Teknik Pengelolaan Emosi Marah

waktu jeda. Jika dewasa tersebut merasakan adanya tanda-tanda peringatan marah lagi, maka dewasa tersebut dapat mengambil waktu jeda lagi. Teknik pengelolaan emosi marah dalam Islam adalah sebagai berikut : Ada banyak sekali cara untuk pengelolaan emosi marah, salah satunya dengan menggunakan pendekatan agama. Meskipun emosi marah merupakan sifat yang ada pada diri setiap manusia, namun islam menganjurkan setiap muslim untuk menahan dan mengendalikan kemarahan. Selain dapat menghindarkan diri dari tindakan dan perkataan yang dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari, menahan emosi marah juga dapat mmelihara keseimbangan serta kesehatan fisik dan psikis manusia. Dalam tinjauan ilmu kesehatan, marah dapat menimbulkan penyakit yang merugikan fisik maupun psikis. Oleh karena itulah kita diperintahkan untuk mengendalikan kemarahan. Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, dan lain sebagainya. Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak manusia tercapai. Tentu saja, permsalahannya tidak selesai sampai di sini. Masih ada yang namanya balas dendam dari pihak yang dimarahi. Anda bisa bayangkan, betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan karena marah. Menurut Hujjatul Islam Imam Ghazali, cara mengendalikan dan menahan emosi marah adalah dengan mengetahui dan memahami berbagai keutamaan mengendalikan kemarahan, memaafkan, membiasakan sikap lemah lembut, dan bersabar dengan mengharapkan keridhaan Allah dan balasan yang lebih baik atas ketegaran dan kesabarannya. Senada dengan yang diungkapkan oleh Syauqi, bahwa obat untuk mengendalikan emosi marah adalah ilmu dan agama. Langkah praktis yang bisa dilakukan antara lain ialah dengan memahami dan merenungkan secara mendalam berbagai dalil dari Al-Quran dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan menahan marah. Said Hawwa, dalam kitabnya yang berjudul al-Mustakhlas fi tazkiyatin nafs menerangkan bahwa obat yang paling mujarab untuk mengobati api amarah adalah dengan ilmu dan amal. Pendidikan dan pengalaman yang diperoleh seseorang dalam lingkungannya sangat mempengaruhi kemampuan orang dalam mengelola kemarahannya. Setidaknya ada enam langkah yang bisa dilakukan untuk mengobati marah dengan ilmu: 1. Hendaknya seseorang mempelajari dan kemudian merenungkan hal-hal yang berkaitan dengan keutamaan menahan marah, keutamaan sabar, dan memaafkan. Dengan cara ini diharapkan orang akan sadar dan redam amarahnya karena besarnya keutamaan menahan marah. 2. Merenungkan siksaan Allah baik di dunia maupun di akhirat kepada orang yang gemar melampiaskan kemarahan dan pendendam. Padahal Allah telah berfirman bahwa kita diperintahkan untuk mengingat Allah saat marah. 3. Melakukan refleksi dan berdialog dengan diri sendiri berkaitan dengan akibat buruk yang bisa muncul akibat marah yang tidak terkontrol, yakni berupa dendam dan permusuhan. 4. Menyadari bahwa kemarahan yang tidak terkendali layaknya sifat binatang buas yang buruk. Padahal para ulama dan nabi tidak mudah marah dan bersikap penuh santun dan sabar. 5. Merenungkan secara mendalam ekses negatif marah terhadap hubungan sosialnya, yang bisa memicu dendam dan permusuhan yang berkepanjangan dengan orang lain. 6. Menyadari bahwa kalau kita marah berarti kita mau menyaingi Allah dalam sifat-Nya. Padahal kemarahan Allah itu penuh hikmah dan kebijaksanaan bagi makhluknya, sedangkan marah kita biasanya didasari karena nafsu. Selain enam cara yang sudah dipaparkan di atas, rasulullah juga menganjurkan agar kita segera mengambil air wudhu untuk menyucikan diri ketika dalam keadaan marah. Sebab marah itu berasal dari api, di mana airlah yang dapat memadamkannya. Selain dengan cara-cara di atas, berikut ini teknik pengelolaan emosi marah adalah sebagai berikut : 1 Perbanyak membaca ta’awudz Marah merupakan salah satu perangkap syetan. Maka alangkah tepatnya jika marah mulai menghampiri kita, kita langsung membaca ta’awudz yang mana memiliki arti memohon perlindungan kepada Allah dari godaan dan gangguan syetan yang terkutuk. Deng an memperbanyak membaca ta’awudz ketika sedang marah, kemungkinan besar kita tidak jadi untuk meluapkan kemarahan kita dan marah tersebut akan langsung hilang dari diri kita. 2 Diam Diam menjadi salah satu cara untuk mengendalikan amarah yang sedang memuncak. Lebih baik berusaha untuk diam daripada bertindak anarkis dan mengeluarkan kata-kata kasar dan mengumpat orang lain. Pada sebuah hadits Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” HR. Imam Ahmad. 3 Mengambil posisi lebih rendah Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Maksudnya adalah ketika kita emosi atau marah di saat sedang berdiri, maka hendaklah kita duduk untuk meredakan emosi tersebut. Jika kita marah pada saat posisi duduk, maka hendaklah kita berbaring. Dengan begitu kita akan sulit untuk bergerak atau melakukan perlawanan pada saat marah. Dari Abu Dzar Ra, Rasulullah Saw. menasehatkan: “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” HR. Ahmad dan Abu Daud 4 Segera berwudhu Marah disebabkan oleh godaan setan, dan setan ini terbuat dari api. Maka untuk memadamkan api kemarahan bisa Anda lakukan dengan air seperti saat berwudhu’, seperti yang pernah dikatan oleh Nabi Muhammad SAW, bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu ”. HR. Ahmad dan Abu Daud

B. Perspektif Teoritis

Kematian pasangan merupakan pengalaman emosional yang dialami seorang wanita yang ditinggal mati pasangan disertai dengan perasaan kehilangan. Emosi yang dirasakan setelah kematian orang yang dicintai semakin mendalam setelah ia ditinggalkan seorang diri. Kematian dapat menimbulkan penderitaan bagi pasangan yang dicintainya. Kematian orang-orang terdekat merupakan kehilangan paling menyakitkan yang dapat dialami oleh wanita yang ditinggal suaminya. Kehilangan seorang yang dekat dan dicintainya karena kematian merupakan suatu yang tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain bagi seseorang yang ditinggalkan. Peristiwa kematian suami akan membuat seorang wanita single mother menjadi shock dan merasa terpukul. Kejadian kematian akan memberikan efek yang berbeda-beda terhadap individu. Reaksi seseorang sangat dipengaruhi oleh terjadinya kematian. Menurut Range, Waltson, dan Pollard 1992 kematian memiliki beberapa jenis, antara lain: 1 kematian alami yang dapat diantisipasi misal: mengidap kanker, AIDS, atau penyakit lainnya, 2 kematian dialami yang tidak dapat diantisipasi misal: serangan jantung, kecelakaan atau bencana, 3 kematian yang tidak alami yang disebabkan pembunuhan atau bunuh diri Astuti,2005. Berbagai masalah yang muncul saat usia awal dewasa pasca kematian pasangan hidupnya membuatnya menjadi stress. Santrock 2002 mengungkapkan bahwa pada urutan penyebab stress dalam kehidupan yang menempati urutan pertama adalah karena kematian pasangan hidupnya. Kesedihan pada saat ditinggal pasangan seringkali berkepanjangan dan sedikit banyak mempengaruhi kehidupan orang yang ditinggalkan namun terlewatkan begitu saja karena terlalu lama bersedih karena ditinggalkan oleh orang yang ia sayangi. Menurut Chaplin dalam Safaria dan Saputra, 2012 emosi marah adalah reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi. Emosi secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan. Kondisi tersebut memunculkan emosi yang negatif seperti mudah marah, mudah tersinggung, cemas tanpa sebab, gelisah, merasa sendirian dan bahkan merasa tidak berguna lagi. Dalam Hurlock 1980 ciri-ciri masa dewasa awal diantaranya adalah masa ketegangan emosional dan masa bermasalah dimana pada masa tersebut dewasa awal mengalami berbagai macam masalah. Masalah tersebut diantaranya mengenai pekerjaan dan perkawinan terlebih saat ditinggal mati pasangan. Rasa bersalah dan depresi yang dialami oleh wanita yang ditinggal mati pasangan seringkali disertai dengan perasaan tidak berdaya, frustasi, dan kemarahan atas hal yang terjadi serta tehadap ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat mencegah kematian orang yang dicintainya. Rasa marah yang ditujukan pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kemarahan yang terjadi pada seseorang akan sangat berbahaya dan terlebih ditinggal mati pasangan yang dicintainya sehingga meresahkan karena harus menghidupi diri dan anaknya dan sulit untuk mencari pekerjaan. Tekanan-tekanan seperti itu menyebabkan banyak orang mudah sekali marah yang tidak terkendali, hanya karena masalah sepel saja orang tidak dapat menahan emosinya dan meluapkan kemarahannya dalam berbagai bentuk yang negatif bahkan sadis. 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu menurut Moleong 2000 pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain Larasati, 2005. Tujuan utama pada penelitian ini adalah ingin menggambarkan mengenai emosi marah pada wanita yang ditinggal mati pasangan. Sesuai dengan pendapat Ghony 2012 yang menyatakan bahwa tujuan terpenting dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang dialami subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Selain itu juga mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subyektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain Moleong, 2009.