Persamaan Beda Definisi 2.17 Teori Bilangan Definisi 2.19 Keterbagian

5 Definisi 2.15 Matriks blok segi Misalkan M adalah sebuah matriks blok. Matriks M disebut matriks blok segi jika a M adalah sebuah matriks segi, b blok-bloknya membentuk matriks segi, c blok-blok diagonalnya juga merupakan matriks-matriks segi. [Lipschutz et al., 2002] Definisi 2.16 Matriks blok segitiga atas Matriks A adalah matriks blok segitiga atas jika A adalah matriks blok segi dengan blok-blok di bawah diagonalnya adalah blok nol. [Lipschutz et al., 2002] Teorema 2.9 Determinan matriks blok segitiga atas Misalkan M adalah matriks blok segitiga atas dengan blok-blok diagonal 1 2 , , , n A A A , maka 1 2 det det det det n = A A A A . [Lipschutz et al., 2002] Teorema 2.10 Aturan Cramer Jika = Ax b adalah suatu sistem dari n persamaan linear dengan n variabel sedemikian rupa sehingga det ≠ A , maka sistem ini memiliki solusi yang unik. Solusinya adalah 1 2 1 2 det det det , , , det det det n n x x x = = = A A A A A A dengan j A adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti unsur-unsur kolom ke-j dari A dengan unsur-unsur pada matriks b. [Anton Rorres, 2004] Bukti: Lihat [Anton Rorres, 2004] halaman 123−124.

2.3 Persamaan Beda Definisi 2.17

Persamaan beda homogen berordo dua dengan koefisien konstan memiliki bentuk 2 1 n n n ay by cy + + + + = 0, 1, 2, n = Solusi persamaan beda di atas adalah sembarang barisan n y yang memenuhi persamaan tersebut. [Farlow, 1994] Definisi 2.18 Dua barisan bebas linear Dua barisan n u dan n v dengan n ≥ adalah bebas linear jika {0, 1, 2, }, n ∀ ∈ n n Au Bv A B + = = = . [Farlow, 1994] Teorema 2.11 Misalkan n u dan n v adalah dua solusi bebas linear dari 2 1 n n n ay by cy + + + + = 0, 1, 2, n = , maka setiap solusi n w dari persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai 1 2 n n n w c u c v = + dengan 1 c dan 2 c adalah konstanta. Barisan n u dan n v disebut solusi dasar dari persamaan beda tersebut, sedangkan barisan n w disebut solusi umum persamaan beda tersebut. [Farlow, 1994] Bukti: Lihat [Farlow, 1994] halaman 402. 6 Teorema 2.12 Solusi umum dari persamaan beda 2 1 n n n ay by cy + + + + = 0, 1, 2, n = bergantung pada dua buah akar 1 r dan 2 r dari persamaan karakteristik 2 ar br c + + = . Untuk kasus 1 r dan 2 r adalah dua bilangan real berbeda, maka solusi umum persamaan beda di atas adalah 1 1 2 2 n n n y c r c r = + 0, 1, 2, n = dengan 1 c dan 2 c adalah konstanta. [Farlow, 1994]

2.4 Teori Bilangan Definisi 2.19 Keterbagian

Misalkan diberikan dua buah bilangan bulat x dan y. Bilangan bulat y dikatakan membagi x, notasi: | y x , jika ada bilangan bulat q sedemikian sehingga x yq = . [Biggs, 1990] Definisi 2.20 Kekongruenan Misalkan 1 x dan 2 x adalah bilangan- bilangan bulat serta m adalah bilangan bulat positif. Bilangan bulat 1 x dikatakan kongruen ke 2 x modulo m, notasi: 1 2 mod x x m ≡ , jika 1 2 | m x x − . [Biggs, 1990] Teorema 2.13 Algoritma pembagian Jika diberikan bilangan bulat a dan bilangan bulat positif b, maka ada bilangan- bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga a bq r = + dan 0 r b ≤ . [Biggs, 1990] Bukti: Lihat [Biggs, 1990] halaman 14–15. III PEMBAHASAN Di bab ini, akan dibuktikan beberapa teorema yang berkaitan dengan evaluasi determinan matriks rekursif A. Untuk keper- luan tersebut, akan didefinisikan barisan bilangan bulat α sebagai 1 2 3 1 , , , i i α α α α α ≥ = = serta matriks , 1 , i j i j n a ≤ ≤ = A sebagai matriks rekursif berukuran n yang unsur-unsurnya memenuhi , 1, 1 1, , untuk 2 , i j i j i j a a a i j n − − − = + ≤ ≤ 3.1 dengan syarat-syarat awal 1, , untuk 1 j j a j n α = ≤ ≤ 3.2 dan ,1 1 1 , untuk 2 i a i d i n α = + − ≤ ≤ 3.3 Persamaan 3.2 dan Persamaan 3.3 menunjukkan bahwa baris dan kolom pertama matriks A didefinisikan berdasarkan suku- suku barisan α , serta berfungsi sebagai syarat-syarat awal dari Persamaan Rekursif 3.1. Untuk memudahkan dalam menghitung nilai determinan matriks A tersebut, maka sebagai langkah awal matriks A difaktorisasi menjadi = A LB . Teorema berikut ini memberikan jaminan bahwa faktorisasi yang dimaksud bisa dilakukan. 7 Teorema 3.1 Misalkan d adalah suatu bilangan bulat taknol. Matriks A dapat difaktorisasi menjadi = A LB , dengan , 1 , i j i j n l ≤ ≤ = L adalah matriks yang unsur-unsurnya didefinisikan sebagai , 1, 1 1, , untuk 2 , i j i j i j l l l i j n − − − = + ≤ ≤ 3.4 dengan syarat-syarat awal 1, 0, untuk 2 j l j n = ≤ ≤ 3.5 dan ,1 1, untuk 1 i l i n = ≤ ≤ 3.6 serta , 1 , i j i j n b ≤ ≤ = B adalah matriks yang unsur-unsurnya didefinisikan sebagai , 1, 1 , untuk 2 , i j i j b b i j n − − = ≤ ≤ 3.7 dengan syarat-syarat awal 1, , untuk 1 j j b j n α = ≤ ≤ 3.8 2,1 b d = 3.9 dan ,1 0, untuk 3 i b i n = ≤ ≤ 3.10 Bukti: Menurut Definisi 2.2, unsur-unsur matriks , 1 , i j i j n x ≤ ≤ = LB memenuhi , , , 1 n i j i k k j k x l b = = 3.11 Cukup dibuktikan bahwa , , i j i j x a = untuk 1 , i j n ≤ ≤ . Untuk kasus 1 i = , Persamaan 3.11 menjadi 1, 1, , 1,1 1, 1, , 1 2 = n n j k k j j k k j k k x l b l b l b = = = + 3.12 Dari Persamaan 3.5, Persamaan 3.6, Persamaan 3.8, serta dengan menggunakan Teorema 2.1a, maka Persamaan 3.12 akan menjadi 1, , 2 = 1 = n j j k j j j k x b α α α = ⋅ + ⋅ + = 3.13 Karena Persamaan 3.2, maka Persamaan 3.13 akan menjadi 1, 1, j j x a = 3.14 Untuk kasus 1 j = dan 2 i n ≤ ≤ , Persamaan 3.11 menjadi ,1 , ,1 ,1 1,1 ,2 2,1 , ,1 1 3 = n n i i k k i i i k k k k x l b l b l b l b = = = + + 3.15 Dari Persamaan 3.4, Persamaan 3.6, Persamaan 3.8, Persamaan 3.9, Persamaan 3.10, serta dengan menggunakan Teorema 2.1a, maka Persamaan 3.15 akan menjadi ,1 1 1,1 1,2 , 3 1 1,1 1,2 1 1,1 1,2 = 1 3.16 n i i i i k k i i i i x l l d l l l d l l d α α α − − = − − − − ⋅ + + + ⋅ = + + + = + + a Untuk kasus 2 i = , Persamaan 3.16 akan menjadi 2,1 1 1,1 1,2 x l l d α = + + 3.17 Karena Persamaan 3.5 dan Persamaan 3.6, maka Persamaan 3.17 akan menjadi 2,1 1 1 1 1 0 = = 2 1 x d d d α α α = + + + + − 3.18 b Untuk kasus 3 i n ≤ ≤ , dengan menggunakan Persamaan 3.4 secara berulang, maka Persamaan 3.16 akan menjadi ,1 1 1,1 2,1 2,2 1 1,1 2,1 3,1 3,2 1 1,1 2,1 2,1 2,2 = setelah - 3 iterasi = i i i i i i i i i i x l l l d l l l l d n l l l l d α α α − − − − − − − − − + + + = + + + + = + + + + + 3.19 8 Dari Persamaan 3.4, Persamaan 3.5, dan Persamaan 3.6, maka Persamaan 3.19 akan menjadi ,1 1 1,1 1,2 2 suku 1 1 = 1 1 1 = 2 1 0 = 1 i i x l l d i d i d α α α − + + + + + + + − + + + − 3.20 Karena Persamaan 3.3, Persamaan 3.18, dan Persamaan 3.20, maka untuk kasus 1 j = dan 2 i n ≤ ≤ diperoleh ,1 1 ,1 1 i i x i d a α = + − = 3.21 Untuk kasus 2 , i j n ≤ ≤ , Persamaan 3.11 menjadi , ,1 1, , , 2 = n i j i j i k k j k x l b l b = + 3.22 Dari Persamaan 3.4, Persamaan 3.6, Persamaan 3.7, Persamaan 3.8, serta dengan menggunakan Teorema 2.1b dan Teorema 2.1c, maka Persamaan 3.22 akan menjadi , 1, 1 1, , 2 1, 1 , 1, , 2 2 1, 1 , 1, , 1,1 1, 2 1 1, 1 1, 1 1, , 2 1 1 1, , 1 1, , 1 1 = 1 + + + 1 + n i j j i k i k k j k n n j i k k j i k k j k k n n j i k k j i k k j i j k k n n j i k k j i k k j j k k n i k k j i k k j k k x l l b l b l b l b l b l b l b l b l b l b α α α α α − − − = − − − = = − − − − = = − − − − − = = − − − − = = ⋅ + + = + = + − = + − ⋅ = 3.23 n Menurut definisi matriks L, 1, i n l − = , sehingga Persamaan 3.23 akan menjadi , 1, , 1 1, , 1 1 + n n i j i k k j i k k j k k x l b l b − − − = = = 3.24 Karena Persamaan 3.11, maka Persamaan 3.24 akan menjadi , 1, 1 1, i j i j i j x x x − − − = + 3.25 Persamaan 3.25 adalah persamaan yang mendefinisikan secara rekursif unsur-unsur matriks LB dengan syarat-syarat awal: Persamaan 3.13 dan Persamaan 3.20. Hal tersebut analog dengan definisi matriks rekursif A. Jadi, berdasarkan Persamaan 3.14, Persamaan 3.21, dan Persamaan 3.25 terbukti bahwa = A LB . Ilustrasi Teorema 3.1 dapat dilihat di Lampiran 2. Selanjutnya, Teorema 3.1 akan mengakibatkan kondisi berikut. Akibat 3.2 Untuk matriks-matriks A dan B sebagaimana disebutkan dalam Teorema 3.1, maka det det = A B . Bukti: Dari Teorema 3.1, matriks A dapat dinyatakan sebagai faktorisasi LB. Akibatnya, menurut Teorema 2.8 akan diperoleh det det det det = = A LB L B 3.26 Perhatikan bahwa L adalah matriks segitiga bawah satuan, yaitu matriks segitiga bawah yang semua unsur diagonal utamanya bernilai 1. Karena menurut Teorema 2.4, det 1 = L , maka Persamaan 3.26 akan menjadi det 1 det det = ⋅ = A B B Selanjutnya akan dipergunakan notasi D n untuk menyatakan determinan matriks A yang berukuran n. Karena Akibat 3.1, Dn bisa dipandang pula sebagai determinan matriks B yang berukuran n. Hasil yang terakhir inilah yang akan dipergunakan pada bahasan selanjutnya. 9 Jika barisan α didefinisikan lebih spesifik, maka akan diperoleh nilai Dn yang lebih spesifik pula. Untuk itu, analisis akan dilakukan melalui empat barisan bilangan bulat yang akan menggantikan barisan α . Berikut ini adalah salah satu barisan bilangan bulat yang dimaksud. Definisi 3.1 Barisan k ω Untuk suatu bilangan bulat positif k, barisan k ω didefinisikan sebagai 1 suku 2 suku suku 1,1, ,1, 0, 0, , 0 ,1,1, ,1 3.27 k k i i n k n k k n ω ω ≤ ≤ − = = Sekarang, jika k n α ω = maka Persamaan 3.8 akan menjadi 1, , untuk 1 k j j b j n ω = ≤ ≤ 3.28 Tapi berdasarkan Persamaan 3.27, maka Persamaan 3.28 dapat dinyatakan pula sebagai 1, 1, untuk 1 atau 1 0, selainnya j j k n k j n b ≤ ≤ − + ≤ ≤ = 3.29 Sedangkan, jika 1 d = maka Persamaan 3.9 akan menjadi 2,1 1 b = 3.30 Dengan demikian, unsur-unsur matriks B pada kasus ini didefinisikan secara rekursif oleh Persamaan 3.7 dengan syarat-syarat awal: Persamaan 3.29, Persamaan 3.30, dan Persamaan 3.10. Teorema berikut ini akan menjelaskan bahwa untuk kasus k n α ω = dan 1 d = , D n dapat dinyatakan sebagai persamaan rekursif tertentu, asalkan dipenuhi k n 3 . Teorema 3.3 Pada Teorema 3.1, jika k n α ω = dan 1 d = , maka 1 1 1 − − − = + k n D n D k , k n 3 3.31 Bukti: Misalkan k n 3 . Misalkan pula matriks , 1 , i j i j n u ≤ ≤ = U , matriks , 1 , i j i j n b ≤ ≤ = B , dan matriks , 1 , i j i j n l ≤ ≤ = L berturut-turut didefinisikan oleh , 1, untuk 1, untuk 1 dan 2 0, selainnya i j i j u i k j n k i = = − ≤ ≤ = − + 3.32 , , 1, untuk 1 dan 2 1 1 0, untuk , , 1 , selainnya i j i j i k n k i j n k i b i j n k n k b ≤ ≤ − + − ≤ ≤ − + − = = − − − 3.33 dan , 1, untuk atau , 1, 1 1, untuk , , 1 0, selainnya i j i j i j n n k l i j n n k = = − − − = − = − − 3.34 Sekarang akan dibuktikan bahwa matriks B dapat difaktorisasi menjadi = B UBL . Dari Persamaan 3.32, Persamaan 3.34, serta dengan menggunakan Definisi 2.6, matriks U dan matriks L berturut-turut dapat pula dinyatakan sebagai , 2 1 k i n k i i − + = = − U I e 3.35 dan 1, 1 , 1 n n k n n k − − − − − = + − L I e e 3.36 Selanjutnya, dengan menggunakan Persamaan 3.35 dan Persamaan 3.36 akan diperoleh 10 , 2 1, 1 , 1 1 , 2 1, 1 , 1 1 , 2 1, 1 , 1 1 k i n k i n n k n n k i k i n k i n n k n n k i k i n k i n n k n n k i − + − − − − − = − + − − − − − = − + − − − − − = = − + − = − ⋅ + − = − ⋅ + − UBL I e B I e e IB e B I e e B e B I e e 3.37 Perhatikan bahwa menurut Persamaan

3.33, definisi matriks B pada kasus ini, serta