b. Perbanyakan Kultur Alga C. muelleri
Perbanyakan kultur alga dilakukan dalam media Walne dengan menginokulasikan alga
ke media Walne baru dalam Erlenmeyer 100 ml alga : volume media = 1 : 10. Kultur
diinkubasi seperti tahap a.
c. Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Skelon
Alga selanjutnya ditumbuhkan dalam pupuk skelon yang dilarutkan dalam air laut
dan diberi vitamin B1 tiamin dan B12 sianokobalamin vitamin : volume media = 1
: 1000. Kultur alga dari media Walne diinokulasikan seperti tahap b ke dalam 250
ml media pupuk skelon dengan konsentrasi 30 mgl dalam botol 500 ml yang ditutup dengan
kertas aluminium. Kultur diinkubasi seperti tahap a.
d. Persiapan Probiotik Bacillus sp. IRVE01
Probiotik Bacillus
sp. IRVE01 ditumbuhkan dalam media Sea Water
Complete SWC pada cawan petri dan
diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Kemudian probiotik diinokulasi dengan
pengenceran 10
5
ke media SWC baru hingga diperoleh koloni tunggal. Koloni tunggal
tersebut ditumbuhkan dalam media Tryptic Soy Broth
TSB. e. Pengujian pada Media Pupuk Pertanian
Alga dari media skelon diinokulasikan seperti tahap b ke media pupuk pertanian
dengan volume 250 ml dalam botol 500 ml dengan tiga konsentrasi pupuk Nitrogen
Fosforus Kalium NPK dan urea yang dilarutkan dalam air laut serta penambahan
probiotik. Media ini diberi vitamin B1 dan vitamin B12 seperti tahap c.
Perlakuan yang diujikan, yaitu: pupuk pertanian 1x NPK 40 mgl dan urea 10 mgl,
pupuk pertanian 1.5x NPK 60 mgl dan urea 15 mgl, pupuk pertanian 2x NPK 80 mgl
dan urea 20 mgl, dan pupuk pertanian 1x, 1.5x, serta 2x dengan penambahan probiotik
probiotik : volume media = 1 : 10000. Kultur diinkubasi seperti tahap a.
f. Pengujian pada Konsentrasi Media Pupuk Pertanian Optimum
Alga ditumbuhkan dalam media Walne dan pupuk skelon sebelum pengujian pada
media pupuk pertanian optimum berdasarkan hasil analisis pada pengujian e. Alga
diujikan pada media pupuk pertanian optimum dengan dan tanpa penambahan probiotik
Bacillus
sp. IRVE01 dengan volume 250 ml dalam botol 500 ml. Penambahan probiotik
seperti tahap e. Kultur diinkubasi seperti tahap a, namun menggunakan pencahayaan
dengan empat buah lampu neon 18 Watt yang intensitas cahayanya sebesar 1700 lux dalam
kotak ukuran 1.2 m x 0.6 m. g. Uji Statistik
Seluruh perlakuan yang diujikan menggunakan tiga ulangan dan dianalisis
dengan Analysis of Variance ANOVA berdasarkan uji F dan Uji Duncan pada taraf
kepercayaan 5.
h. Pengamatan Kuantitas, Ukuran, dan Isi Sel Alga
Kuantitas, ukuran, dan isi sel alga dalam media Walne dan pupuk skelon diamati setiap
24 jam., sedangkan pada pengujian e diamati pada jam ke-18, 30, 42 dan pada pengujian f
diamati setiap 12 jam. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan hemasitometer
Neubauer di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Apabila kuantitas sel alga
pada tahap pengkulturan dan perbanyakan tahap a,b, dan c telah mencapai 5 x 10
5
selml dan ukuran serta isi selnya baik dan homogen, alga dapat diinokulasikan tahap a
ke tahap b, tahap b ke tahap c, dan tahap c ke tahap e.
i. Pengamatan Jumlah Bakteri dan Vibrio
Kultur alga pada pengujian e pada jam ke-18 dicawankan pada media Tryptic Soy
Agar TSA dan Thiosulphate Citrate Bile-salt
Sucrose TCBS untuk menentukan jumlah
total bakteri dan Vibrio dalam kultur dengan metode cawan hitung.
j. Analisis Amonium, Nitrit, dan Nitrat
Kultur alga pada pengujian e dianalisis konsentrasi amonium dan nitritnya pada jam
ke-18, sedangkan pada pengujian f dianalisis konsentrasi amonium, nitrit, dan nitratnya
setiap 12 jam. Analisis dilakukan dengan metode spektrofotometri.
Dalam analisis konsentrasi amonium, 5 ml sampel ditambahkan 0.2 ml reagen fenol, 0.2
ml reagen natrium nitroprusid, dan 0.5 ml reagen oksidan hipoklorit:asam sitrat.
Setelah itu, amonium diukur pada panjang gelombang 640 nm Greenberg et al. 1992.
Dalam analisis konsentrasi nitrit, 5 ml sampel ditambahkan 0.1 ml reagen
sulfanilamida kemudian dikocok, didiamkan selama 2-8 menit dan ditambahkan 0.1 ml N-
Naphtyl Etilen Diamin Dihidroksida NED, didiamkan selama 12 jam. Setelah itu,
dihomogenkan dan dibiarkan sampai terbentuk warna merah muda, diukur pada
panjang gelombang 540 nm Greenberg et al. 1992.
Dalam analisis konsentrasi nitrat, 2 ml sampel ditambahkan 0.2 ml reagen brusin dan
4 ml H
2
SO
4
pekat, didiamkan selama 12 jam. Setelah itu, diukur pada panjang gelombang
420 nm Greenberg et al. 1992. Larutan blanko yang digunakan ialah air bebas ion.
HASIL
Pertumbuhan Sel Alga C. muelleri pada Media Pupuk Pertanian
Hasil penelitian menunjukkan jumlah sel alga C. muelleri tertinggi pada jam ke-42,
yaitu pada media pupuk pertanian 1.5x dengan jumlah sel 17.8 x 10
5
selml. Jumlah sel alga pada media pupuk pertanian 1.5x berbeda
nyata pada taraf kepercayaan 5 dengan jumlah sel alga pada media pupuk pertanian
1x dan 2x Lampiran 1. Jumlah sel alga pada jam ke-42 pada
ketiga konsentrasi media pupuk pertanian dengan penambahan probiotik Bacillus sp.
IRVE01 lebih tinggi dibandingkan pada media yang tidak diberi penambahan probiotik, yaitu
berturut-turut 16.45 x 10
5
selml, 18.125 x 10
5
selml dan 14.967 x10
5
selml Gambar 1. Penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01
pada media pupuk pertanian 1.5x pada jam ke-42 memberikan pengaruh terbaik terhadap
jumlah sel alga dibandingkan pada media 1x dan 2x, namun tidak berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 5 dibandingkan jumlah sel alga pada media 1.5x tanpa penambahan probiotik
Lampiran1. Pada media 1x, penambahan probiotik memberikan pengaruh yang lebih
baik dan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5 dibandingkan jumlah sel alga
pada media 1x tanpa penambahan probiotik Lampiran 1.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
18 30
42
Waktu jam Ju
m la
h se
l a lg
a 1
5
se l
ml
P. Pertanian 1x P. Pertanian 1x + P
P. Pertanian 1.5x P. Pertanian 1.5x + P
P. Pertanian 2x P. Pertanian 2x + P
Gambar 1 Jumlah sel alga C. muelleri pada media pupuk pertanian 1x, 1.5x,
2x dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01.
Ukuran Sel Alga C. muelleri
Sel alga C. muelleri dengan perlakuan pupuk pertanian 1x pada jam ke-30 memiliki
ukuran terbesar dibandingkan pada perlakuan pupuk pertanian 1.5x dan 2x, yaitu sebesar 5
µm.
Penambahan probiotik pada media pupuk pertanian 1.5x, pada jam ke-30 menghasilkan
sel alga dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan pada media tanpa penambahan
probiotik, yaitu 4.33 µm. Ukuran sel alga pada berbagai konsentrasi media pupuk pertanian
pada jam ke-30 tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5 Lampiran 2.
Pada jam ke-42, penambahan probiotik pada media pupuk pertanian 1x menghasilkan
sel alga dengan ukuran lebih besar dibandingkan pada media tanpa penambahan
probiotik, yaitu 4.33 µm, sedangkan pada media pupuk pertanian 1.5x memberikan hasil
yang sebaliknya Gambar 2. Penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 tersebut
menghasilkan ukuran sel alga yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5
dengan ukuran sel alga pada media tanpa penambahan probiotik Lampiran 2.
2 2.5
3 3.5
4 4.5
5 5.5
6 6.5
18 30
42
Waktu jam U
k u
ran sel
m ikr
o m
et er
P.Pertanian 1X P.Pertanian 1X + P
P.Pertanian 1.5X P.Pertanian 1.5X + P
P.Pertanian 2X P.Pertanian 2X + P
Gambar 2 Ukuran sel alga C. muelleri pada media pupuk pertanian 1x, 1.5x,
2x dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01.
Kualitas Isi Sel Alga C. muelleri
Sel alga C. muelleri dalam ketiga konsentrasi media pupuk pertanian pada jam
ke-42 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5 Lampiran
3. Penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 pada media pupuk pertanian dengan
konsentrasi 1.5x pada jam ke-42 memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas isi sel alga
C. muelleri
Gambar 3, namun pada taraf kepercayaan 5 tidak berbeda nyata dengan
kualitas isi sel alga pada media 1.5x tanpa penambahan probiotik Lampiran 3.
60 62
64 66
68 70
72 74
76 78
80
18 30
42
Waktu jam K
u a
lit a
s Is
i S
e l
P.Pertanian 1X P.Pertanian 1X + P
P.Pertanian 1.5X P.Pertanian 1.5X + P
P.Pertanian 2X P.Pertanian 2X + P
Gambar 3 Kualitas isi sel alga C. muelleri pada media pupuk pertanian 1x,
1.5x, 2x dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01.
Amonium dan Nitrit Hasil analisis amonium jam ke-18 pada
media pupuk pertanian dengan perlakuan 1x, 1.5x, dan 2x menunjukkan ketersediaan
amonium dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan sel alga C. muelleri, yaitu
dengan konsentrasi berturut-turut 2.095 mgl, 2.419 mgl, dan 2.403 mgl. Hasil analisis
amonium pada media pupuk pertanian dengan penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01
juga menunjukkan konsentrasi amonium yang cukup, yaitu dengan konsentrasi 2.338 mgl,
2.2 mgl, dan 2.473 mgl Gambar 4.
2.095 2.338
2.419 2.2
2.403 2.473
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1X 1X + P
1.5X 1.5X + P
2X 2X + P
Perlakuan Pupuk Pertanian A
m oni
um m
g l
Gambar 4 Konsentrasi amonium dalam kultur alga C. muelleri pada media pupuk
pertanian 1x, 1.5x, 2x dengan dan tanpa penambahan probiotik
Bacillus sp. IRVE01.
Hasil analisis nitrit jam ke-18 menunjukkan adanya konsentrasi nitrit pada
media pupuk pertanian dengan perlakuan 1x, 1.5x, dan 2x, yaitu berturut-turut 0.016 mgl,
0.011 mgl, dan 0.009 mgl. Pada media pupuk pertanian dengan penambahan
probiotik Bacillus sp. IRVE01 juga terdapat konsentrasi nitrit, yaitu dengan konsentrasi
0.007 mgl, 0.007 mgl, dan 0.011 mgl Gambar 5.
0.016 0.007
0.011 0.007
0.009 0.011
0.005 0.01
0.015 0.02
1X 1X + P
1.5X 1.5X + P
2X 2X + P
Perlakuan Pupuk Pertanian N
itr it
m g
l
Gambar 5 Konsentrasi nitrit dalam kultur alga C. muelleri
pada media pupuk pertanian 1x, 1.5x, 2x dengan dan
tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01.
Kelimpahan Total Bakteri dan Vibrio
Jumlah Total Bakteri pada jam ke-18 dalam media pupuk pertanian 2x
menunjukkan jumlah bakteri terendah, yaitu 1.5 x 10
3
cfuml. Penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan
5 terhadap jumlah bakteri keseluruhan dalam kultur alga dibandingkan pada media
tanpa penambahan probiotik Lampiran 4.
33 37
41 37
6.5 1.5
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1x 1x + P
1.5x 1.5x + P
2x 2x + P
Perlakuan Media Pupuk Pertanian J
u m
lah K
o lo
n i B
akt er
i
1
3
cf u
m l
Gambar 6 Jumlah total bakteri dalam kultur alga C. muelleri pada media pupuk
pertanian 1x, 1.5x, 2x dengan dan tanpa penambahan probiotik
Bacillus sp. IRVE01.
Jumlah total Vibrio pada jam ke-18 dalam media pupuk pertanian 1.5x menunjukkan
jumlah Vibrio terendah, yaitu 1 x 10
2
cfuml Penambahan probiotik pada media pupuk
pertanian 1x dan 2x dapat mengurangi kelimpahan Vibrio, yaitu dengan hasil TVC
secara berturut-turut 1 x 10
2
cfuml dan 1 x 10
2
cfuml Gambar 7.
4 1
1 2.5
2 1
1 2
3 4
5
1x 1x + P
1.5x 1.5x + P
2x 2x + P
Perlakuan Media Pupuk Pertanian Ju
m lah
K o
lo n
i Vi
b r
io 1
2
cf u
m l
Gambar 7 Jumlah total Vibrio dalam kultur alga C. muelleri pada media pupuk
pertanian 1x, 1.5x, 2x dengan dan tanpa penambahan probiotik
Bacillus sp. IRVE01.
Pertumbuhan Alga C. muelleri pada Konsentrasi Media Pupuk Pertanian
Optimum
Berdasarkan hasil pengujian tiga konsentrasi media pupuk pertanian
menunjukkan bahwa media pupuk pertanian 1.5x merupakan media yang optimum untuk
menumbuhkan alga C. muelleri. Pada pengujian media pupuk pertanian
1.5x dan 1.5x dengan penambahan probiotik yang diamati setiap 12 jam, jumlah sel alga C.
muelleri tertinggi terjadi pada jam ke-48
kemudian jumlah sel alga kembali menurun pada jam ke-60.
Pada media dengan penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01, jumlah sel alga pada jam ke-36 9.02 x 10
5
selml, 48 12.37 x 10
5
selml, dan 60 11.82 x 10
5
selml menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan
pada media pupuk pertanian tanpa penambahan probiotik Gambar 8 dan
berdasarkan uji F berbeda nyata Lampiran 5.
2 4
6 8
10 12
14
12 24
36 48
60 72
Waktu jam Ju
m lah
S el
10
5
s e
lm l
P. Pertanian 1.5x P. Pertanian 1.5x + P
Gambar 8 Jumlah sel alga C. muelleri pada media pupuk pertanian 1.5x
dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01.
Amonium Hasil analisis amonium pada media pupuk
pertanian 1.5 x menunjukkan penurunan dari jam ke-12 21.702 mgl sampai jam ke-72
0.592 mgl. Hasil analisis amonium pada media dengan penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01 juga menunjukkan penurunan dari jam ke-12 21.308 mgl sampai jam ke-48
2.306 mgl, terjadi peningkatan pada jam ke-60, namun menurun kembali pada jam ke-
72 0.179 mgl. Konsentrasi amonium tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
media tanpa penambahan probiotik Gambar 9.
5 10
15 20
25
12 24
36 48
60 72
waktu jam K
ons e
n tr
a s
i A m
onium ppm
P. Pertanian 1.5 x P. Pertanian 1.5x + P
Gambar 9 Konsentrasi amonium pada media pupuk pertanian 1.5x dengan dan
tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01.
Nitrit
Hasil analisis nitrit pada media pupuk pertanian 1.5x menunjukkan peningkatan dari
jam ke-0 0.074 mgl sampai jam ke-72 0.262 mgl. Pada media dengan penambahan
probiotik Bacillus sp. IRVE01, konsentrasi nitrit juga meningkat dari jam ke-0 0.024
mgl sampai jam ke-72 0.241 mgl Gambar 10. Berdasarkan uji F, konsentrasi nitrit pada
media dengan penambahan probiotik tidak berbeda nyata dengan pada media tanpa
penambahan probiotik Lampiran 6.
0.1 0.2
0.3 0.4
12 24
36 48
60 72
Waktu jam K
o n
sen tr
asi N
it ri
t m
g l
P. Pertanian 1.5x P. Pertanian 1.5x + P
Gambar 10 Konsentrasi nitrit pada media pupuk pertanian 1.5x dengan
dan tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01. Nitrat
Analisis nitrat pada media pupuk pertanian 1.5x menunjukkan sedikit peningkatan dari
jam ke-0 2.037 mgl sampai jam ke-12 2.114 mgl, namun dari jam ke-12 sampai
jam ke-24 terjadi sedikit penurunan. Pada jam ke-24 sampai jam ke-48 konsentrasi nitrat
meningkat kembali dan kembali turun sampai jam ke-72 2.21 mgl. Pada media dengan
penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01, konsentrasi nitrat meningkat dari jam ke-12
1.575 mgl sampai pada jam ke- 60 4.007 mgl dan menurun pada jam ke-72 2.523
mgl Gambar 11.
1 2
3 4
5
12 24
36 48
60 72
Waktu jam
K ons
e nt
ra s
i N it
ra t
ppm
P. Pertanian 1.5x P. Pertanian 1.5x + P
Gambar 11 Konsentrasi nitrat pada media pupuk pertanian 1.5x dengan
dan tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01.
PEMBAHASAN
Konsentrasi Optimum Pupuk Pertanian untuk Pertumbuhan C. muelleri
Alga C. muelleri merupakan salah satu organisme yang memanfaatkan cahaya
sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis. Dalam pertumbuhan selnya, C.
muelleri juga membutuhkan nitrogen dan
karbon sebagai sumber nutrisinya. Namun, perbandingan nitrogen dan karbon yang
dibutuhkan setiap organisme fotosintetik berbeda dan biasanya hal ini tergantung pada
lingkungan dimana organisme tersebut hidup Raven 2004.
Salah satu kebutuhan nitrogen alga dapat diperoleh melalui media Walne. Media ini
merupakan media tumbuh yang baik bagi sel alga C. muelleri karena media ini memiliki
kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh alga C. muelleri, antara lain nitrogen
dalam bentuk NO
3
dan NH
4
, fosforus, vitamin B1 tiamin, dan vitamin B12
sianokobalamin Lampiran 7. C. muelleri membutuhkan vitamin B12 karena vitamin
B12 berguna bagi pertumbuhan selnya dan alga ini tidak dapat menghasilkannya sendiri.
Media lain yang digunakan sebagai media tumbuh alga C. muelleri ialah pupuk skelon.
Media ini mempunyai kandungan nutrisi yang tidak selengkap media Walne. Nitrogen
anorganik dalam pupuk skelon hanya terdapat dalam bentuk NO
3
Lampiran 8. Media ini merupakan media persiapan dalam
pengkulturan alga C. muelleri untuk selanjutnya ditumbuhkan pada skala yang
lebih besar. Sebagai pakan larva udang, dibutuhkan
produksi alga C. muelleri dalam skala besar. Dalam produksi skala besar dibutuhkan media
untuk pertumbuhan alga dalam jumlah besar pula. Media yang biasa digunakan ialah media
pupuk pertanian Nitrogen Fosforus Kalium NPK dengan penambahan vitamin B1 dan
vitamin B12. Media yang digunakan harus memiliki nutrisi yang baik bagi pertumbuhan
alga dan dapat menjaga stabilitas produksi alga dalam jumlah besar. Oleh karena itu,
diujikan tiga konsentrasi media pupuk pertanian yaitu 1x 40mgl NPK dan 10 mgl
urea, 1.5x 60 mgl NPK dan 15 mgl urea, dan 2x 80 mgl NPK dan 20 mgl urea.
Dalam pengujian tiga konsentrasi media pupuk pertanian tersebut didapatkan
pertumbuhan sel alga C. muelleri tertinggi pada pupuk pertanian dengan konsentrasi 1.5x
Nitrogen Fosforus Kalium 60 mgl dan urea 15 mgl. Penambahan probiotik Bacillus sp.
IRVE01, memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah sel alga C. muelleri pada
jam ke-42 dibandingkan pada media pupuk pertanian tanpa penambahan probiotik. Hal
tersebut menunjukkan adanya indikasi bahwa probiotik
Bacillus sp. IRVE01 dapat
menunjang pertumbuhan alga C. muelleri. Hal tersebut sesuai dengan Boyd 1998 yang
menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam akuakultur dapat meningkatkan
pertumbuhan alga. Namun, penambahan probiotik tersebut tidak memberikan hasil
yang lebih baik terhadap ukuran sel dan kualitas isi sel alga C. muelleri.
Hasil pencawanan total bakteri dalam kultur pada jam ke-18 menunjukkan bahwa
media pupuk pertanian dengan penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 memiliki
jumlah bakteri dalam kultur alga yang tidak berbeda nyata dengan media tanpa
penambahan probiotik pada taraf kepercayann 5 Lampiran 4. Berdasarkan hasil
pencawanan total Vibrio pada jam ke-18, media pupuk pertanian 1.5x memiliki jumlah
total Vibrio terendah. Dengan penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01, jumlah total
Vibrio
pada media 1x dan 2x lebih rendah dibandingkan pada media yang tidak diberi
penambahan probiotik. Dalam hal ini diduga probiotik
Bacillus sp. IRVE01 dapat
menurunkan kontaminasi Vibrio di dalam kultur alga, walaupun konsentrasi efektif
penggunaan probiotik ini belum diketahui. Hal tersebut sesuai dengan Verschuere 2000
yang menyatakan bahwa probiotik Bacillus sp. dapat menghambat pertumbuhan Vibrio.
Probiotik Bacillus sp. mampu membantu pertumbuhan alga dengan menghambat
bakteri kontaminan yang ada Verschuere 2000. Bacillus sp. menghasilkan antimikrob,
diantaranya bakteriosin yang dihasilkan pada fase eksponensialnya dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan Bacillus
sp. IRVE01 ini dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan alga C. muelleri
dan sekaligus sebagai biokontrol dalam lingkungan akuakultur. Hal tersebut juga telah
dilakukan pada Artemia yang ditambahkan dengan probiotik Bacillus sp. yang dijadikan
pakan udang Penaeus monodon dan terbukti dapat menurunkan penyakit yang menyerang
larva udang tersebut Rengpipat 1998.
Salah satu sumber nitrogen yang digunakan untuk pertumbuhan alga ialah
amonium. Konsentrasi amonium yang dibutuhkan dalam akuakultur yaitu antara 0.2-
2 mgl. Semakin tinggi tingkat nutrisi dalam air, maka pertumbuhan plankton seperti alga
juga semakin meningkat Boyd 1998. Menurut DSouza 2000, alga yang
ditumbuhkan pada media rendah nitrogen memiliki kandungan protein dan lemak yang
lebih rendah dibandingkan alga yang ditumbuhkan pada media dengan ketersediaan
nitrogen yang cukup. Protein merupakan sumber asam amino esensial bagi larva udang,
sedangkan lemak selain sebagai sumber energi dan komponen struktur membran larva udang,
dalam bentuk steroid juga berfungsi sebagai perkusor vitamin, asam empedu, dan hormon
seperti ekdison. Penambahan probiotik Bacillus sp.
IRVE01 tidak mempengaruhi ketersediaan amonium dalam media pupuk pertanian. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan bahwa konsentrasi amonium
pada media pupuk pertanian dengan penambahan probiotik tidak lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi amonium pada media pupuk pertanian tanpa
penambahan probiotik. Amonium yang menjadi faktor nutrisi bagi alga dapat tetap
dipergunakan untuk pertumbuhan sel alga yang ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan sel alga sampai pada jam ke-30 dan jam ke-42 Gambar 1.
Dalam analisis nitrit pada media pupuk pertanian menunjukkan konsentrasi nitrit
yang masih rendah. Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi oksidasi amonium menjadi nitrit
dalam media pupuk pertanian. Namun, konsentrasi nitrit tersebut masih berada di
bawah batas konsentrasi maksimum yang dianjurkan dalam bidang
akuakultur, yaitu di bawah 0.3 mgl Boyd 1998.
Pertumbuhan C. muelleri pada Konsentrasi Media Pupuk Pertanian Optimum
Dalam pengujian tiga konsentrasi pupuk pertanian, diperoleh pupuk pertanian optimum
untuk pertumbuhan alga C. muelleri, yaitu pupuk pertanian dengan konsentrasi 1.5x. Hal
tersebut didasarkan pada jumlah sel alga pada media pupuk pertanian 1.5x yang tertinggi dan
berbeda nyata dengan jumlah sel alga pada media pupuk pertanian dengan konsentrasi 1x
dan 2x pada taraf kepercayaan 5 Lampiran 1. Selain itu, ketersediaan amonium pada jam
ke-18 dalam media pupuk tersebut masih cukup memadai untuk pertumbuhan alga C.
muelleri
Gambar 4. Berdasarkan hasil pengujian pupuk
pertanian konsentrasi 1.5x dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01
menunjukkan dengan penambahan probiotik, pertumbuhan sel alga pada jam ke-36, 48, dan
60 lebih tinggi dibandingkan pada media tanpa penambahan probiotik dan berdasarkan
uji F berbeda nyata dengan pertumbuhan sel alga pada media tanpa penambahan probiotik
Lampiran 5. Hal tersebut menunjukkan adanya indikasi bahwa probiotik Bacillus sp.
IRVE01 memiliki peranan dalam meningkatkan pertumbuhan alga C. muelleri .
Analisis amonium setiap 12 jam menunjukkkan adanya penurunan konsentrasi
amonium dalam kultur alga C. muelleri. Penurunan konsentrasi amonium ini
menunjukkan adanya penggunaan amonium oleh alga C. muelleri. Namun, pada jam ke-60
ketersediaan amonium yang menipis menyebabkan jumlah sel alga menurun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa amonium merupakan salah satu bentuk nitrogen
anorganik yang sering digunakan oleh alga yang sesuai dengan pernyataan Wheeler
1990 yang diacu dalam Raey et al. 1999.
Penggunaan nitrogen anorganik ini seiring dengan pertambahan jumlah sel alga C.
muelleri . Hal tersebut mengindikasikan
adanya penggunaan amonium dan hasil
fotosintesis yang berupa karbohidrat sebagai sumber karbon. Menurut Miyazaki 1987,
penggunaan nitrogen oleh fitoplankton tergantung pada jumlah karbohidrat yang
tersedia. Tingkat nutrisi dalam lingkungan ditunjukkan oleh kelimpahan nitrogen dan
fosforus dalam air. Faktor nutrisi tersebut yang mendukung kelimpahan plankton yang
memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur tingkat kekeruhan air dan
penyediaan pakan bagi ikan Boyd 1998. Asimilasi amonium oleh organisme
fotosintetik terjadi dalam metabolisme fotosintesis dan respirasi karbon Elrifi 1988.
Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan sel alga yang mengalami peningkatan dengan
memanfaatkan amonium yang terkandung
dalam media yang sesuai dengan pernyataan Duborow
et al . 2003 bahwa alga
memanfaatkan ketersediaan amonium dalam media tumbuhnya. Menurut Flynn 1990 alga
yang tumbuh dalam lingkungan dengan amonium yang berlebih dapat menekan
kemampuannya dalam menggunakan sumber nitrogen lain seperti nitrat.
Dalam kultur alga tersebut, konsentrasi nitrit setiap 12 jam mengalami peningkatan.
Namun hingga jam ke-72, konsentrasi nitrit masih cenderung rendah sehingga tidak
menggangu pertumbuhan alga C. muelleri yang dapat dilihat dengan jumlah sel alga
yang meningkat. Pada media dengan penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01,
konsentrasi nitrit lebih rendah dibandingkan pada media tanpa penambahan probiotik,
namun berdasarkan uji F tidak berbeda nyata Lampiran 6.
Konsentrasi nitrat dalam media pupuk pertanian 1.5x mengalami penurunan pada
jam ke-24 namun mengalami peningkatan hingga jam ke-48. Hal tersebut menunjukkan
adanya reaksi oksidasi nitrit menjadi nitrat dalam media tersebut. Pada media pupuk
pertanian dengan penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01 menunjukkan peningkatan nitrat yang lebih tinggi dan lebih
lama, yaitu dari jam ke-12 sampai pada jam ke-60 Gambar 11. Hal tersebut
menunjukkan adanya reaksi oksidasi nitrit menjadi nitrat yang diduga dilakukan oleh
bakteri tersebut. Menurut Duborrow et al. 2003, di bawah kondisi normal, di dalam air,
amonium akan diubah menjadi nitrit. Kemudian nitrit secara alami diubah menjadi
nitrat oleh bakteri.
SIMPULAN
Konsentrasi pupuk pertanian yang paling optimum untuk pertumbuhan alga C. muelleri
ialah 1.5x, yaitu dengan komposisi NPK 60 mgl dan urea 15 mgl. Penambahan probiotik
Bacillus sp. IRVE01 pada media pupuk
pertanian dapat meningkatkan jumlah sel alga C. muelleri.
Berdasarkan hasil analisis amonium, nitrit, dan nitrat menunjukkan
bahwa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 tidak mempengaruhi ketersediaan
nitrogen anorganik dalam media.
SARAN
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui konsentrasi optimum
penggunaan probiotik Bacillus sp. IRVE01 dalam media pertumbuhan alga.
DAFTAR PUSTAKA
Bang D, Son T, Ninh B. 2004. A comparison of yield and quality of the Rotifer
Brachionus plicatilis-L strain fed different diets under aquaculture
conditions. Asian Fish Sci 17: 357-363.
Bold HC, Wynne MJ. 1985. Introduction to The Algae: Structure and
Reproduction . Ed ke-2. London:
Prentice Hall, Inc. Boyd CE. 1998. Research and Development.
Volume ke-43, Water Quality for Ponds Aquaculture
. Alabama: International Center for Aquaculture
and Aquatic Environments, Alabama Agricultural Experiment Station,
Alabama University.
Boyd CE. 1998. Use of probiotic for improving soil and water quality in
aquaculture ponds. Di dalam: Flegel TW, editor. Proceedings to The Special
Session on Shrimp Biotechnology 5
th
Asian Fisheries Forum: Chiengmai: 1998. Bangkok: Multimedia Asia Co.
Ltd. Brunson MW, Stone N, Hargreaves J. 1999.
Fertilization of Fish Ponds [editorial]. Aqua KE Gov Doc
471:1-4. DSouza, FML, Kelly GJ. 2000. Effects of a
diet of nitrogen-limited alga Tetraselmis suecica on growth,
survival, and biochemical composition of tiger prawn Penaeus monodon. J
Aquaculture
181:311-329. Duborrow RM, Crosby DM, Brunson MW.
1997. Ammonia in Fish Ponds
[editorial]. Aqua KE Gov Doc 463:1-2. Flynn KJ. 1990. Algal carbon-nitrogen
metabolism: a biochemical basic for modelling the interactions between
nitrate and ammonium uptake. J of Plankton Research
13 2: abstrak [terhubung berkala] http:plankt.
oxfordjournals.orgmiscterms. Shtml. [3 Agustus 2006].
Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD, editor. 1992.
Standart Methods for Examination of Water and Wastewater
. Ed ke-18. Washington DC: Publication
Office American Public Health Association.
Kurniawati AR. 2006. Peningkatan productivitas kultur diatom
Chaetoceros amami melalui optimasi
rasio N:P:Si [Tesis]. Bandung:
Institut Teknologi Bandung. Miyazaki T, Hideki S, Uotani H. 1987. Diel
changes of uptake of inorganic carbonand nitrogen by phytoplankton,
and relationship betweeninorganic carbon and nitrogen uptakein Lake
Nakanuma, Japan. J of Plankton Research
9 3. abstrak [terhubung berkala]http:plankt.oxfordjournals.org
miscterms. Shtml. [3 Agustus 2006] Moriarty DJW. 1999. Disease control in
shrimp aquaculture with probiotic bacteria. Di dalam: Bell CR, Brylinsky
M, Johnson-Green P, editor. Microbiol Biosystems: New Frontiers
. Proceedings of the 8
th
International Symposium on Microbiol Ecology
; Halifax, 1999. Canada: Atlantic Canada
Society for Microbiol Ecology. Morris JE, Mischke CC. 1999. Plankton
Management for Fish Culture Ponds [editorial]. Aqua KE Gov Doc 114:1-8.
Peterson A, Andersen JS, Kaewmak T, Somsiri T, Dalsgaard A. 2002. Impact
of integrated fish farming on antimicrobial resistance in a pond
environment. Appl Environ Microbiol 68: 6036-6042.
Prud’ homme van Reine WF, Trono `JrGC. 2002. Plant Resources of South-East
Asia 15: 1 Cryptogams: Algae. Bogor:
Prosea Foundation. Raven JA, Handley LL, Andrews M. 2004.
Global aspects of CN interactions determining plant-environment
nteractions. J of Experimental Botany 55:11-25.
Reay DS, Nedwell DB, Priddle J, Ellis-Evans JC. 1999. Temperature dependenceof
inorganic nitrogen uptake: reduced affinity for nitrate at suboptimal
temperaturesin both algae and bacteria. Appl Environ Microbiol
65:2577-2584. Rengpipat S, Rukpratanporn S,
Piyatiratitivorakul S, Menasveta P. 1998. Probiotics in aquaculture: a case
study of probiotics for larvae of the black tiger shrimp Penaeus monodon.
Di dalam: Flegel TW, editor. Proceedings to The Special Session on
Shrimp Biotechnology 5
th
Asian Fisheries Forum: Chiengmai: 1998.
Bangkok: Multimedia Asia Co. Ltd. 177-182.
Verschuere L et al. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture
[ulasan]. Microbiol Molecul Biol 64: 655-671.
Zou N, Sun DH, Han YX. 2005. Effects of CO
2
on high density culture of Chaetoceros muelleri
. Sheng Wu Gong Cheng Xue Bao
21: 844-847.Miyazaki T, Hideki S, Uotani H. 1987. Diel
changes of uptake of inorganic carbonand nitrogen by phytoplankton,
and relationship betweeninorganic carbon and nitrogen uptakein Lake
Nakanuma, Japan. J of Plankton Research
9 3. abstrak [terhubung berkala]http:plankt.oxfordjournals.org
miscterms. Shtml. [3 Agustus 2006]
LAMPIRAN
Lampiran 1 ANOVA dan uji Duncan jumlah sel alga jam ke-42 pada media pupuk pertanian dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp.
IRVE01 Konsentrasi Pupuk Pertanian
Jumlah Sel Alga Pupuk pertanian 1x
a
13.516 Pupuk pertanian 1.5x
c
17.8 Pupuk pertanian 2x
ab
14.033 Pupuk pertanian 1x + P
bc
16.45 Pupuk pertanian 1.5x + P
c
18.125 Pupuk pertanian 2x + P
ab
14.967
Jumlah sel alga dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada α 0.05 dan Analysis
of Variance ANOVA
Lampiran 2 Uji Duncan ukuran sel alga pada jam ke-30 dan jam ke-42 pada media
pupuk pertanian dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01
Konsentrasi Pupuk Pertanian
Jam ke-30 Jam ke-42
Pupuk pertanian 1x
a
5.00
a
4.00 Pupuk pertanian 1.5 x
a
4.33
a
4.33 Pupuk pertanian 2 x
a
4.33
a
4.00 Pupuk pertanian 1x + P
a
4.67
a
4.33 Pupuk pertanian 1.5 x + P
a
5.00
a
4.00 Pupuk pertanian 2 x + P
a
6.00
a
4.00
Ukuran sel alga dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada α 0.05
Lampiran 3 ANOVA dan uji Duncan kualitas isi sel alga pada jam ke-42 pada
media pupuk pertanian dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01 Konsentrasi Pupuk Pertanian
Kualitas Isi Sel Alga Pupuk pertanian 1x
bc
73.33 Pupuk pertanian 1.5x
bc
73.33 Pupuk pertanian 2x
ab
70.00 Pupuk pertanian 1x + P
a
68.33 Pupuk pertanian 1.5x + P
c
75.00 Pupuk pertanian 2x + P
a
68.33
Kualitas sel alga dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada α 0.05 dan
Analysis of Variance ANOVA
Lampiran 4 ANOVA dan uji Duncan jumlah bakteri total dalam kultur alga pada
media pupuk pertanian dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus
sp. IRVE01
Konsentrasi Pupuk Pertanian Jumlah Bakteri 10
3
cfuml Pupuk pertanian 1x
b
33.33 Pupuk pertanian 1.5x
b
41.67
Pupuk pertanian 2x
a
6.50
Pupuk pertanian 1x + P
b
37.33
Pupuk pertanian 1.5x + P
b
37.00
Pupuk pertanian 2x + P
a
4.00
Jumlah bakteri dalam kultur sel alga dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada α 0.05 dan Analysis of Variance ANOVA
Lampiran 5 ANOVA jumlah sel alga pada media pupuk pertanian 1.5 x dengan dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 jam
ke-36, 48, dan 60
Konsentrasi Pupuk Pertanian
Jam ke-36 Jam ke-48
Jam ke-60 Pupuk pertanian 1.5x
a
7.3
a
10.183
a
9.767 Pupuk pertanian 1.5x + P
b
9.02
b
12.37
b
11.82
Jumlah sel alga pada jam yang sama dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan Analysis of Variance
ANOVA
Lampiran 6 ANOVA konsentrasi nitrit pada media pupuk pertanian 1.5 x dengan
dan tanpa penambahan probiotik Bacillus sp. IRVE01 pada jam ke- 12, 24, 36, 48, 60, dan 72
Konsentrasi Pupuk Pertanian
12 24
36 48
60 72
Pupuk pertanian 1.5x
a
0.1295
a
0.158
a
0.191
a
0.206
a
0.226
a
0.262 Pupuk pertanian 1.5x
+ P
a
0.103
a
0.133
a
0.172
a
0.202
a
0.214
a
0.241
Konsentrasi nitrit pada jam yang sama dengan huruf superscript berbeda berarti berbeda nyata berdasarkan Analysis of Variance
ANOVA
Lampiran 7 Media Walne
Larutan Komposisi Volume Persediaan
g dalam 1 L Larutan 1
NaNO
3
Na
2
EDTA H
3
BO
3
NaH
2
PO
4
MnCl
2
H
2
O FeCl
3
.6H
2
100 45
33.6 20
0.36 1.3
Larutan 2 Thiamin B1
Sianokobalamin B12 2
0.1
Larutan 3 Sodium Metasilikat
20
Larutan 4 KNO
3
100
Larutan 5 ZnCl
3
CoCl
2
.6H
2
O NH
4
6Mo7O
24
.4H
2
CuSO
4
.5H
2
O 2.1
2 0.9
2
Lampiran 8 Media Skelon
Komposisi Volume Persediaan dalam 1 L
EDTA 10
g Urea
63.36 g
KNO
3
100 g NaH
2
PO
4
.2H
2
O 10
g FeCl
3
.6H
2
O 1.3
g Silikat
30 g
Vitamin H 1
ml
PERTUMBUHAN ALGA Chaetoceros muelleri PADA MEDIA PUPUK PERTANIAN DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PROBIOTIK
Bacillus Sp. IRVE01
NUR HABIBAH YULIASTUTI
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2007
ABSTRAK
NUR HABIBAH YULIASTUTI. Pertumbuhan Alga Chaetoceros muelleri pada Media Pupuk
Pertanian Dengan dan Tanpa Penambahan Probiotik Bacillus sp. IRVE 01. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan KASTITONIF.
Alga C. muelleri merupakan alga yang digunakan sebagai pakan alami larva udang yang
potensial. Produksi alga tersebut umumnya menggunakan pupuk pertanian Nitrogen Fosforus Kalium NPK. Permasalahan pada kultur alga dengan menggunakan pupuk pertanian ini ialah
stabilitas produksi dan kualitas alga yang diproduksi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media optimum untuk pertumbuhan alga C. muelleri dan pengaruh penambahan
probiotik Bacillus sp. dalam media pupuk pertanian. Berdasarkan hasil pengujian tiga komposisi pupuk pertanian, yaitu 1x 40mgl NPK dan 10 mgl urea, 1.5x 60 mgl NPK dan 15 mgl urea,
dan 2x 80 mgl NPK dan 20 mgl urea diperoleh bahwa jumlah sel alga C. muelleri tertinggi pada media pupuk pertanian 1.5x 60 mg l NPK dan 15 mgl urea. Penambahan probiotik Bacillus sp.
IRVE01 pada media pupuk pertanian dapat meningkatkan pertumbuhan alga C. muelleri. Pada media pupuk pertanian 1.5x, pengaruh penambahan probiotik terhadap peningkatan pertumbuhan
sel alga dapat dilihat setelah inkubasi selama 36, 48, dan 60 jam. Berdasarkan hasil analisis amonium, nitrit, dan nitrat menunjukkan bahwa alga C. muelleri menggunakan amonium untuk
pertumbuhan selnya dan tidak ada kompetisi dalam penggunaan amonium antara alga C. muelleri dan Bacillus sp. IRVE01.
ABSTRACT
NUR HABIBAH YULIASTUTI. Growth of Chaetoceros muelleri in Agriculture Fertilizer
Media With and Without Probiotic Bacillus sp. IRVE01 Addition. Under supervision of IMAN RUSMANA and KASTITONIF.
Algae C. muelleri is commonly used as potential feed for shrimp larvae. This algae is common grown using agriculture fertilizer Nitrogen Phosporus Potassium. Production stability and algae
quality are the common problem found in culturing this algae using agriculture fertilizer. The purpose of this research is to observe optimal composition of agriculture fertilizer for algae growth
and effect of probiotic Bacilus sp. IRVE01 addition. Three different fertilizer concentration, 1x 40mgl Nitrogen Phosporus Potassium and 10 mgl urea, 1.5x 60 mgl Nitrogen Phosporus
Potassium and 15 mgl urea, and 2x 80 mgl Nitrogen Phosporus Potassium and 20 mgl urea were observed in this study. The result showed that the highest cell quantities of C. muelleri was
found in 1.5x agriculture fertilizer media 60 mgl Nitrogen Phosporus Potassium and 15 mgl urea. Addition of probiotic Bacillus sp. IRVE 01 in agriculture fertilizer media could increase
growth of C. muelleri. The increasing growth of algae in 1.5x fertilizer media was seen in 36, 48, and 60 hours of incubation. Ammonium, nitrite, and nitrate analyses showed that C. muelleri use
ammonium for cellular growth. The data also showed that there was no competition in ammonium between alga C. muelleri and Bacillus sp. IRVE01.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Chaetoceros merupakan mikroalga yang
sering dijumpai di tambak udang Reine et al. 2002. Mikroalga ini memiliki seta yang
digunakan untuk memperluas permukaan di air dan memberikan rasio yang lebih besar
antara permukaan dan volume sehingga menunjang kemampuannya dalam mengapung
di air Bold et al. 1985.
Mikroalga ini memiliki banyak potensi dan manfaat, antara lain sebagai pakan alami
larva udang Kurniawati 2006. Ada beberapa spesies Chaetoceros yang umum digunakan
sebagai pakan larva udang, antara lain C. amami
dan C. muelleri. Menurut Brown et al. 1989;1997 diacu dalam Bang et al. 2004,
C. muelleri memiliki kandungan vitamin B2
sebanyak 100 µg per g dan vitamin C sebanyak 15 µg per g yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mikroalga laut lainnya. Selain itu, C. muelleri juga memiliki
kandungan n-3 High Unsaturated Fatty Acid HUFA yang tinggi dan sangat esensial untuk
larva ikan laut. Manfaat lain yang dimiliki oleh mikroalga ini ialah berperan dalam
pengendalian kualitas air dan meminimalkan kontaminasi dari siliata Bang et al. 2004.
Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Fitoplankton merupakan
makanan bagi zooplankton dan hewan air lain yang berukuran lebih besar yang menjadi
makanan bagi ikan Brunson 1999. Keberadaan fitoplankton menjadi parameter
kualitas air dan keberhasilan serta kegagalan dalam musim pembudidayaan larva ikan
Morris 1999. Fitoplankton dapat bermanfaat untuk mengurangi kelimpahan amonium di
lingkungan perairan Durborow et al. 1997.
Pemupukan dalam kolam-kolam akuakultur penting untuk meningkatkan
pertumbuhan fitoplankton yang bermanfaat bagi larva ikan. Formula pupuk yang
digunakan ialah nitrogen N, fosforus P
2
O
5
, dan Kalium K
2
O. Fosforus merupakan nutrisi yang paling penting, sedangkan
nitrogen dan kalium tidak digunakan sesering fosforus Brunson 1999.
Dalam bidang akuakultur, antibiotik banyak digunakan untuk menekan penyakit
yang biasa disebabkan oleh bakteri patogen. Namun, penggunaan antibiotik ini
menimbulkan masalah resistensi antibiotik seperti oksitetrasiklin dan sulfametoksazol
yang mencapai 100 dan ciprofloksazin yang mencapai 80 dalam lingkungan
perairan Peterson 2002. Ketidakefektifan penggunaan antibiotik menyebabkan probiotik
dipilih menjadi solusinya Moriarty 1999. Probiotik merupakan mikrob hidup yang
dijadikan sebagai makanan suplemen dan memiliki manfaat untuk menjaga
keseimbangan saluran pencernaan inangnya Verschuere 2000. Probiotik menghasilkan
zat antimikrob sehingga dapat menghilangkan keberadaan bakteri patogen melalui proses
kompetisi dalam lingkungannya Moriarty 1999. Beberapa tahun terakhir probiotik yang
sudah biasa digunakan pada manusia dan hewan mulai diaplikasikan pada bidang
akuakultur Verschuere et al. 2000.
Bakteri probiotik seperti Gram positif Bacillus
sp. menjadi alternatif terapi antibiotik untuk menyokong akuakultur. Spesies
Bacillus biasanya ditemukan dalam sedimen
laut sehingga secara alami terdapat pada saluran pencernaan hewan seperti udang yang
pakannya terdapat di dalam atau di atas sedimen Moriarty 1999.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi media pupuk
pertanian optimum untuk menumbuhkan alga C. muelleri
dan melihat pengaruh probiotik Bacillus
sp. IRVE01 dalam media pupuk pertanian terhadap pertumbuhan alga C.
muelleri .
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelititan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2007, bertempat di
Laboratorium Scientific Study Biotechnology for Breeding Operation
, PT Centralpertiwi Bahari, Lampung dan Laboratorium
Mikrobiologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
BAHAN DAN METODE
a. Pengkulturan Alga C. muelleri pada Media Walne