PENILAIAN
1
Bambang Sugeng Pendidikan Bahasa Inggris
FBS UNY
1. Pengantar
Penilaian merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang memberikan gam- baran sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai. Hasil penilaian dapat digunakan oleh
guru, siswa, kepala sekolah, orangtua siswa, dan siapapun yang tertarik untuk me-ngetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Nilai pencapaian belajar dapat berfungsi se-
bagai kriteria untuk kenaikan kelas, penentuan ranking, pemberian hadiah, penerimaan bea- siswa, dan sebagainya. Penilaian, oleh karenanya, seharusnya tidak hanya melihat sejauh
mana siswa belajar, tetapi juga, yang lebih penting, sejauh mana sekolah berhasil menyeleng- garakan pendidikan bagi siswa, pada khususnya, dan masyarakat, pada umumnya.
Penilaian dapat ditempuh dengan dua cara: tes atau non-tes. Dengan cara tes, peni- laian dapat berbentuk diskrit atau integratif. Penilaian diskrit biasanya dilakukan dengan
teknik pilihan ganda, BenarSalah, memasangkan, dan sebagainya. Penilaian integratif dapat berbentuk esai, dikte, cloze, dan sebagainya. Dalam makalah ini, penilaian yang dibicarakan
adalah penilaian jenis kedua, yakni penilaian integratif.
2. Sifat Penilaian
Sebagaimana disebutkan di atas, proses penilaian menghasilkan informasi yang berguna bagi banyak pihak. Fungsi penilaian semacam ini sampai sekarang belum banyak
diterapkan. Hampir selalu, penilaian dilakukan untuk memberikan informasi yang ber- hubungan dengan hasil belajar siswa. Di bawah ini disampaikan beberapa sifat penilaian
yang lebih luas.
1
Disampaikan pada Penataran Pengembangan Pembelajaran Bahasa Inggris SD untuk Guru Kelas, Kerjasama Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Tanggal 26 – 30
November 2009
1
a. Berpusat pada siswa
Pendidikan moderen meletakkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Siswa adalah pihak yang melakukan dan mendapatkan pembelajaran. Apapun yang dilakukan oleh pihak
sekolah, apabila tidak ada perubahan dalam diri siswa, dapat dikatakan bahwa tidak atau belum terjadi pembelajaran di sekolah itu. Jadi, berhasil tidaknya program sekolah ditandai
dengan ada tidaknya pembelajaran dalam diri siswa. Oleh karenanya, penilaian yang baik berpusat pada siswa. Ini berarti bahwa penilaian
dilakukan sesuai dengan sifat-sifat siswa. Pada awalnya, tujuan pembelajaran harus men- cerminkan kebutuhan siswa. Kemudian, kegiatan belajar mengajar di kelas, yang melibatkan
guru, bahan, media, dan sebagainya harus sesuai dengan keadaan siswa. Pada akhirnya, pe- nilaian juga harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Dapat dikatakan bahwa
penilaian dilakukan bukan untuk kepentingan guru, atau sekolah, atau siapa saja; tetapi untuk siswa.
b. Mendorong terjadinya pembelajaran
Banyak yang melihat penilaian sebagai akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Peng- lihatan semacam ini hanya separuhnya saja benar. Lebih dari itu, penilaian seharusnya dilihat
sebagai kegiatan bolak-balik dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian, dalam hal ini, di- gunakan sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. Penilaian tidak
berhenti pada diterbitkannya nilai hasil belajar siswa, atau dilaksanakannya kenaikan kelas. Lebih dari itu, sebagian besar informasi yang didapat dari proses penilaian harus digunakan
untuk menilik kembali apakah tujuan pembelajaran telah disusun sesuai dengan kebutuhan siswa, apakah kegiatan belajar-mengajar di kelas telah berjalan sesuai dengan rencana, apa-
kah bahan pelajaran telah sesuai dengan tujuan instruksional, apakah telah digunakan media atau alat bantu yang memadai, dan sebagainya.
c. Lebih dari pada pengujian
Penting dibedakan antara penilaian dan pengujian. Sementara pengujian merupakan kegiatan untuk mendapatkan nilai angka, penilaian digunakan untuk mendapatkan data atau
informasi yang lebih luas. Pengujian dapat dikatakan selesai apabila telah didapatkan sekor atau nilai angka. Sebaliknya, penilaian melibatkan proses yang terus berlangsung sepanjang
kegiatan kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan.
2
Penilaian meliputi pengujian, pengujian belum tentu penilaian. Seorang guru membagi-bagi tes, memberikan sekor, dan menyatakan apakah siswa lulus atau tidak. Ini
adalah pengujian. Tetapi, ketika guru menggunakan sekor ini, dan informasi lain yang ia dapat dari kegiatan pengujian, untuk bahan konsultasi dengan kepala sekolah, orangtua
siswa, dan sebagainya, ini adalah penilaian.
d. Selaras dengan pendidikan
Penilaian dilakukan dalam rangka mendidik, bukan menghakimi. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan haruslah sesuai dengan apa yang telah dikerjakan oleh siswa. Penilaian
harus adil. Apa yang digali dalam penilaian haruslah yang pernah dilakukan oleh siswa. Apa- bila ada satu pertanyaan, atau pernyataan, sedangkan pertanyaan itu belum pernah diberikan
dalam kegiatan pembelajaran, maka pertanyaan ini menjadi tidak adil. Demikian pula, apa- bila penilaian menyerupai kegiatan pencarian masalah atau kesalahan, maka penilaian sema-
cam ini adalah tidak sesuai dengan sifat kependidikan. Selanjutnya, hasil penilaian harus digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Apa-
bila ada yang salah harus dibetulkan. Apabila sudah betul, dapat diberikan perlakuan tambah- an agar lebih bagus lagi. Penilaian yang begini tidak hanya menghasilkan dikotomi lulus atau
tidak lulus tetapi, jauh dari pada itu, juga memberikan alternatif-alternatif remedial danatau pengayaan.
e. Memberi informasi kepada siswa dan orangtua siswa
Hasil penilaian haruslah memberi informasi kepada siswa dan orangtua siswa me- ngenai perkembangan siswa dalam pembelajarannya. Selama ini, dari nilai rapor, siswa dan
orangtua siswa memang sudah mendapatkan informasi tersebut, namun hanya sebagian saja. Misalnya, bilamana siswa mendapat nilai lebih dari lima, maka ia dinyatakan lulus untuk
mata pelajaran terkait. Setelah itu, siswa dan orangtua siswa dapat menilai apakah nilai hasil belajaranya tujuh, delapan, sembilan, atau bahkan sepuluh. Namun demikian, nilai ini belum
menunjukkan proses pembelajaran: bagaimanakah usaha siswa dalam kegiatan kelas sehari- hari, apakah siswa menunjukkan ketertarikan dan motivasi yang tinggi untuk belajar, bagai-
manakah sikap siswa terhadap mata pelajaran ini, dan pertanyaan-pertanyaan mengenai proses semacam ini. Penilaian yang baik, selain memberikan data mengenai hasil belajar,
harus juga memberikan informasi mengenai proses pembelajaran siswa.
3
3. Kisi-kisi
Agar penilaian membuahkan hasil yang diharapkan, diperlukan kisi-kisi yang dapat menjadi panduan dalam menyusun butir-butir pertanyaan. Kisi-kisi dibuat agar penilaian
dapat menghasilkan data yang lengkap, tidak ada sesuatu yang tercecer. Kisi-kisi juga me- nunjukkan bahwa penilaian yang dikembangkan dan dilaksanakan telah memenuhi syarat-
syarat kesahihan sebagai suatu proses penilaian. Di bawah ini dituliskan satu contoh kisi-kisi untuk penilaian pembalajaran bahasa.
Penguasaan kosa kata Keterampilan
berkomunikasi Penguasaan tata
bahasa Penggunaan
strategi belajar Berbicara
Mengucapkan kata Menggunakan kosa
kata Bereksperimen dengan
penggunaan kosa kata Mengungkapkan dan
merespon wacana Menggunakan
gerakan dan isyarat Memenuhi kriteria
kebermaknaan, keberterimaan, dan
kesesuaian Menggunakan struktur
morfologi dan sintaksis
Menggunakan strukturorganisasi
wacana Menirukan, me-
ngulang kembali, berlatih
Menarik perhatian lawan bicara,
menyela, meminta giliran berbicara,
dsb.
Menyimak Membedakan kata
Memaknai kata dan ungkapan
Memahami sinonim, antonim, homonym,
dsb. Memahami dan
merespon wacana Memahami minimal
pairs, stress, intonation, dsb.
Memahami struktur dialog dan monolog
Menirukan, me- ngulang kembali,
berlatih
Menggunakan teknik-teknik
mencatat
Menggunakan dugaan-dugaan
Membaca Mengartikan kata dan
ungkapan Menggunakan konteks
untuk memahami kata sukar
Memahami dan merespon wacana
Memahami butir-butir tata bahasa tentang
pola kalimat, tenses, voice, speech, dsb.
Memahami struktur organisasi wacana
Menggunakan teknik-teknik
membaca
Menggunakan dugaan-dugaan
Menggunakan media, kamus, dsb.
Menulis Mengeja kata
Menggunakan kata dan ungkapan
Mengungkapkan dan merespon wacana
Memenuhi kriteria kebermaknaan,
keberterimaan, dan kesesuaian
Menggunakan aturan- aturan tata bahasa
Menggunakan aturan- aturan tata tulis
Menggunakan teknik-teknik
menulis
Menggunakan media, kamus, dsb
4
Dalam penilaian integratif, ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam menuliskan laporan perkembangan pembelajaran siswa haruslah menekankan prinsip-prinsip komunika-
tif. Dalam hal ini, keempat keterampilan berbahasa haruslah dikemas sedemikian rupa se- hingga berbicara dapat bergabung dengan menyimak, membaca dapat bergabung dengan me-
nulis, menyimak bias bergabung dengan membaca, demikian seterusnya. Penguasaan tata bahasa, dalam hal ini, tidak digunakan sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan, namun
haruslah diintegrasikan ke dalam keempat keterampilan tersebut. Selanjutnya, guru dapat menggunakan kisi-kisi semacam tersebut di atas untuk melaporkan perkembangan pem-
belajaran siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
4. Contoh Penilaian