Linear Elastik Non-Linear Elastik Elasto Plastik Perilaku Tegangan Regangan Akibat Beban Dinamik

z r        Penjelasan pemodelan tanah akan dijelaskan sebagai berikut.

2.5.1 Linear Elastik

Linear elastik adalah saat dimana material mampu kembali ke kondisi awalnya tanpa “menyimpan” deformasi permanen saat dilakukan proses loading- unloading. Pada gambar dibawah ini dapat kita lihat bahwa pada material elastik, garis dimana loading dan unloading-nya berpotongan dan tidak menyisakan deformasi permanen sama sekali. Semua material yang tidak memenuhi persyaratan ini sesungguhnya tidak dapat dimodelisasi dengan model elastik Sumber : http:james-oetomo.com. Gambar II. 17 Linear elastik Sumber : slide kuliah mektan

2.5.2 Non-Linear Elastik

Non-linear elastik adalah saat dimana material mampu kembali ke kondisi awalnya dengan “menyimpan” deformasi permanen saat dilakukan proses loading-unloading Sumber : http:james-oetomo.com. Gambar II. 18 Non-linear elastik Sumber : slide kuliah mektan

2.5.3 Elasto Plastik

Elasto plastik adalah saat dimana material menyisakan deformasi permanen strain hardening saat dilakukan proses loading-unloading. Untuk mengetahui apakah material telah mencapai fase plastiknya, kita harus melakukan pengujian pada material Sumber : http:james-oetomo.com. Gambar II. 19 Elasto plastik Sumber : slide kuliah mektan

2.5.4 Perilaku Tegangan Regangan Akibat Beban Dinamik

Peningkatan tekanan air pori merubah tegangan efektif dan sifat tanahnya berubah. Pada metode ini tekanan air pori yang berlebih dihitung berdasarkan puncak tegangan geser dinamis. Nilai-nilai puncak tidak diketahui sampai analisis dinamis berakhir, sehingga tegangan efektif tidak dapat berubah sampai getaran berakhir. Tegangan air pori yang berlebih hanya bisa dihitung setelah dinamiknya selesai. Dalam gambar II.20 terlihat dari penggambaran tersebut, bahwa nilai modulus geser tanah tergantung pada tingkat regangannya. Seperti gambar II.20.a nilai modulus geser akan berubah sesuai dengan sudut kemiringan yang terbentuk melalui masing-maisng garis singgung kurva tegangan regangan yang terjadi. Gambar II. 20 Hubungan tegangan regangan a frekuensi tinggi b frekuensi rendah Kramer,1996

2.6 Konsep Kondisi Kritis