Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Walne Perbanyakan Kultur Alga C. muelleri Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Skelon Persiapan Probiotik Bacillus sp. IRVE01

PENDAHULUAN Latar Belakang Chaetoceros merupakan mikroalga yang sering dijumpai di tambak udang Reine et al. 2002. Mikroalga ini memiliki seta yang digunakan untuk memperluas permukaan di air dan memberikan rasio yang lebih besar antara permukaan dan volume sehingga menunjang kemampuannya dalam mengapung di air Bold et al. 1985. Mikroalga ini memiliki banyak potensi dan manfaat, antara lain sebagai pakan alami larva udang Kurniawati 2006. Ada beberapa spesies Chaetoceros yang umum digunakan sebagai pakan larva udang, antara lain C. amami dan C. muelleri. Menurut Brown et al. 1989;1997 diacu dalam Bang et al. 2004, C. muelleri memiliki kandungan vitamin B2 sebanyak 100 µg per g dan vitamin C sebanyak 15 µg per g yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikroalga laut lainnya. Selain itu, C. muelleri juga memiliki kandungan n-3 High Unsaturated Fatty Acid HUFA yang tinggi dan sangat esensial untuk larva ikan laut. Manfaat lain yang dimiliki oleh mikroalga ini ialah berperan dalam pengendalian kualitas air dan meminimalkan kontaminasi dari siliata Bang et al. 2004. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton dan hewan air lain yang berukuran lebih besar yang menjadi makanan bagi ikan Brunson 1999. Keberadaan fitoplankton menjadi parameter kualitas air dan keberhasilan serta kegagalan dalam musim pembudidayaan larva ikan Morris 1999. Fitoplankton dapat bermanfaat untuk mengurangi kelimpahan amonium di lingkungan perairan Durborow et al. 1997. Pemupukan dalam kolam-kolam akuakultur penting untuk meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang bermanfaat bagi larva ikan. Formula pupuk yang digunakan ialah nitrogen N, fosforus P 2 O 5 , dan Kalium K 2 O. Fosforus merupakan nutrisi yang paling penting, sedangkan nitrogen dan kalium tidak digunakan sesering fosforus Brunson 1999. Dalam bidang akuakultur, antibiotik banyak digunakan untuk menekan penyakit yang biasa disebabkan oleh bakteri patogen. Namun, penggunaan antibiotik ini menimbulkan masalah resistensi antibiotik seperti oksitetrasiklin dan sulfametoksazol yang mencapai 100 dan ciprofloksazin yang mencapai 80 dalam lingkungan perairan Peterson 2002. Ketidakefektifan penggunaan antibiotik menyebabkan probiotik dipilih menjadi solusinya Moriarty 1999. Probiotik merupakan mikrob hidup yang dijadikan sebagai makanan suplemen dan memiliki manfaat untuk menjaga keseimbangan saluran pencernaan inangnya Verschuere 2000. Probiotik menghasilkan zat antimikrob sehingga dapat menghilangkan keberadaan bakteri patogen melalui proses kompetisi dalam lingkungannya Moriarty 1999. Beberapa tahun terakhir probiotik yang sudah biasa digunakan pada manusia dan hewan mulai diaplikasikan pada bidang akuakultur Verschuere et al. 2000. Bakteri probiotik seperti Gram positif Bacillus sp. menjadi alternatif terapi antibiotik untuk menyokong akuakultur. Spesies Bacillus biasanya ditemukan dalam sedimen laut sehingga secara alami terdapat pada saluran pencernaan hewan seperti udang yang pakannya terdapat di dalam atau di atas sedimen Moriarty 1999. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi media pupuk pertanian optimum untuk menumbuhkan alga C. muelleri dan melihat pengaruh probiotik Bacillus sp. IRVE01 dalam media pupuk pertanian terhadap pertumbuhan alga C. muelleri . Waktu dan Tempat Penelitian Penelititan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2007, bertempat di Laboratorium Scientific Study Biotechnology for Breeding Operation , PT Centralpertiwi Bahari, Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor. BAHAN DAN METODE

a. Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Walne

Alga C. muelleri merupakan koleksi dari laboratorium Scientific Study Biotechnology for Breeding Operation , PT Centralpertiwi Bahari, Lampung. Alga C. muelleri ditumbuhkan pada media Walne yang telah disterilkan dalam tabung ulir 10 ml dan botol 5 ml. Kultur alga diinkubasi pada suhu 28°C yang diberi aerasi dengan dikocok minimal 2 kali sehari dan diberi pencahayaan dengan lampu neon 40 watt sebanyak empat buah dengan intensitas cahaya 7200 lux dalam kotak ukuran 1.5 m x 0.75 m.

b. Perbanyakan Kultur Alga C. muelleri

Perbanyakan kultur alga dilakukan dalam media Walne dengan menginokulasikan alga ke media Walne baru dalam Erlenmeyer 100 ml alga : volume media = 1 : 10. Kultur diinkubasi seperti tahap a.

c. Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Skelon

Alga selanjutnya ditumbuhkan dalam pupuk skelon yang dilarutkan dalam air laut dan diberi vitamin B1 tiamin dan B12 sianokobalamin vitamin : volume media = 1 : 1000. Kultur alga dari media Walne diinokulasikan seperti tahap b ke dalam 250 ml media pupuk skelon dengan konsentrasi 30 mgl dalam botol 500 ml yang ditutup dengan kertas aluminium. Kultur diinkubasi seperti tahap a.

d. Persiapan Probiotik Bacillus sp. IRVE01

Probiotik Bacillus sp. IRVE01 ditumbuhkan dalam media Sea Water Complete SWC pada cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Kemudian probiotik diinokulasi dengan pengenceran 10 5 ke media SWC baru hingga diperoleh koloni tunggal. Koloni tunggal tersebut ditumbuhkan dalam media Tryptic Soy Broth TSB. e. Pengujian pada Media Pupuk Pertanian Alga dari media skelon diinokulasikan seperti tahap b ke media pupuk pertanian dengan volume 250 ml dalam botol 500 ml dengan tiga konsentrasi pupuk Nitrogen Fosforus Kalium NPK dan urea yang dilarutkan dalam air laut serta penambahan probiotik. Media ini diberi vitamin B1 dan vitamin B12 seperti tahap c. Perlakuan yang diujikan, yaitu: pupuk pertanian 1x NPK 40 mgl dan urea 10 mgl, pupuk pertanian 1.5x NPK 60 mgl dan urea 15 mgl, pupuk pertanian 2x NPK 80 mgl dan urea 20 mgl, dan pupuk pertanian 1x, 1.5x, serta 2x dengan penambahan probiotik probiotik : volume media = 1 : 10000. Kultur diinkubasi seperti tahap a.

f. Pengujian pada Konsentrasi Media Pupuk Pertanian Optimum