Daya Beda Pelaksanaan Kelas Kontrol

Dari Tabel di atas diketahui bahwa dari 35 item soal yang diuji cobakan, sebanyak 32 item soal dinyatakan valid dan 3 item soal tidak valid. Soal yang tidak valid dalam penelitian ini dihilangkan. 3.6.2 Uji Reliabilitas Menurut Santoso 2013:99, Reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama dan tes yang sama pula ketika diuji pada waktu yang berbeda. Atau konsistensi skor juga dapat diperoleh dengan soal yang berbeda tetapi memiliki kesamaan dari berbagai aspek. Uji reliabilitas dapat dihitung dengan SPSS 19 melalui uji Reliability Analysis, jika Cronbach Alpha 60 hal ini mengindikasikan ada beberapa reponden yang tidak konsisten. Hasil perhitungan reliabilitas soal dengan SPSS 19 Cronbach’s Alpha diperoleh hasil 0,946 0,600. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir – butir soal adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Soal

3.6.3 Daya Beda

Menurut Arikunto 2012:226 daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Reliability Statistics .946 .942 35 Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha Bas ed on Standardized Items N of Items Untuk menghitung daya beda item soal peserta tes dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok atas pintar dan kelompok bawah tidak pintar yang dinyatakan dengan indeks diskriminasi D digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : D = Indeks diskriminasi butir BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = Jumlah peserta kelompok atas JB = Jumlah peserta kelompok bawah J = Jumlah responden seluruhnya PA = Proporsi atas PB = Proporsi bawah Rentang indeks daya beda adalah -1 sampai 1. Semakin tinggi mendekati 1 nilai indeks daya beda semakin baik dan sebaliknya. Jika soal dijawab oleh sebagian besar kelompok atas maka soal tersebut dikatakan baik, sebaliknya jika soal banyak dijawab dengan benar oleh kelompok bawah maka soal tersebut dikatakan jelek. Artinya soal harus dapat membedakan atau menguji dengan baik kelompok atas dan kelompok bawah. Kategori yang dapat membedakan tersebut menurut Santoso 2013:81 adalah. Tabel 3.8 Kategori Daya Beda D : Hasil uji coba soal yang telah dilakukan yaitu dari 35 soal yang telah diuji cobakan terdapat 4 soal dengan kriteria daya beda baik sekali, 12 soal dengan kriteria baik, 15 soal dengan kriteria cukup dan 4 soal dengan kriteria jelek. Rincian distribusi soal berdasarkan daya pembedanya disajikan pada tabel. Tabel 3.9 Distribusi Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Soal Nomor Item Soal Baik Sekali 2,9,31,32 Baik 1,5,8,11,12,13,15,19,24,30,33,34 Cukup 3,4,6,7,14,16,17,18,20,21,23,26,27,29,35 Jelek 10,22,25,18 Berdasarkan tabel 3.10. soal dengan kriteria jelek harus di buang. Termasuk soal yang tidak valid juga harus di buang. 3.6.4 Taraf Kesukaran Menurut Arikunto 2012:222 Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Rumus tingkat kesukaran : Nilai D Kategori 0,00 - 0,20 Jelek ≥ 0,20 - 0,40 Cukup ≥ 0,40 - ≤ 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik Sekali Besarnya tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran Pproporsi. Rumus yang digunakan adalah : P = B JS Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran ini memiliki rentang 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai P mendekati 1 berarti semakin mudah item atau soal tersebut bagi peserta tes. Sebaliknya, semakin rendah nilai P mendekati 0 berarti semakin sukar item tes bagi peserta tes. Jika seluruh peserta ujian menjawab dengan salah butir tersebut maka soal tersebut sangat sukar dengan angka kesukaran 0,00 dan jika angka kesukaran 1,00 maka soal sangat mudah karena dijawab dengan benar oleh seluruh peserta tes. Menurut Santoso 2013:78 Indeks kesukaran butir soal dapat dihitung dengan formula. Tabel 3.10 Formula Indeks Kesukaran Butir Soal Nilai P Kategori 0,00 ≥ P 0,30 Sukar 0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang Baik 0,70 P ≤ 1,00 Mudah Setelah dilakukan uji validitas, sebanyak 32 soal dinyatakan valid dan bersifat reliabel. Dari 32 soal yang valid setelah dilakukan uji daya beda dari 32 item soal tersebut terdapat 30 soal yang bisa dipakai. Oleh karena itu tahap akhir pengujian instrumen adalah uji tingkat kesukaran soal dengan 9 soal kategori mudah, 17 soal kategori sedang, dan 9 soal kategori sukar. Rincian distribusi soal berdasarkan tingkat kesukarannya disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel 3.11 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Mudah 3, 10, 16, 19, 20, 22,25, 28, 35 Sedang 1,2,5,7,8,9,11,12,13,15,23,24,30,31,32,33,34 Sukar 4,6,14,17,18,21,26,27,28

3.7 Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

Efektifitas Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division Berbantuan Media CD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Laporan Arus Kas Kelas X SMK Negeri 1

0 19 261

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK YANG DIAJARKAN DENGAN PENGGUNAAN MODUL DAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS X TKR SMK PAB 12 SAENTIS.

0 2 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INTRUCTION) BERBANTUAN MEDIA HAND OUT TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR POLA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 STABAT.

0 2 24

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BOGA DASAR SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 2 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS TUTOR TEMAN SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X A SMK NEGERI 1 SIATAS BARITA TARUTUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

1 4 24

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK AKUNTANSI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN : Studi Kuasi Eksperimen Media Komik Pembelajaran pada Siswa Kelas X Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Bojongpicun

10 39 59

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR MENGGAMBAR SKETSA DI SMKN 12 BANDUNG.

0 1 60

Pengembangan komik sebagai media pembelajaran akuntansi pada kompetensi dasar persamaan dasar akuntansi untuk siswa SMK kelas X.

0 5 315

Pengembangan komik sebagai media pembelajaran akuntansi pada kompetensi dasar persamaan dasar akuntansi untuk siswa SMK kelas X

0 1 313

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBENTUK KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI PADA KOMPETENSI MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 MOYUDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 7 213