Penerapan Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA Hasil Belajar

untuk memecahkan masalah pribadi maupun masalah di lingkungan sekitarnya. Sehingga pembelajaran yang mereka lakukan lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

2.1.4 Penerapan Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA

langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual di kelas adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2. Laksanakan sebanyak mungkin kegiatan menemukan inkuri untuk semua topik. 3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan “masyarakat belajar” belajar dalam kelompok-kelompok 5. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pembelajaran IPAyang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas, akan membantu siswa belajar secara bermakna. Konsep-konsep materi yang dipelajari akan lebih tahan lama ada di benak siswa, karena mereka belajar melalui bekerja dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak secara langsung memberikan generalisasi suatu konsep atau prinsip yang dipelajari siswa, tetapi guru melibatkan siswa dalam proses mendapatkannya. Guru menyusun situasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar bagaimana bekerja dengan data untuk membuat kesimpulan. 2.1.5 Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri 2.1.5.1 Landasan Pemikiran Pembelajaran Inkuiri Pendekatan inkuiri pada dasarnya adalah menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap siswa sebagai subyek belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses belajar mahasiswa telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang diperoleh dalam proses belajar. Siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapatnya secara bebas tanpa ada rasa takut akan terjadi kesalahan. Semakin banyak mahasiswa yang berani mengemukakan pendapat, dapat diartikan bahwa pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan partisipasi siswa.Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep mata kuliah dalam kegiatan pembelajaran. Secara logika apabila siswa meningkat partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar.

1.1.5.2. Pengertian Inkuiri

Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya 2006:196 bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan ”. Sementara itu menurut Sagala 2004:34 yang mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Sedangkan Piaget Mulyasa,2008:108 mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Sedangkan menurut Aziz 2007:92 memiliki defenisi lain mengenai pengertian metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: Metode inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah- masalah dalam kehidupannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah 2. Mengamati atau observasi 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya 4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

2.1.5.3 Penerapan Pendekatan Inkuiri

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, para ahli menyarankan menciptakan iklim pembelajaran sains yang kondusif. Melalui pembelajaran sains di sekolah dasar siswa dilatih untuk berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan. Selain itu juga melalui pembelajaran sains diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan nilai yang positif serta memupuk rasa cinta kepada alam sekitar dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Patta Bundu 2007:18 bahwaPembelajaran sains merupakan wahana bagi siswa untuk memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; dan dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, sera mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha esa. Untuk mewujudkan keinginan pembelajaran Sains di Sekolah Dasar yang tertuang di dalam kurikulum, guru harus mampu menjadi fasilitator dalam pembelajaran sains yang mampu menciptakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya sehingga siswa mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan keberanian ilmiah. Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inkuiri. Dalam penerapan metode inkuiri untuk pembelajaran sains di sekolah dasar, guru memiliki peranan yang sangat penting. Sebagaimana yang dikemukakan Gulo 2002:86 Seorang guru akan memiliki beberapa peran dalam menerapkan metode inkuiri, yaitu: a Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. b Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. c Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. d Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. e Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. f Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri Adapun teknik penggunaan metode inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut : Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya 2006:2008 bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 2. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. 4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Selain mempunyai kelebihan metode inkuiri yang memiliki kelemahan atau kekurangan adalah: 1. Metode inkuiri terlalu menekankan pada prosesaspek intelektual atau kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses belajar mengajar. 2. Metode ini tidak efektif bagi kelas bersiswa banyak karena setiap siswa mungkin membutuhkan waktu banyak dari guru untuk menuntunnya. 3. Harapan akan hasil penyelidikan mungkin tidak terpenuhi atau mengecewakan terutama bagi guru yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional. 4. Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia. Jadi Metode inkuiri ini bertujuan untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan satu masalah. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran Biologi besar manfaatnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individunya. Dengan pelaksanaan metode inkuiri diharapkan bagi siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Sudjana 2007:3, “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar manajemen sistem penyelenggaraan makanan institusi merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup tiga kemampuan sebagaimana diungkapkan oleh bloom di dalam Sudjana 2007:22-32. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain: 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab tahu reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah psikomotor meliputi motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular menghubungkan, mengamati. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2006 :250-251, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap ceklist untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tentang pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2.1.7 IPA 2.1.7.1 Hakikat IPA

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB IV

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA

0 0 42