7. Prinsip Pakem pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun
kegiatan yang bersifat motorik. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran
IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.
2.2 Kajian Yang Relevan
Zahara, Laxmi. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs
Al-Maarif 02 Singosari. Skripsi, Jurusan Fisika. Program Studi Pndidikan Fisika, Falkutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing I Dra. Endang Purwaningsih, M.Si. II Drs. Yudyanto, M.Si.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menerapakan pemebelajaran
kontekstual model inkuiri terbimbing, nilai rata-rata kognitif dan nilai rata-rata psikomotorik siswa kelas VIII-C mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke
siklus III hingga mencapai ketuntasan belajar yang diterapkan oleh seklah. Nilai rata-rata afektif kelas VIII-C mengalami peningkatan siklus I sampai siklus III
namaun mencapai standar yang diterapkan oleh sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII-C Al-Maarif 02.
Laelah Nur. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 03 Kaliprau Pemalang. Skripsi, Jurusan Pendidikan GuruSekolah Dasar, FIP UNNES.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Di SD Negeri 03 Kaliprau proses pembelajaran IPA belum dapat mengoptimalkan Hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, terutama kelas V. Sehingga prestasi belajar yang diperoleh rendah sesuai keterangan guru yang menyatakan bahwa
Kriteria Ketuntasan Minimal hanya sebesar 60. Hal yang melatar belakangi rendahnya prestasi belajar siswa kelas v salah satunya Metode pembelajaran yang
digunakan guru belum bervariasi, guru hanya menggunakan metode caramah. Sedangkan Pembelajaran yang diinginkan siswa adalah yang langsung dengan
siswa sendiri yang menemukan konsep materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran mengenai materi cahaya guru menerapkan pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan inkuiri dengan tujuan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari
dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas
V SD Negeri 03 Kaliprau semester 2 tahun ajaran 20092010. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kualitatif meliputi
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Data Kuantitatif meliputi Hasil tes formatif siswa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas
siswa mengalami peningkatan siklus 1 sebesar 61 dan siklus 2 sebesar 85 siswa yang memiliki nilai sekurang-kurangnya dengan kategori cukup, sedangkan
hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 32,55 pada siklus 1 dan 95,34 siklus 2 siswa yang mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Dari paparan
hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran mengenai materi cahaya. Luthfin, Ahmad. 2009. Penerapan Model Inkuiri Induktif dengan
Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Ardjuna Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: 1 Drs. Eddy Supramono. II Drs. Subani. Perkembangan teknologi dan pengetahuan itu menuntut penggantian
kurikulum yang terdahulu dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP . KTSP diberlakukan di SMA Ardjuna akan tetapi pembelajaran fisika disana
mengutamakan model ceramah. Hal tersebut menjadikan siswa jenuh dan konsentrasi belajarnya berkurang sehingga prestasi belajar dan keterampilan
proses siswa rendah. Hakekat Pembelajaran dalam KTSP menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan ketrampilan proses. Tampak siswa kelas X SMA
Ardjuna Malang prestasi belajarany rendah dibawah 5 dan salah dalam mengoprasikan dan memegang ala, hal ini menunjukkan keterampilan prosesnya
masih renda. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif yakni model pembelajaran inkuiri induktif dengan pendekatan
kontekstual untuk meningkatkan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa. Tujuan pada penelitian adalah untuk mengetahui penerapan model inkuiri induktif
untuk meningkakan ketrampilan proses dan prestasi belajar serta untuk mengetahui besarnya peningkatan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa
kelas X SMA Ardjuna Malang Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Model pembelajaran ini dilakukan dua siklus dengan siklus
pertama dilakukan pada bahasan Asas Black dengan durasi waktu 4x45 menit untuk dua kali pertemuan. Siklus II dilakukan pada bahasan perpindahan kalor
dengan lama pembelajaran 4x45 menit untuk dua kali pertemuan. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I 64 meningkat menjadi 92 pada siklus II.
Berdasarkan data hasil observasi didapatkan skor ketercapaian keterampilan proses 55 pada siklus I dan meningkat menjadi 88 pada siklus II. Berdasarkan
skor tersebut dapat diperoleh besarnya peningkatan ketrampilan proses dari siklus I sampai siklus II sebesar 29. Persentase siswa yang mencapai SKM untuk 47
pada siklus I dan meningkat menjadi 80 pada siklus II. Berdasarkan data tersebut tampak peningkatan pada prestasi belajar siswa dari siklus I sampai
siklus II besarnya peningkatannya adalah 33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model inkuiri induktif dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Ardjuna Malang. Astri setiawati. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas maret
Surakarta. Implikasi inkuiri tergadap hasil belajar biologi SMA Negeri 2 surakarta tahun pelajaran 20092010. Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut : 1
terdapat pengaruh yang signifikan pengunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif ; 2 tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengunaan
pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif ; 3 terdapat pengaruh yang signifikan pengunaan yang paling efektif adalah pendekatan modefed free inkuiri.
Suyoto: Keefektifan Model Inkuiri pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tesis. Yogyakarta Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta,
2009.Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1 terdapat perbedaan prestasi hasil belajar siswa aspek kognitif, afektif dan sosial pada mata pelajaran IPA Sekolah
Dasar antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional. Hasil ini didasarkan pada prosedur Tests of Between-Subjects
Effects dengan melihat probabilitas F hitung yang secara umum lebih kecil 0,05; 2 terdapat perbedaan keefektifan pada rencana dan pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan penilaian kepala sekolah dan guru IPA antara kelompok konvensional dengan kelompok inkuiri. Hasil ini didasarkan pada nilai kategori efektif 17.5 -
22.75 dan sangat efektif 22.75 – 28; dan 3 terdapat perbedaan keefektifan
pada proses kegiatan pembelajaran pada aspek afektif dan aspek sosial berdasarkan penilaian siswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada Sekolah Dasar.
2.3 Kerangka Berpikir