Teori Pasar I : Pasar Monopoli

(1)

DIKTAT

TEORI PASAR I : PASAR MONOPOLI

DISUSUN :

SATIA NEGARA LUBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Pengertian Pasar Monopoli ... 1

2. Ciri-ciri Pasar Monopoli ... 4

3. Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli ... 6

BAB II. KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN PASAR MONOPOLI ... 8

1. Kurva permintaan Monopoli ... 10

2. Kurva penawaran Monopoli ... 11

3. Posisi Keseimbangan ... 12

BAB III. PENDAPATAN MARJINAL DAN HARGA ... 12

1. Pendapatan Rata-rata dan Pendapatan Marjinal... 15

2. Ekuilibrium Monopoli Jangka Pendek ... 17

3. Ekuilibrium Monopoli Jangka Panjang ... 17

4. Pemaksimalan Keuntungan dalam Monopoli... 19

BAB IV. DISKRIMINASI HARGA ... 24

1. Mengapa Diskriminasi Harga Menguntungkan... 24

2. Konsikuensi-konsikuensi Diskriminasi Harga ... 25

3. Syarat-syarat Diskriminasi Harga... 26

BAB V. DAMPAK MONOPOLI... 30

1. Pengaruh Monopoli dan Peran Pemerintah ... 32

2. Monopoli dan Kesejahteraan Masyarakat ... 32

3. Monopoli Tidak Selalu Buruk... 33

4. Anti Monopoli ... 35

5. Perkembangan Teknologi dan Inovasi Dalam Pasar Monopoli ... 37

BAB VI. PENGENDALIAN MONOPOLI... 38


(3)

I. PASAR MONOPOLI

1. Pengertian

Monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini adalah kasus monopoli murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan suatu perusahaan yang memberi contoh monopoli murni. Dimana tidak ada unsur persaingan dari perusahaan yang lain. Karena seandainya pun hanya ada satu penjual dipasar, sehingga tidak ada persaingan langsung dari perusahaan lain, kemungkinan masih ada perusahaan yang tidak langsung, misalnya dari produk atau barang-barang dari perusahaan lain yang bias sebagia substitusi (meski substitusi tidak sempurna) untuk barang-barang yang dihasilkan perusahaan monopoli.

Misalnya, PLN mendapat persaingan dari perusahaan yang menjual genset. Macam persaingan yang tidak langsung adalah kemungkinan-kemingkinan adanya perusahaan-perusahaan baru yang masuk ke dalam pasar (sering disebut “persaingan potensial”). Karena adanya persaingan potensial ini, prilaku seorang produsen monopoli tidak sebebas apa yang digambarkan dalam kasus monopoli murni. Demikin pula campur tangan Pemerintah bias merupakan faktor pembatas bagi”kekuasaan monopoli” suatu perusahaan.


(4)

Secara umum perusahaan monopoli menyandang predikat jelek karena dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal dan supply komoditas yang lebih sedikit bagi masyarakat , meskipun dalam prakteknya tidak selalu demikian. Sebagai contoh beberapa perusahaan di Indonesia dijalankan secara monopoli dengan alasan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak, seperti halnya Pertamina dan PAM.

Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen. Contoh : perusahaan televisi kabel local yang terdapat di kota – kota besar dapat dipandang sebagai seorang monopoli.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan ada monopoli jika seluruh hasil industri diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut monopolis atau perusahaan monopoli.

Monopoli murni terdapat dalam situasi pasar di mana hanya ada satu penjual yang memperdagangkan produk tunggal yang tidak dapat diganti dan disubstitusikan dengan produk lain. Penjual tunggal ini tidak dipengaruh dan tidak mempengauhi harga serta output dari produk-produk lain yang dijual dalam perekonomian. Sekali lagi bentuk pasar ini merupakan bentuk yang sangat idealistic, karena sulit membayangkan bahwa didalam system perekonomian yang saling tergantung ini, ada seseorang yang dapat menjual suatu produk yang tidak ada substitusinya.

Contohnya ada seseorang yang menguasai satu-satunya sarana transportasi dari Los Angles ke Hawaii. Asumsikan juga bahwa tidak ada jalan


(5)

lain menuju Hjawaii kecuali melalui Los Angles. Bila orang ingin berlibur ke Hawaii, maka ia harus berhadapan dengan seorang monopolis murni, seperti yang didefenisikan di atas. Tetpi jelas ada tempat lain untuk berlibur, misalnya pergi ke Meksiko. Tentu saja pengganti ini bukan merupakan pengganti yang mirip. Jadi sebaiknya kita mengganti defenisi kita semula tentang monopoli murni dengan membacanya sebagai tidaka ada pengganti yang mirip, ketimbang tidak ada penggantinya, Tanpa berhayal terlalu jauh, kita selalu dapat menemukan pengganti bagi suatu barang dan jasa.

Kondisi monopoli murni jarang sekali terdapat, walaupun bentuk pasar yang mendekati defenisi kita pernah ada dalam sejarah. Perusahaan pos dan Perusahaan angkatan udara merupakan beberapa contoh monopoli murni yang pernah terwujud pada waktu yang lalu. Sekarang pertambangan timah dan perusahaan listrik dapat dipandang sebagai monopolis

Monopoli mengharuskan adanya suatu cara untuk menyingkirkan para pesaing dari arena sebuah industri tertentu. Memang terdapat kendala (barriers) untuk memasuki monopoli murni, dan sebagian besar kendala tersebut terdapat juga dalam bentuk pasar yang lain, seperti oligopoli. Diantara beberapa jenis kendala yang ada, terdapat kendala yang berbentuk paten dan lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah, pengendalian bahan baku, penggunaan merek dagang, kebijaksanaan harga yang dimaksudkan untuk menegah para pesaing agar tetap berada di luar arena, besarnya modal investasi yang diperlukan untuk memasuki sebuah industri, dan luasnya pasar. Penjelasan tentang semua hal


(6)

tersebut di atas akan memperlihatkan bahwa sesungguhnya memang terdapat kendala untuk memasuki industri tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui bentuk pasar monopoli, yaitu situasi pasar dimana hanya ada ada satu penjual produk, dan produk tersebut tidak ada penggantinya (no substitutes). Oleh karena itu, prilaku dalam pengambilan keputusan di pasar agak berbeda dengan pasar persaingan sempurna. Pemahaman prilaku monopoli sangat penting bagi para pengambil kebijakan dalam rangka mengendalikan perekonomian yang sesuai dengan keinginan masyarakatnya.

Agar ada monopoli, harus ada sesuatu cara agar para pesaing tidak dapat memasuki industri tersebut. Memang ada rintangan (barriers) untuk memasuki monopoli murni itu, dan sebagian besar rintangan itu terdapat juga dalam bentuk pasar yang lain seperti oligopoly. Diantara rintangan itu termasuk paten dan lisensi yang diberikan oleh pemerintah, pengendalian (control) bahan baku, penggunaan nama merk, kebijakan harga yang dirancang untuk menahan pesaing di luar industri, investasi modal besar yang diperlukan untuk memasuki industri, dan luasnya pasar. Hala-hal tersebut di atas memang merupakan rintangan untuk memasuki industri.

Yang berbeda antara perusahaan monopoli dan perusahaan dalam struktur pasar lain adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya produsen bagi suatu produk tertentu, maka kurva permintaannya adalah sama dengan kurva permintaan pasar bagi produknya.


(7)

Bentuk pasar monopoli dibedakan menjadi :

• Pasar monopoli murni yaitu bentuk pasar yang ekstrim, contohnya PLN, PAM, PT. Kereta Api dll.

Pasar yang mendekati monopoli (near monopoly) yaitu pasar yang hanya terdiri dari satu orang pengusaha (single producer). Sebagai contoh adalah penjual sate di suatu daerah tertentu merupakan monopoli murni untuk daerah tersebut, tetapi ia disebut near monopoly karena diluar daerah tersebut juga ada penjual sate yang sama.

2. CIRI-CIRI PASAR MONOPOLI

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pasar monopoli adalah : 1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

Dari defenisi monopoli telah diketahui bahwa hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya ditentukan oleh monopoli itu, dan para pembeli tidak dapat berbuat suatu apapun didalam menentukan syarat jual beli.

2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip

Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli dapat digantikan oleh barang lain yang ada dalam pasar. Barang tersebut merupakan satu-satunya jenis


(8)

barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang mirip (close subtitute) yang dapat menggantikan barang tersebut.

3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri

Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli. Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain memasuki industri tersebut. Adanya hambatan kemasukan yang sangat tangguh menghindarkan berlakunya keadaan yang seperti itu. Ada beberapa bentuk hambatan kemasukan ke dalam pasar monopoli. Ada yang bersifat legal, yaitu dibatasi oleh undang-undang. Ada yang bersifat teknologi, yaitu teknologi yang digunakan sangat canggih dan tidak mudah dicontoh. Dan ada pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sanagt besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga

Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di dalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga atau price setter.

5. Promosi iklan kurang diperlukan

Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan di dalam industri, ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Pembeli yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa membeli daripadanya. Walau bagaimanapun perusahaan monopoli sering membuat iklan. Iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.


(9)

Ciri – ciri pasar monopoli yang lain adalah :

1. Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran

2. Penampilan baik dalam bentuk lokasi penjualan maupun service merupakan upaya mendapatkan laba maximum.

3. Penjual tunggal ini tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruhi harga serta output dari produk-produk lain yang dijual dalam perekonomian.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN MONOPOLI

Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan terwujudnya pasar monopoli. Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain. Di dalam suatu perekonomian, monopoli jga dapat berlaku apabila sesuatu perusahaan menguasai seluruh atau sebagian besar bahan mentah yang tersedia.

2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economics of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi. Suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomi yang maksimum apabila tingkat produksinya adalah sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan mencapai keadaan dimana biaya produksi mencapai minimum, jumlah


(10)

produksi adalah hampir menyamai jumlah permintaan yang wujud di pasar. Dengan demikian, sebagai akibat dari skala ekonomi yang demikian sifatnya, perusahaan dapat menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin tinggi. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga adalah sedemikian rendahnya sehingga perusahaan perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli.

3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang, yaitu pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut.

Peraturan-peraturan yang mewujudkan kekuasaan monopoli adalah : 1. Peraturan patent dan hak cipta.

Hak cipta atau hak paten adalah suatu jaminan hukum untuk menghindari penjiplakan. Agar usaha mengembangkan teknologi dengan tujuan untuk menciptakan barang baru akan memberi keuntungan kepada perusahaan, haruslah pemerintah melarang dan menghukum kegiatan menjiplak tersebut.

2. Hak usaha eksklusif

Tanpa adanya hak eksklusif untuk berusaha sebagai perusahaan monopoli akan timbul halangan untuk menikmati skala ekonomi secara maksimum.Sebagai akibatnya setiap perusahaan akan menetapkan harga/tarif yang tinggi ke atas barang/jasa yang dihasilkannya.


(11)

Beberapa faktor lainnya yang menyebabkan timbulnya pasar monopoli, diantaranya:

1. Ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen saja sudah dapat mencukupi permintaan pasar

2. Produsen menerapkan kebijaksanaan penetapan harga (limit pricing policy), yaitu penetapan harga yang sangat rendah sehingga produsen baru tidak ikut masuk pasar.

3. Adanya penguasaan bahan mentah. Misalnya perusahaan listrik negara (PLN). Karena listrik merupakan kebutuhan vital masyarakat banyak , maka penguasaan dan pengelolaannya ditangani oleh pemerintah seperti yang tercantum dalam UUD 1945.

4. Adanya penguasaan teknik produksi tertentu. Misalnya penguasaan teknik foto, dulu hanya ada pada “Kodak”, sehingga sampai sekarang orang sering menyebut tustel dengan sebutan Kodak. Demikian pula dengan IBM, untuk menyebut komputer.

5. Adanya lisensi. Hal ini bisa terjadi karena diperoleh secara institusional. Misalnya monopoli yang dipegang oleh ASTRA Internasional, yaitu monopoli untuk perakitan dan penjualan mobil baru merk TOYOTA.

6. Adanya monopoli yang diperoleh secara alamiah (tidak perlu adanya patent atau lisensi). Misalnya karena faktor luas pasar yang tidak terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilayani oleh lebih dari satu penjual. Masuknya perusahaan baru biasanya tidak akan menguntungkan, karena perusahaan lama telah lama memegang


(12)

monopoli, sudah mempunyai pengalaman yang lebih luas dan mempunyai kekayaan non material atau Goodwill dari masyarakat.

7. Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan masyarakat untuk selalu menggunakan produk tersebut.

8. Modal yang besar, berarti mendukung suaut perusahaan untuk lebih mengembangkan dan penguasaan suatu bidang usaha.

II. KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN PASAR MONOPOLI

1. KURVA PERMINTAAN MONOPOLI

Kurva permintaan bagi komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli, menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dalam hal ini monopolis akan


(13)

memperoleh harga jual yang tinggi bila produksinya sedikit, dan harga yang semakin rendah bila produksinya semakin banyak.

Price

D = AR

MR

0 Output

Gambar 1. kurva permintaan monopoli

Sifat permintaan yang dihadapi oleh monopolis sangat berbeda dengan yang dihadapi oleh perusahaan–perusahaan dalam pasar persaingan sempurna. Perbedaan ini juga menyebabkan perbedaan hubungan antara harga dengan

marginal revenue pasar monopoli, harga selalu lebih tinggi dari marginal revenue, kecuali untuk unit penjualan yang pertama.


(14)

̇ Total revenue akan bertambah, tetapi besar pertambahannya semakin berkurang dengan meningkatnya produksi

̇ Nilai Marginal revenue lebih rendah daripada harga yang berlaku pada tingkat

produksi yang terkait (kecuali pada waktu produksi mencapai satu unit,

marginal revenue = harga)

2. KURVA PENAWARAN MONOPOLI

Pada pasar monopoli, kurva marginal cost tidak menunjukkan sifat kurva penawaran. Misalnya pada mulanya permintaan adalah DoDo, marginal revenue adalah Mro, sedangkan marginal cost adalah MC. Keuntungan maksimum akan diapai bila perusahaan berproduksi sebanyak Q. pada tingkat produksi ini, harga mencapai Po. Selanjutnya, misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan marginal revenue adalah MR1. biaya produksi tidak berbah, berarti biaya marginal adalah tetapseperti yang ditunjukkan olah MC. Dalam keadaan yang baru ini, unutk memaksimumkan keuntungan, perusahaan akan memproduksi sebanyak Q, tetapi sekarang tingkat harga mencapai P1. dengan demikian, didapati adanya dua tingkat harga (Po dan P1), tetapi hanya satu jumlah produksi (Q). keadaan ini menyebabkan kita tidaka dapat menunjukan kurva penawaran untuk perusahaan monopoli karena tidak terdapat hubungan yang tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

Harga dan Biaya


(15)

P1 Do

Po

D1 Do

MRo

MR1

O Q Jumlah Komoditas

Gambar 2. Kurva Penawaran Monopoli

3. POSISI KESEIMBANGAN

Karena seorang produsen monopoli adalah satu-satunya produsen didalam pasar, maka kurva permintaan yang dihadapinya adalah juga kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas kek kanan bawah, yang bebrarti bahwa produsen yang mempengaruhi harga pasar dengan jalan menjual lebih sedikit atau lebih banyak barang produksinya. Dengan demikian, kalau diperbandingkan dengan perusahaan dipasar persaingan sempurna, perusahaaan monopoli harus menentukan bukan hanya output yang harus dijual, tetapi juga (dan ini tidak berlaku pada pasar persaingan sempurna) menentukan berapa harga jual yang bias menghasilkan keuntungan maksimal naginya. Perbedaan lain dengan persaingan sempurna adalah bahwa dalam monopoli, equilibrium perusahaan adalah juga equilibrium pasar.


(16)

Q*

MR

D

AC MC

C

0 P*

Q

Gambar 3 Kurva keseimbangan pasar monopoli

Keuntungan maksimum tercapai pada tingkat output Q* dan harga P*, yaitu dimana MR = MC. Jumlah keuntungan total yang diterima perusahaan tersebut adalah area garis putus-putus, (P* - C dikalikan dengan jumlah input 0Q*).yang perlu diperhatikan disini adalah equilibrium seperti ini(yaitu dimana ada keuntungan lebih “excess profit) bias berlaku bagi jangka panjang maupun jangka pendek. Sebabnya adalah dalam jangka panjangpun kasus monopoli menganggap bahwa tidak ada perusahaan baru masuk ( atau biasa masuk). Keuntungan lebih atau excess profit atau sering disebut dengan istilah “keuntungan monopoli” (0Q* x P*C) masih tetap bias dinikmati produsen dalam jangka panjang. Memeang ada kemungkinan bahwa

dalam jangka panjang perusahaan monopoli hanya memperoleh keuntungan normal ( yang sudah diperhitungkan dalam kurva Average Cost), seperti gambar berikut dibawah ini :


(17)

AC

Rp

0 P*

Q MC

D MR

Q*

Gambar 4. Keuntungan normal pada pasar monopoli


(18)

III. PENDAPATAN MARJINAL DAN HARGA

Jika pada persaingan sempurna, harga barang sama dengan pendapatan marjinal karena perusahaan menerima harga yang ditentukan oleh pasar. Sekarang, kurva permintaan yang dihadapi oleh monopoli merupakan kurva permintaan industri.

Gambar Kurva Permintaan Industri Monopoli :

P1

P

A B C

E

MR D Q1

0 Q

Gambar 5 Kurva Permintaan Industri Monopoli

Hubungan antara pendapatan rata-rata dan pendapatan marjinal dilukiskan, MR=AR/e. Misalnya penjualan sama dengan 0Q, maka besarnya e yaitu:

1 1 1 1 0 0 AP A CP DC Q D Q

e= = =

Karena CE C Q AP A 1 1 0

= maka

CE C Q e= 1


(19)

Jika e > 1 sementara harga diturunkan, maka pendapatan total akan bertambah. Oleh karena penerimaan marjinal adalah tambahan dari penerimaan total, maka penerimaan marjinal harus positif. Dan sebaliknya, jika harga diturunkan maka penerimaan total turun, jika e < 1 maka penerimaan marjinal harus negatif. Dan akhirnya jika e = 1 maka bila harga diturunkan, penerimaan total tidak berubah. Jadi penerimaan marjinal harus sama dengan nol. Atau dapat dikatakan bahwa, jika MR > 0, maka e > 1; jika MR=0, maka e = 1; dan jika MR <0, maka e < 1.

Keterangan ini dapat dilihat pada gambar berikut.

P

A

B

MR D

e < 1 e > 1

e = 1

0 Q

Gambar 6 Elastisitas Permintaan Monopoli

Elastisitas permintaan disepanjang A-B adalah > 1 dan pada titik B elastisitasnya = 1 dan disepanjang B-D adalah < 1. Dengan melihat hubungan


(20)

antara penerimaan marjinal dan penerimaan rata-rata dan hubungan antara penerimaan marjinal dan elastisitas harga, maka dapat dianalisis pengambilan keputusan dari seorang mengenai penentuan harga dan output.

1. PENDAPATAN (REVENUE) RATA-RATA DAN PENDAPATAN MARJINAL Average dan marginal revenue (AR dan MR) perusahaan monopoli dapat diperoleh dari (derived from) kurva permintaan pasar. Jika perusahaan monopoli menarik harga yang sama untuk semua unit yang dijualnya, maka AR per unit adalah identik dengan harga. Jadi kurva permintaan pasar juga merupakan AR perusahaan.

Karena kurva permintaan (D curve) ‘slope’nya negatif, maka perusahaan monopoli harus menurunkan harga untuk semua unit untuk dapat menjual unit tambahan (an extra unit). Berarti bahwa tambahan pada penerimaannya (revenue-nya) karena penjualan satu tambahan ekstra adalah kurang dari harga yang dia terima untuk unit tersebut (berkurang dengan jumlah yang hilang sebagai akibat dari pemotongan harga pada semua unit yang ia jual).

2. EKUILIBRIUM MONOPOLI JANGKA PENDEK

Untuk menunjukkan posisi monopolis dengan keuntungan yang maksimal, kita harus menyatukan keterangan tentang penerimaan (revenue) dan biaya (costs) bagi monopolis dan menerapkan dua peraturan (rules) yang dibicarakan sebelum ini adalah :

a.perusahaan sebaiknya tidak beroperasi, kecuali jika harga paling sedikit sama dengan AVC-nya, dan


(21)

b.jika perusahaan berproduksi, output-nya harus tetap diterapkan pada titik di mana MC = MR.

Jika perusahaan memproduksi dengan MC = MR, ia mencapai ekuilibrium

karena bagi perusahaan monopoli MR lebih kecil dari pada harga, maka jika MR = MC, keduanya lebih kecil dari pada harga.

Hubungan antara elastisitas dan penerimaan (revenue) mempunyai implikasi yang menarik bagi ekuilibrium perusahaan monopol. Karena MC selalu lebih besar dari pada nol, maka monopolis yang memaksimumkan keuntungan (yang beroperasi dengan MR = MC) akan selalu memproduksi dimana MR adalah positif, artinya, dimana permintaan adalah elastis. Jika perusahaan beroperasi bila permintaan adalah inelastis, dia dapat menurunkan outputnya, dengan demikian menaikkan TR-nya dan menurunkan TC-nya. Jadi

monopolis yang memaksimumkan keuntungan tidak akan mendorong (push) penjualan kedalam ‘range’ dimana kurva permintaan adalah inelastic.

Output yang memaksimumkan keuntungan (profit maximizing output) adalah qo, dimana MR =MC, harga = p0, yang lebih besar dari pada MC pada output tersebut. peratran bagi memaksimumkan keuntungan menghendaki MR = MC, dan p lebih besar dari pada AVC . adanya keuntungan ditentukan oleh kedudukan kurva ATC.


(22)

Jika perusahaan monopoli menanggung rugi dalam jangka pendek, ia akn terus beroprasi selama ia dapat menutup biaya variabelnya. Tetapi dalam jangka panjang ia akan meninggalkan industri (akan tutup usaha ) kecuali jika ia dapat menemukan skala operasi (a scale of operation) yang dapat

menutup seluruh ‘oportunity cost’nya.

Jika perusahaan monopoli mendapat keuntngan, perusahaan-perusahaan lain ingin masuk industri tersebut, dan perusahaan yang ada berhenti menjadi monopolis.

4. PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN DALAM MONOPOLI

Sifat umum dari permintaan barang-barang yaitu ; makin tinggi harga sesuatu barang, makin sedikit jumlah yang diminta. Permintaan ke atas produksi monopoli tidak menyimpang dari sifat umum ini. Permintaan yang dihadapi oleh monopoli adalah berbeda dengan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Sebagai akibatnya dalam monopoli, harga selalu lebih tinggi dan hasil penjualan marginal.

Kesimpulan yang dapat diambil, apabila harga barang menjadi semakin menurun pada waktu jumlah produksi semakin meningkat, maka:

• Hasil penjualan total akan mengalami pertambahan, tetapi pertambahan itu semakin berkurang apabila poduksi bertambah banyak. Setelah mencapai satu tingkat produksi tertentu pertambahannya akan menjadi negatif.


(23)

• Pada umumnya hasil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah daripada harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil penjualan marginal = harga.

Jumlah output yang ditawarkan oleh pengusaha tergantung dari titik optimum usahanya. Keputusan untuk menetapkan output dan harga pada pasar monopoli padda dasarnya sama seperti pada pasar persaingan sempurna. Kurva penerimaan total (TR) pada monopoli berbentuk U terbalik. Hal ini disebabkan oleh sifat permintaan yang dihadapi oleh monopoli, yaitu jika harga diturunkan maka permintaan akan naik, dan sebaliknya jika harga dinaikkan maka permintaan akan turun.

Maksimum laba dicapai pada saat kemiringan kurva TR sama dengan kemiringan kurva biaya total jangka pendek (SRTC). Padahal, kemiringan TR berarti MR dan kemiringan TC jangka pendek berarti SRMC (short run marjinal cost). Sehingga laba maksimum dicapai jika MR=SRMC.

P

SRTC

TR R

0 Q1 Q


(24)

Pada saat laba maksimum, maka output sebanyak Q1 dan harga

ekuilibrium tentunya ditentukan dari kurva permintaannya. Output sebanyak Q1

tersebut ditentukan oleh titik potomg antara kurva marjinal Revenue (MR) dan kurva short run marjinal cost (SRMC).


(25)

SRMC

SRAC P

A

C B

D MR

0 Q1 Q

P1

Gambar 8 Penentuan Output dan Harga

Pada gambar diatas, besnya laba adalah selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), yaitu:

TR = P x Q

TR = 0P1 x 0Q1 = 0P1AQ1

TC = AC x Q

TC = 0C x 0Q1 = 0CBQ1

Jadi, laba bersih sebesar 0P1AQ1 dikurangi 0CBQ1 = CP1AB. Atau sama

dengan laba per unit (CP1) kali jumlah output (0Q1) = CP1AB.

Dengan memahami analisis yang sudah ada, maka dimungkinkan sekali orang mempunyai pandangan yang salah mengenai tingkah laku monopolis, yaitu:


(26)

Pertama, bahwa monopolis selalu memperoleh keuntungan dengan adanya kenaikan harga. Seorang monopolis, paling sedikit harus memperoleh hasil investasi yang normal (normal return on investment) dalam jangka panjang. Tetapi dalam jangka pendek ia pasti dapat menderita kerugian asal saja ia dapat menutup biaya variabel maka ia dapat melanjutkan usahanya.

Kedua, bahwa kenaikan harga akan selalu menguntungkan monopoli. Kita asumsikan bahwa monopolis berusaha memaksimumkan laba. Oleh sebab itu, jika monopolis menaikkan harga maka penerimaan totalnya akan menurun. Hal ini terjadi karena untuk memaksimumkan laba, maka MR harus sama dengan MC. Biaya marjinal (MC) harus selalu positif, sebab biaya marjinal itu merupakan perubahan dalam biaya total, dan biaya total akan selalu naik jika output diperluas. Penerimaan marjinal yang positif berarti menunjukkan bahwa permintaannya bersifat elastis, maka kenaikan harga akan menyebabkan turunnya penerimaan total. Pandangan yang salah bahwa kenaikan harga selalu menguntungkan monopolis adalah jika permintaan yang dihadapi monopolis bersifat inelastis sempurna.

Ketiga, pandangan yang salah mengenai monopolis adalah bahwa ia akan memproduksi pada tingkat output yang optimum dsan dalam ukuran pabrik yang optimum. Dalam jangka panjang, monopolis tidak perlu mendapat laba murni, tetapi hanya hasil investasi normal (normal return on investment). Agar monopolis mencapai laba maksimum dalam jangka panjang, maka ia harus memproduksi output dengan menyamakan antara MR dan LRMC, kemudian ia menyesuaikan ukuran pabriknya. Maka harga jual di pasar dapat ditentukan.


(27)

Keputusan mengenai harga dan output dalam monopoli murni diambil dengan cara yang sama seperti dalam persaingan murni. Yakni monopolis ingin memaksimumkan perbedaan antara pendaoatan total dan biaya total dalam jangka panjang, asal saja perbedaan itu lebih besar dari atau sama dengan nol. Dalam jangka pendek para monopolis sekali lagi ingin memaksimumkan perbedaan antara pendapatan total dan biaya total, asal saja biaya variabel dapat ditutup.


(28)

(29)

IV. DISKRIMINASI HARGA

Hal penting menyangkut kepentingan pasar biasanya berupa kuantitas barang yang akan diproduksi dan dijual, serta yang akan dikenakan pada pembelinya. Pada pasar persaingan sempurna, produsen hanya mampu mengambil keputusan tentang besarnya kuantitas produksi saja, sedangkan produsen yang memegang kekuasaan monopoli dapat mengambil keputusan baik harga maupun kuantitas.

Diskriminasi harga (price discrimination) merupakan kebijakan monopolis mengenai harga yang pada dasarnya menetapkan harga yang berbeda kepada konsumen yang berbeda. Tujuan pokok dari kebijakan diskriminasi harga adalah untuk menaikkan jumlah keuntungan optimal. Jadi meskipun monopolis mungkin tidak mendapatkan keuntungan dari adanya kenaikan harga, maka ia akan memproleh keuntungan dengan menetapkan berbagai tingkat harga pada produk yang sama untuk konsumen yang berbeda.

Diskriminasi harga terjadi jika produsen menetapkan harga-harga yang berbeda untuk unit-unit yang berbeda dari komoditi yang sama, berdasarkan alas an-alasan yang tidak ada hubungannya dengan perbedaan dengan biaya. Tidak semua perbedaan harga (price differences) menggambarkan


(30)

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan diskriminasi dapat dilaksanakan, diantaranya :

1. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar. Jika monopolis tidak mampu memisah-misahkan pasar, maka para konsumen akan membeli di pasar yang memiliki harga yang lebih rendah, yang lama-kelamaan akan menaikkan harga dan menjualnya ke pasar yang memiliki harga yang tinggi, yang selanjutnya akan menurunka harga. Sehingga harga pada kedua pasar tersebut sama.

2. Elastisitas permintaaan pada setiap tingkat harga harus berbeda diantara kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan.

1. MENGAPA DISKRIMINASI HARGA MENGUNTUNGKAN

Diskriminasi harga yang terus berlaku adalah menguntungkan adalah karena :

1. pembeli yang berbeda mau membayar jumlah-jumlah yang berbeda utuk komoditi yang sama atau karena

2. seorang pembeli mau membayar jumlah yang berbeda untuk unit-unit yang berbeda dari komoditi yang sama.

Hal yang mendasar dari diskriminasi harga adalah bahwa dalam keadaan-keadaan tersebut pera penjual dapat menangkap atau memperoleh sebagian dari surplus konsumen yang sesungguhnya akan diperoleh pembeli.


(31)

Diskriminasi harga yang sempurna (perfec price discrimination) terjadi jika

seluruh surplus konsumen dicapai perusahaan. Untuk setiap unit dijual

dangan harga yang berbeda. Kemampuan untuk menentukan berbagai harga memberikan kesempatan pada penjual untuk memperoleh sebagian (atau dalam kasus yang ekstrim, semua) surplus konsumen. Dalam praktek hal ini jarang terjadi.

2. KONSEKUENSI-KONSEKUENSI DISKRIMINASI HARGA Pernyataan 1. untuk suatu tingkat pernyataan output tertentu

sistemdiskriminasi harga yang paling menguntungkan akan memberi ‘total revenue’ (TR) yang lebih tinggi kepada perusahaan dari pada satu harga yang memaksimumkan keuntungan.

Pernyataan 2. output dengan diskriminasi harga pada umumnya akan lebih besar dari pada monopoli dengan satu harga.

3. SYARAT-SYARAT DISKRIMINASI HARGA

Syarat-syarat yang menyebabkan Diskriminasi Harga adalah : 1. Barang tidak dapat dipindahkan dari satu pasar ke pasar lain.

2. Sifat barang atau jasa itu memungkinkan dilakukan diskriminasi harga. 3. Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar


(32)

4. Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan keuntungan dari kebijakan tersebut.

5. Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional konsumen. 6. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda diantara

kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan.

Diskriminasi harga dapat dibedakan menjadi tiga:

1. Diskriminasi harga derajat ketiga (third degree price discrimination). Yaitu jika monopolist menetapkan adanya 2 harga yang berbeda pada 2 segmen pasar yang berbeda.

P

0 P1

a P0

Q D


(33)

2. Diskriminasi harga derajat kedua (second degree price discrimination), yaitu jika monopolist menetapkan lebih dari 2 macam harga untuk lebih dari 2 segmen pasarnya.


(34)

D P1

P0

P2

P3

P

Q

a

0

Gambar 10 Diskriminasi Harga Drajat kedua

3. Diskriminasi harga derajat pertama (first degree price discrimination), yaitu jika monopolist berhasil menetapkan harga yang berbeda untuk setiap pembelinya.

Gambar Diskriminasi Harga Derajat Pertama

0

a

Q

P

P0

D


(35)

Meskipun monopolis mungkin tidak memperoleh keuntungan dari adanya kenaikan harga, ia dapat memperoleh keuntungan dengan mempraktekkan diskriminasi harga. Monopolis menganggap praktek semacam itu mungkin dilaksanakan dan dapat menghasilkan laba. Tipe yang paling umum dari diskriminasi harga adalah diskriminasi “derajat-ketiga” (third degree discrimination). Diskriminasi semacam itu dipraktekkan apabila monopolis berpendapat bahwa ia dapat memasang harga yang berbeda-beda dalam pasar yang berbeda-beda (kita mengasumsikan dua pasar) bagi dua produk yang sama, dengan syarat harga yang berbeda-beda itu tidak dibenarkan dari segi biaya. Diskriminasi harga hanya dapat dilaksanakan, jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar. Jika ia tidak dapat berbuat demikian, maka konsumen akan membeli di pasar dengan harga tinggi, yang akan menurunkan harga. Jadi harga kedua dalam pasar itu akan menjadi sama. Selanjtunya, elastisitas permintaan di setiap tingkat harga harus berbeda di antara kedua pasar itu, sebelum diskriminasi harga dapat menguntungkan.


(36)

V. DAMPAK MONOPOLI

1. PENGARUH MONOPOLI DAN PERAN PEMERINTAH

Karena dalam monopoli kekuasaan pengusaha tunggal pada suatu pasar dapat menjadi amat besar, maka biasanya pemerintah ikut campur tangan dalam sektor yang dikuasai oleh monopolis tersebut untuk mencegah jangan sampai besarnya kekuasaan tersebuut disalahgunakan. Ada beberapa cara bentuk campur tangan pemerintah tersebut, diantaranya:

Pertama, pemerintah dapat membuat undang-undang yang melarang adanya monopoli dan atau kolusi diantara para pengusaha yang mempunyai akibat yang sama dengan monopoli.

Kedua, pemerintah dapat mengusahakan sendiri bidang usaha ini. Misalnya pos, telepon, air, listrik dan sebagainya ditempatkan dalam perusahaan pemerintah, agar kepentingan masyarakat banyak selalu diperhatikan.

Ketiga, pemerintah dapat menerapkan pajak progresif atas dasar besar kecilnya pangsa pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Seorang monopolist murni akan mendapat beban tertinggi karena pangsa pasar yang dikuasainya adalah seratus persen.


(37)

P

0 PM

P1

P2

MC

AC

QM Q1 Q2

MR D Q

Gambar 12 Pengaruh Penetapan Harga Pemerintah Thdp Monopoli

Monopolist akan menetapkan harga sebesar PM dsan menjual outputnya

sebanyak QM, maka pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi sebesar P1

(sama dengan biaya marjinal), dan monopolist masih mendapat untung sebesar diatas normal. Dengan demikian harga menjadi lebih rendah dan kuantitas menjadi lebih banyak, yaitu Q1. Konsumen pada keadaan demikian akan

mendapatkan kesejahteraan yang semakin besar dengan semakin besarnya surplus konsumen dan semakin besarnya kebutuhan yang dapat dipenuhi karena persediaan barang di pasar yang mampu di belinya semakin besar. Disamping itu, perluasan produksi akan menyebabkan perluasan kesempatan kerja.

Jika usaha ini dikuasai oleh pemerintah, pemerintah mungkin akan menetapkan harga patokan setinggi P2 atau sama dengan biaya rata-rata. Pada


(38)

masyarakat. Kesempatan kerja juga semakin meluas dengan semakin luasnya jumlah produksi.

2. MONOPOLI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kalau pasar persaingan sempurna bisa menjamin apa yang disebut “welfare optimum” bagaimanakah halnya dengan pasar monopoli ?

Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pasar monopoli :

a. Ada kemungkinan keuntungan monopoli tetap bias dinikmati produsen monopoli dalam jangka panjang. Keuntungan monopoli adalah keuntungan yang lenbih diangggap dari keuntungna normsl. Jadi, dari segi distribusi penghasilan antar warga masyarakat, pasar monopoli bisa menciptakan ketidakadilan (yaitu : mengapa produsen monopoli menerima keuntungan yang lebih besar dari perusahaan lain?). Dalam kasus dimana LAC perusahaan monopoli bersinggungan dengan kurva permintaan, maka masalah ketidakaadilan ini tidak timbul, karena perusahaan tersebut (dalam kasusu ini) hanya menerima keuntungan “normal(seperti pengusaha-pengusaha lain) tetapi, kasusu ini biasanya hanya kebetulan saja.

b. Volume produksi lebih kecil dari volume output optimum. Yaitu volume produksi perusahaan monopoli lebih rendah dari volume output yang dihasilkan dengan Average cost yang mionimum (dimana hal ini terjadi persaingan persaingan sempurna dalam jangka panjang). Ini berarti bahwa dalam pasar monopoli ada ketidak efisienan dalam produksi,


(39)

karena perusahaan monopoli tidak memanfaatkan secara penuh adanya economies of scale. Dari segi masyarakat, ini adalah suat “pemborosan” (perhatikan bahwa selam kurva permintaan menurun, maka perusahaan akan selalu memilih tingkat output dimana Average Costnya menurun. Dan ini berlaku baik bagi kasus dimana ada keuntungan monopoli ataupun dalam kasus perusahaan monopoli hanya menerima keuntungan normal).

c. Ada unsure” exploitasi” oleh perusahaan-perusahaan monopoli terhadap : 1. Konsumen, dengan ditetapkan harga jual (= P) diatas ongkos

produksi dari unit terakhir outputnya (= MC).

2. pemilik factor-faktor produksi yang digunakan oleh produsen monopoli tersebut, dengan dibayarnya factor produksi dengan harga (=MC) yang lebih rendah dari niolai pasar dari output yang dihasilakan (=P). misalnya bagi pemilik factor produksi tenaga kerja, yaitu buruh dibayarkan upah yang lebih rendah daripada sumbangan ( dalam bentuk ouytput) dari tenaga kerja tersebut bila dinilai dengan harha pasar yang berlaku bagi output . Exploitasi menjadi ganda apabila simonopolis juga menguasai pasar input.

3. MONOPOLI TIDAK SELALU BURUK

Dari apa yang dibahas diatas kita lihat bahwa kerugian masyarakat dari adanya monopoli bukan hanya timbul karena perusahaan monopoli bisa menikmati keuntungan diatas keuntungan yang wajar tetapi ada bentuk-bentuk


(40)

kerugian-kerugian lain. Jadi, meskipun seandainya keuntungan monopoli yang mula-mula dinikmati oleh perusahaan tersebut dikenakan pajak sampai habis dan tinggal keuntungan “normal”, bentuk pasar monopoli mempunyai efek-efek negative berupa efisiensi produksi yang dibawah optimum dan “exploitasi” konsumen dan buruh. Tetapi monopoli tidakl selalu lebih buruk dari pasar persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat dari segi-segi lain :

a. “sejarah menunjukkan”, kata ahli ekonomi Joseph Schumpetter, “bahwa industri yang bersifat monopolis tislah yang ternyata menunjukkan suatu dinamika yang berkembang lebih besar”. Sebabnya adalah bagi industri-industris monopolistis yang besa, keuntungan monopoli mereka bisa diguankan untuk tujuan-tujuan penelitian dan pengembangan yang kemudian diikuti dengan inovasi-inovasi dalam teknologi. Pengalaman menunjukkan bahwa justru pada industri-industri yang bersifat monopolilah kita jumpai kemajuan-kemajuan teknologi yang cepat.

b. Dalam kasus decreasing Cost diamana luas pasar terbatas daqn factor “economies of scale” besar tidaklah mungkin diharapkan adanya suatu bentuk industri persaingan sempurna yang efisien. Kalau bentuk persaingan sempurna (diaman kita mempunyai perusahaan-perusahaan yang kecil-kecila dan banyak didalam industri tersebutr) dipaksakan pada kasus depressing cost maka hasilnya adalah timbulnya perusahaan-perusahaan “gurem” (kecil-kecil) yang massing-masing bekerja pada LAC yang jauh dari posisi minimumnya karena perusahan-perusahaan “gurem” ini tidak bisa memanfaatkan ecomonies of scale yang tersedia. Kata


(41)

Samuelson : “seandainya baja bisa diproduksikan denagn “skala” sekecil untuk berproduksi beras, maka dengan sendirinya akan timbul ribuan-ribuan produsaen baja disuatu Negara.

Perhatiakan bahwa kedua kasusu ini tidak meniaadakan efek-efek negative yang timbul dari bentuk pasar monopoli, seperti yang diuraikan sebelumnya. Kedua kasus tersebut hanya menyatakan bahwa mungkin ada efek-efek positif dari monopoli yang perlu dipertimbangkan. Tugas ahli ekonomi adalah menimbang efek negative dengan efek positifnya bagi masing-masing kasus monopoli dan kemudian menentukan langkah-langkah apa yanmg perlu doiambil. Namun adanya monopoli itu sendiri, wajib dicurigai dan diteliti.

4. ANTI MONOPOLI

Di dalam pasal 1 angka 1 UU Antimonopoli, monopoli didefiniskan "suatu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha". Dapat diartikan bahwa monopoli ada jika satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran barang atau penggunaan jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu pelaku usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada pasar yang bersangkutan.

Monopoli sebenarnya tidak dilarang sepanjang hal itu atas hasil usaha pelaku yang bersangkutan secara fair. Misalnya jika suatu pelaku usaha A menghasilkan (memproduksi) suatu produk baru di pasar, otomatis pelaku usaha


(42)

tersebut sebagai monopolis. Yang dilarang oleh UU Antimonopoli adalah praktek monopoli yang mengakibatkan persaingan menjadi tidak sehat pada pasar yang bersangkutan.

Misalnya, pelaku usaha B ingin memproduksi barang seperti yang diproduksi pelaku usaha A, maka pelaku usaha A tidak boleh melakukan hambatan (entry barrier) supaya pelaku usaha B tidak dapat memproduksi barang yang sama tersebut. Selain itu, pelaku usaha A ada kemungkinan bisa melakukan hambatan masuk pasar, seperti jika pelaku usaha A mematenkan produk temuannya kepada dirjen paten dan pelaku usaha A mempunyai hak monopoli (biasanya) selama 20 tahun. Dan setelah itu, setiap orang boleh memproduksi barang yang sama. Itu pun harus mendapat lisensi dari pemegang hak paten tersebut.

Dari penjelasan singkat tersebut, kita sudah berbicara masalah hubungan antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang lain pada pasar yang bersangkutan. Hubungan yang normal di antara pelaku usaha, berperilaku secara wajar tidak melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku, maka terjadilah apa yang kita sebut dengan persaingan usaha yang sehat. Memang, definisi persaingan usaha yang sehat belum ada secara mutlak.

Di antara para ahli hukum persaingan, juga tidak ada kesepakatan pendapat mengenai definisi persaingan usaha yang sehat. Paraahli hukum persaingan mempunyai persepsi masing-masing jika memberikan definisi hukum persaingan yang sehat. Tetapi jika terjadi hubungan yang tidak wajar antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lain melalui perilaku usahanya,


(43)

dan hal ini menjadikan pasar menjadi terdistorsi, maka Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus memulihkan pasar yang terdistorsi tersebut menjadi sehat.

Pasar yang terdistorsi tersebut adalah suatu persaingan usaha tidak sehat. Oleh karena itu, di pasal 1 angka 6 dalam UU Antimonopoli didefinisikan persaingan usaha tidak sehat. Menurut pasal 1 angka 6 tersebut, persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Dari ketentuan pasal 1 angka 6 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa di dalam pasal 1 angka 6 diatur secara bersamaan masalah persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan secara tidak jujur (curang) dan melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Sementara di dalam UU Antimonopoli itu sendiri tidak mengatur masalah persaingan usaha yang tidak secara tidak jujur (curang).

5. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INOVASI DALAM PASAR MONOPOLI

Pandangan I : Monopoli Tidak Merangsang Inovasi

Golongan ini berpandangan bahwa ketiadaan persaingan menimbulkan

keengganan kepada monopoli untuk melakukan perubahan. Tanpa adanya


(44)

kerugian karena perusahaan lain tidak akan masuk ke dalam industri tersebut. Maka selama ia tidak diperlukan, perubahan dalam teknologi dan inovasi tidak akan dilakukan oleh monopoli.

Pandangan II : Monopoli Merangsang Inovasi

Golongan ini berpendapat bahwa monopoli akan mendorong perkembangan teknologi dan inovasi didasarkan kepada dua alas an berikut :

• Perkembangan teknologi dan inovasi adalah suatu cara untuk mengurangi biaya per unit dan meninggikan keuntungan.

• Memiliki teknologi yang lebih baik dari perusahaan lain adakalanya merupakan sumber dari terwujudnya monopoli.

VI. PENGENDALIAN MONOPOLI

Sampai sekarang ini, mungkin orang memperoleh kesan bahwa monopoli itu “sesuatu yang jelek”. Oleh karena itu banyak orang menasihatkan untuk mengendalikan monopoli. Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: metode pengendalian harga dan perpajakan. Hal yang menarik adalah beberapa metode pengendalian ini semuanya mempunyai hasil yang agak berbeda. Pengendalian harga menhasilkan output yang bersaing murni dan laba yang lebih rendah, sedangkan metode pajak semuanya menghasilkan laba murni yang lebih rendah tetapi tidak akan menaikkan output. Sebenarnya, pajak per unit menyebabkan output yang lebih rendah. Maka, dari segi pandangan masyarakat, pengendalian harga merupakan metode yang paling menguntungkan, karena output yang dijual di pasar lebih banyak dan dengan


(45)

harga yang lebih rendah. Perlu diketahui bahwa pajak persentase dan pajak tetap tidak diteruskan atau dibebankan kepada konsumen, sedangkan sebagian dari pajak per unit menjadi beban konsumen. Tetapi semua pengendalian ini mengurangi laba murni monopoli dan dengan demikian merubah distribusi pendapatan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas, R.A., 1986. Teori Mikroekonomi. Terjemahan: G. Hutauruk, MBA. Erlangga, Jakarta.

Boediono,1992, Ekonomi Mikro, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Business News, tanggal 15 September 1997.

Ida, Nuraini, 2005. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Kadariah.1994. Teori Ekonomi Mikro. Fe-UI. Jakarta.

Nasution. S.H dan Tarmizi, H.B, 1996. Ekonomi mikro. USU Press, medan. Nuraini, I. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Pindyck, R.S., Daniel L.R.,2003. Mikro Ekonomi. PT. Indeks, Jakarta.

Sudarman, Ari dan Algifari, 1992. Ekonomi Mikro-Makro (Teori, Soal, dan Jawaban): Edisi II. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sudjana, dan Said Kelana, 2005. Ekonomi Makro; Sebuah kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(1)

Samuelson : “seandainya baja bisa diproduksikan denagn “skala” sekecil untuk berproduksi beras, maka dengan sendirinya akan timbul ribuan-ribuan produsaen baja disuatu Negara.

Perhatiakan bahwa kedua kasusu ini tidak meniaadakan efek-efek negative yang timbul dari bentuk pasar monopoli, seperti yang diuraikan sebelumnya. Kedua kasus tersebut hanya menyatakan bahwa mungkin ada efek-efek positif dari monopoli yang perlu dipertimbangkan. Tugas ahli ekonomi adalah menimbang efek negative dengan efek positifnya bagi masing-masing kasus monopoli dan kemudian menentukan langkah-langkah apa yanmg perlu doiambil. Namun adanya monopoli itu sendiri, wajib dicurigai dan diteliti.

4. ANTI MONOPOLI

Di dalam pasal 1 angka 1 UU Antimonopoli, monopoli didefiniskan "suatu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha". Dapat diartikan bahwa monopoli ada jika satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran barang atau penggunaan jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu pelaku usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada pasar yang bersangkutan.

Monopoli sebenarnya tidak dilarang sepanjang hal itu atas hasil usaha pelaku yang bersangkutan secara fair. Misalnya jika suatu pelaku usaha A menghasilkan (memproduksi) suatu produk baru di pasar, otomatis pelaku usaha


(2)

tersebut sebagai monopolis. Yang dilarang oleh UU Antimonopoli adalah praktek monopoli yang mengakibatkan persaingan menjadi tidak sehat pada pasar yang bersangkutan.

Misalnya, pelaku usaha B ingin memproduksi barang seperti yang diproduksi pelaku usaha A, maka pelaku usaha A tidak boleh melakukan hambatan (entry barrier) supaya pelaku usaha B tidak dapat memproduksi barang yang sama tersebut. Selain itu, pelaku usaha A ada kemungkinan bisa melakukan hambatan masuk pasar, seperti jika pelaku usaha A mematenkan produk temuannya kepada dirjen paten dan pelaku usaha A mempunyai hak monopoli (biasanya) selama 20 tahun. Dan setelah itu, setiap orang boleh memproduksi barang yang sama. Itu pun harus mendapat lisensi dari pemegang hak paten tersebut.

Dari penjelasan singkat tersebut, kita sudah berbicara masalah hubungan antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang lain pada pasar yang bersangkutan. Hubungan yang normal di antara pelaku usaha, berperilaku secara wajar tidak melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku, maka terjadilah apa yang kita sebut dengan persaingan usaha yang sehat. Memang, definisi persaingan usaha yang sehat belum ada secara mutlak.

Di antara para ahli hukum persaingan, juga tidak ada kesepakatan pendapat mengenai definisi persaingan usaha yang sehat. Paraahli hukum persaingan mempunyai persepsi masing-masing jika memberikan definisi hukum persaingan yang sehat. Tetapi jika terjadi hubungan yang tidak wajar antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lain melalui perilaku usahanya,


(3)

dan hal ini menjadikan pasar menjadi terdistorsi, maka Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus memulihkan pasar yang terdistorsi tersebut menjadi sehat.

Pasar yang terdistorsi tersebut adalah suatu persaingan usaha tidak sehat. Oleh karena itu, di pasal 1 angka 6 dalam UU Antimonopoli didefinisikan persaingan usaha tidak sehat. Menurut pasal 1 angka 6 tersebut, persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Dari ketentuan pasal 1 angka 6 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa di dalam pasal 1 angka 6 diatur secara bersamaan masalah persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan secara tidak jujur (curang) dan melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Sementara di dalam UU Antimonopoli itu sendiri tidak mengatur masalah persaingan usaha yang tidak secara tidak jujur (curang).

5. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INOVASI DALAM PASAR MONOPOLI

Pandangan I : Monopoli Tidak Merangsang Inovasi

Golongan ini berpandangan bahwa ketiadaan persaingan menimbulkan

keengganan kepada monopoli untuk melakukan perubahan. Tanpa adanya


(4)

kerugian karena perusahaan lain tidak akan masuk ke dalam industri tersebut. Maka selama ia tidak diperlukan, perubahan dalam teknologi dan inovasi tidak akan dilakukan oleh monopoli.

Pandangan II : Monopoli Merangsang Inovasi

Golongan ini berpendapat bahwa monopoli akan mendorong perkembangan teknologi dan inovasi didasarkan kepada dua alas an berikut :

• Perkembangan teknologi dan inovasi adalah suatu cara untuk mengurangi biaya per unit dan meninggikan keuntungan.

• Memiliki teknologi yang lebih baik dari perusahaan lain adakalanya merupakan sumber dari terwujudnya monopoli.

VI. PENGENDALIAN MONOPOLI

Sampai sekarang ini, mungkin orang memperoleh kesan bahwa monopoli itu “sesuatu yang jelek”. Oleh karena itu banyak orang menasihatkan untuk mengendalikan monopoli. Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: metode pengendalian harga dan perpajakan. Hal yang menarik adalah beberapa metode pengendalian ini semuanya mempunyai hasil yang agak berbeda. Pengendalian harga menhasilkan output yang bersaing murni dan laba yang lebih rendah, sedangkan metode pajak semuanya menghasilkan laba murni yang lebih rendah tetapi tidak akan menaikkan output. Sebenarnya, pajak per unit menyebabkan output yang lebih rendah. Maka, dari segi pandangan masyarakat, pengendalian harga merupakan metode yang paling menguntungkan, karena output yang dijual di pasar lebih banyak dan dengan


(5)

harga yang lebih rendah. Perlu diketahui bahwa pajak persentase dan pajak tetap tidak diteruskan atau dibebankan kepada konsumen, sedangkan sebagian dari pajak per unit menjadi beban konsumen. Tetapi semua pengendalian ini mengurangi laba murni monopoli dan dengan demikian merubah distribusi pendapatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas, R.A., 1986. Teori Mikroekonomi. Terjemahan: G. Hutauruk, MBA. Erlangga, Jakarta.

Boediono,1992, Ekonomi Mikro, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Business News, tanggal 15 September 1997.

Ida, Nuraini, 2005. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Kadariah.1994. Teori Ekonomi Mikro. Fe-UI. Jakarta.

Nasution. S.H dan Tarmizi, H.B, 1996. Ekonomi mikro. USU Press, medan. Nuraini, I. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Pindyck, R.S., Daniel L.R.,2003. Mikro Ekonomi. PT. Indeks, Jakarta.

Sudarman, Ari dan Algifari, 1992. Ekonomi Mikro-Makro (Teori, Soal, dan Jawaban): Edisi II. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sudjana, dan Said Kelana, 2005. Ekonomi Makro; Sebuah kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.