1. PENDAHULUAN Latar Belakang
Burung walet linchi Collocalia linchi, biasa dikenal sebagai burung sriti, merupakan salah satu kekayaan fauna Indonesia yang selama ini banyak
dimanfaatkan sebagai pemancing dan induk angkat bagi anakan burung walet putih Collocalia fuciphaga. Akhir-akhir ini burung walet linchi mulai dikenal
karena sarangnya juga dapat dikonsumsi dan mempunyai nilai ekonomi. Burung walet linchi termasuk Ordo Apodiformes, Famili Apodidae, Genus
Collocalia. Genus Collocalia mempunyai lebih dari 20 spesies, semuanya dapat ditemukan di daerah Asia Tenggara dan Kepulauan Samudra Pasifik Whitfield
1984. Spesies burung walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu dan bahan yang dipakai dan ditambahkan dalam pembuatan sarang
Chantler and Driessens 1995. Ada tiga spesies walet yang sarangnya dapat dikonsumsi, yaitu walet putih C. fuciphaga, walet hitam C. maxima dan walet
linchi Soehartono dan Mardiastuti 2003. Walet putih menghasilkan sarang yang seluruhnya terbuat dari saliva. Walet hitam membuat sarang di gua-gua kapur di
pantai, sarang walet hitam terbuat dari saliva bercampur dengan bulu-bulunya yang berwarna hitam. Karena jumlah bulu lebih banyak dibandingkan saliva
maka sarangnya menjadi berwarna hitam. Sedangkan walet linchi menghasilkan sarang yang merupakan campuran saliva dengan bahan lain seperti daun pinus,
ranting atau ijuk sehingga dinamakan sarang tipe rumput. Sarang walet dikonsumsi masyarakat karena dipercaya berkhasiat bagi
kesehatan, antara lain sebagai obat sakit pernafasan, obat awet muda, meningkatkan vitalitas dan kecantikan serta menghambat pertumbuhan sel-sel
kanker Widyawati 1998. Dibandingkan dengan sarang walet putih, sarang walet linchi memang lebih murah harganya, terutama karena sarang walet linchi berupa
campuran antara saliva dengan bahan lain. Mahalnya harga sarang walet putih membuat masyarakat mencari alternatif lain dengan mengkonsumsi sarang walet
linchi. Harga sarang walet linchi beserta material penyusunnya berkisar antara 1- 3 juta rupiah per kilogram Budiman 2002 sementara itu harga sarang burung
walet putih mencapai 13 juta per kilogram. Burung walet linchi dan sarang walet linchi dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 Gambar walet linchi tampak ventral. Terlihat adanya warna putih di daerah dada yang menjadi pembeda antara walet linchi dengan
spesies walet lainnya. Bar : 1 cm
Gambar 2 Sarang walet linchi. Bar : 2 cm
Saliva disekresikan oleh beberapa kelenjar saliva yang terdapat di sekitar ruang mulut. Fungsi saliva adalah untuk membasahi, melunakkan, melicinkan
dan mencerna makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan Ross et al. 1995, sedangkan pada beberapa spesies burung walet, saliva merupakan
komponen yang sangat penting dalam pembuatan sarang King and McLelland 1984. Pada burung walet, sarang berfungsi sebagai tempat bergantung dan
beristirahat, dan pada musim berbiak sarang juga berfungsi sebagai tempat bertelur dan mengeram. Aktivitas pada musim berbiak walet meliputi pembuatan
sarang, bertelur, mengerami serta merawat anak sampai anak dapat terbang dan meninggalkan sarang Mardiastuti et al. 1998. Walet linchi jantan maupun
betina berperan dalam aktivitas membuat dan menjaga sarang. Kelenjar saliva burung walet linchi berkembang dengan baik pada burung dewasa, terutama pada
saat musim berbiak. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya keterkaitan dalam perkembangan dan fungsi antara kelenjar saliva dengan organ reproduksi pada
walet linchi. Mengingat bahwa sarang walet linchi relatif lebih mudah diperoleh
dibanding sarang walet putih dan dengan semakin meningkatnya permintaan sarang walet linchi, maka perlu diperhatikan agar kegiatan pengambilan sarang
walet linchi tidak mengganggu ekosistem dan menyebabkan penurunan populasi burung walet linchi. Dengan demikian, berbagai upaya perlu dilakukan, meliputi
kegiatan budidaya burung walet linchi dan penyusunan manajemen serta tata cara pengambilan sarang yang tepat dan sesuai. Untuk itu diperlukan berbagai data
biologis burung walet linchi, terutama pada aspek yang berkaitan dengan siklus reproduksi dan bersarang. Dengan mengetahui siklus reproduksi walet linchi
diharapkan dapat diketahui periode membuat sarang dan periode berkembang biak sehingga dengan demikian waktu pengambilan atau panen sarang walet tidak
mengganggu perkembangan anak walet dan kualitas sarang yang dipanen optimal. Hingga saat ini, penelitian pada walet linchi masih belum banyak
dilaporkan. Beberapa penelitian lebih menitikberatkan pada aspek budidaya dan pengolahan sarang burung walet linchi Budiman 2002; Mulyadi 1997.
Penelitian yang telah pernah dilakukan baru berupa diskripsi struktur kelenjar saliva Novelina et al. 2007. Penelitian mengenai keterkaitan antara dinamika
perkembangan pada struktur dan fungsi kelenjar saliva dengan perkembangan pada struktur dan fungsi organ reproduksi burung walet linchi belum pernah
dilaporkan.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan siklus reproduksi walet linchi. 2.
Menganalisa hubungan dinamika perubahan morfofungsi gonad dan kelenjar mandibularis dan walet linchi selama masa bersarang dan berbiak.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah yang lebih jelas
mengenai aktivitas reproduksi walet linchi. 2.
Dapat digunakan sebagai rekomendasi pada manajemen budidaya maupun pada tatacara dan waktu terbaik pengambilan sarang walet.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun 12 bulan meliputi pengamatan terhadap perkembangan gonad dan kelenjar mandibularis walet linchi serta
terhadap dinamika hormon-hormon testosteron dan estrogen. Sesuai dengan siklus musim di Indonesia yang kemungkinan mempengaruhi siklus reproduksi
hewan, maka diperlukan waktu penelitian selama 1 tahun 12 bulan. Pengambilan sampel burung walet sebanyak 3 ekor betina dan 3 ekor jantan
dilakukan setiap bulan, agar dapat diamati perkembangannya selama waktu penelitian. Untuk dapat memperoleh data yang cukup, maka pengambilan sampel
walet linchi dilakukan secara konsisten setiap bulan selama 1 tahun 12 bulan, yaitu sampel diambil setiap hari Selasa minggu pertama tiap bulan sebanyak 3
ekor betina dan 3 ekor jantan, dipilih hewan yang sudah dewasa yang mempunyai berat badan minimal 6 gram. Pengambilan sampel dilakukan di daerah Ciomas
Bogor. Untuk tujuan penelitian, pengamatan yang dilakukan adalah dinamika perubahan gonad, profil hormon gonad dan kelenjar mandibularis. Pengamatan
terhadap gonad dan kelenjar mandibularis meliputi pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Pada tingkat mikroskopis, untuk menganalisa struktur dan proses
perkembangan yang terjadi pada organ-organ tersebut diatas digunakan metode pewarnaan hematoksilin-eosin. Pewarnaan khusus histokimia lektin digunakan
untuk menganalisa jenis karbohidrat pada jaringan karena mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan residu gula spesifik dari kompleks
karbohidrat pada permukaan sel, matriks ekstraseluler dan karbohidrat yang terikat dengan molekul lainnya seperti glikokonjugat Kiernan 1990.
Pengamatan terhadap perkembangan gonad jantan dan betina dapat dilihat dari perubahan morfologi baik makroskopis maupun mikroskopis yang meliputi
bentuk dan ukuran. Selain perubahan morfologi, gonad juga akan diamati distribusi dan konsentrasi glikokonjugat selama 12 bulan pengamatan. Adanya
variasi distribusi pada glikokonjugat diharapkan juga berkaitan dengan aktivitas gonad, sehingga dapat dideteksi jenis glikokonjugat yang terkait dan berperan
dalam proses spermatogenesis dan folikulogenesis. Perubahan morfologi dan distribusi glikokonjugat selama 12 bulan pengamatan akan dikaitkan dengan
aktivitas gonad yang dipengaruhi oleh hormon testosteron yang diproduksi oleh testis dan hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Untuk mengetahui
siklus reproduksi dilakukan pengamatan terhadap morfologi gonad walet pada musim bersarang dan berbiak kemudian disesuaikan dengan gambaran profil
hormon testosteron dan estrogen darah yang dianalisa dengan metode Radio Immuno Assay RIA. Fluktuasi konsentrasi hormon testosteron dan estrogen
dapat diketahui dengan melakukan pengambilan serum darah selama 12 bulan pengamatan. Perubahan morfologi gonad dan fluktuasi hormon gonadal dapat
digunakan untuk mengetahui dan menentukan siklus reproduksi, periode bersarang dan berbiak walet linchi.
Perilaku membuat sarang pada musim berbiak diduga mempunyai keterkaitan dalam perkembangan dan fungsi antara kelenjar saliva dengan organ
reproduksi pada walet linchi. Untuk itu dilakukan pengamatan morfologi yang meliputi pengamatan bentuk dan ukuran kelenjar mandibularis yang dilakukan
selama 12 bulan. Perubahan morfologi kelenjar mandibularis berhubungan erat dengan aktivitas kelenjar. Dengan mengamati perubahan morfologi gonad dan
fluktuasi hormon gonad selama satu tahun dapat dilihat aktivitas kelenjar mandibularis walet linchi seiring siklus reproduksi, periode bersarang dan berbiak.
Adanya distribusi dan konsentrasi glikokonjugat pada kelenjar mandibularis selama 12 bulan dapat memprediksi waktu pengambilan sarang walet yang
optimal. Ruang lingkup dan alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Ruang lingkup penelitian Walet linchi
Pengamatan makroskopis Pengamatan mikroskopis
Analisa hormonal
Testis, ovarium dan kelenjar mandibularis
Perubahan morfologi makroskopis selama
12 bulan pengamatan
Testis, ovarium dan kelenjar mandibularis
Perubahan morfologi
mikroskopis selama 12
bulan pengamatan
Distribusi dan konsentrasi
glikokonjugat selama 12
bulan pengamatan
Profil hormon dalam serum darah
selama 12 bulan pengamatan
- Penentuan siklus reproduksi walet linchi. - Analisa hubungan perubahan morfofungsi gonad dan kelenjar
mandibularis walet linchi selama masa bersarang dan berbiak.
SBA SBA
SBA Januari
Desember Mei
Hormon testosteron dan estrogen
2. TINJAUAN PUSTAKA UMUM Klasifikasi