 2.325 .026 .515 1.942

Psikologis .381 .166 .360 2.297 .028 .385 2.594