3. DINAMIKA PERUBAHANMORFOLOGI GONAD WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan
Di Indonesia walet linchi merupakan burung yang banyak ditemukan di seluruh Pulau Jawa, Madura, Bawean, Kangean, Nusa Penida, Bali, Lombok,
Sumatra Utara dan Lampung. Sementara ini di Sumatra Barat dan semenanjung Malaysia belum diperoleh data mengenai keberadaan walet linchi Chantler and
Driessens 1995. Walet merupakan burung monogami, berpasangan secara tetap selama
beberapa musim berbiak. Burung walet linchi jantan dan betina tidak dapat dibedakan dari penampilan luar. Pada saat berbiak, burung jantan dan betina
bersama-sama membuat sarang, mereka bersarang pada tempat yang tetap dan kembali pada tempat yang sama pada setiap musim berbiak Chantler and
Driessens 1995. Musim berbiak walet adalah mulai dari burung membuat sarang, bertelur, mengerami serta merawat sampai anak burung dapat terbang dan
meninggalkan sarang. Musim berbiak walet adalah pada musim hujan pada saat ketersediaan bahan makanan banyak Mardiastuti et al. 1998.
Testis merupakan gonad jantan yang memproduksi hormon androgen melalui sel-sel Leydig sel-sel interstisial. Hormon androgen utama adalah
testosteron. Hormon testosteron mempengaruhi perilaku reproduksi. Testis unggas secara umum berbentuk oval diselaputi oleh tunika albuginea terletak di
dalam ruang perut, dengan ukuran testis kiri lebih besar dibandingkan testis kanan. Septum testis tidak terlihat jelas. Tubulus seminiferus unggas menyerupai
mamalia terdiri dari sel-sel Sertoli, spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Tidak seperti mamalia,
jaringan ikat antar tubuli seminiferi sangat tipis dan sel –sel interstisial Sel
Leydig sedikit jumlahnya King and McLelland 1975. Organ kelamin betina terdiri atas sepasang ovarium dan oviduk. Pada
unggas, ovarium dan oviduk kanan mengalami degenerasi sehingga pada unggas dewasa hanya ada ovarium dan oviduk kiri. Ovarium terdiri atas korteks dan
medula. Di mulai pada masa pubertas, batas antara korteks dan medula hilang. Kortes menjadi zona parenkimatosa yang banyak mengandung folikel-folikel,
sedangkan medula menjadi zona vaskulosa yang mengandung pembuluh darah, syaraf dan otot polos. Folikel
– folikel pada zona parenkimatosa menghasilkan hormon estrogen yang berperan dalam proses pertumbuhan dan aktivitas oviduk
serta merangsang sifat-sifat karakteristik kelamin. Hormon-hormon lain yang disekresikan oleh ovarium adalah hormon androgen yang dihasilkan oleh sel-sel
interstisial ovarium dan progesteron yang dihasilkan oleh sel-sel korpus luteum King and McLelland 1975.
Pada musim berbiak dan bersarang terjadi perubahan morfologi gonad berdasarkan keaktifan gonad. Pada musim berbiak gonad lebih aktif
dibandingkan pada musim bersarang. Hal ini menarik untuk diteliti karena perubahan morfologi gonad walet linchi belum pernah dilaporkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengamati dinamika perubahan morfologi pada gonad walet linchi selama 12 bulan.
Bahan dan Metode
Pengambilan sampel testis dan ovarium walet linchi dilakukan setiap bulan pada 3 ekor burung jantan dan 3 ekor burung betina selama 12 bulan.
Sampel diambil setiap hari Selasa minggu pertama setiap bulan. Sampel burung dianestesi per inhalasi dengan cara dimasukkan ke dalam stoples berisi kapas
yang telah diberi larutan eter. Segera setelah pingsan, berat badan masing-masing walet ditimbang menggunakan timbangan digital. Sampel gonad testis dan
ovarium dikeluarkan dari tubuh burung, selanjutnya direndam dalam botol berisi larutan paraformaldehida 4 selama 3 X 24 jam. Setelah itu sampel organ
dipindahkan ke larutan alkohol 70 yang digunakan sebagai larutan penyimpan sampai dengan pemrosesan selanjutnya.
Pengamatan makroanatomi dilakukan setelah proses pengawetan dalam paraformaldehida 4, meliputi pengamatan bentuk dan ukuran dengan
mengunakan sliding caliper dari testis dan ovarium. Pengukuran testis dilakukan pada kedua testis, diukur panjang dan lebar testis. Pada ovarium diukur panjang
ovarium dan jumlah folikel. Untuk pengamatan mikroanatomi dilakukan proses histologi rutin. Dimulai dari dehidrasi yaitu sampel direndam di dalam alkohol
dengan konsentrasi bertingkat, mulai dari alkohol 70, 80, 90 sampai 100,
dilanjutkan dengan larutan silol dan kemudian ditanam dalam parafin embedding menjadi blok parafin. Blok parafin dipotong serial dengan ketebalan 5 µm dengan
menggunakan mikrotom dan sayatan dilekatkan pada gelas obyek kemudian diinkubasikan semalam dalam inkubator 40
C. Setelah sayatan melekat pada gelas obyek, maka sediaan siap untuk diwarnai. Proses pewarnaan didahului
dengan proses deparafinisasi diikuti proses rehidrasi yang bertujuan untuk mengembalikan air ke dalam sediaan. Proses rehidrasi dimulai dari larutan silol,
dilanjutkan dengan larutan alkohol 100, 90. 80, 70 . Selanjutnya dilakukan pewarnaan hematoksilin eosin untuk pengamatan struktur histologi
testis dan ovarium, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Hasil
a. Gonad Jantan Testis. Testis walet linchi terletak di dalam ruang perut. Testis berbentuk oval
terdapat sepasang di kiri dan kanan, dengan ukuran testis sebelah kiri lebih besar dibanding sebelah kanan. Dari hasil pengamatan ditemukan perbedaan warna
pada testis-testis yang diamati. Pada bulan Februari, Maret dan Mei ditemukan testis berwarna putih dan hitam, sedang pada bulan April kedua testis kiri dan
kanan berwarna putih. Selain keempat bulan tersebut testis berwarna hitam Gambar 6. Dari pengamatan terhadap ukuran testis walet linchi, terlihat ukuran
testis yang relatif sama selama 12 bulan. Ukuran panjang dan lebar testis dapat dilihat pada Tabel 2.
Secara histologis Gambar 8, testis tampak diselubungi oleh kapsula jaringan ikat yaitu tunika albuginea yang tipis. Sel-sel Sertoli dan sel-sel
spermatogenik pada dinding tubuli seminiferi spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa mempunyai komposisi yang
bervariasi tergantung tahapan masing-masing tubuli seminiferi Gambar 7. Pada testis yang berwarna hitam, ditemukan adanya sel-sel pigmen pada jaringan ikat
antar tubuli Gambar 8.
Tabel 2 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan Ukuran
Bulan Panjang mm
Lebar mm Kanan
Kiri Kanan
Kiri Januari
2.5 ± 0.05 2.5 ± 0.05
0.1 ± 0.0 0.15 ± 0.0
Februari 2.5 ± 0.05
2.7 ± 0.03 0.1 ± 0.0
0.15 ± 0.0 Maret
2.5 ± 0.04 2.7 ± 0.03
0.09 ± 0.0 0.1 ± 0.02
April 2.5 ± 0.05
2.7 ± 0.04 0.05 ± 0.01
0.06 ± 0.01 Mei
2.5 ± 0.05 2.7 ± 0.05
0.1± 0.0 0.1± 0.0
Juni 2.3 ± 0.02
2.5 ± 0.03 0.09 ± 0.01
0.1 ± 0.00 Juli
2.3 ± 0.03 2.5 ± 0.02
0.09 ± 0.02 0.1 ± 0.01
Agustus 2.3 ± 0.03
2.5 ± 0.03 0.08 ± 0.05
0.1 ± 0.03 September
2.3 ± 0.04 2.5 ± 0.03
0.08 ± 0.06 0.1 ± 0.03
Oktober 2.3 ± 0.04
2.5 ± 0.04 0.08 ± 0.0
0.1 ± 0.0 November
2.3 ± 0.04 2.6 ± 0.05
0.08 ± 0.01 0.15 ± 0.0
Desember 2.5 ± 0.05
2.6 ± 0.05 0.1 ± 0.0
0.15 ± 0.01
Gambar 6 Gambaran perubahan ukuran dan warna testis walet linchi in situ di ruang perut. Testis kiri berukuran rata-rata lebih besar dibandingkan kanan.
Terlihat perbedaan warna testis. Pada bulan Februari; Maret dan Mei salah satu testis berwarna putih dan testis lainnya berwarna hitam. Bulan April
kedua testis berwarna putih Sedang dari bulan Juni sampai Januari kedua testis berwarna hitam. Bar : 1 mm.
kanan
September
kiri kanan
Agustus
kiri kanan
Juli
kiri kanan
November
kiri
Oktober
kiri kanan
kanan
Desember
kiri kanan
Februari
kiri kanan
Januari
kiri kanan
Maret
kiri kanan
Juni
kiri kanan
Mei
kiri
April
kanan kiri
Gambar 7 Gambaran
struktur histologi umum testis walet linchi pada bulan April. Testis tersusun atas tubuli seminiferi dengan sel-sel
spermatogenik di dalamnya. Sel Sertoli ss, sel spermatogonium spg, sel spermatosit spt, sel spermatid spd, sel spermatozoa
spz dan sel Leydig sl. Bar : 20
µ m
spd
spz ss
spt
sl
spg
b. Gonad Betina Ovarium Ovarium walet linchi terletak pada ruang perut, ovarium kiri. Dari
pengamatan terhadap ovarium walet linchi selama 12 bulan, terlihat bahwa ovarium mengalami perubahan bentuk dan ukuran Tabel 3. Pada bulan Juli
– September terlihat bahwa ovarium berukuran kecil berbentuk oval dengan
panjang rata-rata 0.4 cm ± 0.04 dengan folikel-folikel berukuran kecil, berwarna
ta ta
Gambar 8 Gambaran struktur histologi testis walet linchi. Testis diselubungi oleh tunika albuginea ta. Pada testis bulan Maret A yang
berwarna hitam, terlihat adanya sel-sel pigmen melanin m pada jaringan interstisial testis dengan diameter tubuli seminiferi luas B
testis bulan Maret yang berwarna putih, C testis pada bulan Januari, terlihat diameter tubuli seminiferi sempit dengan sel-sel
spermatogenik belum memenuhi lumen tubuli, terdapat pigmen melanin sedang D testis pada bulan Mei terlihat tubuli sudah
meluas dengan sel-sel spermatogenik dan sel spermatozoa sudah teramati di lumen tubuli. Bar A
– D : 50
µm
B A
m
D C
ta
ta
putih, dengan diameter folikel antara 0.03 cm - 0.07 cm. Pada sampel bulan Oktober
– Januari ovarium mulai membesar dengan ukuran panjang rata-rata 0.5 cm ± 0.05 dengan folikel berdiameter antara 0.04
– 0.1 cm. Pada bulan Februari – Mei terlihat ovarium memiliki ukuran terbesar 0.6 cm ± 0.05 dan folikel di
dalamnya berdiameter 0.6 – 0.17 cm Gambar 9.
Secara histologis ovarium pada bulan Juli sampai September didominasi oleh folikel primordial dan folikel awal. Folikel primordial dindingnya disusun
oleh epitel kubus sebaris. Pada bulan Oktober sampai Januari ovarium didominasi oleh folikel-folikel yang mulai berkembang. Pada periode ini terlihat adanya
folikel yang sudah membesar dan lapisan teka mulai terbentuk serta oosit mempunyai inti. Pada Februari sampai Juni, terutama pada bulan April terlihat
adanya folikel-folikel yang berukuran maksimum, mempunyai oosit yang dikelilingi oleh lapisan teka eksterna, teka interna, membran perivitelin dan oosit
Gambar 11.
Tabel 3 Ukuran ovarium dan jumlah folikel ovarium walet linchi selama 12 bulan Ukuran
Bulan Panjang mm
Lebar mm Jumlah Folikel
Januari 5 ± 0.05
4 ± 0.05 11 ± 1.3
Februari 6 ± 0.05
5 ± 0.03 25 ± 3.3
Maret 6 ± 0.05
5 ± 0.04 25 ± 3.6
April 6 ± 0.05
5 ± 0.05 27 ± 4.1
Mei 6 ± 0.05
4 ± 0.02 22 ± 4.1
Juni 5 ± 0.02
3 ± 0.04 21 ± 3.8
Juli 5 ± 0.03
2 ± 0.03 19 ± 2.9
Agustus 4 ± 0.05
2 ± 0.03 9 ± 0.8
September 4 ± 0.04
3 ± 0.04 8 ± 1.4
Oktober 4 ± 0.04
4 ± 0.03 8 ± 2.5
November 5 ± 0.04
4 ± 0.04 10 ± 1.5
Desember 5 ± 0.05
4 ± 0.05 9 ± 1.5
Gambar 9 Gambaran ovarium walet linchi in situ di ruang perut. Terlihat adanya perubahan bentuk dan ukuran ovarium dan folikel seiring waktu. Pada
bulan Februari sampai Juni terlihat ukuran ovarium membesar dan terdapat folikel dengan ukuran yang sangat besar f
’. Pada bulan Juli sampai September, ukuran ovarium dan folikel f kecil. Sedang pada
bulan Oktober sampai Januari ukuran ovarium dan folikel f lebih besar dibanding bulan Juli sampai September. Bar : 1 mm
November
f
September
f
Agustus Juli
f f
Desember
f
Januari
f
Februari
f f
’
Maret
f
f ’
April
f f
’
Mei
f f
’
Juni
f f
’
Oktober
f
Gambar 10 Struktur struktur histologi ovarium walet linchi, terdiri atas folikel primordial fpm dan folikel perkembangan fp serta folikel atresia
fa. Bar : 0.5 mm
fa fp
fp
fpm fp
Gambar 11 Gambaran struktur histologi folikel ovarium walet linchi : A keadaan
ovarium pada bulan Juli – September ; B keadaan ovarium pada bulan
Oktober – Januari ; C keadaan ovarium pada bulan Februari – Juni. Pada
A ovarium didominasi oleh folikel-folikel primordial fp ; B didominasi oleh folikel-folikel perkembangan fp, pada periode ini terlihat
lapisan teka mulai terbentuk. Pada C tampak folikel perkembangan f dengan ukuran maksimal, teka interna dan teka eksterna t serta oosit o.
HE. Bar A
– C : 100 µm
A
fp
B
fp
C
f p
o t
Pembahasan
Dinamika struktur dan morfologi makroskopis dan mikroskopis gonad walet linchi selama 12 bulan dapat teramati pada penelitian ini. Secara umum
testis pada walet linchi mirip dengan testis unggas Aire 1997; Aire and Ozegbe 2007; Banks et al. 2006; Lake 1981. Septum testis tidak terdapat pada burung
Lake 1981. Pada kapsula testis terdapat otot polos yang dapat berkontraksi sehingga terjadi transport spermatozoa ke dalam duktus Banks et al. 2006.
Perubahan morfologi testis secara histologi terjadi pada bulan Februari sampai Juli. Pada bulan-bulan tersebut kebanyakan penampang melintang tubuli
seminiferi berbentuk bulat dan terdiri dari sel-sel Sertoli, spermatogonia sampai spermatozoa. Spermatozoa memenuhi lumen tubuli. Pada bulan Agustus sampai
Januari pada lumen tubuli terlihat hanya terdapat spermatogonium, sel Sertoli dan sedikit spermatosit. Perbedaan bentuk dan komposisi sel spermatogenik pada
tubuli seminiferi menandakan perbedaan aktivitas tubuli antara masa berbiak dan masa tidak berbiak. Perbedaan tubuli seminiferi pada saat berbiak dan tidak
berbiak terutama disebabkan karena perbedaan morfologi sel Sertoli dan sel Leydig. Pada musim berbiak kedua sel tersebut mengalami hipertropi sedangkan
pada saat tidak berbiak mengalami atropi. Hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig yang aktif akan memicu proses spermatogenesis Aranha et al.
2008. Pada bulan Februari sampai Mei terdapat testis berwarna putih,
menandakan tidak adanya sel melanosit. Proses menghilangnya melanosit tidak dapat diketahui pada penelitian ini. Pada pengamatan histologis, warna hitam
pada testis disebabkan karena adanya sel-sel pigmen melanosit yang terdapat pada jaringan interstisial testis. Sel me
lanosit berasal dari ”neural crest” Sichel et al. 1997 dan menghasilkan serta menyimpan melanin dalam melanosom yang
terdapat pada epidermis dan beberapa organ lain Agius and Roberts 2003. Pada testis terlihat sel pigmen menyebar pada jaringan interstisial. Sel pigmen
mempunyai beberapa nama antara lain melanofor, melanosit, melanomakrofag melanin yang mengandung fagosit dan melanofag Sichel et al. 1997. Adanya
sel-sel pigmen pada jaringan interstisial testis juga diamati pada testis katak dan kuda Murabayashi et al. 1999; Zieri et al. 2007. Diduga sel pigmen pada testis
berfungsi sebagai melanomakrofag yang berperan dalam proses absorbsi dan netralisasi radikal bebas dan agen toksik lainnya dan juga berperan dalam proses
termoregulasi Zieri et al. 2007. Sedangkan pada kuda, sel pigmen diduga berperan dalam proses fagositosis Murabayashi et al. 1999. Namun pada
penelitian ini, fungsi dan siginifikansi keberadaan sel pigmen pada testis walet linchi masih belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Secara histologis, morfologi ovarium walet linchi relatif sama dengan ovarium unggas lainnya.
Ovarium dilapisi oleh satu lapisan epitel kubus sebaris yang disebut lapisan germinativum. Di bagian profundal lapisan germinativum
terdapat jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea. Pada bagian korteks terdapat proses perkembangan folikel. Pada bulan Juli
– September terlihat gambaran awal dari folikulogenesis, folikel-folikel primordial mendominasi
ovarium, diikuti pembentukan oosit dan sel-sel teka pada bulan Oktober sampai Januari. Pada bulan Februari
– Juni ovarium sudah sampai pada periode reproduksi yang ditandai dengan sudah mencakup folikel dengan ukuran
maksimum dengan komposisi yang sudah lengkap meliputi oosit, teka eksterna, teka interna, sel granulosa dan membran perivitelin. Jika hasil penelitian ini
merujuk pada pengelompokan yang dilakukan oleh Claver et al. 2008 pada ayam, maka pada walet linchi bulan Juni - September merupakan periode istirahat,
bulan Oktober - Januari merupakan periode perkembangan dan bulan Februari - Mei merupakan periode reproduksi.
Peningkatan diameter folikel selain disebabkan oleh proliferasi sel granulosa, sel teka dan peningkatan produksi cairan folikuli, juga disebabkan
oleh membesarnya diameter oosit serta peningkatan jumlah organel-organel sel seperti kompleks golgi, retikulum endoplasma, lemak serta peningkatan
transkripsi sintesis protein. Peningkatan jumlah sel granulosa sangat mempengaruhi ketersediaan nutrisi dan oksigen bagi oosit. Peningkatan jumlah
sel granulosa terjadi melalui proses proliferasi dan diferensiasi sel yang dipengaruhi oleh hormon gonadotropin dan hormon steroid Hyttel et al. 2001;
Pan et al. 2001 Berdasarkan perubahan morfologi yang diamati pada gonad walet linchi,
diduga pada bulan Februari sampai Juli merupakan periode reproduksi dan bulan
September sampai Januari merupakan periode non reproduksi. Jika berdasarkan pada pola reproduksi walet yang dituliskan oleh Mardiastuti et al. 1998, maka
dapat disimpulkan bahwa bulan Februari – Juli merupakan periode berbiak dan
bulan Agustus sampai Januari merupakan periode bersarang bagi walet linchi.
Simpulan
Gonad walet linchi mengalami perubahan pada morfologi dan aktivitas reproduksi selama 1 tahun 12 bulan, yaitu pada periode berbiak dan periode
bersarang. Pada periode berbiak, morfologi gonad walet linchi lebih besar dibandingkan pada periode bersarang. Perubahan tersebut berkaitan dengan
aktivitas gonad yang lebih aktif pada masa berbiak dan dibandingkan pada masa bersarang.
4.DINAMIKA DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT PADA GONAD WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan Ovarium merupakan tempat perkembangan folikel, ovulasi dan
luteinisasi. Semua proses tersebut meliputi proses pembelahan sel, kematian sel, migrasi sel dan perlekatan sel-sel ovarium Kimura et al. 1999. Selama proses
tersebut berlangsung, terjadi perubahan glikokonjugat pada setiap tahapan perkembangan folikel. Pada testis, glikokonjugat berperan pada proses
spermatogenesis, pengaturan konformasi protein, transport ion melalui membran, perlindungan terhadap agen proteoloitik, pengenalan sel serta mengikat hormon
dan glikoprotein lainnya Schulte and Spicer 1985. Dengan demikian keberadaan glikokonjugat pada ovarium dan testis dapat menjadi penanda aktivitas kedua
organ tersebut. Metode pewarnaan histokimia lektin merupakan salah satu metode yang
sangat baik untuk menganalisa jenis karbohidrat melalui residu gula yang lebih spesifik pada jaringan. Metode ini memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih
tinggi dalam membedakan komponen gula serta mampu mengidentifikasi perbedaan yang sedikit pada struktur glikokonjugat Kiernan 1990, Munoz et al.
1999. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap dinamika distribusi glikokonjugat pada testis dan ovarium walet linchi selama 12
bulan. Pada penelitian ini digunakan 7 macam lektin yang terkonjugasi dengan
biotin yaitu Concanavalin A Con A, Dolichos biflorus agglutinin DBA, Peanut agglutinin PNA, Ricinus communis agglutinin RCA-120, Soybean
agglutinin SBA, Ulex europaeus agglutinin UEA-I, dan Wheat germ agglutinin WGA yang digunakan untuk merunut adanya ikatan gula-gulaglikokonjugat
spesifik yang ada pada jaringan Tabel 4.
Tabel 4 Jenis lektin yang digunakan dalam penelitian beserta ikatan gula spesifik
Jenis lektin Ikatan spesifik
Concanavalin A Con A α-D-glukosa, α-D-manosa glukosa, manosa
Dolichos biflorus agglutinin DBA GalNac, 1-3 GalNac asetilgalaktosamin
Peanut agglutinin PNA Gal ß 1-3 GalNac galaktosa, asetilgalaktosamin
Ricinus communis agglutinin RCA-120 Gal ß, 1-4 GlcNAc galaktosa, asetilglukosamin
Soybean agglutinin SBA Sia
α, 2-6GalGalNAc
asam sialat,
asetilgalaktosamin Ulex europaeus agglutinin UEA-I
α-L-Fuc fukosa Wheat germ agglutinin WGA
ß-D-GlcNAc asetilglukosamin
Bahan dan Metode
Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan pada 3 ekor burung jantan dan 3 ekor burung betina selama 12 bulan. Burung dianestesi per inhalasi dengan cara
dimasukkan ke dalam stoples berisi kapas yang telah diberi larutan eter. Segera setelah pingsan, berat badan masing-masing burung walet ditimbang
menggunakan timbangan digital. Sampel gonad testis dan ovarium dikeluarkan dari tubuh burung, selanjutnya direndam dalam botol berisi larutan
paraformaldehida 4 selama 3 X 24 jam. Setelah itu sampel organ dipindahkan ke larutan alkohol 70 yang digunakan sebagai larutan penyimpan sampai
dengan pemrosesan selanjutnya. Untuk pengamatan mikroanatomi dilakukan proses histologi rutin.
Dimulai dari dehidrasi, sampel direndam di dalam alkohol dengan konsentrasi bertingkat, mulai dari alkohol 70, 80, 90 sampai 100, dilanjutkan dengan
larutan silol dan kemudian ditanam dalam parafin embedding menjadi blok parafin. Blok parafin dipotong serial dengan ketebalan 5 µm dengan
menggunakan mikrotom dan dilekatkan pada gelas obyek kemudian diinkubasikan semalam dalam inkubator 40
C. Setelah sampel melekat pada gelas obyek, maka sampel siap untuk diwarnai. Proses pewarnaan didahului
dengan proses rehidrasi yang bertujuan untuk mengembalikan cairan ke dalam sampel organ. Proses rehidrasi dimulai dari larutan silol, dilanjutkan dengan
larutan alkohol 100, 90. 80, 70 . Selanjutnya dilakukan pewarnaan histokimia lektin untuk pengamatan
terhadap dinamika perubahan distribusi dan konsentrasi glikonjugat pada proses
spermatogenesis testis dan folikulogenesis ovarium. Lektin yang digunakan adalah lektin yang terkonjugasi biotin Biotinylated lectin kit kode VEC LK-
2000, Vector Lab, USA terdiri atas Con A, DBA, RCA, UEA, SBA, PNA dan WGA dengan dosis masing-masing 5µgµl. Untuk memastikan spesifisitas reaksi,
digunakan juga sediaan asal mencit yang diketahui mengandung karbohidrat yang ingin dideteksi sebagai sediaan kontrol positif dan kontrol negatif. Intensitas dan
konsentrasi karbohidrat yang terdeteksi digolongkan secara kuantitatif menjadi -: bereaksi negatif, + : sedikit, ++ : sedang, +++: banyak
Hasil
a. Gonad Jantan Testis Pada sediaan yang diwarnai dengan teknik histokimia lektin, reaksi positif
ditandai dengan munculnya warna coklat dari khromogen. Reaksi positif menandakan adanya ikatan lektin dengan residu gula yang melambangkan
glikokonjugat tertentu. Reaksi positif ditemukan terutama pada bagian sel Sertoli, spermatogonium, spermatosit, spermatid dan spermatozoa dengan intensitas reaksi
yang bervariasi tergantung pada jenis lektin dan bulan pengambilan sampel. Distribusi dan intensitas reaksi positif dari masing-masing lektin pada sel Sertoli,
spermatogonium, spermatosit dan spermatid walet linchi dapat dilihat pada tabel 5, 6, 7 dan 8.
Pada sel Sertoli, lektin WGA bereaksi positif lemah pada bulan Januari dan Februari, sedang pada bulan Maret sampai Desember bereaksi positif sedang
sampai kuat. Lektin Con A bereaksi positif lemah pada bulan Januari, Februari, Mei sampai September, sedangkan pada bulan Maret, April, Oktober sampai
Desember bereaksi positif sedang. Lektin RCA dan UEA bereaksi negatif pada bulan Mei sampai September dan bereaksi positif lemah pada bulan Januari
sampai Maret, sedangkan pada bulan April, Oktober sampai Desember bereaksi positif sedang sampai kuat. Lektin PNA dan SBA bereaksi negatif pada bulan
Januari sampai November, bereaksi positif kuat pada bulan Desember. Sedangkan lektin DBA bereaksi negatif dari bulan Januari sampai Desember
Tabel 5.
Tabel 5 Pola distribusi ikatan lektin pada sel Sertoli walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Pada spermatogonium, hanya lektin Con A dan SBA yang bereaksi positif. Lektin Con A bereaksi positif lemah pada setiap bulan. Lektin SBA bereaksi
negatif pada bulan Juni sampai September dan bereaksi positif sedang pada bulan September sampai Mei. Lektin PNA, WGA, DBA, RCA dan UEA bereaksi
negatif pada spermatogonium Tabel 6.
Tabel 6 Pola distribusi ikatan lektin pada sel spermatogonium walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt Nov Des
PNA -
- -
- -
- -
- -
- -
+++ WGA
+ +
++ +++ +++
++ ++
++ ++
++ ++
+++ SBA
- -
- -
- -
- -
- -
- +++
DBA -
- -
- -
- -
- -
- -
- Con A
+ +
++ +++
+ +
+ +
+ ++
++ +
RCA +
+ ++
+++ -
- -
- -
++ ++
+++ UEA
+ +
+ ++
- -
- -
- -
++ +++
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt Nov Des
PNA -
- -
- -
- -
- -
- -
- WGA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
SBA ++
++ ++
++ ++
- -
- ++
++ ++
++ DBA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Con A +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ RCA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
UEA -
- -
- -
- -
- -
- -
-
Tabel 7 Pola distribusi ikatan lektin pada sel spermatosit walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Pada bulan Januari sampai Desember, sel spermatosit dengan lektin WGA bereaksi positif sedang sampai kuat, sedangkan lektin Con A dan RCA bereaksi
positif lemah sampai sedang. Lektin PNA, SBA dan DBA bereaksi negatif pada bulan Juni sampai September, sedangkan pada bulan lain bereaksi positif lemah
sampai kuat. Lektin UEA bereaksi positif dengan intensitas sedang pada bulan Maret, April, Oktober, November dan Desember, dan pada bulan lainnya bereaksi
negatif Tabel 7. Pada sel spermatid, lektin WGA, Con A dan RCA bereaksi positif setiap
bulan dengan intensitas sedang sampai kuat. Lektin PNA, SBA dan DBA bereaksi positif lemah sampai kuat dan bereaksi negatif pada bulan Juni sampai
September. Sedangkan lektin UEA bereaksi negatif pada bulan Januari dan Februari dan bereaksi positif pada bulan Maret sampai Desember dengan
intensitas lemah sampai sedang Tabel 8.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags Sep
Okt Nov Des PNA
+++ + +
++ ++
- -
- +
++ ++
+++ WGA
++ +++ +++ +++ +++ +++ ++
++ ++
++ ++
+++ SBA
+++ + +
++ ++
- -
- +
++ ++
+++ DBA
+ +
+ +
+ -
- -
- +
+ +
Con A +
+ ++
++ ++
+ +
+ +
++ ++
++ RCA
+++ +++ ++ +++ ++
+ +
+ +
++ ++
++ UEA
- -
++ ++
- -
- -
- ++
++ ++
Tabel 8 Pola distribusi ikatan lektin pada sel spermatid testis walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags Sep
Okt Nov Des
PNA ++
++ ++
++ ++
- -
- +
++ ++
++ WGA
+++ +++ +++ +++ +++ ++ ++
++ +++ +++ +++ +++
SBA ++
++ ++
+++ ++ -
- +
+ ++
++ +++
DBA +
+ ++
+++ + -
- -
- +
++ +++
Con A +++ +++ +++ +++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
+++ RCA
+++ +++ +++ +++ ++ ++
++ ++
++ ++
++ +++
UEA -
- ++
++ +
+ +
+ +
++ ++
++
WGA WGA
Januari
Desember Desember
Mei
WGA WGA
PNA PNA
PNA
SBA SBA
SBA Januari
Januari Mei
Mei
Desember Mei
Desember Januari
Gambar 12 Pola distribusi ikatan lektin WGA, PNA, SBA dan UEA pada sampel testis walet linchi bulan Januari, Juni dan Desember. Lektin WGA, PNA dan
SBA bereaksi negatif pada spermatogonium, pada sel Sertoli bereaksi positif sedikit pada bulan Januari dan bereaksi positif sedang sampai kuat
pada Juni dan Desember. Lektin UEA bereaksi negatif pada sel Sertoli, sel spermatogonium dan sel spermatid pada bulan Januari dan Juni
sedangkan bereaksi positif sedang sampai kuat pada bulan Desember. Bar Januari : 25
µm , Juni Desember : 50 µm
Juni WGA
Januari WGA
Juni WGA
Desember
Januari UEA
Juni UEA
Desember UEA
PNA
Januari PNA
PNA
Desember
Januari SBA
Juni SBA
Desember SBA
b. Gonad Betina Ovarium Pada sediaan yang diwarnai dengan teknik histokimia lektin, reaksi positif
ditandai dengan munculnya warna coklat dari khromogen. Reaksi positif menandakan adanya ikatan lektin yang melambangkan glikokonjugat dengan
berbagai residu gula. Reaksi positif ditemukan terutama pada bagian oosit, sel granulosa dan membran perivitelin dengan intensitas reaksi yang bervariasi
tergantung pada jenis lektin dan bulan pengambilan sampel. Distribusi dan intensitas reaksi positif dari masing-masing lektin pada
oosit, sel granulosa dan membran perivitelin ovarium walet linchi dapat dilihat pada Tabel 9, 10 dan 11 .
Pada oosit, lektin SBA bereaksi positif sedang setiap bulannya. Lektin Con A dan RCA bereaksi positif sedang pada bulan Januari sampai Agustus,
kemudian bereaksi positif kuat pada bulan September sampai Desember. Lektin PNA bereaksi positif lemah sampai sedang pada bulan November sampai Mei dan
bereaksi negatif pada bulan Juni sampai Oktober. Sedang lektin DBA dan UEA bereaksi negatif setiap bulannya.
Tabel 9 Pola distribusi ikatan lektin pada oosit walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep Okt
Nov Des PNA
++ ++
+ +
+ +
+ +
++ ++
++ ++
WGA ++
+++ +++ +++ +++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
SBA ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ DBA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Con A ++
++ +
+ +
+ +
++ ++
++ ++
++ RCA
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
+++ +++ +++ +++ UEA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
UEA UEA
UEA
Pada oosit, lektin SBA bereaksi positif sedang setiap bulannya. Lektin Con A dan RCA bereaksi positif sedang pada bulan Januari sampai Agustus,
kemudian bereaksi positif kuat pada bulan September sampai Desember. Lektin PNA bereaksi positif lemah sampai sedang pada bulan November sampai Mei dan
bereaksi negatif pada bulan Juni sampai Oktober. Sedang lektin DBA dan UEA bereaksi negatif setiap bulannya Tabel 9.
Tabel 10 Pola distribusi ikatan lektin pada sel granulosa ovarium walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Ikatan lektin pada sel granulosa Tabel 10 dan membran perivitelin Tabel 11 mempunyai pola yang sama. Lektin SBA bereaksi positif sedang setiap
bulannya. Lektin Con A dan RCA bereaksi positif sedang pada bulan Januari sampai Agustus dan bereaksi positif kuat pada bulan September sampai
Desember. Lektin PNA bereaksi positif lemah pada bulan Maret sampai Agustus dan bereaksi positif sedang pada bulan September sampai Januari. Lektin WGA
bereaksi positif kuat pada bulan Februari sampai Mei dan bereaksi positif sedang pada bulan Juni sampai Januari. Sedangkan lektin DBA dan UEA bereaksi
negatif dari bulan Januari sampai Desember.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep Okt
Nov Des PNA
++ ++
+ +
+ -
- -
- -
+ +
WGA ++
+++ +++ +++ +++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
SBA ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ DBA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Con A ++
++ +
+ +
+ +
++ ++
++ ++
++ RCA
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
+++ +++ +++ +++ UEA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tabel 11 Pola distribusi ikatan lektin pada membran perivitelin walet linchi
Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit,
++ : sedang, +++: banyak. PNA: Peanut agglutinin, WGA: Wheat germ agglutinin, SBA: Soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: Concanavalin A, RCA: Ricinus
communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.
Jenis Bulan
Lektin Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep Okt
Nov Des PNA
++ ++
+ +
+ +
+ +
++ ++
++ ++
WGA ++
+++ +++ +++ +++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
SBA ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
++ DBA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Con A ++
++ +
+ +
+ +
++ ++
++ ++
++ RCA
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
+++ +++ +++ +++ UEA
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Gambar 13 Pola distribusi ikatan lektin Con A, WGA, SBA dan RCA pada folikel ovarium
walet linch
i bulan Juli, Oktober dan Februari. Lektin Con A, WGA, SBA bdan RCA bereaksi positif sedang
sampai kuat pada oosit dan membran perivitelin, pada bulan Juli, Oktober dan Februari. Bar Juli dan Oktober : 10 µm ; Februari :
50 µm
b a
o
Juli
mp
Oktober Februari
Juli
Juli Oktober
Oktober Februari
Februari Februari
b
c a
c b
a
o
c b
a
Pembahasan
Sebagian dari proses-proses penting pada jaringan dan organ seperti pertumbuhan, pergerakan, morfologi dan diferensiasi sel dikontrol oleh materi
yang terdapat pada permukaan sel. Karbohidrat mempunyai struktur molekul pembeda sebagai pembawa informasi. Karbohidrat kompleks yang terdapat pada
permukaan sel mempunyai kemampuan untuk membawa informasi penting dalam proses pengenalan sel. Reseptor spesifik gula juga terdapat pada permukaan sel
dan dapat berinteraksi dengan gula pada sel yang spesifik yang berkontak dengan sel tersebut Brandley and Schnaar 1986. Karbohidrat kompleks glikokaliks
dibentuk dari monosakarida terutama heksosa glukosa, galaktosa, mannosa dan fukosa, gula N-asetilamino N-asetilglukosamin dan N-asetilgalaktosamin dan
asam sialat. Karbohidrat dalam bentuk kompleks glikokonjugat berperan penting dalam berbagai proses metabolisme tubuh, antara lain regenerasi dan
diferensiasi sel, perlekatan dan komunikasi antar sel, dan proses fungsional lainnya. Glikokonjugat dapat ditemukan pada semua jaringan tubuh hewan,
terutama pada sekresi kelenjar dan permukaan sel Goldstein et al. 1977. Pada testis, lektin WGA, Con A, dan RCA bereaksi positif lemah sampai
kuat pada semua sel di tubuli seminiferi dari bulan Januari sampai Desember. Hal ini
mengindikasikan keberadaan
karbohidrat dengan
residu gula
asetilgalaktosamin, mannosa,
glukosa dan
galaktosa dalam
proses spermatogenesis. Karbohidrat-karbohidrat tersebut kemungkinan terkait dalam
proses spermatogenesis. Karbohidrat dengan residu gula galaktosa berperan dalam proses adhesi dan diferensiasi sel, residu gula N-asetilgalaktosamin berperan
dalam transport ion dan cairan Spicer 1993. Karbohidrat dengan residu gula glukosa dan manosa berperan dalam transport ion. Hasil penelitian ini mirip
dengan yang dilaporkan pada burung onta Abd-Elmaksoud et al. 2008. Pada spermatosit dan spermatid lektin PNA, SBA, DBA dan UEA hanya bereaksi
positif pada bulan Oktober sampai Mei, sedangkan bulan Juni sampai September bereaksi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa karbohidrat dengan residu gula
asetilgalaktosamin, asam sialat, galaktosa dan fukosa terkait dengan aktivitas spermatogenesis pada musim berbiak.
Pada sel Sertoli, lektin RCA dan UEA bereaksi positif lemah sampai sedang pada musim berbiak dan bereaksi negatif pada musim bersarang. Hal ini
mengindikasikan bahwa karbohidrat dengan residu gula galaktosa dan fukosa terkait dengan peran utama sel Sertoli saat musim berbiak yaitu dalam regulasi
perkembangan sel-sel spermatogonium, sel peritubular dan sel Leydig Skinner 1991. Pada sel Sertoli tidak ditemukan adanya residu gula asetilgalaktosamin.
Pada sel spermatogonium, hanya lektin Con A yang selalu bereaksi positif dengan intensitas lemah, pada semua bulan dari Januari sampai Desember. Hal ini
menunjukkan bahwa spermatogonium walet linchi mengandung karbohidrat dengan residu gula glukosa, mannosa dengan konsentrasi yang sama sepanjang
tahun. Lektin SBA bereaksi positif hanya pada musim berbiak. Hal ini mengindikasikan bahwa karbohidrat dengan residu gula asam sialat dan galaktosa
terlibat dalam perkembangan spermatogonium selama musim berbiak. Asam sialat berperan dalam proses pengaturan konformasi protein, transport ion melalui
membran, perlindungan terhadap agen proteoloitik, pengenalan sel dan mengikat hormon dan glikoprotein lainnya Schulte and Spicer 1985.
Pada ovarium, lektin yang memperlihatkan reaksi positif adalah PNA, WGA, RCA, Con A dan SBA dengan intensitas bervariasi dari lemah sampai
kuat. Sedangkan lektin UEA dan DBA bereaksi negatif pada oosit, sel granulosa dan membran perivitelin selama 12 bulan pengamatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pada ovarium tidak terdapat residu gula asetilgalaktosamin dan fukosa, kedua residu gula tersebut tidak dibutuhkan dalam proses folikulogenesis. Lektin
PNA pada oosit bereaksi positif lemah sampai sedang pada bulan November sampai Mei dan bereaksi negatif pada bulan Juni sampai Oktober. Hal ini
mengindikasikan karbohidrat dengan residu gula galaktosa dan asetilgalaktosamin berperan pada oosit pada saat periode reproduksi. Pada oosit, sel granulosa dan
membran perivitelin selama 12 bulan pengamatan lektin Con A, RCA, WGA dan SBA bereaksi positif sedang sampai kuat, hal ini mengindikasikan bahwa
karbohidrat dengan residu gula glukosa, manosa, galaktosa, asetilgalaktosamin dan asam sialat berperan dalam proses folikulogenesis pada masa berbiak dan
bersarang walet linchi.
Keberadaan glikokonjugat pada awal pertumbuhan folikel diduga berkaitan dengan proses perkembangan folikel. Pada folikel periode istirahat dan
folikel periode perkembangan, glikokonjugat yang terdeteksi diduga terkait dengan penggunaannya sebagai sumber energi, tanda komunikasi antar sel dan
proses yang terkait dengan perkembangan folikel. Pada folikel tahap reproduksi, glikokonjugat yang ada diduga terkait dengan proses sintesis reseptor terhadap
spermatozoa Rath et al. 2005; Tulsiani et al. 1997.
Simpulan
Distribusi dan konsentrasi glikokonjugat pada gonad walet linchi mengalami perubahan seiring dengan musim berbiak dan bersarang.
5.
PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan
Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik larut dalam lemak dan berperan dalam pengaturan fungsi
seksual. Di dalam darah hormon ini berikatan dengan protein spesifik dalam plasma darah, sehingga hormon steroid akan lebih lama berada dalam sirkulasi
darah Martini 2006; Brown 1994. Aktivitas gonad diatur oleh hormon-hormon gonadotropin, yaitu follicle-
stimulating hormone FSH dan luteinizing hormone LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofise. Produksi hormon gonadotropin distimulasi oleh gonadotropin-
releasing hormon GnRH dari hipothalamus. Gonad testis dan ovarium mensekresikan tiga hormon steroid yaitu androgen, estrogen dan progesteron.
Pada betina, FSH berperan dalam pembentukan folikel di ovarium dan menstimulasi sekresi estrogen, sedang pada jantan, FSH menstimulir sel
sustentakular sel Sertoli dalam tubuli seminiferi testis. Sel ini berperan dalam proses diferensiasi dan pematangan sperma. Produksi FSH dihambat oleh hormon
inhibin, hormon peptida yang dilepaskan oleh testis dan ovarium. LH menginduksi proses ovulasi. Pada jantan LH disebut juga sebagai interstitial cell-
stimulating hormon ICSH, karena sel ini menstimulir produksi hormon kelamin androgentestosteron dari sel Leydig Martini 2006.
Testis merupakan gonad jantan dan memproduksi androgen dari sel Leydig. Hormon androgen utama adalah testosteron. Sel Sertoli testis berfungsi
dalam proses diferensiasi dan pematangan sperma. Di bawah stimulasi FSH, sel- sel ini mensekresikan hormon inhibin yang menghambat sekresi FSH dari lobus
anterior hipofise dan menekan pelepasan GnRH dari hipothalamus. Ovarium memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Estrogen dihasilkan oleh sel-sel
granulosa folikel ovarium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergis Brown 1994.
Bahan dan Metode
Pengambilan darah dilakukan setiap bulan pada 3 ekor burung jantan selama 1 tahun. Sampel darah diambil secara intrakardial dengan menggunakan
spuit 1 ml kemudian dipindahkan ke dalam tabung yang sudah dilapisi coating dengan antikoagulan dan ditutup dengan parafilm. Sampel darah kemudian
disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm untuk memisahkan serum dari zat padat darah. Konsentrasi estradiol dan testosteron diukur dengan
radioimmunoasay RIA teknik fase padat menggunakan kit coat-a-count yang berisi estradiol dan testosteron berlabel I
125,
seri larutan standar A,B,C,D,E, dan F berturut-turut berisi hormon dengan konsentrasi 0, 20, 100, 400, 800, 1600 ngdl
yang diperoleh dari Siemens Medical Solution Diagnostic. Volume sampel yang direkomendasikan adalah 50 µl.
Tabung untuk Non Spesifik Binding NSB dan Total Count T diberi label A, B, C, D, E dan F. Kemudian dimasukkan sebanyak 50 µl larutan standar
konsentrasi 0, 20, 100, 400, 800, 1600 ngdl ke dalam tabung. Pada tabung NSB juga dimasukkan 50 µl larutan standar A. Tabung-tabung lainnya diisi sampel
sebanyak 50 µl. Ke dalam tiap tabung ditambahkan 1 ml hormon berlabel kemudian di vorteks. Keseluruhan campuran diinkubasikan selama 3 jam pada
suhu kamar. Kemudian sisa cairan yang ada dalam tiap tabung dituang dan tabung dibiarkan kering selama 3 menit. Bahan radioaktif yang menempel pada
tabung dihitung dengan gamma counter untuk memperkirakan jumlah hitungan per menit. Hitungan ini kemudian dikonversikan menjadi konsentrasi hormon
dengan menggunakan kurva standar.
Hasil Konsentrasi Hormon Testosteron Walet Linchi
Profil hormon testosteron dan estrogen pada walet linchi diamati dari bulan Januari sampai bulan Desember. Gambaran fluktuasi pada hormon
testosteron dan estrogen tampak sama yaitu terjadi peningkatan pada bulan Januari dan sama-sama menurun pada bulan Agustus.
Konsentrasi hormon testosteron meningkat pada bulan Januari 9 ngdl ke bulan Februari 10.4 ngdl. Pada bulan Februari sampai sampai Juli
konsentrasi hormon cenderung konstan antara 10,4 ngdl – 10,7 ngdl.
Sedangkan pada bulan Agustus konsentrasi mulai menurun 9.8 ngdl sampai pada bulan Desember 8.7 ngdl. Konsentrasi meningkat kembali pada bulan
Januari 9 ngdl. Gambar 14.
Gambar 14 Konsentrasi hormon testosteron walet linchi selama 12 bulan
Konsentrasi Hormon Estrogen Walet Linchi
Konsentrasi hormon estrogen meningkat cukup tinggi pada bulan Januari yaitu dari 6 ngdl menjadi 9.8 ngdl pada bulan April. Pada bulan April sampai
Juli konsentrasi hormon cenderung konstan antara 9.8 ngdl – 9.9 ngdl.
Penurunan konsentrasi hormon mulai terlihat pada bulan Agustus 7.9 ngdl sampai bulan Desember 5.7 ngdl. Gambar 14
Gambar 15 Konsentrasi hormon estrogen walet linchi selama 12 bulan
ngdl
H o
rmo n
T est
o st
er o
n
9 10,4
10,5 10,6
10,7 10,6
10,5 9,8
9,5 8
8,3 8,7
2 4
6 8
10 12
Jan Feb
Mar Apr
Mei Juni
Juli Agt
Sep Okt
Nop Des
H or
mon Est
roge n
ngdl
6 7,6
9,2 9,8
9,8 9,9
9,9 7,9
7 5
5,5 5,7
2 4
6 8
10
Jan Feb
Mar Apr
Mei Juni
Juli Agt
Sep Okt
Nop Des
Pembahasan
Konsentrasi hormon testosteron dan estrogen mengalami fluktuasi yang sama selama satu tahun pengamatan, yaitu mengalami peningkatan pada bulan
Februari sampai Juli, dan menurun pada bulan Agustus sampai Desember, hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aktivitas reproduksi pada kurun waktu
tersebut. Dengan demikian, pada walet linchi bulan Februari sampai Juli merupakan periode berbiak dimana pada periode ini burung melakukan
perkawinan. Sedangkan pada bulan Agustus sampai Januari merupakan periode bersarang.
Fluktuasi konsentrasi hormon testosteron dan esrogen ini berkorelasi dengan perubahan morfologi testis dan ovarium. Konsentrasi hormonal ini
berkorelasi dengan adanya perubahan warna pada testis. Pada bulan Februari sampai bulan Mei terdapat testis yang berwarna putih. Testis berwarna putih ini
mengindikasikan adanya aktivitas proses spermatogenesis yang melibatkan peran hormon testosteron. Demikian juga dengan aktivitas ovarium, pada bulan
Februari sampai Juni sudah berada pada periode berbiak. Hal ini terlihat adanya folikel-folikel berukuran maksimal pada ovarium dengan struktur yang sudah
lengkap. Proses pertumbuhan dan pematangan folikel merupakan suatu seri urutan
transformasi subseluler dan molekuler dari berbagai komponen folikel, seperti oosit, sel-sel granulosa dan sel-sel teka. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor intraovarium, intra folikuler dan hormonal Hafez and Hafez 2000. Gonad testis dan ovarium mensekresikan tiga hormon steroid yaitu
androgen, estrogen dan progesteron. Keseimbangan hormon-hormon reproduksi merupakan faktor penting dalam mengontrol diferensiasi seksual. Androgen
berperan dalam sintesa protein dan pertumbuhan pada kedua jenis kelamin. Kadar androgen yang tinggi diperlukan untuk pematangan gonad jantan dan organ-
organ asesoris. Estrogen berfungsi untuk pematangan gonad betina dan membangun karakter seksual sekunder Walker 1987. Musim kawin dan siklus
reproduksi dikontrol dan diintegrasi oleh hipothalamus, melalui sistem portal hipofise dan menstimulasi sekresi gonadotropin hormon FSH dan LH dari lobus
hipofise anterior.
Simpulan
Musim berbiak pada walet linchi adalah bulan Februari sampai Juli sedangkan musim bersarang bulan Agustus sampai Januari. Pada musim berbiak
konsentrasi hormon gonadal meningkat dan menurun pada musim bersarang.
6. MORFOLOGI DAN KARAKTER HISTOKIMIA KELENJAR MANDIBULARIS WALET LINCHI