Teori Pasar II : Pasar Monopsoni

(1)

DIKTAT

TEORI PASAR II : PASAR MONOPSONI

DISUSUN :

SATIA NEGARA LUBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

BAB Hal

I. PENDAHULUAN 1

II. PENGERTIAN PASAR MONOPSONI

DAN GAMBARAN PASAR MONOPSONI 9

2.1. Pengertian Monopsoni 9

2.2. Gambaran Pasar Monopsoni 10

2.3. Kekuatan Monopsoni 13

2.4. Monopoli Bilteral 18

III. EKSPLOITASI SUMBERDAYA SECARA MONOPSONI DAN KASUS SATU PEMBELI

TUNGGAL PADA PASAR MONOPSONI 20

3.1. Eksploitasi Sumberdaya Secara Monopsoni 20 3.2. Kasus Satu Pembeli Tunggal Pada Pasar Monopsoni 23 IV. MONOPSONI DI PASAR TENAGA KERJA 27 4.1. Pilihan Input oleh Perusahaan Monopsoni 34

4.2.. Prinsip Optimasi 34

4.3. Peragaan Grafik 35

4.4. Penyebab - penyebab Monopsoni 36 V. ANALISIS STUKTUR MONOPSONI DI TINGKAT

PETANI 39


(3)

I. PENDAHULUAN

Salah satu kendala dalam meningkatkan pendapatan petani adalah posisi tawar petani yang lemah dibandingkan dengan pedagang/ tengkulak. Keadaan ini disebabkan karena struktur pasar di tingkat petani adalah monopsonistik. Dari hasil analisis secara teoritis melalui perangkat ekonomi mikro, alternatif terbaik adalah menciptakan pesaing bagi pedagang/tengkulak sehingga tercipta struktur pasar persaingan murni.

Monopsoni menunjukkan kasus dimana hanya terdapat seorang pembeli untuk faktor produksi tertentu. Dengan demikian, seorang monopsonis (pada umumnya) menghadapi kurva penawaran pasar yang memiliki kemiringan positif. Ini berarti bahwa apabila perusahaan monopsonistis menginginkan lebih banyak faktor produksi , maka perusahaan itu harus membayar harga yang lebih tinggi tidak hanya untuk unit tambahan faktor produksi itu tetapi juga untuk seluruh faktor produksi yang digunakannnya. Akibatnya, biaya marginal faktor produksi atau sumber daya (MRC) akan lebih besar dari harga faktor produksi atau sumberdaya, dan kurva biaya marginal sumber daya yang dihadapi monopsonis terletak di atas kurva penawaran faktor produksi atau sumber daya yang dihadapi perusahaan.

Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan para petani. Lemahnya posisi tawar petani disebabkan karena umumnya


(4)

struktur pasar di tingkat petani adalah monopsonistik. Pada struktur tersebut beberapa gelintir pedagang/tengkulak yang menguasai akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang cukup memadai berhadapan dengan banyak petani yang kurang memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Tulisan ini ingin menyumbangkan pemikiran untuk memecahkan masalah rendahnya posisi tawar petani. Sumbangan pemikiran ini dilandasi dari teori ekonomi mikro yang diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan posisi tawar petani. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara teoritis dengan memakai asumsi-asumsi ekonomi seperti yaitu setiap individu atau lembaga bersifat rasional dan profit oriented. Untuk mengaanalisis hal ini perlu suatu penyederhanaan dan asumsi-asumsi. Hal itu dilakukan agar analisis ini mudah dimengerti.

Sejauh ini pembahasan kita tentang kekuatan pasar terfokus seluruhnya pada sisi penjual yang ada di pasar. Sekarang kita membahas dari sisi pembeli. Kita ingin melihat bahwa jika tidak ada banyak pembeli, maka mereka juga memiliki kekuatan pasar dan menggunakannya dengan baik untuk mempengaruhi harga yang dapat mereka bayarkan untuk sebuah produk.

Pertama, ada beberapa istilah

- Monopsoni merujuk pada pasar dimana hanya ada seorang pembeli


(5)

- Dengan satu atau hanya sedikit pembeli, maka beberapa pembeli ini memiliki kekuatan monopsoni : kemampouan pembeli untuk mempengruhi harga barang. Kekuatan monopsoni ini memungkinkan pembeli membeli barang dengan harga yang lebihr endah dibandingkan dengan pasar kompetitif.

Nyatakanlah anda mencoba menentukan berapa banyak barang yang hendak anda beli. Anda akan menerapkan prinsip marginal dasar – total menjaga pembelian unit barang hingga unit terakhir yang dibeli memberikan nilai tambah, atau utilitas, yang tepat sama dengan biaya unit terakhir. Dengan kata lain, pada sisi margin, manfaat tambahan haruslah dilakukan melalui biaya tambahan.

Sekarang kita melihat beberapa manfaat tambahan ini dan biaya tambahan secara lebih rinci. Kita juga harus menggunakan istilah nilai marginal yang merujuk pada manfaat tambahan dari pembelian lebih dari satu unit barang. Bagaimana kita menentukan nilai marginal ? Kita lihat bahwa kurva permintaan individu menentukan nilai marginal atau utilitas marginal sebagai fungsi jumlah yang dibeli. Oleh karena itu, nilai marginal anda adalah kurva permintaan akan barang. Kurva permintaan individu miring ke bawah karena nilai marginal yang diperoleh dari pembelian lebih dari satu unit barang akan mengalami penurunan ketika total jumlah yang dibeli mengalami peningkatan.

Biaya tambahan dari pembelian satu unit barang disebut pengeluaran marginal. Berapa pengeluaran marginal ini akan sangat tergantung pada apakah anda itu adalah pembeli kompetitif atau pembeli dengan kekuatan


(6)

monopsoni. Nyatakanlah anda sebagai pembeli kompetitif dengan kata lain, anda tidak memiliki pengaruh terhadap harga barang. Dalam kasus ini, biaya dari setiap unit yang anda beli adalah sama tanpa melihat berapa banyak unit barang yang anda beli; ini adalah harga pasar untuk barang. Harga yang anda bayarkan per unit adalah pengeluaran rata-rata anda per unit dan ini adalah sama untuk semua unit. Tetapi berapakah pengeluaran marginal anda per unit ? sebagai pembeli yang kompetitif, pengeluaran marginal anda adalah sama dengan pengeluaran rata-rata anda yang dalam hal ini sama dengan harga pasar barang.

Berapa banyak barang yang akan anda beli ? Anda juga harus membeli hingga nilai marginal dari unit terakhir itu tepat sama dengan pengeluaran marginal pada unit. Sehingga anda dapat membeli jumlah Q* pada perpotongan kurva pengeluaran dan permintaan marginal.

Kita memperkenalkan konsep pengeluaran marginal dan pengeluaran rata-rata karena semuanya akan membantu kita memahami apa yang terjadi ketika pembeli memiliki kekuatan ponopsoni. Tetapi sebelum membahas situasi ini, kita akan melihat analogi antara kondisi pembeli kompetitif dan kondisi penjual kompetitif. Gambar di bawah memperlihatkan bagaimana penjual kompetitif sempurna memutuskan berapa banyak produk yang akan diproduksi dan yang akan dijual. Karena penjual mengambil harga pasar sebagaimana adanya, penerimaan rata-rata dan marginal adalah sama dengan harga. Jumlah yang dapat memaksimumkan profit adalah berada pada perpotongan kurva biaya rata-rata dan kurva biaya marginal.


(7)

Sekarang nyatakan bahwa anda adalah satu-satunya pembeli barang tersebut. Sekali lagi anda menghadapi kurva penawaran pasar, yang menyatakan kepada anda berapa banyak produsen yang berkeinginan menjual sebagai fungsi dari harga yang anda berikan. Apakah jumlah yang anda beli berada pada titik dimana kurva nilai marginal anda memotong kurva penawaran pasar ? Tidak. Jika anda ingin memaksimumkan keuntungan anda dari pembelian barang, anda harus membeli dalam jumlah kecil, yang anda dapatkan dengan harga yang rendah.

D = MF ME= AE $/Q

P

Q Quantity

$/Q

P AR = MR

Q Quantity MC

Gambar 1 Pembeli Kompetitif dibandingkan dengan Penjual Kompetitif

Dalam (a) pembeli kompetitif mengambil harga pasar P* sebagaimana telah diberikan. Oleh karena itu, pengeluaran marginal dan pengeluaran rata-rata adalah konstant dan sama; jumlah yang dibeli adalah ditemukan dengan mempersamakan harga dengan nilai marginal (permintaan). Dalam (b), poenjual kompetitif juga mengambil harga


(8)

sebagaimana telah diberikan. Penerimaan marginal dan poenerimaan rata-rata adalah konstant dan sama; jumlah yang dijual ditemukan dengan mempersamakan harga dengan biaya marginal.

Pc Pm

Qm Qc Quantity

MV

S = AE ME

$/Q

Gambar 2. pembeli Monopsoni

Kurva penawaran pasar adalah kurva pengeluaran rata-rata monopsonist AE. Karena pengeluaran rata-rata meningkat, maka pengeluaran amrginal berada tepat di atasnya. Jumlah pembelian monopsonist rata-rta Qm*, dimana pengeluaran marginal dan nilai marginal (permintaan) saling berpotongan. Harga yang dibayarkan per unit Pm* adalah ditemukan dari kurva pengeluaran rata-rata (penawaran). Dalam pasar kompetitif, harga dan jumlah, Pc dan Qc adalah lebih tinggi. Mereka ditemukan pada suatu titik dimana pengeluaran rata-rata (penawaran) dan nilai marginal (permintaan) saling berpotongan.

Untuk menentukan berapa banyak yang akan dibeli, tetapkanlah nilai marginal dari unit terakhir yang dibeli sama dengan pengeluaran


(9)

marginal pada unit itu. Juga dicatat bahwa kurva suplai pasar adalah bukan kurva pengeluaran marginal. Kurva penawaran pasar memperlihatkan berapa banyak yang harus anda bayarkan per unit, sebagai fungsi dari total jumlah unit yang anda beli. Dengan kata lain, kurva penawaran adalah kurva pengeluaran rata-rata. Dan karena kurva pengeluaran rata-rata itu mengalami kemiringan ke atas, maka kurva pengeluaran marginal haruslah terletak di atasnya. Keputusan untuk membeli unit tambahan akan meningkatkan harga dan harus dibayarkan untuk semua unit, tidak untuk harga ekstra.

Q Qc P

MC

pc

MV ME $/Q

P

AR

MR

Q Qc

Gambar 3. Monopoli dan Monopsoni

Gambar 3 mengilustrasikan prinsip ini. Jumlah optimal untuk monopsonist untuk membeli, Qm* adalah ditemukan pada perpotongan dari pengeluaran marginal dan permintaan. Harga yang dibayar


(10)

monopsonist adalah ditemukan dari kurva penawaran. Ini adalah harga Pm* yang membawa suplai Qm*. Akhirnya, kita mencatat jumlah Qm* yang lebih kecil dan harga Pm* adalah lebih rendah dibandingkan dengan jumlah dan harga yang ada di dalam pasar kompetitif, Qc dan Pc.

Diagram ini memperlahtkan analogi yang tertutup diantara monopoli dan monopsoni. (a) Monopolist menghasilkan produk dimana poenerimaan marginal memotong biaya marginal. Penerimaan rata-rta melebihi penerimaan marginal, sehingga harga melebihi biaya marginal. (b) Monopsoni membeli pada titik dimana pengeluaran marginal memotong nilai marginal. Poengeluaran marginal melebihi pengeluaran rata-rata sehingga nilai marginal melebihi harga.


(11)

II. PENGER

TIAN PASAR MONOPSONI DAN GAMBARAN

PASAR MONOPSONI

2.1. Pengertian Monopsoni

Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran barang tertentu. Jadi dapat diumpamakan pasar sayuran, pasar pakaian jadi dan pasar mobil. Tergantung dari jumlah pembeli dan penjual dan barang yang diperdagangkan. Pasar dapat dibedakan menjadi berbagai bentuk/struktur pasar. Bentuk pasar ini dapat diibaratkan suatu “kontinum”, dengan persaingan bebas sebagai bentuk ekstrim yang satu serta monopoli dan monopsoni sebagai bentuk ekstrim yang lain. Dan sebgai bentuk antara adalah oligopoli dan persaingan monopoli.

Monopsoni, adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas. Monopsoni adalah kombinasi dimana produk marginal untuk setiap dolar nilai suatu sumber sama dengan produk marginal untuk setiap dolar nilai setiap sumber lain. Atau satu pemebeli untuk suatu sumber tertentu. Monopsoni dapat timbul karena :

1. Pengkhususan sumber untuk digunakan oleh pemakai tertentu. 2. Inmobilitas sumber yang digunakan dalam suatu daerah tertentu

oleh perusahaan tertentu.

Sejauh ini pembahasan kita tentang kekuatan pasar terfokus seluruhnya pada sisi penjual yang ada di pasar. Sekarang kita membahas


(12)

dari sisi pembeli. Kita ingin melihat bahwa jika tidak ada banyak pembeli, maka mereka juga memiliki kekuatan pasar dan menggunakannya dengan baik untuk mempengaruhi harga yang dapat mereka bayarkan untuk sebuah produk.

2.2. Gambaran Pasar Monopsoni

Seorang pengusaha yang menduduki posisi monopsoni dalam pasar merupakan satu – satunya pembeli. Seperti halnya seorang monopolis menghadapi permintaan pasar seorang diri, maka seorang monopsonis menghadapi penawaean pasar seorang diri pula.

Bentuk pasar ini jarang dijumpai dalam pasar barang konsumsi, tetapi lebih umum dalam pasar faktor produksi, seperti pasar cengkeh, pasar kopra, dan pasar sayuran ekspor. Dalam ketiga pasar ini petani dalam jumlah banyak menghadapi pengusaha rokok kretek, pengusaha minyak goreng, dan pengekspor yang di daerahnya tidak jarang merupakan satu – satunya. Dalam hal ini, maka petani menduduki posisi yang lemah.

Seorang monopsonis dalam hal ini dapat menganut dua jenis kebijaksanaan membeli, yang keduanya menguntungkan. Yaitu antara lain:

Pertama ia dapat menentukan harga pembeliannya dan menunggu jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya dia akan memperoleh jumlah yang diinginkan, lebih – lebih bila petani yang bersangkutan menghadapi kekurangan uang tunai.


(13)

Yang kedua dia dapat menentukan jumlah yang ingin dibeli dan membiarkan petani saling menyaingi untuk “memperebutkan” jumlah tersebut. Akibat gejala ini adalah bahwa harga makin rendah.

Jadi jelaslah bahwa kebijaksanaan pembelian manapun yang dianut pengusaha monopsonis selalu diuntungkan. Salah satu jalan untuk memperbaiki nasib petani yang bersangkutan adalah mengorganisasikan mereka dalam suatu badan perkumpulan seperti: Koperasi. Dalam hal ini koperasi produsen yang berfungsi sebagai penjual hasil petani. Dengan demikian maka koperasi menduduki posisi monopoli untuk menghadapi pembeli monopsoni. Pasar demikian disebut monopoli bilateral.

Bentuk pasar ini adalah lebih baik daripada bentuk pasar monopoli atau monopsoni, karena mendekati bentuk pasar persaingan bebas. Bagaimana terjadi tawar–menawar ini akan dijelaskan dibawah ini dengan mempergunakan diagram kotak (box diagram).

Jadi diagram kotak tersebut menggambarkan distribusi rupiah dan kopra (B) dan penjual kopra (J). Dalam tawar – menawar mereka membentuk harga dan sesudah terbentuk, maka mereka menerima harga tersebut. Keseimbangan aka terjadi di titik T, yaitu titik perpotongan antara kurva penawaran harga pembeli dan kurva penawaran kopra penjual.

Kedua kurva ini tentu saja adalah merupakan Price Comsumption Curve yang biasa dijumpai dalam analisis kurva indiferensi. Titik T ini terletak di Contract Curve, oleh karena itu titik tersebut merupakan keseimbangan kompetitif.


(14)

Gambar 4 Pasar Monopsoni

Dimana:

B: merupakan satu – satunya pembeli kopra dan penjual rupiah. J: merupakan penjual kopra dan pembeli rupiah.

Penjual (J) dapat menentukan harga sedemikian, sehingga mencapai kurva indiferensi terjauh IJ yang masih menyentuh kurva penawaran harga di titik M. Titik ini dicapai dengan harga jual setinggi Pj. Sebaliknya pembeli (B) dapat berbuat yang sama dan mencapai kurva indiferensi yang paling jauh yang masih menyentuh kurva penawaran kopra di titik N. Bila salah satu di antara kedua ini terjadi, maka B dan J akan tawar – menawar dan pertukaran akan terjadi di titik kurva penawaran harga dan kurva penawaran kopra antara M dan B.


(15)

Tentu saja penjual dan pembeli tersebut di atas dapat mencari jalan keluar dari persaingan dan menyetujui tingkat harga tertentu tanpa menyangkut jumlah yang diperdagangkan. Harga ini akana terletak antara Pj dan PB, misalnya Ps. Titik s dapat berimpit dengan titik T dan dalam hal ini harga yang terbentuk adalah harga persaingan bebas. Dalam hal ini harga sama dengan Ps, maka jumlah yang dijual tidak sama dengan yang dibeli. J hanya mau menjual sebanyak JW, dan B hanya mau membeli sebanyak BV dan keadaan ini tentu saja tidak efisien. Oleh karena itu dalam hal monopoli bilateral, maka persetujuan harga sebaiknya meliputi juga persetujuan jumlah yang diperdagangkan.

2.2.1. Kekuatan Monopsoni

Lebih umum dari pada monopsoni murni adalah pasar dengan hanya sedikit perusahaan yang bersaing diantara mereka sendiri sebagai pembeli, sehingga setiap perusahaan memiliki kekuatan monopsoni. Misalnya, pabrik mobil Amerika Serikat yang bersaing dengan satu perusahaan lainnya sebagai pembeli ban. Karena masing-masing dari mereka memiliki pangsa pasar ban yang besar, masing-masing memiliki kekuatan monopsoni di dalam pasar. General Motor, perusahaan yang terbesar mampu memiliki kekuatan monopsoni ketika melakukan kontrak untuk penawaran ban (dan bagian automotive lainnya).

Dalam pasar kompetitif, nilai harga dan nilai marginal adalah sama. Pembeli yang memiliki kekuatan monopsoni dapat membeli barang pada harga di bawah nilai marginal. Cakupan dimana harga itu dipasarkan di


(16)

bawah nilai marginal tergantung pada elastisitas penawaran yang dihadapi oleh pembeli. Jika penawaran sangat elastis (Es sangat besar) maka pasar akan kecil dan poembeli akan memiliki sedikit kekuatan monopsooni. Sebaliknya, jika penawaran sangat tidak elastis, , markdown akan lebih besar dan pembeli akan dianggap memiliki kekuatan monopsoni. Gambar 5 mengilustrasikan kedua kasus ini.

A. Sumber kekuatan monopsoni

Apa yang menentukan tingkat kekuatan monopsoni di pasar? Kita akan mengambarkan analogi dengan monopoli dan kekuatan monopoli. Kita akan melihat kekuatan monopoli yang tergantung pada tiga hal : elastisitas permintaan pasar, jumlah penjual yang ada di pasar dan cara pembeli berinteraksi. Kekuatan monopsoni tergantung pada tiga hal yang sama : elastisitas penawaran pasar, jumlah pembeli yang ada di pasar dan cara pembeli berinteraksi.

MV S = AE

Q

MV ME

Q Quantity P*

$/Q

MV – P*

$/Q

P*

ME

S = AE

Quantity


(17)

Kekuatan monopsoni tergantung pada elastisitas penawaran. Ketika penawaran elastis, seperti di (a), pengeluaran marginal dan pengeluaran rata-rata tidak akan berbeda banyak, sehinga harga mendekati nilai yang ada dalam pasar kompetitif. Sebaliknya benar ketika penawaran itu tidak elastis, seperti dalam (b).

B. Elastisitas penawaran pasar

Monopsonist mendapatkan keuntungan karena menghadapi kurva penawaran yang menaik ke atas, sehingga pengeluaran marginal melebihi pengeluaran rata-rata. Semakin tidak elastisnya Kurva penawaran, semakin besar selisih antara pengeluaran marginal dan pengeluaran rata-rata dan semakin besar kekuatan monopsoni yang didapatkan oleh pembeli. Jika hanya seorang pembeli di pasar–monopsonist murni, maka kekuatan monopsoninya adalah ditentukan oleh elastisitas penawaran pasar. Jika penawaran itu sangat elastis, maka kekuatan monopsoni itu kecil dan terdapat sedikit perolehan di sisi pembeli.

C. Jumlah pembeli.

Sebagian besar pasar memiliki lebih dari satu orang pembeli dan jumlah pembeli ini adalah merupakan hal yang sangat menentukan dalam kekuatan monopoli. Ketika jumlah pembeli sangat besar, tidak ada satu pembeli yang dapat mempengaruhi harga. Sehingga setiap pembeli akan menghadapi kurva suplai elstis yang ekstrim, sehingga pasar itu adalah jauh lebih kompetitif. Potensi untuk kekuatan monopsoni muncul ketika jumlah pembeli itu terbatas.


(18)

D.Interaksi diantara poembeli

Akhirnya, nyatakan ada tiga atau empat pembeli yang ada di pasar. Jika pembeli bersaing secara agresif, maka mereka akan mengingatkan diri pada harga dengan nilai marginal produk mereka dan akan memiliki kekuatan monopsoni. Pada sisi lain, jika pembeli bersaing kurang aggresif atau kolude, maka harga tidak akan terlalu mengikat dan tingkat kekuatan monopsoni pembeli akan menjadi lebih tinggi.

Sehingga dengan kekuatan monopoli, tidak ada cara sederhana untuk memprediksikan berapa banyak pembeli yang memiliki kekuatan monopsoni akan ada di pasar. Kita juga dapat memperhitungkan jumlah pembeli dan kita akan sering mengestimasi elastisitas penawaran, tetapi tidaklah cukup. Kekuatan monopsoni juga tergantung pada interaksi diantara pembeli yang lebih sulit dipastikan.

E. Biaya sosial dari kekuatan monopsoni

Karena kekuatan monopsoni itu adalah mengakibatkan harga rendah dan jumlah pembelian yang rendah, maka kita berharap untuk membuat pembeli lebih beruntung dan penjual sedikit lebih rugi. Tetapi nyatakan kita menilai kesejahteraan pembeli dan penjual itu sama. Bagaimana kesejahteraan agregat ini dipengaruhi oleh kekuatan monopsony ?

Kita telah menemukan beberapa perbandingan konsumen dan surplus producer yang dihasilkan dari pasar kompetitif untuk surplus dan


(19)

hasil ketika monopsonist itu adalah pembeli tunggal. Gambar 6 memperlihatkan kurva pengeluaran rata-rata dan marginal dan kurva nilai marginal bagi monopsonist. Keuntungan monopsonist adalah ditingkatkan atau dimaksimumkan dengan pembelian jumlah Qm pada harga Pm seperti nilai marginal yang sama dengan pengeluaran marginal. Dalam pasar kompetitif, harga sama dengan nilai marginal. Sehingga harga kompetitif dan jumlah Pc, dan Qc adalah ditemukan dimana pengeluaran rata-rata dan kurva nilai marginal saling berpotongan. Sekarang kita akan melihat poerubahan surplus jika kita bergerak dari harga kompetitif dan jumlah kompetitif Pc dan Qc terhadap harga monopsoni dan jumlah monopsoni, Pm dan Qm.

Dengan monopsoni, harga itu lebih rendah dan sedikit terjual. Karena harga yang rendah, penjual kehilangan sejumlah surplus yang diberikan oleh persegi panjang A. Disamping itu, penjual juga kehilangan surplus yang diberikan oleh segitiga C karena pengurangan penjualan. Total kerugian dari pembeli (penjual) dalam bentuk surplus adalah A + C. dengan membeli pada tingkat harga yang rendah, pembeli mendapatkan surplus yang diberikan oleh persegi panjang A. Pembeli membeli sedikit Qm yang sebelumnya adalah Qc dan kehilangan surplus yang dinyatakan oleh segitiga B. total perolehan dalam surplus kepada pembeli adalah A – B. secara bersama-sama, terdapat kehlangan netto dari surplus yang diberikan oleh B + C. ini adalah kehilangan bobot dari kekuatan monopsoni. Bahkan jika perolehan monopsonist itu dikenai pajak dan didistribusikan kepada produsen, maka akan ada ketiadakefisiensian


(20)

karena output lebih rendah dari kompetisi yang ada. Kerugian bobot mati ini adalah merupakan biaya ketidakefisiensian.

Qm Qc

MV S = AE ME

$/Q

Pc

Pm A C

B

Quantity Deadweight loss

Gambar 6. Kehilangan bobot mati dari kekuatan monopsoni

Persegi panjang dan segitiga arsir memperlihatkan perubahan dalam surplus konsumen dan produsen yang bergerak dari harga dan jumlah kompetitif Pc dan Qc, ke harga dan jumlah monopsonist, Pm dan Qm. Karena harga dan jumlahnya sangat rendah, maka terjadi peningkatand alam surplus pembeli (konsumen) yang diberikan oleh A – B. Surplus produsen menurun oleh A + B sehingga akan ada kerugian bobot mati yang diberikan oleh segitiga B dan C.

2.2.2. Monopoli Bilteral

Apa yang terjadi ketika monopolist bertemu dengan monopsonist ? Kita menyebut sebuah apsar dengan seorang penjual dan seorang pembeli dalam bentuk monopoli bilateral. Jika anda pikir tentang pasar, maka anda akan melihat mengapa sangat sulit memprediksikan harga dan


(21)

jumlah. Kedua pembeli dan penjual ini berada dalam situasi bargaining. Namun, tidak ada aturan sederhana yang menentukan pihak mana yang melakukan bargaining yang lebih baik. Salah satu pihak memiliki waktu dan kesabaran, atau mungkin mampu meyakinkan pihak lain yang ada di pasar.

Monopoli bilateral itu jarang. Pasar dimana sedikit produsen yang memiliki kekuatan monopoli dan menjualnya kepada sedikit pembeli yang memiliki kekuatan monopsoni adalah hal yang biasa. Meskipun bargaining masih dilibatkan, kita dapat menerapkan prinsip itu di sini : kekuatan monopsoni dan monopoli akan cenderung berinteraksi dengan yang lain. Dengan kata lain, kekuatan monopsoni pembeli akan mengurangi kekuatan monopsopni yang efektif dari penjual dan sebaliknya. Tendensi ini tidak berarti bahwa pasar akan terbangun secara kompetitif sempurna, jika misalnya, kekuatan monopsoni itu lebih besar dan kekuatan monospni kecil, kekuatan monopoli residual akan cukup signifikan. Tetapi secara umum, kekuatan monopsoni akan menekan harga mendekati biaya marginal dan kekuatan monopoli akan mendorong harga lebih dekat dengan nilai marginal.


(22)

III. EKSPLOITASI SUMBERDAYA SECARA

MONOPSONI DAN KASUS SATU PEMBELI TUNGGAL

PADA PASAR MONOPSONI

3.1. Eksploitasi Sumberdaya Secara Monopsoni

Eksploitasi momopsoni dapat dimengerti dengnan baik dengan membandingkan monopsoni dengan persaingan murni dalam pembeli sumber. Dalam persaingan murni setiap perusahaan dapat menambah labanya dengan memebeli lebih banyak sumber samapi titik dimana pendapatan marginal produk dari sumber tersebut sama dengan harga sumber. Sumber menerima harga perunit sama dengan sumbangan setiap unit sumber terhadap penerimaan total perusahaan.

Tingkat penggunaan untuk mencapai laba maksimal adalah tingkat penggunaan dimana pendapatan produk marginal sama dengan biaya sumber marginal. Karena biaya margianal sumber lebih tinggi dari harga sumber dan pendapatan marginal produk. Oleh karena itu, unit-unit sumber dibayar lebih kecil dari apa yang mereka sumbangkan pada penerimaan total perusahaan. Ini dinamakan eksploitasi sumber-sumber dalam monopsoni. Sang monopsonis membatasi jumlah sumber yang digunakan dan dengan begitu menekan harga sumber tersebut.


(23)

3.1.1. Tindakan – tindakan untuk mengimbangi monopsoni

1. Menetapkan harga minimum sumber.

Harga minimum ini dapat ditetapkan oleh pemerintah atau organisasi penjul sumber. Tingkat pengguanaan sumber A adalah jumlah a, harganya perunit adalah pa, tetapi MRP adalah v dan sumber itu diekploitir. Misalkan harga minmum ditetapkan pada Pa1. Jika perusahaan ingin jumlah – jumlah yang lebih banyak dari a1, maka perusahaan menghadapi sector mn dari kurva penawaran sumber. Kurva penawaran sumber seluruhnya yang kini dihadapi oleh perusahaan adalah pa1mn.

$/A k MRCa MRPa Z

v n Sa m

pa1 pa

Sa

0 A per U.T

a a1 MRPa

Gambar 7. Harga Minimum

2. Tindakan – tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Pendekatan ini mengambil bentuk tindakan untuk memeperbesar mobilitas sumber – sumber. Suatu system pertukaran tenaga kerja federal yang efisien harus menyediakan jaln untuk menghadapi monopsoni


(24)

tenaga kerja. Suatu tugas penting sistem seperti ini adalah pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kesempatan kerja yang tersedia.

Pendidikan dapat meningkatkan mobilitas pergerakan horizontal dan vertical tenaga kerja. Mengenai mobilitas vertikl, tersedianya kesempatan untuk memperoleh pendidikan dapat menyalurkan generasi muda yang lebih banyak pada pekerjaan dengan pembayaran lebih tinggi dan jabatan lebih tinggi. Mengenain mobilitas horizontal, bimbingan kerja dapat membantu mengarahkan tenaga kerja potensial agar terhindar dari pekerjaan – pekerjaan dengan pembayaran yang lebih tinggi.

Memberikan Subsidi Untuk Tenga Kerja yang Ingin Pindah Dari Wilayah yang dikuasai oleh Monopsoni, karena salah satu sebab timbulnya inmobilitas adalah tak adanya uang untuk pindah ketempat lain yang lebih baik.

Dalam pengertian ekonomi tidak berarti hilangnya ikatan sama sekali dengan masyarakat dan lembaga tertentu, juga tidak berarti bahwa semua pekerjaan harus siap untuk pindah karena propokasi yang ringan saja. Kemungkinan untuk pindah adalah factor yang amat penting. Juga pada setiap waktu terdapat perubahan dan perputaran tenaga kerja, dan pekerja yang telah tua keluar dari kelompok kerja. Persoalan pokok adalah mengarahkan mobilitas yang terdapat dalam perekonomian kearah saluran yang secara ekonomis diinginkan.


(25)

3.2. Kasus Satu Pembeli Tunggal Pada Pasar Monopsoni

Dalam kasus satu pembeli tunggal, kita berhadapan dengan pasar monopsonistis ; beberapa pembeli, pada pasar oligopsonitis. Bahkan kita mungkin menghadapi pasar yang bersaing monopsonistis (monopsonistically competitive market). Kita hanya akan melihat monopsoni saja, tetapi prinsip-prinsip yang akan ditetapkan, berlaku juga bagi semua situasi pembelian yang tidak bersaing (noncompetitive buying situations). Monopsoni timbul karena tidak adanya mobilitas faktor atau karena spesialisasi faktor bagi pemakai tertentu.

Sebagai pembeli tunggal dari sumberdaya, monopsonis menghadapi kurva penawaran pasar dari sumberdaya. Ia menghadapi kurva yang miring ke atas dan bukannnya kurva penawaran yang horizontal sempurna yang terdapat dalam kasus persaingan. Jadi untuk mendapatkan kuantitas yang lebih besar dari sumberdaya, monopsonis harus membayar harga per unit yang lebih tinggi.

Secara gambar dapat dilihat pada gambar 8 dibawah. Biaya rata-rata dari faktor dan harga faktor adalah sama, dan ini menghasilkan kurva penawaran yang dihadapi oleh monopsonis. Kurva biaya marjinal untuk faktor terletak di atas kurva rata-rata, sebagaimana semestinya apabila kurva rata-rata menaik. Dalam situasi persaingan, kita mengetahui bahwa biaya rata-rata, harga dan biaya marjinal dari faktor perusahaan adalah sama dan ditunjukan oleh garis horizontal pada harga yang berlaku.


(26)

Pa

a / t

MCa Sa=ACa

0

Gambar 8 kurva penawaran yang dihadapi oleh monopsonis

Prinsip umum mengenai maksimisasi laba dapat diterapkan pada situasi monopsonistis seperti yang telah diterapkan pada yang lain-lain. Yakni, perusahaan akan membeli unit tambahan dari faktor selama unit tambahan itu menambah lebih banyak pendapatan total ketimbang menambah pada biaya total. Gambar 9, perusahaan akan menyewa a1

sebab pada kuantitas a ini, tambahan kepada pendapatan total, MRP adalah sama dengan tambahan kepada biaya total, MCa, dengan mengasumsikan bahwa Pa ≤ ARPa. Harga yang dibayar oleh monopsonis untuk a adalah Pa1 sebab ini adalah harga penawaran dari faktor. Jadi di

sini terdapat laba monopsonoistis sejumlah Pa2 – Pa1 per unit; ini timbul

dari kelebihan MRP di atas harga. Ini adalah eksploitasi monopsonistis, sebab unit a dibayar kurang dari kontribusi salah satu di antara faktor-faktor itu kepada pendapatan total. Perlu diketahui bahwa jika kita


(27)

mengasumsikan seorang penjual yang bersaing murni, maka MRP adalah sama dengan VMP. Dalam kasus ini akan terdapat laba murni dalam persaingan murni, sebab kita telah menyiapkan pengertian monopsoni pada pihak pembelian di pasar. Perkenalan monopsoni secara tidak langsung menyatakan tidak adanya kesempurnaan. Jadi kita hanya menghadapi defenisis yang sempit dari persaingan murni supaya mungkin terdapat laba murni. Di samping membayar harga yang lebih rendah dari MRP, perlu kita ketahui juga bahwa para monopsonis membatasi pemakaian kuantitas sumberdaya.

A

Sa = ACa MCa

B

a / t MRPa

0 a1 a2

Pa2

Pa1

Pa

Gambar 9 Pencapaian Laba pada Monopsoni

Penggunaan MCa sebagai penunjuk dalam menyewa a pada pasar

monopsonistis memberi kesan bahwa kriteria biaya terendah dari MPa/Pa = MPb/Pb tidak benar. Jelas bahwa hal ini harus diubah sedikit.


(28)

Kita mencari produk fisik marginal per rupiah agar supaya sama dalam semua arah. Oleh karena perusahaan tidak lagi membeli sumberdaya secara bersaing, maka kriteria harus diubah dan dibaca sebagai MPa/MCa = MPb/MCb. Tentu saja ini sama dengan kebalikan biaya marginal dari A. Jika monopsonis tidak menggunakan secukupnya a dan b

untuk memaksimisasikan laba tetapi walaupun demikian berproduksi pada kurva LRAC, kita dapat memperoleh situasi dimana MPa/MCa = MPb/MCb = 1/MCA > 1/MRA. Apabila perusahaan lebih banyak

menggunakan a dan b, maka MPa dan MPb turun (jika kita mengasumsikan kasus yang paling sederhana). Dengan mengasumsikan kurva penawaran yang mempunyai kemiringan positif, kita dapat bahwa MCa dan MCb akan naik. Kenaikan ini menyebabkan rasio dari produk marjinal terhadap biaya marjinal, turun dan dengan demikian 1/MCA turun.

DEngan meluasnya output, maka MRA turun (jika kita mengasumsikan

sesuatu jenis elemen monopoli pada pihak penjual di pasar). Akhirnya tercapailah ekuilibrium, apabila MPa/MCa = MPb/MCb = 1/MCA = 1/MRA.

Sekali lagi kita dapat melihat bahwa output yang menghasilkan laba terbaik adalah sama dengan output dengan biaya terendah, sedangkan output dengan biaya terendah tidak selalu merupakan output yang menghasilkan laba terbaik.


(29)

IV. MONOPSONI DI PASAR TENAGA KERJA

Adanya monopsoni dalam pembelian sumber daya dapat juga merintangi terjadinya allokasi sumber dengan tepat. Dimana terdapat monopsoni dalam pembelian sumber, maka suatu perusahaan membeli sejumlah sumber itu dimana pendapatan produk merginal sama dengan biaya sumber marginalnya. Bila kurva penawaran sumber miring kekanan atas maka biaya sumber marginal lebih besar dari harga yang dibayarkan untuk sumber itu. Jadi apabila ekuilibrium untuk suatu perusahaan dalam pembelian sumber itu adalah di bawah pendapatan produk marginal.

Perbedaan harga harga sumber itu mengatur alokasi sumber tersebut diantara berbagai perusahaan yang menggunakannya. Realokasi sumber secara suka rela akan berhenti apabila harganya sama untuk berbagai penggunaan lain, dengan begitu tercapailah ekuilibrium alokasi.

Walaupun allokasi ekuilibrium sudah dicapai dan semua perusahaan membayar harga yang sama untuk sumber tersebut, tetapi sumber tersebut tidak memberi sumbangan yang maksimal pada produksi netto nasional. Sejauh kurva- kurva penawaran dari sumber yang dihadapi oleh berbagai perusahaan mempunyai elastisitas yang berbeda. Biya sumber marginal dan pendapatan produk marginal sumber itu untuk berbagai perusahaan tidaklah sama. Adanya suatu tingkat monopoli di pasar produk menimbulkan penyimpangan yang lebih jauh dalam pola


(30)

nilai produk merginal. Maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa nilai produk marginal dari sumber itu akan sama antara berbagai penggunaan walaupun sumber itu dimana- mana dibayar dengan harga yang sama. Pemindahan sumber-sumber suatu dari penggunaan dengan nilai produk marginal lebih tinggi akan menambah produksi netto marginal tetapi karena harga-harga sumber itu sama dalam masing-masing penggunaan- penggunaan, maka pemilik sumber tidak akan memindahkan sumber itu dengan sukarela.

Kadang- kadang mekanisme harga tak dibiarkan untuk menjalankan tugasnya untuk memberi tanda kemana jumlah sesuatu sumber harus dipindahkan. Beberapa harga sumber ditentukan untuk dikendalikan oleh pemerintah. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan Undang-Undang upah minimum, subsidi harga hasil pertanian, atau pengendalian upah atau harga umum atau sepenuhnya dikendalikan pemilik sumber atau pembeli sumber.

Cukup banyak dijumpai situasi dimana perusahaan-perusahaan tidak menerima faktor dittentukan oleh pasar begitu saja. Kalau demikian halnya, maka kurva penawaran labor tidak lagi berbentuk horizontal pada tingkat harga yang berlaku. Kadang- kadang perusahaan menawarkan tingkat upah yang tinggi untuk menarik labor lebih banyak, atau mengurangi tingkat upah agar memperoleh bagian laba yang lebih besar.

Jika hanya ada seorang pembeli saja dalam pasar labor, maka perusahaan monopsoni ini menghadapi keseluruhan kurva penawaran pasar labor. Untuk menarik labor lebih banyak, perusahaan monopsoni


(31)

harus beroperasi pada salah satu titik yang lebih tinggi pada kurva penawaran labor. Dengan kata lain biaya faktor marjinal labor (marginal cost of labor = MFCL) lebih besar dari tingkat upah (W) yang berlaku.

Biaya total labor adalah wL. Dengan demikian perubahan dalam biaya- biaya sebagai akibat penyewaan satu unit labor terakhir adalah ;

MFCL = wL = w + L w

L L

Dalam kasus persaingan sempurna w/ L = 0 dan biaya sewa seorang labor marginal persis sama dengan w. bagaimanapun, jika kurva penawaran labor mempunyai slope positip, maka w / L > 0, dan penegeluaran marginal untuk menyewa unit- unit labor tambahan melebihi tingkat upahyang berlaku (w).

Perusahaan yang menginginkan laba maksimum akan menyewa input hingga batas pada saat mana penerimaan produk marginal persis sama dengan biaya faktor marginalnnya. Pemilihan kombinasi lain selain kondisi yang disebutkan di atas akan menyebabkan semakin kecilnya laba yang diterima perusahn. Lebih jelas lagi, jika MRPL > MFCL, maka

perusahaan harus menyewa lebih banyak labor, sebab penerimaan lebih besar dari biaya yang mesti dikeluarkan. Sebaiknya jika MRPL < MFCL,

maka jumlah labor harus dikurangi, lebih banyak dari penerimaan.

Kurva permintan labor (D) mempunyai slope negatif. Begitu juga kurva MFCL yang diasosiasikan dengan kurva penawaran labor (S) juga

diperoleh dengan cara yang sama dengan kurva penerimaan marginal yang diasosiasikan denga sebuah kurva permintaan


(32)

Karena S mempunyai slope positif, maka kurva MFCL, dimana

berada diatas kurva S tersebut. Level input labor yang memberikan keuntugan maksimum bagi perusahaan monopsoni adalah L1.Jumlah ini lebih kecil karna posisi monopsni di pasar.Pada L1 tingkat upah yang berlaku di pasar adalah wl. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian yang khusus ialah bahwa kurva permintaan pada pasar monopsoni terdiri dari sebuah titik tunggal pada kombinasi (w1, L1). Titik selain (w1, L1) tersebut memeberikan keuntungan yang lebih kecil dari perusahaan monopsoni.

Dalam dunia nyata cukup banyak kasus monopsoni yang bisa dijadikan sebagai contoh. Misalnya kasus- kasus olahraga profesional seperti bola kaki, sepakbola gaya Amerika, basket, tennis, tinju dansebagainya. Club-club olahraga profesional tangguh pada umunya hanya mneyewa olahragawan kelassatu dan tidak akan mengecuhkan pemain rata- rata. Para olahragawan yang sudah dibeli tidak bisa main untuk klub lain. Pemilik klub bebas memilih klub pada titik kurva penawaran olahragawan yang paling menguntungkan baginya. Contoh monopsoni lain adalah karena keuntungan geografis. Posisi monopsoni muncul karena hanya ada satu perusahaan yang mau membeli atau menyewa tipe labor tertentu yang memiliki kemampuan yang unik.

Perusahaan monopsoni dapat meningkatkan keuntungannya jika mampu melakukan dikriminasi atas labor yang akan disewanya. Salah satu praktek yang paling sering dilakukan adalah mendiskriminasi pekerja laki- laki dengan pekerja wanita. Asumsi bahwa produktivitas pekerja laki- laki sam adengan produktivitas pekerja wanita, bahwa perusahaan


(33)

mempunyai penerimaan produk marginal labor yang konstan tak peduki berapa pun labor digunakan.

Untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, perusahaan akan memeilih kombinasi pekerja pria dan wanita di tiap pasar dimana pengeluaran marginal (MFCL) sama denan penerimaan produk

marginal labor. Sesuai dengan ketentuan ini perusahaan akan memperkerjakan Lp labor pria dan Lw labor wanita, dengan tingkat upah masing- masing sebesar Wp untuk pria Ww untuk wanita. Dalam kenyataan sehari –hari upah pekerja pria rata- rata juga lebih tinggi dari upah pekerja pria rata- rata juga lebih tinggi dari upah pekerja wanita sebab penawaran tenaga kerja wanita lebih sering lebih elastis dibanding dengan pekerja pria.

Analisis yang sama dapat dikembangkan untuk situasi- situasi dimana perusahaan monopsoni dapat melakukan diskriminasi faktor. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tenaga kerja kulit hitam dibayar rata- rata lebih rendah dari tenaga kerja kulit putih. Di indonesia orang- orang kulit putuh dibayar jauh lebih tinggi walaupun kadang- kadang tingkat kemampuannya sam dengan tenaga kerja lokal. Semua ini cocok dengan teori monopsoni.

Kecenderungan untuk melakukan diskrimanasi labor ada dimana-mana. Dengan melakukan diskriminasi harus mengeluarkan biaya-biaya yang lebih besar. Misalnya perusahaan menolak memperkerjakan tenaga kerja kulit hitam, atau tenaga kerja wanita. Dengan menolak tenaga kerja kulit hitam itu tentu ia harus membayar tenaga kerja kulit putih yang lebih


(34)

mahal tingkat upahnya. Padahal kalau perusahaan tersebut mau memperkerjakan tenaga kerja kulit hitam, yang produktivitasnya sama dengan tenaga kerja kulit putih, tentu ia tidak harus mengeluarkan biaya buruh sebesar kalau seandainya ia tidak melakukan diskriminasi.

Kalau hasil penelitian ekonomi menunjukkan bahwa prekatek monopsoni membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat.Alasan mengapa pasar ini tatap ada adalah tidak lain karena sifat tidak mau tahu (ignorant) saja. Pemilik perusahaan, misalnya, sering menolak pekerja kulit hitam (atau pekerja wanita) karena prasangka bahwa produktivitas kerja mereka lebih rendah. Dan untuk menghilangkan perasaan curiga, salah sangka atau prejudice tersebut bukanlah tugas yang gampang, walaupun telah lebih banyak kebijakan pemerintah diarahkan untuk menghilanhkannya.

Yang terjadi jika sisi permintaan dan penawaran input berbentuk monopoli hasilnay sulit dipastikan, sebab ini tergantung pada kekuatan tawar menawar (bargaining power) kedua pihak. Perusahaan yang menginginkan laba maksimum akan lebih memilih kombinasi E1 (Q1, P1 0 sebab pada titik MC = MR). Sebaiknya pembeli monopsoni yang menginginkan biaya maksimum akan berusaha memilih kombinasi E2 ( Q2, P2 ), sebab pada titik ini MFC= D (kurva D mencerminkan penerimaan produk marginal \).

Di sini terlihat bahwa keinginan kedua belah pihak bertentangan,. Untuk menentukan mana yang kan menang dalam hal ini, ditentukan oleh kekuatan tawar menawar dari kedua belah pihak. Hasil akhir akan


(35)

mendekati titik E1 kalau seandainya pemasok monopoli lebih kuat dalam tawar menawar, tatapi akan lebih mendekati E2 kalau seandainya pembeli monopsoni yang menang dalam kekuatan perbangdingan.

Ada sejumlah situasi dimana pada tingkat upah yang berlaku kurva penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan tidak merupakan merupakan garis horizontal. Karenanya mungkin perusahaan seringkali harus menawarkan tingkat upah di atas tingkat yang berlaku sekarang, kalau perusahaan itu hendak menarik jumlah pekerja yang lebih besar. Untuk menelaah situasi yang demikian kiranya akan sangat tepat jika kita membahas kasus ekstrim monopsoni (satu pembeli) di pasar tenaga kerja. Jika hanya terdapat satu pembeli di pasar tenaga kerja maka perusahaanini menghadapi kurva penawaran pasar keseluruhan. Untuk mernambah penyewaan tenaga kerja sebesar satu unit lagi, perusahaan harus bergerak ke titik yang lebih tinggi pasda kurva penawaran ini. Hal ini tidak saja memerlukan pembayaran upah yang lebih tinggi kepada pekerja yang terakhir disewanya tetapi juga memerlukan pembayaran upah tambahan untuk para pekerja yang disewanya lebih dahulu. Oleh karena itu biaya marginal untuk unit tenaga kerja tambahan akan melebihi tingkat upahnya. Untuk menunjukkan kenyataan ini kita memberi defenisi :

Ongkos Marginal (Marginal Expense).

Untuk menyewa satu unit tambahan input tertentu adalah kenaikan biaya total sebagai akibat dari input tambahan yang disewa. Karena perusahaan monopsoni menghadapi kurva penawaran input dengan


(36)

kemiringan menaik, maka biaya marginal akan melebihi harga pasar dari input tersebut. Sebagai contoh, untuk input tenag kerja ongkos marginalnya (ME) melebihi upah pasar (w)

Perhatikan kesamaan diantara konsep ongkos marginal suatu input yang dan penerimaan marginal sebuah perusahaan monopolis. Kedua konsep tersebut dimaksudkan untuk digunakan bila perusahaan-perusahaan memiliki kekuatan pasar dan pilihan –pilihan mereka mempuyai pengaruh terhadap harga. Dalam situasi demikian, semua perusahaan tersebut tidak dianggap sebagai pesaing sempurna (price taker). Dalam hal ini, perusahaan- perusahaan akan mengetahui tindakan–tindakan mereka akan mempengaruhi harga dan mereka akan menggunakan informasi ini dalam mengambil berbagai keputusan.

4.1. Pilihan Input oleh Perusahaan Monopsoni

Seperti pada setiapa perusahaan yang memaksimumkan laba, perusahaan monopoli akan menyawewa setiap input hingga tituik dimana penerimaan tambahan ddan biaya tambahna dari menyewa setiap satu unit lagi adalah sama. Karena itu, aplikasi kita yang terakhir dari prinsip marjinal ini adalah.

4.1.1. Prinsip Optimasi

Monopsonis yang memaksimumkan laba akan menyewa setiap input hiongga titik di mana ongkos marginal (marginal expense) untuk menyewa suatu unit tambahan adalah tetap sama dengan hasil


(37)

penerimaan marjinal dari unit input tambahan tersebut. Dalam kasus TK, hal ini mengharuskan

MEL = MRPL (1)

Akan tetapi, jika perusahaan mengahadapi kurva penawaran TK dengan kemiringan positif, maka persamaan 1 menentukan suatu tingkat input yang berbeda sebagaiman akan kita perlihatkan sekarang.

4.1.2. Peragaan Grafik

Pilihan input tenaga kerja oleh perusahaan monopsoni dilukiskan dalam gambar.1 Kurva permintaan tenaga kerja perusahaan ini (D) digambarkan dengan kemiringan negative, seperti yang seharusnya. Disini juga kurva MEL yang menyertai kurva penawaran tenaga kerja (S)

dibuat denga cara yang sama dengan membuat kurva penerimaan marginal yang menyertai suatu kurva permintaan. Karena S mempunyai kemiringan positif, maka kurva MEL terletak diatas S. Tingkat input tenaga

kerja yang memaksimumkan laba bagi perusahaan bagi perusahaan monopsoni ditentukan oleh L1, karena pada tingkat ini kondisi persamaan

(1)tetap berlaku. Di L1 tarif pasar ditentukan oleh w1. Perhatikan bahwa

jumlah tenaga kerja yang diminta lebih kecil dari jumlah yang akan disewa di pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna (L*). Perusahaan tersebut membatasi permintaan inputnya berdasarkan atas posisi monopolistiknya di pasar itu.


(38)

4.1.3. Penyebab - penyebab Monopsoni

Untuk mempraktekkan eksploitasi monopsonistik sutau perusahaan harus mempunyai kekuatan pasar yang besar di pasar input tertentu. Jika pasar itu agak bersaing, maka eksploitasi monopsonistik tidak dapat terjadi karena perusahaan-perusahaan lain akan mengeahui potensi laba yang tercermin pada selisih antara MRP dan biaya input tersebut. Oleh karena itu mereka akan berusaha untuk mendapatkan input ini, yang menyamakan harga mereka dengan penerimaan atas produk marginalnya. Dalam kondisi yang demikaian penawaran tenaga kerja untuk setiap perusahaan akan mendekati elastis tak terhingga (karena tersediannya kemugkinan-kemungkinan penggunaan tenaga kerja alternatif).Karena itu analisis kita menunjukkan bahwa perilaku monopsonistik akan melihat dalam situasi dunia nyata, karena suatu alasan, persaingan yang efektif untuk input-input yang ditawarkan tidak ada. Sekarang kita akan membahasa tentang adanya persaingan yang demikian : geografi, penggunaan tenaga kerjayang mempunyai spesialisasi, dan diskriminasi dalam penyewaan.

Sebagian perusahaan mungkin menduduki suatu posisi manopsonstik karena perusahaan ini merupakan satu-satunya sumber penggunaan tenaga kerja di sebuah kota kecil. Karena biaya perpindahan bagi para pekerja sangat tinggi, maka kesempatan penggunaan tenaga kerja alternative untuk para pekerja setempat menjadi tidak menarik dan perusahaan tersebut mungkin dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap uipah yang dibayarkannya.


(39)

ME L

D

MRP1 S

w*

w1 D

S

L1 L*

Gambar. 10. Penetapan Harga di Pasar Tenaga Kerja Monopsonistik

Geografi

Jika suatu perusaahan monopsoni dapat meisahkan penawaran suatu faktor kedalam dua pasar yang berbeda atau lebih, maka perusahaan itu mungkin dapat menuingkatkan labanya.

Analisis yang sama dapat dikembangkan untuk setiap situasi dimana perusahaan monopsoni dapat memisahkan pasar inputnya kedalam dua bagian yang terpisah. Untuk melakukan hal itu, perusahaan tersebut harus mampu mengidentifikasi para pekerja yang termasuk dalam pasar-pasar tertentu sehingga strategi segmentasinya dapat berjalan : perusahaa itu harus mengetahui berapa jumlah dari setiap jenis pekerja yang disewanya. Karena alasan ini diskriminasi upah diantara para individu dengan karakteristik pribadi yang dapat diidentifikasi dengan mudah (jenis kelamin, ras, umur) diduga akan menjadi jenis diskriminasi yang paling sering ditemukan.

Dapat disimpulkan kekuatan monopsonistik adalah cara yang memungkinkan persaingan tak sempurna dapat mempeangruhi


(40)

penetapan harga faktor produksi. Jika suatu perusahaan menghadapi kurva penawaran yang mempunyai kemiringan positif untuk faktor yang disewanya, maka laba dapat dimaksimumkan dengan membatasi permintaan terhadap faktor tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan menyewa jumlah suatu faktor yang ongkos marginal untuk menyewanya satu unit lagi adalah sama dengan hasil penerimaan marginalnya.


(41)

V. ANALISIS STUKTUR MONOPSONI DI TINGKAT PETANI

Misalkan di tingkat petani terdapat pedagang yang melakukan transaksi dengan petani dalam struktur monopsoni. Dalam struktur ini diasumsikan pedagang mempunyai kekuasaan penuh terhadap komoditi yang dijual petani, tetapi pedagang berada pada struktur pasar persaingan murni pada transaksi dengan pasar komoditi pertanian secara agregat (pedagang tak dapat mempengaruhi pasar komoditi pertanian secara agregat, tapi hanya menguasai transaksi di tingkat petani). Selain itu untuk memudahkan analisis, diasumsikan tidak terdapat biaya pemasaran dan pengolahan sehingga harga di pedagang sama dengan harga di pasar sentra pro-dusen. Dengan demikian dari penyeder-hanaan tersebut maka dapat digambarkan seperti pada Gambar 11

Gambar 11. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar komoditi pertanian pada Pasar "Monopsoni"


(42)

Keterangan :

SS = Kurva penawaran di pasar komoditi pertanian DD = Kurva permintaan di pasar komoditi pertanian D'D' = kurva permintaan di pasar komoditi pertanian setelah berubah

Pps = Harga komoditi pertanian di pasar komoditi pertanian P'ps = Harga komoditi pertanian di pasar komoditi pertanian setelah perubahan permintaan

Qps = Jumlah yang di perjual-belikan di pasar sentra produsen Q'ps = Jumlah komoditi pertanian yang di perjual-belikan di pasar komoditi pertanian setelah perubahan permintaan

Pp = Harga komoditi pertanian di tingkat pedagang

P'pp = Harga komoditi pertanian di tingkat pedagang setelah perubahan permintaan

Qpp = Kuantitas komoditi pertanian yang dijual pedagang

Q'pp = Kuantitas komoditi pertanian yang dijual pedagang setelah perubahan permintaan

Ppt = Harga komoditi pertanian di tingkat petani P'pt = Harga komoditi pertanian di tingkat petani Qpt = Kuantitas komod-iti pertanian yang dijual petani

Q'pt = Kuantitas komod-iti pertanian yang dijual petani setelah Perubahan permintaan

MCpt = Biaya marjinal usahatani milik petani ACpt = Biaya rata-rata usahatani milik petani MCpp = Biaya marjinal usaha pedagang ACpp = Biaya rata-rata usaha pedagang

Pada struktur pasar monopsoni di tingkat petani, pedagang adalah pe-nentu harga. Pada struktur monopsoni pedagang akan menetapkan harga sama dengan biaya rata-rata usahatani. Penetapan harga tersebut


(43)

lebih rendah dari pada harga di pasar komoditi pertanian. Akibatnya Ppt lebih rendah daripada Pps wa-laupun tidak ada biaya pemasaran maupun pengolahan. Perbedaan harga ini disebut sebagai eksploitasi "monop-soni", di mana pedagang mendapat "rent seeking" atau ke-un-tungan karena "monopsoni". Keadaan ini jelas akan me-rugikan petani dan akan menurunkan pendapatan pe-ta-ni. Apabila harga di pasar komoditi pertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps, kenaikan harga di tingkat pe-tani hanya meningkat dari Ppt menjadi P'pt. Hal itu disebab-kan dalam pasar "monopsoni", pedagang adalah penentu harga, sehingga harga di tingkat petani lebih dipenga-ruhi oleh penetapan harga peda-gang dibandingkan dengan harga pasar. Dengan demikian walaupun terjadi kenaikan harga di pasar komoditi pertanian, kenaikan harga tersebut lebih terserap kepada keuntungan pedagang dibandingkan dengan penyerapan Untuk kenaikan pendapatan petani.

Alternatif yang telah banyak dikemukakan oleh para analis ekonomi pertanian untuk perbaikan posisi tawar petani dari kondisi monopsoni tersebut umumnya adalah (1) Menggantikan peran pedagang dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa, (2) Para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani. Dari kedua alternatif tersebut, penulis menambahkan satu alternatif yaitu Koperasi Unit Desa menjadi pesaing tengkulak agar strutur monopsoni di tingkat petani berubah menjadi struktur persaingan murni.


(44)

5.1. Analisis Teoritis

Alternatif pertama adalah Menggantikan peran pedagang dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa. Alternatif tersebut akan berjalan baik apabila KUD tersebut lebih mementingkan misi peningkatan pendapatan para petani dibanding dengan misi profit oriented. Tetapi manakala KUD tergoda untuk lebih mementingkan profit oriented dibandingkan dengan misi untuk meningkatkan pendapatan para petani maka para petani akan tetap berada pada kondisi monopsoni. Alternatif yang kedua adalah para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani. Alternatif tersebut akan menciptakan struktur pasar bilateral monopoli. Keadaan struktur bilateral monopoli digambarkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar komoditi pertanian pada Pasar Bilateral monopoli


(45)

Dari Gambar 12, penetapan harga di tingkat petani terjadi dua penetapan, yaitu Ppt dan Ppt1. Pedagang dengan kedudukan monopsoni menetapkan harga Ppt, sedangkan kelompok tani dengan kedudukan monopoli menetapkan harga Ppt1. Berdasarkan acuan teori ekonomi mikro, struktur bilateral monopoli tidak akan tercapai penetapan harga yang ekulibrium. Dengan tidak tercapainya penetapan harga yang ekulibrium, maka akan terjadi kesulitan dalam penetapan harga.

Kesulitan tersebut akan meningkatkan biaya transaksi sehingga akhirnya akan mengurangi efesiensi pasar di tingkat petani. Bila dua alternatif tersebut secara teoritis kurang baik dalam upaya peningkatan posisi tawar petani, maka alternatif lain adalah membuat struktur pasar di tingkat petani menjadi struktur pasar persaingan murni. Hal itu dilaksanakan dengan mengurangi kekuasaan monopsoni pedagang/tengkulak. Pengurangan kekuasaan monopsoni dilakukan dengan menyertakan KUD sebagai pesaing tengkulak. Dengan menyertakan KUD sebagai pesaing maka struktur pasar ditingkat petani akan berubah dari struktur pasar monopsonistik menjadi persaingan murni. Struktur pasar persaingan murni di tingkat petani dapat digambarkan pada Gambar 13.


(46)

Gambar 13. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar pada Struktur Persaingan Murni

Pada Gambar 13, pasar "persaingan murni", kurva permintaan komoditi pertanian untuk pedagang dan petani adalah datar karena para petani dan pedagang adalah penerima harga. Akibatnya bila ada kenaikan harga di pasar maka para petani dan pedagang sebagai penerima harga akan mengikuti harga di pasar komoditi pertanian. Pada Gambar 3, dimisalkan kurva permintaan me-ning-kat dari D ke D' sehingga harga di pasar komoditi p-ertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps. Dalam pasar "persaingan murni", baik petani maupun pedagang adalah pe-nerima harga, maka kenaikan harga di pasar komoditi p-ertanian diikuti secara proporsional di ting-kat petani dan pedagang. Dengan kenaikan harga yang proporsional tersebut maka kenaikan harga hasil pertanian akan terserap pada kenaikan pendapatan di tingkat petani, bukan pada keuntungan pedagang/tengkulak. Dari hasil analisis secara teoritis yang


(47)

telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa alternatif ketiga lebih baik dari dua alternatif kesatu dan kedua. Dengan demikian untuk meningkatkan posisi tawar petani perlu dibuat suatu struktur pasar yang bersaing murni dengan mengurangi kekuatan monopsoni tengkulak melalui pembentukan lembaga pemasaran saingan yaitu KUD.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas,R.,1971. “Microeconomic Theory”. Mc-Graw-Hill Kogakusha.Tokyo. Boediono, 2000. Ekonomi Mikro, Universitas Gadjah Mada Press,Yogyakarta. Braff, Allan. J., 1969. An Introduction to Microeconomic Analysis, Jhon Wiley &

Sons, Inc, New York, Sydney, London, Toronto.

Branson, Robert E. & Douglas G. Norvell (1983). Introduction to Agricultural Marketing, McGraw-Hill Book Company, New York, USA.

Dahl, Dale C and Jerome W. Hammond. (1977). Market and Price Analysis of The Agricultural industries. McGraw-Hill Company. New York. USA. Djojodipuro, M. , 1991. “Teori Harga”. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Hirsshleifer, Jack. (1985). Teori Harga dan Penerapannya (Price Theory and Application). Edisi III. Terj. Kusnedi. Penerbit Erlangga Jakarta. Leftwich, R. H.,1984. Mikro Ekonomi 2. PT. Bina Aksara, Jakarta. Nicholson, W., 1992. Teori Ekonomi Mikro. Prinsip dasar dan

Penegembangannya. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nicholson, Walter, 1992, Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya, Jilid I,

Edisi Ke-3, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Salvatore. D, 1996, Teori Mikroekonomi, Ed-3, Erlangga, Jakarta.

Scitovsky, T., 1951.”Welfare and Competition”. Richard D. Irwin, Inc. Chicago. Sher, William, dan Hold, Rudi. D., 1981. Microeconomic Theory, Edward

Arnorld, London.

Pindyck, Daniel. L., dan Rubinfield. D.L., 2005. Microeconomics, Sixth Edition, Pearson Prentice Inc., Upper Sadlle River, New Jersey.

Wonacoh, Paul, 1986. An Introduction to Microeconomics, McGraw- Hill,Inc, United State Of Amerika.


(1)

lebih rendah dari pada harga di pasar komoditi pertanian. Akibatnya Ppt lebih rendah daripada Pps wa-laupun tidak ada biaya pemasaran maupun pengolahan. Perbedaan harga ini disebut sebagai eksploitasi "monop-soni", di mana pedagang mendapat "rent seeking" atau ke-un-tungan karena "monopsoni". Keadaan ini jelas akan me-rugikan petani dan akan menurunkan pendapatan pe-ta-ni. Apabila harga di pasar komoditi pertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps, kenaikan harga di tingkat pe-tani hanya meningkat dari Ppt menjadi P'pt. Hal itu disebab-kan dalam pasar "monopsoni", pedagang adalah penentu harga, sehingga harga di tingkat petani lebih dipenga-ruhi oleh penetapan harga peda-gang dibandingkan dengan harga pasar. Dengan demikian walaupun terjadi kenaikan harga di pasar komoditi pertanian, kenaikan harga tersebut lebih terserap kepada keuntungan pedagang dibandingkan dengan penyerapan Untuk kenaikan pendapatan petani.

Alternatif yang telah banyak dikemukakan oleh para analis ekonomi pertanian untuk perbaikan posisi tawar petani dari kondisi monopsoni tersebut umumnya adalah (1) Menggantikan peran pedagang dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa, (2) Para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani. Dari kedua alternatif tersebut, penulis menambahkan satu alternatif yaitu Koperasi Unit Desa menjadi pesaing tengkulak agar strutur monopsoni di tingkat petani berubah menjadi struktur persaingan murni.


(2)

5.1. Analisis Teoritis

Alternatif pertama adalah Menggantikan peran pedagang dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa. Alternatif tersebut akan berjalan baik apabila KUD tersebut lebih mementingkan misi peningkatan pendapatan para petani dibanding dengan misi profit oriented. Tetapi manakala KUD tergoda untuk lebih mementingkan profit oriented dibandingkan dengan misi untuk meningkatkan pendapatan para petani maka para petani akan tetap berada pada kondisi monopsoni. Alternatif yang kedua adalah para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani. Alternatif tersebut akan menciptakan struktur pasar bilateral monopoli. Keadaan struktur bilateral monopoli digambarkan pada Gambar 12.


(3)

Dari Gambar 12, penetapan harga di tingkat petani terjadi dua penetapan, yaitu Ppt dan Ppt1. Pedagang dengan kedudukan monopsoni menetapkan harga Ppt, sedangkan kelompok tani dengan kedudukan monopoli menetapkan harga Ppt1. Berdasarkan acuan teori ekonomi mikro, struktur bilateral monopoli tidak akan tercapai penetapan harga yang ekulibrium. Dengan tidak tercapainya penetapan harga yang ekulibrium, maka akan terjadi kesulitan dalam penetapan harga.

Kesulitan tersebut akan meningkatkan biaya transaksi sehingga akhirnya akan mengurangi efesiensi pasar di tingkat petani. Bila dua alternatif tersebut secara teoritis kurang baik dalam upaya peningkatan posisi tawar petani, maka alternatif lain adalah membuat struktur pasar di tingkat petani menjadi struktur pasar persaingan murni. Hal itu dilaksanakan dengan mengurangi kekuasaan monopsoni pedagang/tengkulak. Pengurangan kekuasaan monopsoni dilakukan dengan menyertakan KUD sebagai pesaing tengkulak. Dengan menyertakan KUD sebagai pesaing maka struktur pasar ditingkat petani akan berubah dari struktur pasar monopsonistik menjadi persaingan murni. Struktur pasar persaingan murni di tingkat petani dapat digambarkan pada Gambar 13.


(4)

Gambar 13. Pembentukan Harga pada Petani, Pedagang dan Pasar pada Struktur Persaingan Murni

Pada Gambar 13, pasar "persaingan murni", kurva permintaan komoditi pertanian untuk pedagang dan petani adalah datar karena para petani dan pedagang adalah penerima harga. Akibatnya bila ada kenaikan harga di pasar maka para petani dan pedagang sebagai penerima harga akan mengikuti harga di pasar komoditi pertanian. Pada Gambar 3, dimisalkan kurva permintaan me-ning-kat dari D ke D' sehingga harga di pasar komoditi p-ertanian meningkat dari Pps menjadi P'ps. Dalam pasar "persaingan murni", baik petani maupun pedagang adalah pe-nerima


(5)

telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa alternatif ketiga lebih baik dari dua alternatif kesatu dan kedua. Dengan demikian untuk meningkatkan posisi tawar petani perlu dibuat suatu struktur pasar yang bersaing murni dengan mengurangi kekuatan monopsoni tengkulak melalui pembentukan lembaga pemasaran saingan yaitu KUD.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas,R.,1971. “Microeconomic Theory”. Mc-Graw-Hill Kogakusha.Tokyo. Boediono, 2000. Ekonomi Mikro, Universitas Gadjah Mada Press,Yogyakarta. Braff, Allan. J., 1969. An Introduction to Microeconomic Analysis, Jhon Wiley &

Sons, Inc, New York, Sydney, London, Toronto.

Branson, Robert E. & Douglas G. Norvell (1983). Introduction to Agricultural Marketing, McGraw-Hill Book Company, New York, USA.

Dahl, Dale C and Jerome W. Hammond. (1977). Market and Price Analysis of The Agricultural industries. McGraw-Hill Company. New York. USA. Djojodipuro, M. , 1991. “Teori Harga”. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Hirsshleifer, Jack. (1985). Teori Harga dan Penerapannya (Price Theory and Application). Edisi III. Terj. Kusnedi. Penerbit Erlangga Jakarta. Leftwich, R. H.,1984. Mikro Ekonomi 2. PT. Bina Aksara, Jakarta. Nicholson, W., 1992. Teori Ekonomi Mikro. Prinsip dasar dan

Penegembangannya. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nicholson, Walter, 1992, Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya, Jilid I,

Edisi Ke-3, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Salvatore. D, 1996, Teori Mikroekonomi, Ed-3, Erlangga, Jakarta.

Scitovsky, T., 1951.”Welfare and Competition”. Richard D. Irwin, Inc. Chicago. Sher, William, dan Hold, Rudi. D., 1981. Microeconomic Theory, Edward