Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB IV

(1)

41

4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan

Data hasil belajar siswa sebelum perlakuan adalah data hasil belajar siswa yang diperoleh dari pretest. Dalam penelitian ini yang menjadi data hasil belajar siswa sebelum perlakuan adalah hasil pretest siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretest tersebut yaitu bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

4.1.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 33,33 3 9,4% kurang

2 41,67 9 28,1% Hampir cukup

3 50 10 31,2% cukup

4 58,33 7 21,9% Cukup baik

5 66,67 3 9,4% Baik

Jumlah 32 100%


(2)

Grafik 4.1 Histogram Pretest Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol di atas, dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33 adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 9 orang (28,1%), siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 10 orang (31,2%), siswa yang memperoleh nilai 58,33 adalah 7 orang (21,9%), dan siswa yang memperoleh nilai 66,67 adalah 3 orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 49,48.

4.1.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen berikut ini:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 33,33 4 16% Kurang

2 41,67 6 24% Hampir cukup

3 50 6 24% cukup

4 58,33 6 24% Cukup baik

5 66,67 3 12% Baik


(3)

Grafik 4.2 Histogram Pretest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen di atas, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33 adalah 4 orang (16%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh nilai 58,33 adalah 6 orang (24%), dan siswa yang memperoleh nilai 66,67 adalah 3 orang (12%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 49,33.

4.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan

Data hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah data hasil belajar siswa yang diperoleh dari pemberian posttest. Dalam penelitian ini yang menjadi data hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah hasil posttest siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran atau perlakuan tertentu. Data dari hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam penelitian ini digunakan untuk kepentingan analisis hipotesis/pengujian hipotesis.


(4)

4.1.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 53,85 3 9,4% cukup

2 61,54 8 25% Hampir baik

3 69,23 10 31,2% Cukup baik

4 76,92 5 15,6% baik

5 84,62 3 9,4% baik

6 92,31 3 9,4% Sangat baik

Jumlah 32 100% 2261,56

Grafik 4.3 Histogram Posttest Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol di atas, dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 53,85 adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 8 orang (25%), siswa yang memperoleh nilai 69,23 adalah 10 orang (31,2%), siswa yang


(5)

memperoleh nilai 76,92 adalah 5 orang (15,6%), siswa yang memperoleh nilai 84,62 adalah 3 orang (9,4%), dan siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 3 orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 70,67.

4.1.2.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 53,85 2 8% cukup

z2 61,54 2 8% Hampir baik

3 69,23 1 4% Cukup baik

4 76,92 6 24% baik

5 84,62 7 28% baik

6 92,31 4 16% baik

7 100 3 12% Sangat baik

Jumlah 25 100% 2023,11


(6)

Grafik 4.4 Histogram Posttest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen di atas, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 53,85 adalah 2 orang (8%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 2 orang (8%), siswa yang memperoleh nilai 69,23 adalah 1 orang (4%), siswa yang memperoleh nilai 76,92 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh nilai 84,62 adalah 7 orang (28%), siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 4 orang (16%), dan siswa yang memperoleh nilai 100 adalah 3 orang (12%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 80,92.

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis 4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16,0 for window. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Eksperimen

Posttest Eksperimen

Pretest Kontrol

Posttest Kontrol

N 25 25 32 32

Normal Parametersa Mean 49.3332 80.9244 49.4794 70.6738

Std. Deviation 10.73696 13.15974 9.45086 10.95492

Most Extreme Differences Absolute .162 .180 .171 .209

Positive .162 .109 .171 .209

Negative -.159 -.180 -.147 -.108

Kolmogorov-Smirnov Z .812 .902 .966 1.180

Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .390 .309 .123

a. Test distribution is Normal.

Pada tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data. Kesimpulan dari


(7)

tabel di atas adalah bahwa signifikansi untuk pretest kelas eksperimen, posttest kelas eksperimen, pretest kelas kontrol, dan posttest kelas kontrol masing-masing adalah sebesar 0,526, 0,390, 0,309, dan 0,123. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kelas ekperimen dan kontrol berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai hasil pretest kedua kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01 (sebagai kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas eksperimen). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Test of Homogeneity of Variances

Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.798 1 55 .376

Berdasarkan tabel 4.6 Test of Homogeneity of Variance di atas dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,376. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang sama. Hal ini juga ditunjukan oleh angka Levene Statistic

sebesar 0,798 yang artinya semakin kecil nilai Levene Statistic maka semakin besar tingkat homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. df1= jumlah kelompok data-1 atau 2-1 = 1 sedangkan df2 = jumlah data-jumlah kelompok data atau 57-2 = 55.

4.3 Analisis Data

Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik. Yang mana hasil pengujian atau analisis datanya perlu dipaparkan.

4.3.1 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Kontrol

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas kontrol adalah sebanyak 12 item soal untuk pretest dan 13 item soal untuk posttest


(8)

yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Pretest_Kontrol 32 33.33 66.67 49.4794 9.45086

Posttest_Kontrol 32 53.85 92.31 70.6738 10.95492

Valid N (listwise) 32

Pada tabel 4.7 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai pretest rata-rata 49,4794 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi 66,67. Sedangkan standar deviasinya sebesar 9,45086. Variabel posttest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata 70,6738 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 92,31. Sedangkan standar deviasinya sebesar 10,95492. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 21,1944 (70.6738 – 49,4794).

4.3.2 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Eksperimen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas eksperimen adalah sebanyak 12 item soal untuk pretest dan 13 item soal untuk posttest yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest_Eksperimen 25 33.33 66.67 49.3332 10.73696

Posttest_Eksperimen 25 53.85 100.00 80.9244 13.15974


(9)

Pada tabel 4.8 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel pretest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai nilai pretest rata-rata 49,3332 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi 66,67. Sedangkan standar deviasinya sebesar 10,73696. Variabel posttest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata 80,9244 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 100,00. Sedangkan standar deviasinya sebesar 13,15974. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 31,5912 (80,9244 – 49,3332).

4.3.3 Perbedaan Nilai Posttest Kelas Kontrol Dengan Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Untuk mengetahui perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan posttest kelas eksperimen, penulis menggunakan perbandingan rata-rata nilai posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dihitung menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows pada uji correlate bevariate dengan melihat pada tabel

descriptive statistics. Hasil analisis perbedaan nilai postest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Posttest_Kontrol 70.6738 10.95492 32

Posttest_Eksperimen 80.9244 13.15974 25

Berdasarkan tabel 4.9 Descriptive Statistics di atas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 70,6738. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 80,9244. Dengan demikian Nampak jelas bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol berbeda dengan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen. Perbedaan tersebut adalah sebesar 10,2506.

4.4 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui atau membandingkan kelas eksperimen (kelas yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe


(10)

inkuiri dalam pembelajaran) dan kelas kontrol (kelas yang menggunakan model konvensional) terhadap hasil belajar IPA.

Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu uji t. Hasil dari analisis uji t diketahui dengan cara pertama yaitu membandingkan nilai thitung > ttabel penghitungan ttabeldilihat pada tingkat α = 5%, cara kedua yaitu Sig (2-tailed)

< α = 5% (0,05) , maka Ha diterima dan H0 ditolak. Kriterianya adalah sebagai

berikut:

1) Jika Prob t hitung < Prob 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

2) Jika Prob t hitung > Prob 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

Hasil uji hipotesis dengan uji t-test tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 berikut:

Tabel 4.10 Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest Eksperimen 25 80.9244 13.15974 2.63195


(11)

Tabel 4.11 Independent Samples Test

Posttest Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality

of Variances

F .753

Sig. .389

t-test for Equality of Means T 3.209 3.137

Df 55 46.475

Sig. (2-tailed) .002 .003

Mean Difference 10.25065 10.25065

Std. Error Difference 3.19434 3.26764

95% Confidence Interval of the Difference

Lower 3.84906 3.67505

Upper 16.65224 16.82625

Berdasarkan tabel 4.11 Group Statistics di atas dapat kita lihat bahwa rata-rata nilai posttest (mean) kelas eksperimen dan kontrol adalah 80,9244 dan 70,6738. Hal demikian berarti rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata nilai kelas kontrol karena 80,9244 > 70,6738.

Kemudian untuk melihat pengaruh dari treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dapat kita lihat pada tabel 4.15 Independent Samples Test, oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,209 > 2,004) dengan signifikansi (0,002 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Pada perbedaan rata-rata (mean difference) terlihat angka perbedaan rata-rata sebesar 10,25065, maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) tidak memiliki varian yang sama, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 diterima, dengan angka probabilitas Sig.(2-tailed) yang ditunjukan


(12)

adalah sebesar 0,002 yang berarti penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03.

4.5 Pembahasan

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan penelitian pada dua kelas yang tidak berhubungan yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01 (sebagai kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas eksperimen). Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan/treatment dalam pembelajaran masing-masing kelas. Masing-masing kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, sedangkan di kelas kontrol mengunakan metode kenvensional tetapi dengan materi pembelajaran yang sama yaitu “Gaya Gravitasi”. Hal demikian ini dilakukan yaitu unutk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui hasil tes (posttest) yang diberikan setelah pembelajaran, yang kemudian dianalisis menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.

Selain dilihat dari hasil analisis data, pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat juga dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tindakan guru dalam penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri di kelas eksperimen. Tindakan guru dalam pembelajaran kontekstual inkuiri sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri.

Di dalam kelas, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang yang sederajat dari kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai


(13)

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Para siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa kepada siswa. Setiap siswa memikirkan sebuah jawaban untuk diri mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Setelah itu, pasangan ini kemudian membagi jawaban kepada satu kelompok mereka dan berdiskusi untuk kesepakatan jawaban kelompok. Akhirnya kelompok maju mempresentasikan jawaban mereka ditanggapi oleh kelompok lain untuk mensepakati jawaban dengan seluruh kelas. Hasil penilaian lembar observasi penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri dapat dilihat pada lampiran.

Selain itu di dalam pembelajaran ini terdapat faktor yang diduga menghambat atau mempengaruhi hasil belajar siswa misalnya, Metode

kontekstual inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses belajar mengajar dan Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, hasil yang diperoleh lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional. Dilihat dari posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding nilai posttest kelompok kontrol dan lembar observasi dalam penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri .

4.5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis deskriptif untuk kelas kontrol, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol. Berdasarkan tabel 4.11 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,4794 dan rata-rata nilai posttest sebesar 70,6738. Dari rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 70,6738 > 49,4794. Artinya antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar 21,1944


(14)

(70,6738 – 49,4794). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dari 49,4794 ke 70,6738 yaitu sebesar 41,95%.

4.5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis deskriptif untuk kelas eksperimen, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen. Berdasarkan tabel 4.12 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,3332 dan rata-rata nilai posttest sebesar 80,9244. Dari rata-rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 80,9244 > 49,3332. Artinya antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar 31,5912 (80,9244 – 49,3332). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dari 49,3332 ke 80,9244 yaitu sebesar 62,35%.

4.5.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dilihat perbedaan dari hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari hasil uji hipotesis yang telah dijelasken di atas, menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 (kelas eksperimen).

Hal ini terbukti dari hasil statistik yang sudah dianalisis menunjukan hasil yang sangat signifikan dengan probabilitas di bawah 0,05 yaitu 0,002, yang artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata nilai posttes siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kelas kontrol, yaitu 80,9244 > 70,6738. Dengan perbedaan rata-ratanya sebesar 10,25065 (10,25).


(15)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh tehadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012.


(1)

inkuiri dalam pembelajaran) dan kelas kontrol (kelas yang menggunakan model konvensional) terhadap hasil belajar IPA.

Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu uji t. Hasil dari analisis uji t diketahui dengan cara pertama yaitu membandingkan nilai thitung >

ttabel penghitungan ttabeldilihat pada tingkat α = 5%, cara kedua yaitu Sig (2-tailed) < α = 5% (0,05) , maka Ha diterima dan H0 ditolak. Kriterianya adalah sebagai

berikut:

1) Jika Prob t hitung < Prob 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

2) Jika Prob t hitung > Prob 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

Hasil uji hipotesis dengan uji t-test tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 berikut:

Tabel 4.10

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest Eksperimen 25 80.9244 13.15974 2.63195


(2)

Tabel 4.11

Independent Samples Test

Posttest Equal

variances assumed

Equal variances not

assumed Levene's Test for Equality

of Variances

F .753

Sig. .389

t-test for Equality of Means T 3.209 3.137

Df 55 46.475

Sig. (2-tailed) .002 .003

Mean Difference 10.25065 10.25065

Std. Error Difference 3.19434 3.26764

95% Confidence Interval of the Difference

Lower 3.84906 3.67505

Upper 16.65224 16.82625

Berdasarkan tabel 4.11 Group Statistics di atas dapat kita lihat bahwa rata-rata nilai posttest (mean) kelas eksperimen dan kontrol adalah 80,9244 dan 70,6738. Hal demikian berarti rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata nilai kelas kontrol karena 80,9244 > 70,6738.

Kemudian untuk melihat pengaruh dari treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dapat kita lihat pada tabel 4.15 Independent Samples Test, oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,209 > 2,004) dengan signifikansi (0,002 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Pada perbedaan rata-rata (mean difference) terlihat angka perbedaan rata-rata-rata-rata sebesar 10,25065, maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) tidak memiliki varian yang sama, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 diterima, dengan angka probabilitas Sig.(2-tailed) yang ditunjukan


(3)

adalah sebesar 0,002 yang berarti penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03.

4.5 Pembahasan

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan penelitian pada dua kelas yang tidak berhubungan yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01 (sebagai kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas eksperimen). Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan/treatment dalam pembelajaran masing-masing kelas. Masing-masing kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, sedangkan di kelas kontrol mengunakan metode kenvensional tetapi dengan materi pembelajaran yang sama yaitu “Gaya Gravitasi”. Hal demikian ini dilakukan yaitu unutk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui hasil tes (posttest) yang diberikan setelah pembelajaran, yang kemudian dianalisis menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.

Selain dilihat dari hasil analisis data, pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat juga dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tindakan guru dalam penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri di kelas eksperimen. Tindakan guru dalam pembelajaran kontekstual inkuiri sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri.

Di dalam kelas, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang yang sederajat dari kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai


(4)

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Para siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa kepada siswa. Setiap siswa memikirkan sebuah jawaban untuk diri mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Setelah itu, pasangan ini kemudian membagi jawaban kepada satu kelompok mereka dan berdiskusi untuk kesepakatan jawaban kelompok. Akhirnya kelompok maju mempresentasikan jawaban mereka ditanggapi oleh kelompok lain untuk mensepakati jawaban dengan seluruh kelas. Hasil penilaian lembar observasi penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri dapat dilihat pada lampiran.

Selain itu di dalam pembelajaran ini terdapat faktor yang diduga menghambat atau mempengaruhi hasil belajar siswa misalnya, Metode kontekstual inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses belajar mengajar dan Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, hasil yang diperoleh lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional. Dilihat dari posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding nilai posttest kelompok kontrol dan lembar observasi dalam penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri .

4.5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis deskriptif untuk kelas kontrol, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol. Berdasarkan tabel 4.11 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,4794 dan rata-rata nilai posttest sebesar 70,6738. Dari rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 70,6738 > 49,4794. Artinya antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar 21,1944


(5)

(70,6738 – 49,4794). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dari 49,4794 ke 70,6738 yaitu sebesar 41,95%.

4.5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis deskriptif untuk kelas eksperimen, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen. Berdasarkan tabel 4.12 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,3332 dan rata-rata nilai posttest sebesar 80,9244. Dari rata-rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 80,9244 > 49,3332. Artinya antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar 31,5912 (80,9244 – 49,3332). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dari 49,3332 ke 80,9244 yaitu sebesar 62,35%.

4.5.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dilihat perbedaan dari hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari hasil uji hipotesis yang telah dijelasken di atas, menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 (kelas eksperimen).

Hal ini terbukti dari hasil statistik yang sudah dianalisis menunjukan hasil yang sangat signifikan dengan probabilitas di bawah 0,05 yaitu 0,002, yang artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata nilai posttes siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kelas kontrol, yaitu 80,9244 > 70,6738. Dengan perbedaan rata-ratanya sebesar 10,25065 (10,25).


(6)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh tehadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB IV

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Pembelajaran Outdoor Activities pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. T1 292008271 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB II

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA

0 0 42