JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PRODUKSI DAN PEMASARAN PADA PEMBUDIDAYA IKAN

sembilan individu yang menjadi star yang memiliki luas kolam atau kepemilikan asset yang luas. Individu ini ditunjukkan oleh node 13, 14 dan 95. Dapat disimpulkan bahwa individu-individu yang berperan sebagai star merupakan individu yang berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman berusaha sebagai pembudidaya ikan lebih dari sepuluh tahun dan memiliki luas kolam lebih dari 1000 m 2 . Dengan karakteristik seperti itu, mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang yang berhubungan dengan dirinya, sehingga informasi mengenai produksi budidaya perikanan akan cepat tersebar jika menghubungi individu yang menjadi star pada klik dalam sistem jaringan komunikasi tersebut. Berdasarkan nilai tingkat keterhubungan density yaitu 8,2 persen dapat dimaknai bahwa masih rendahnya tingkat keterhubungan antar pembudidaya ikan, yang menandakan masih kurangnya hubungan komunikasi dalam pencarian informasi mengenai produksi diantara pembudidaya ikan. Hal ini terjadi karena dalam pencarian informasi produksi, sebagian besar pembudidaya ikan langsung berhubungan dengan sumber informasi dalam kelompok yaitu pengurus kelompok terutama ketua, wakil ketua, sekretaris atau bendahara, dan diluar kelompok yaitu petugas penyuluh dari pemerintah dan beberapa produsen penyedia pakan ikan. dan balai penyuluhan setempat yang datang ke kelompok. Mereka merasa mendapatkan penjelasan yang memadai tentang aspek produksi usaha budidaya perikanan dari sumber informasi tersebut sehingga tak perlu lagi bertanya kepada pihak lain terkecuali bila ada informasi yang kurang jelas atau terlewatkan mereka akan bertanya kepada ke pembudidaya ikan lain. Kondisi ini mengakibatkan ikatanhubungan komunikasi bertumpu pada sumber informasi utama yang ada yaitu pengurus kelompok mitra binaan dan pendamping lapangan. Jaringan Komunikasi Mengenai Pemasaran Jaringan komunikasi mengenai pemasaran usaha budidaya perikanan diantara pembudidaya ikan, terbentuk karena interaksi antar pembudidaya dengan individu dalam dan luar kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang pemasaran hasil budidaya perikanan. Jumlah aktor node yang terlibat dalam jaringan komunikasi mengenai produksi usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid adalah 98 aktor yang terdiri dari 90 aktor merupakan pembudidaya ikan anggota mitra binaan, 8 aktor bukan dari anggota mitra binaan, diantaranya pendamping lapangan, pendamping dari dinas perikanan, informan pasar, pedagang pengumpul lokal dan dari luar daerah Desa Koto Mesjid. Jaringan komunikasi yang terbentuk antar pembudidaya ikan tersebut, terdapat ikatan atau hubungan komunikasi yang dibangun oleh para pembudidaya ikan dengan tingkat keterhubungan density yang rendah yaitu 0,0767 Ini berarti dalam jaringan komunikasi produksi budidaya perikanan yang terbentuk hanya terdapat 7,67 persen ikatanhubungan komunikasi yang dijalin oleh para pembudidaya ikan dari total potensi ikatanhubungan komunikasi yang mungkin terjalin. Sosiogram yang menggambarkan struktur jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan mengenai pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8 109 Gambar 8. Sosiogram jaringan komunikasi mengenai pemasaran Keterangan : 95 : Pendamping swadayapengurus mitra binaan 98 : Pendamping Pemda 91,92,93,94,96,97 : Pengusaha perikanan Jaringan komunikasi pembudidaya ikan mengenai pemasaran hasil budidaya perikanan yang terbentuk diantara pembudidaya memiliki struktur jaringan personal yang memusat interlock personal network. Keadaan ini menyatakan bahwa para pembudidaya ikan melakukan interaksi pemasaran cenderung hanya satu individu yang berperan dominan. Para pembudidaya ikan dalam melakukan kegiatan pemasaran hanya mengandalkan pedagang pengumpul lokal dan pedagang pengumpul dari luar daerah. Identifikasi terhadap sosiogram jaringan komunikasi mengenai pemasaran hasil usaha budidaya perikanan, menghasilkan 7 klik dengan karateristik star yang berbeda dalam menjalin hubungan dengan individu lain dalam lingkungannya. Karakteristik star yang cenderung lebih dari individu lain adalah jumlah hubungan, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha dan luas kolam. Secara rinci diuraikan pada Tabel 29. Tabel 29. Jumlah klik dan karakteristik star dalam jaringan komunikasi pembudidaya ikan mengenai informasi pemasaran Klik Node Inisial Star Jumlah hubungan Pendidikan tahun Pengalaman tahun Luas Kolam m 2 I 94 MS 77 16 12 8.000 II 9 AF 68 16 9 3.000 III 14 WD 59 16 10 8.000 IV 95 SH 59 16 15 30.0000 V 5 NS 58 16 10 5.000 VI 17 AM 41 12 7 5.000 VII 57 WB 35 14 10 1.200 Masing-masing klik dalam jaringan komunikasi di kelompok mitra binaan PT. Telkom dapat terhubung satu sama lainnya melalui peran individu dalam jaringan komunikasi sebagai bridge jembatan. Individu yang berperan sebagai bridge merupakan individu yang menghubungkan satu klik dengan klik yang lainnya, dimana ia merupakan anggota dari salah satu klik yang dihubungkan tersebut. Node yang berperan sebagai bridge jembatan yang menghubungkan klik dengan Klik lainnya terutama klik I adalah node nomor 3, 8, 25, 7, 9, 10, 11, 28, 29, 37, 38, 53, 58, 64, 69, dan 79. Kemudian peran cosmopolite yaitu individu yang menghubungkan kelompok dengan di luar sistem adalah individu dengan nomor 9 dan 94. Individu no 94 yaitu Mustakim merupakan pembudidaya ikan yang memiliki usaha budidaya perikanan sekaligus menjadi pedagang pengumpul ikan patin segar lokal dan memiliki usaha pengolahan ikan asap untuk dijual ke luar daerah dalam dan luar provinsi bahkan hingga ke luar negeri. Kemudian individu no 9 yaitu Afrizal merupakan pedagang pengumpul lokal, memiliki usaha ikan patin asap olahan serta anggota kelompok mitra binaan PT.Telkom. Peran gate keeper yaitu individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi dilakukan oleh individu nomor 5 dan 94. Individu nomor 5 dan 94 adalah para pengurus kelompok. Sama seperti yang terjadi dalam jaringan komunikasi mengenai produksi budidaya perikanan. Individu-individu yang memiliki peran sebagai star yang sebagian besar memiliki kesamaan ciri atau karakteristik. Kesamaan ciri dan karaktiristik yang dimiliki oleh individu-individu tertentu menciptakan sebuah hubungan yang disebut sebagai hubungan homofili homophillus. Rogers 2003 hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili homophilus, yakni kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama. Individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi merupakan individu yang memiliki hubungan total maksimal kepada seluruh anggota sistem. Individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi mengenai produksi ditunjukkan oleh node-node yang berbeda. Sebagian besar individu yang menjadi star dalam jaringan komunikasi mengenai pemasaran merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebanyak enam individu dari tujuh individu yang berperan sebagai star memiliki pendidikan 14 tahun hingga 16 tahun atau tamat diploma hingga tamat sarjana, individu tersebut ditunjukkan oleh node 94, 9, 5, 14, 57 dan 95. Individu tersebut juga memiliki pengalaman berusaha budidaya perikanan cukup lama, minimal pengalaman yang mereka miliki adalah tujuh tahun. Pada pengalaman tujuh tahun tersebut, pembudidaya ikan telah banyak merasakan bagaimana menjadi pembudidaya ikan dengan berbagai masalah, tantangan dan hambatan yang mereka rasakan, serta berbagai upaya yang dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, tiga dari tujuh individu yang berperan sebagai star merupakan individu-individu yang memiliki luas kolam atau kepemilikan asset yang banyak. Individu tersebut ditunjukkan oleh node 94, 14 dan 95. Dapat dijelaskan bahwa individu-individu yang berperan sebagai star merupakan individu yang berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan yang cukup lama dan memiliki asset yang banyak. Artinya, semakin tinggi pendidikan, semakin lama pengalaman usaha budidaya perikanan dan semakin banyak asset yang dimiliki oleh pembudidaya ikan maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan seseorang itu dalam mempengaruhi perilaku orang-orang yang berhubungan dengan dirinya. Pada sosiogram jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran dalam kelompok mitra binaan PT.Telkom juga terdapat individu yang berperan paling sedikit dengan individu lain. Interaksi antar pembudidaya ikan dalam produksi dan pemasaran terdapat individu yang hanya sebagai pencari informasi dan tidak berperan sebagai sumber informasi, artinya individu pembudidaya ikan tersebut hanya berperan sebagai penghubung dan tidak menghubungi. Individu ini memiliki hubungan yang paling sedikit yaitu node 1, 7, 12, 16, 23, 25, 26, 29, 34, 72 dan 74, mereka adalah individu pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan per bulan pada kategori rendah, memiliki tingkat pendidikan rendah dan luas kolam kecil. Analisis Jaringan Komunikasi di Tingkat Individu Analisis jaringan komunikasi di tingkat individu dalam penelitian ini untuk melihat ukuran sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan individu pembudidaya ikan Forum Komunikasi Mitra Binaan PT.Telkom. Menurut Scott 2000, derajat pengukuran sentralitas terdiri dari derajat beragam individu dalam sosiogram yang dapat menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan mereka. Pengukuran Sentralitas bertujuan untuk mengidentifikasi posisi atau lokasi serta karakteristik aktor node dalam suatu jaringan komunikasi Hatala 2006. Sentralitas lokal adalah derajat dimana seorang individu berhubungan dengan individu lain dalam sistem. Sentralitas lokal menunjukkan jumlah hubungan yang dapat dibuat individu dengan individu lain dalam sistem. Menurut Freeman 1979 dalam Scott 2000, sentralitas lokal dapat bersifat relatif. Hal ini akan menjadi sangat penting jika ukuran kelompok tidak sama. Sentralitas lokal memperhatikan keunggulan relatif individu yang menjadi star dalam hubungan lingkungan terdekat pertetanggaan. Nilai sentralitas lokal menunjukkan jumlah lingkungan yang mampu dibuat individu dalam lingkungan terdekatnya. Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal terbesar disebut star bintang dan individu yang memiliki sentralitas lokal terkecil disebut isolate pencilan. Dari pengukuran sentralitas akan diperoleh derajat beragam individu dalam sosiogram yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya suatu individu dengan lingkungannya. Sentralitas juga dapat digunakan untuk mengukur keterunggulan individu dalam sistem. Dalam penelitian ini pengukuran sentralitas meliputi sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan betweeneess dan hubungan connectedness mengenai informasi produksi dan informasi pemasaran usaha pembudidayaan ikan secara jelas dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan berdasarkan topil jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran Indeks Jaringan komunikasi Isu atau topik Jaringan Komunikasi Keseluruhan Topik Produksi Pemasaran Sentralitas lokal Rata-rata 8.3 8.2 9.6 Maksimum 100 77 100 Minimum 1 1 Sentralitas Global Rata-rata 5358 5220 5288 Maksimum 10100 9506 10100 Minimum 155 117 100 Betweeneess Rata-rata 89 62.6 66.3 Maksimum 1106 778 823 Minimum Nilai node minimum 45 46 46 Connectedness Rata-rata 5.8 5.4 6.6 Maksimum 9.8 8.9 11.2 Minimum 2.8 2.9 3.5 Hasil analisis UCINET VI pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa nilai rata- rata sentralitas lokal pembudidaya ikan untuk seluruh topik menunjukkan angka 9.6. Artinya, pembudidaya ikan rata-rata mampu menghubungi sembilan orang mengenai produksi dan mengenai pemasaran usaha budidaya perikanan. Sentralitas Lokal Secara lebih rinci untuk rata-rata pembudidaya ikan dalam jaringan mengenai produksi dan pemasaran masing-masing mampu menghubungi delapan orang mengenai produksi dan pemasaran. Nilai maksimum sentralitas lokal keseluruhan isutopik jaringan komunikasi menunjukkan angka 100 dan minimum 1. Berarti pembudidaya ikan paling banyak mampu menghubungi 100 orang dan paling sedikit mampu menghubungi satu orang dalam sebuah sistem. Nilai maksimal sentralitas lokal pembudidaya ikan untuk setiap topik adalah sama, yaitu pembudidaya ikan mampu menghubungi pembudidaya ikan lainnya dalam lingkungan terdekatnya paling banyak berjumlah 100 orang. Nilai sentralitas lokal tertinggi untuk semua topik pembicaraan dalam jaringan komunikasi dimiliki oleh node 95. Sedangkan nilai sentralitas lokal tertinggi untuk topik mengenai produksi adalah node 95. sedangkan untuk pemasaran dimiliki oleh node 94. Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal terendah merupakan individu yang memiliki kontak minimal dengan individu lain dalam lingkungan terdekatnya. Individu ini hanya berperan sebagai pencari informasi bukan sebagai sumber informasi dalam lingkungan dengan artian bahwa mereka berperan sebagai yang menghubungi bukan yang dihubungi, terdapat sebelas individu yang yang berperan paling sedikit yang ditunjukkan oleh node 1, 7, 12, 16, 23, 25, 26, 29, 34, 72 dan 74 merupakan individu pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan bersih per bulan dikategorikan rendah yakni berkisar Rp.1.697.916,- Selain itu, mereka juga memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, luas kolam yang juga lebih kecil dari yang pembudidaya yang lain. Kondisi seperti ini yang menyebabkan mereka kurang percaya diri untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan individu lainnya. Akibatnya mereka kurang terlibat dalam jaringan komunikasi dan kurang tersentuh oleh pertukaran informasi yang berada di lingkungan mereka. Hal ini juga yang menyebabkan mereka enggan dijadikan sebagai sumber informasi atau pusat perhatian dalam interaksi sesama pembudidaya ikan di lingkungan mereka. Akan tetapi mereka ikut serta dalam mencari informasi kepada star dalam kelompok mereka terutama kepada node 5, 9. 94 dan 95. Sentralitas Global Pengukuran sentralitas global diekspresikan da lam istilah “distance” diantara beragam individu. Global centrality atau sentralitas global memperhatikan keunggulan aktor dengan keseluruhan jaringan. Nilai sentralitas global menunjukkan jumlah ikatan yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua individu dalam jaringan. Sentralitas global dapat memberikan gambaran kemampuan akses individu didalam sistem. Sentralitas global diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih orang yang tepat sebagai kunci penyebar informasi. Semakin kecil nilai sentralitas global yang dimiliki individu maka semakin besar kemampuan individu tersebut untuk menghubungi semua orang dalam sistem Scott, 2000. Individu yang mempunyai nilai sentralitas global rendah mempunyai kemampuan lebih cepat untuk menghubungi individu lain dalam suatu sistem daripada individu yang nilai sentralitas globalnya tinggi karena mereka lebih lebih sedikit membutuhkan perantara intermediaries. Dalam konteks difusi informasi, individu dengan nilai sentralitas global rendah akan lebih dahulu menerima informasi daripada individu dengan nilai sentralitas global tinggi dalam suatu jaringan Valente Foreman, 1998. Dengan demikian sentralitas global dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih orang yang tepat sebagai kunci penyebar informasi. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software UCINET VI diperoleh nilai sentralitas global untuk pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid disajikan pada Tabel 31 diperoleh nilai maksimum sentralitas global menunjukkan 10100 dan nilai minimum sentralitas global 100 sedangkan, nilai rata-rata sentralitas global adalah 5288 untuk semua topik jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Individu yang memiliki nilai sentralitas global terbesar untuk seluruh topik jaringan komunikasi adalah individu yang ditunjukkan oleh node 1, 2, 6, 12, 15, 16, 21, 24, 26, 32, 33, 34, 39, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55, 56, 59, 60, 63, 65, 66, 70, 71, 73, 76, 77, 81, 84, 85, 86, 87, 89, dan 90. Artinya untuk seluruh topik pembicaraan mengenai teknologi produksi dan pemasaran dalam jaringan komunikasi, terdapat sebanyak 39 node yang merupakan individu yang paling sedikit dalam menghubungi seluruh individu yang menjadi anggota dalam sistem jaringan komunikasi. Individu yang memiliki nilai sentralitas global yang rendah masih merupakan individu yang sama yang memiliki nilai sentralitas lokal yang tinggi. Artinya nilai sentralitas global yang rendah menunjukkan sedikitnya distance yang harus ditempuh atau dilalui oleh seseorang untuk menghubungi semua individu lain dalam sebuah sistem. Dalam arti lain, seseorang yang hanya memerlukan distance yang pendek untuk menghubungi individu lainnya adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang besar untuk dapat menjangkau semua individu dalam sistem jaringan komunikasinya. Oleh karena itu, orang tersebut dapat berperan sebagai kunci penyebar informasi. Melalui orang-orang inilah informasi-informasi baru dapat diterima dan disebarluaskan kepada seluruh anggota sistem. Pada setiap jenis informasi dapat muncul individu yang berbeda untuk berperan sebagai kunci informasi, untuk informasi yang menyangkut produksi, individu yang berperan sebagai kunci penyebar informasi adalah node 5 dan 95 dan untuk informasi pemasaran yang berfungsi sebagai kunci penyebar informasi adalah node 9 dan 94. Untuk jenis informasi mengenai produksi dan pemasaran secara keseluruhan individu yang berperan sebagai kunci penyebar informasi adalah node 95. Perbedaan aktor yang berperan untuk setiap jenis informasi yang berbeda menandakan adanya perbedaan karakteristik informasi dan juga karakteristik aktor tersebut. Kebersamaan Betweeneess Kebersamaan merupakan pengukuran sentralitas yang mengukur sejauh mana individu tertentu terletak diantara individu-individu lain dalam suatu jaringan. Menurut Freeman 1978 konsep kebersamaan mengacu pada tingkat frekuensi seorang individu yang berada diantara individu-individu yang berhubungan dalam suatu jalur komunikasi. Jika seseorang berada dalam suatu jalur komunikasi yang menghubungkan antar individu atau klik maka individu tersebut memiliki posisi yang sentral. Individu dengan nilai kebersamaan tinggi mempunyai potensi kendali komunikasi yang dapat memainkan potensi sebagai broker atau gatekeeper dalam suatu jaringan. Individu lain akan menjadi tergantung kepadanya jika jalur yang menghubungkannya dengan orang lain harus melewati individu tersebut. Dari Tabel 30 dapat diamati bahwa nilai maksimum kebersamaan di antara pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid adalah 823 dan nilai mimimumnya adalah 0. Artinya adalah Individu yang memiliki nilai kebersamaan maksimum berarti individu tersebut mempunyai kendali komunikasi dalam jaringan komunikasi dalam sistemnya. Individu yang mempunyai nilai kebersamaan maksimum diantara pembudidaya ikan anggota mitra binaan di Desa Koto Mesjid adalah individu node 95 yaitu Bapak SH, node 5 yaitu Bapak NS dan node 94 yaitu Bapak MS dan node 9 yaitu Pak AF. Individu 95 dan 5 tersebut adalah pengurus kelompok mitra binaan, masing-masing berperan sebagai ketua kelompok dan wakil ketua. Mereka memiliki banyak informasi berkenaan dengan produksi dan pemasaran karena mereka berdua banyak berhubungan dengan sumber-sumber informasi seperti dinas perikanan, perguruan tinggi, kementerian perikanan dan kelautan dan pihak swasta serta pihak-pihak lainnya. Sedangkan individu node 94 dan 9 adalah pengusaha perikanan yang memiliki yang beragam usaha diantaranya usaha pembesaran ikan dalam kolam dan pegusaha ikan asap olahan. Untuk memenuhi bahan baku produksi ikan olahannya node 94 dan 9 ini menjadi pedagang pengumpul lokal dengan membeli hasil panen ikan patin segar dari pembudidaya di Desa Koto Mesjid. Produksi ikan segar perhari di Desa Koto Mesjid berkisar 8 sampai 10 ton per hari, diantaranya 8 ton untuk keperluan ikan asap olahan. Node 94 dan node 9 merupakan pembeli ikan segar terbanyak dari pembudidaya ikan yang ada di Koto Mesjid. Posisi masing-masing pembudidaya yang memiliki kebersamaan tinggi ini menjadi sangat kuat karena mampu menyambungkan antar individu dalam sistem jaringan komunikasi di kelompoknya dan memiliki banyak hubungan dengan sumber informasi dari luar. Keadaan ini menyebabkan mereka banyak dihubungi oleh pembudidaya lain sehingga posisinya menjadi konektor atau penghubung antar individu dalam jaringan komunikasi pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid. Dari tabel 29 juga diketahui ada 46 node yang memiliki nilai kebersamaan 0, artinya 51 anggota pembudidaya ikan bergantung pada kepada individu tertentu untuk menghubungi sesamanya. Keterhubungan Hubungan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Jika ada berbagai jalur yang berbeda yang menghubungkan dua individu maka, mereka memiliki “konektivitas” yang tinggi dalam arti bahwa ada beberapa cara untuk mencapai dari satu individu ke individu yang lain. Konektivitas dapat menjadi ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan dan kerentanan individu, Hanneman and Riddle 2005. Individu yang memiliki nilai keterhubungan maksimum berarti individu tersebut adalah individu yang paling berpengaruh, yaitu yang paling banyak memiliki hubungan dengan individu lain dalam sistem, dan individu yang memiliki nilai minimum adalah individu yang paling sedikit memiliki hubungan dengan individu lain dalam sistem. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software UCINET VI yang disajikan pada Tabel 30 diperoleh nilai keterhubungan antar pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid yaitu nilai maksimum keterhubungan menunjukkan 11.2 dan nilai minimum keterhubungan 3.5 untuk semua topik jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Artinya adalah Individu yang paling banyak dihubungi oleh pembudidaya ikan adalah node 95 yaitu Pak Suhaimi, node 95 adalah individu yang paling memegang peranan dalam jaringan komunikasi pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. Posisi node 95 sebagai sentral keterhubungan bagi pembudidaya ikan lainnya ini menjadi sangat kuat karena memiliki peran dominan dalam dalam jaringan komunikasi, hal ini terjadi karena node 95 adalah memiliki jabatan sebagai ketua mitra binaan, pengusaha penyedia benih dan pengolahan hasil perikanan serta memiliki banyak hubungan dengan sumber informasi dari luar. Sedangkan individu yang paling sedikit memiliki hubungan diantara sesama pembudidaya ikan, baik dihubungi atau menghubungi adalah node 24, yang memiliki karakteristik pendidikan rendah, pengalaman masih baru dan kepemilikan asset atau luas lahan kolam yang kecil. Dapat dijelaskan bahwa individu yang memiliki kemampuan lebih yang berpendidikan tinggi, kepemilikan asset yang banyak, dan lebih berpengalaman akan menjadi individu yang paling dominan dalam sistemnya, sedangkan individu yang memiliki kemampuan rendah seperti berpendidikan rendah, pengalaman rendah dan kepemilikan asset yang sedikit cenderung kurang memiliki hubungan dengan lingkungannya. Hasil wawancara dengan Bapak G menjelaskan: “di Desa Koto Mesjid, Kampar dan bahkan sampai ke Kabupaten Rokan Hulu, kepercayaan dan ketergantungan pembudidaya ikan dengan Bapak SH sangat tinggi, terutama dalam hal penyedia benih, benihnya bagus dan berkualitas, kalau nak berkonsultasi menyenangkan, bahkan beliau mengajarkan cara-cara penanganan kolam, jika kesiapan kolam tidak baik, beliau tidak mau menjual benihnya, hal ini dilakukannya karena benih akan mati dan usaha menjadi sia-sia, jadinya dia sangat perhatian ”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa peran Bapak SH sebagai pengusaha perikanan juga sebagai pendamping swadaya dalam pemberdayaan pembudidaya ikan sangat dominan dalam lingkungannya, terutama dalam memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan produksi. Hal inilah menyebabkan individu node 95 Bapak SH menjadi sentral dalam jaringan komunikasi terutama mengenai produksi dalam usaha budidaya perikanan. Deskripsi Jaringan Komunikasi Produksi dan Pemasaran Antar Pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Pada dasarnya proses komunikasi yang terjalin diantara pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dilandasi atas kedekatan teritorial tempat tinggal, sama-sama sebagai anggota kelompok mitra binaan dan kedekatan letak usaha kolam budidaya mereka. Meskipun terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi pembudidaya ikan dalam memilih pasangan komunikasinya dalam membicarakan informasi tertentu, namun unsur kedekatan tempat tinggal, kebersamaan sebagai anggota kelompok mitra binaan dan letak kolam adalah hal yang paling utama. Untuk memilih sumber informasi di dalam sistem jaringan komunikasi yang akan mereka akses dilakukan atas dasar kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan kenyamanan dalam berkomunikasi. Mereka cenderung berkomunikasi dengan orang yang dianggap memiliki informasi yang mereka butuhkan, mudah untuk diakses secara fisik dan memiliki keterbukaan dengan sesama. Selain itu, mereka juga cenderung berkomunikasi dengan orang yang memiliki permasalahan yang sama dengan yang mereka alami, proses komunikasi seperti ini terjadi dalam bentuk “sharing” dengan tujuan untuk berbagi. Pemilihan sumber informasi yang berada di luar sistem jaringan komunikasi dipilih berdasarkan kemudahan akses sumber informasi dengan masing-masing sumber informasi, selain itu pemilihan juga didasarkan atas dasar kepercayaan dan kemampuan sumber informasi dalam memberikan informasi yang akurat dan relevan. Kecenderungan yang terjadi pada pembudidaya ikan untuk mencari, menerima dan menyebarluaskan informasi melalui proses komunikasi menimbulkan struktur jaringan komunikasi yang sama pada setiap topik produksi dan pemasaran yang dibicarakan dalam jaringan komunikasi. Struktur komunikasi terbentuk adalah jaringan personal yang memusat interlock personal network. Pada setiap jaringan komunikasi yang berbeda terdapat perbedaan individu yang berperan sebagai star dalam lingkungan terdekat dan sebagai kunci penyebar informasi dalam sistem jaringan komunikasi. Selain peran-peran tersebut, juga terdapat peran sebagai cosmopolite dan gatekeeper yang berperan penting dalam sebuah sistem jaringan komunikasi agar dapat terus bertahan dan merespon segala perubahan yang menjadikan sistem jaringan komunikasi menjadi dinamis. Uraian lebih rinci mengenai jaringan komunikasi pembudidaya ikan berdasarkan masing-masing topik dapat di lihat pada Tabel 31. Tabel 31. Deskripsi peran jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan tentang produksi dan pemasaran di Desa Koto Mesjid tahun 2014 Analisis jaringan komunikasi IsuTopik Jaringan Komunikasi Produksi Pemasaran Seluruh Topik Struktur komunikasi Interlock Interlock Interlock Jumlah klik 7 7 10 Node sentralitas lokal tertinggi 95 94 95 Node sentralitas global terendah 95 94 95 Node kebersamaan tertinggi 5, 95 9, 94 5, 9, 94, 95 Node keterhubungan tertinggi 95 94 95 Node cosmopolite 95 94, 95 94, 95 Node gate keeper 95 94 95 Jumlah node bridge 19 16 21 Keadaan struktur jaringan yang terjadi pada setiap jaringan komunikasi menunjukkan bahwa pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid memiliki pola komunikasi yang sama pada informasi yang berbeda. Hal ini menggambarkan bagaimana bentuk distribusi informasi yang terjadi pada proses pertukaran informasi mengenai produksi dan pemasaran. Jaringan antar pembudidaya ikan yang cenderung memusat, yang cenderung mengunci interlocking lebih tumbuh ke arah dalam secara alamiah. Sistem yang tumbuh ke arah dalam merupakan jaringan yang sangat miskin untuk menangkap informasi baru dari suatu lingkungan Rogers 2003. Pada Jaringan komunikasi produksi dan pemasaran struktur komunikasi merupakan jaringan personal yang memusat, dimana orang- orang cenderung berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki jarak komunikasi yang dekat sehingga ikatan yang ada menjadi kuat. Kondisi ini yang menyebabkan sulitnya pendistribusian informasi mengenai penanganan masalah produksi dan pemasaran karena berfokus pada satu individu yang paling berpengaruh. Jika keberadaan individu tersebut sulit digantikan oleh individu lain maka ketergantungan dan kerentanan terjadi sangat kuat, sehingga solusi berbagai masalah tergantung pada individu-individu yang berpengaruh tersebut. Individu yang memiliki pengaruh dan hubungan yang kuat dalam jaringan komunikasi produksi adalah individu yang utamanya memiliki karateristik sebagai pengurus kelompok sekaligus pendamping swadaya, memiliki usaha sebagai penyedia sarana produksi terutama penyedia benih. Individu ini sangat sulit digantikan oleh individu lain karena peran dominan dalam jaringan komunikasi yang dimainkan sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya perikanan bagi pembudidaya ikan. Peran dominan yang diperankannya adalah, pendamping swadaya, pengurus kelompok binaan, pengusaha penyedia benih dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang usaha budidaya perikanan, mulai dari kegiatan pembenihan hingga pasca panen pemasaran dan pengolahan. Peran ini menjadikan yang bersangkutan memiliki mobilitas tinggi dalam kelompok dan luar kelompoknya, interaksi dengan pemerintah dan pihak swasta, perbankan dan berbagai institusi lainnya membuat keberadaannya menjadi penting dan sangat sulit digantikan, sehingga peran sebagai star, cosmopolite dan gate keeper juga menjadi perilakunya dalam jaringan komunikasi mengenai produksi budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam pembahasan, maka dapat dapat disimpulkan bahwa : 1. Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid bersifat tertutup interlock personal network, karena ada peran dominan yang memusat beberapa klik dalam jaringan komunikasi tersebut. 2. Karakter pembudidaya ikan yang berperan sebagai star dalam setiap klik adalah orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dari individu lain dalam lingkungannya, mereka adalah pembudidaya ikan yang menjabat sebagai pengurus kelompok, pengusaha penyedia benih, pengusaha pengolahan perikanan, dan pedagang pengumpul ikan segar guna mencukupi bahan baku produksi ikan olahannya. 3. Pada umumnya klik yang terbentuk diantara pembudiaya ikan didasarkan pada pertimbangan sama-sama anggota mitra binaan memiliki karakter yang sama sebagai anggota, kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan kenyamanan berkomunikasi, kemudahan akses keperluan produksi dan pemasaran. 4. Pembudidaya ikan yang memiliki nilai sentralitas lokal tertinggi dan sentralitas global terendah adalah mereka yang berperan sebagai star dalam lingkungannya, sebagai kunci penyebar informasi, pengurus kelompok mitra binaan, memiliki usaha pembenihan, pembesaran dan pengolahan perikanan. 5. Pembudidaya ikan yang memiliki nilai kebersamaan tertinggi adalah pembudidaya ikan yang berperan mengendalikan jaringan komunikasi produksi dan pemasaran yaitu individu yang berprofesi sebagai pengurus kelompok dan pedagang pengumpul lokal yang juga sebagai pengusaha pengolahan ikan asap. 6. Pembudidaya ikan yang memiliki nilai keterhubungan tertinggi adalah pembudidaya ikan yang berperan sebagai star, cosmopolite dan gate keeper, yaitu pembudidaya ikan yang berprofesi sebagai pengurus kelompok dan pembudidaya ikan yang paling berhasil dalam usahanya. 7. Dengan demikian, Individu yang berperan sebagai star, cosmopolite dan gate keeper dalam lingkungannya adalah individu yang paling berpengaruh dan paling banyak terlibat dalam jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan. Mereka memiliki kemampuan lebih, yaitu menjabat sebagai pengurus kelompok, berpendidikan tinggi, kepemilikan asset yang banyak, dan berpengalaman lebih dari sepuluh tahun. Mereka akan menjadi individu yang paling dominan dalam sistemnya, sedangkan individu yang memiliki kemampuan rendah seperti berpendidikan rendah, pengalaman rendah dan kepemilikan asset sedikit, cenderung kurang memiliki hubungan dengan lingkungannya.

6. PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN DAN POLA PIKIR DALAM PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN

Abstrak Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Melalui pemberdayaan, kehidupan masyarakat diharapkan menjadi sejahtera, mandiri dan berkeadilan. Pemberdayaan masyarakat akan terlihat, jika terjadi perubahan terhadap taraf penghidupan dan pola pikir individu masyarakat ke arah yang lebih baik. Untuk itu telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dan menganalisis terjadinya perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan dalam pemberdayaan di Desa Koto Mesjid. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pada bulan Juli hingga Desember 2012, dan kemudian dilaksanakan kembali Desember 2013 hingga Agustus 2014. Hal ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi kegiatan pemberdayaan dan melihat perubahan yang terjadi dengan membandingkan data yang ada pada tahun pertama, tahun kedua dan tahun ketiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode survei, populasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive dan sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling intact system. Data dianalisis dengan menggunakan Vectorial Project Analysis. Analisis ini digunakan untuk melihat perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset setelah menjalankan kegiatan pemberdayaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset ke arah yang lebih baik, terutama perubahan pendapatan, kesempatan kerja, adopsi teknologi, kepercayaan diri, pengarus utamaan jender dan praktek bisnis. Artinya pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid telah mengalami peningkatan kualitas penghidupan dan pola pikir dari kegiatan pemberdayaan yang dijalankan. Kata kunci: perubahan, penghidupan, pola pikir, pemberdayaan Pendahuluan Konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka 1996 menyatakan bahwa manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Oleh karena itu proses pemberdayaan seharusnya menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat, agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan individu dan sosial. Menurut Hikmat 2004 pemberdayaan mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh dan kuat. Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya bahkan merupakan suatu keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka. Slamet 2003 memberikan pengertian pemberdayaan adalah kemampuan, berdaya, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensinya dan berani bertindak mengembangkan diri, sehingga terbentuk kemandirian dan tidak tergantung dengan pihak lain. Pemberdayaan adalah suatu bentuk upaya pembangunan dan merupakan suatu proses menuju perbaikan kehidupan sosial masyarakat. Menurut Jahi 1988 pembangunan sebagai suatu proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat, yang diselenggarakan dengan jalan memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada warga masyarakat tersebut untuk berpartisipasi, untuk mendapatkan kemajuan baik secara sosial maupun material termasuk dalam hal ini ialah pemerataan, kebebasan, dan berbagai kualitas lain yang diinginkan agar menjadi lebih baik bagi mayoritas warga masyarakat itu, dengan mengendalikan lingkungan hidup mereka secara lebih baik. Menurut Amanah 2007, pembangunan tanpa diikuti upaya transformasi perilaku terutama dari sikap mental yang positif, maka dapat dipastikan akan gagal mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang sejahtera dan bermartabat. Pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar telah dilaksanakan sejak masyarakat di wilayah ini memulai usaha pembudidayaan secara sendiri-sendiri, dalam perkembangannya wilayah ini mendapat perhatian dari instansi terutama pemerintah dan swasta, maka sejak tahun 2008 dibentuklah Forum Komunikasi Mitra Binaan PT.Telkom sebagai wadah kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan melalaui penyaluran dana Corporate Social Responsibilities CSR untuk penguatan modal usaha pembudidayaan ikan oleh masyarakat di Desa Koto Mesjid. Sejalan dengan hal itu pada tahun 2011 ditetapkanlah wilayah ini menjadi kawasan sentra produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau, dan sejak itu juga berbagai penghargaan telah diperoleh oleh Desa Koto Mesjid ini. Capaian kegiatan pemberdayaan yang telah dijalankan oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid perlu diketahui sebagai bentuk keberhasilan program, sehingga pemberdayaan benar-benar mampu memberdayakan pembudidaya ikan guna mewujudkan perbaikan kualitas kehidupan sosial ekonomi rumah tangga mereka. Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui bagaimana perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan dalam pemberdayaan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar, dengan tujuan untuk melihat dan menganalisis perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset yang terjadi pada pembudidaya ikan sebagai akibat dari kegiatan pemberdayaan yang dijalankan. Metode Penelitian ini dilaksanakan di kawasan sentra budidaya perikanan dalam kolam tepatnya di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan karena terpilih sebagai kawasan percontohan Sentra Produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau. Tempat dijalankannya kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dari pemerintah dan swasta dari PT. Telkom. Ditetapkan sebagai wilayah program Corporate Social Responsibility CSR dan sebagai nominasi CSR Award tahun 2011. Wilayah ini berpotensi untuk terus dikembangkan mendukung kebijakan pemerintah dalam aspek pengembangan budidaya perikanan darat dan pemberdayaan masyarakat, baik itu secara nasional maupun secara regional. Populasi penelitian adalah keseluruhan pembudidaya ikan yang ada di Desa Koto Mesjid mitra binaan PT. Telkom pada periode 2009 dan 2010, yang mendapat bantuan pemberdayaan melalui akses modal usaha budidaya ikan patin berjumlah 90 orang pembudidaya ikan. Responden dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampling intact system, sebanyak 90 orang pembudidaya ikan. Penelitian ini menggunakan metode survei. Survei pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2012 dengan melakukan pendekatan dengan pemuka masyarakat dan melakukan wawancara untuk memperoleh informasi-informasi yang diperlukan. Pengambilan data kuantitatif yang berhubungan dengan pendapatan, kesempatan kerja, konsumsi pangan, sanitasi dan kebersihan, aktifitas di kelompok tani, tingkat adopsi teknologi, kebiasaan menabung, kepercayaan diri, orientasi pendidikan anak, dan pengarusutamaan jender. Kemudian dilaksanakan survei dan pengumpulan data pada bulan Juni 2013, dilanjutkan kembali pengumpulan data pada bulan Desember 2013 hingga Mei 2014. Kemudian melakukan wawancara mendalam pada Agustus dan September 2014. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan panduan kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah data primer data dari petani dan data sekunder yang dikumpulkan dari Kantor Desa dan Dinas Perikanan, sekretariat Forum Komunikasi Mitra Binaan PT. Telkom, serta di kantor unit pembenihan rakyat Graha Pratama Fish. Analisis data dilakukan adalah untuk mengetahui perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset yang terjadi pada pembudidaya ikan. Analisis dilaksanakan dengan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pemberdayaan yang ada di wilayah penelitian. Salah satu alat yang digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi partisipatif dalam kegiatan pemberdayaan adalah dengan menggunakan Vectorial Project Analysis VPA. VPA adalah suatu metode monitoring dan evaluasi proyek yang dikembangkan dari analisa SWOT, dengan menggunakan VPA, akan dapat diketahui perkembangan posisi dan status perkembangan dari kelompok dampingan yang menjadi sasaran di setiap periode waktu, misalnya di masa awal program, ditengah masa program atau diakhir program nantinya. Selanjutnya dengan VPA pula akan dapat dilakukan pelacakan faktor apa saja yang sudah mencapai kemajuan atau faktor yang apa saja yang masih memerlukan perhatian. Karena faktor kemudahan analisa tersebut, maka VPA diadopsi dan diadaptasi sebagai salah satu alat monitoring dan evaluasi. VPA suatu metode monitoring dan evaluasi yang dikembangkan oleh Project Management Unit Special Programme for Food Security SPFS – FAO, Indonesia pada Febuari 2007 dan mendapatkan penghargaan BR Sen Award dari FAO pada Desember 2007. SPFS, 2007. VPA telah digunakan di empat negara SPFS-FAO yaitu Indonesia, Bangladesh, Laos dan Srilangka dan diadopsi dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan untuk kebutuhan kegiatan Program Desa Mandiri Pangan Departemen Pertanian RI di 180 kabupaten. Purnama dan Saifullah 2008. Vectorial Project Analysis VPA 5 10 5 10 2,3 X Y Mindset development L iv e lih o o d d e v e lo p m e n t 7,8 2,3 7,8 V = 7.07 5 5 V = Xa-Xb 2 +Ya-Yb 2 12 +,+ +,- -,+ -,- Untuk tujuan monitoring dan evaluasi program pemberdayaan masyarakat sebagai suatu upaya melihat perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset dari program yang dijalankan, VPA telah dikembangkan sebagai alat evaluasi yang lengkap dan mudah diimplementasikan. Selain daripada fungsi utamanya sebagai alat monitoring dan evaluasi dampak program, VPA dapat juga digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian assesment pada waktu pemilihan lokasi dan calon masyarakat penerima program, sehingga status ketahanan pangan pada masyarakat setempat dapat diketahui dengan jelas. Evaluasi kemajuan status taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset yang dicapai oleh peserta dan penerima manfaat program pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya diukur dari beberapa indikator kemajuan. Indikator ini dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu: 1 Indikator kemajuan taraf kehidupan livelihood development, 2 Indikator kemajuan pola pikir mindset development . Pemilihan dua indikator ini didasari pemikiran bahwa pada dasarnya program pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan status ketahanan secara holistik dan komprehensif yang tidak hanya meliputi peningkatan di bidang kesejahteraan fisik tetapi juga meliputi kemajuan kapasitas manusia yang ditunjukkan melalui perkembangan pola pikir yang positif. Dua inidikator ini pada prinsipnya juga didasarkan kenyataan bahwa komponen program pemberdayaan masyarakat tidak hanya berfokus pada kegiatan pemberdayaan fisik tetapi juga meliputi kegiatan penguatan kelembagaan dan kapasitas masyarakat desa dalam meningkatkan ketahanan pangan. Hubungan dan posisi ke dua indikator utama ini dapat menunjukkan tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat sebagaimana digambarkan pada Gambar 9 berikut ini. Segmen I adalah dibatasi garis Y= 4 sampai Y = 5 dan X= 4 sampai X=5. Segmen ini diberi nama fase persiapan. Secara teoritis, setelah satu tahun pelaksanaan program status dan posisi kelompok tani peserta harus setidak- tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika setelah satu tahun program, status dan posisi koordinat masih jatuh di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan. Gambar 9. Vectorial Project Analysis VPA Segmen II dibatasi oleh garis Y=5 hingga Y= 6 dan X = 5 hingga X=6. Segmen ini diberi nama fase penumbuhan. Secara teoritis, setelah dua tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta harus setidak-tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika titik koordinat VPA jatuh di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan. Segmen III dibatasi oleh garis Y=6 hingga Y= 7 dan X = 6 hingga X=7. Segmen ini diberi nama fase pengembangan. Secara teoritis, setelah tiga tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta harus setidak- tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika titik koordinat VPA jatuh di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan. Segmen IV dibatasi oleh garis Y=7 hingga Y= 10 dan X = 7 hingga X=10. Segmen ini diberi nama fase kemandirian. Secara teoritis, setelah empat tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta harus setidak- tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika titik koordinat VPA jatuh di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan. Indikator kemajuan taraf hidup livelihood dikelompokkan sebagai indikator yang bersifat fisik tangible atau indikator-indikator yang dapat diukur secara kuantitatif. Indikator ini akan menggambarkan kemajuan fisik status ketahanan pangan yang antara lain diukur melalui beberapa sub indikator yaitu: 1. Pendapatan, 2. Kesempatan kerja, 3. Konsumsi pangan, 4. Sanitasi dan kebersihan, Indikator kemajuan pola pikir mindset dikelompokkan sebagai indikator yang bersifat bukan fisik intangible. atau indikator-indikator yang sebenarnya hanya bisa diukur secara kualitatif, tetapi dalam analisa VPA indikator-indikator pola pikir ini diukur secara kuantitatif. Indikator ini lebih lanjut diurai menjadi beberapa sub indikator yang meliputi tingkat : 1. Aktifitas di kelompok tani 2. Tingkat adopsi teknologi 3. Kebiasaan menabung 4. Kepercayaan diri 5. Orientasi pendidikan anak 6. Pengarusutamaan jender 7. Praktek dan orientasi bisnis. Hasil dan Pembahasan Perkembangan usaha budidaya perikanan di Desa Koto Masjid Kondisi mata pencaharian penduduk Desa Koto Mesjid pada awal tahun perkembangannya sejak dibentuk menjadi desa baru pada tahun 1999, masih mengandalkan usaha perkebunan karet dan masih sedikit yang melakukan usaha budidaya perikanan. Kemudian pada tahun 2000 usaha pembudidayaan ikan patin dalam kolam mulai dikenalkan oleh seorang petugas penyuluh lapangan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Marpoyan Pekanbaru Riau. Lambat laun usaha pembudidayaan ikan makin diminati masyarakat karena melihat beberapa masyarakat yang terlebih dahulu mengusahakan mendapatkan keuntungan yang baik. Karena makin banyaknya masyarakat yang menjadi pembudidaya ikan maka terbentuklah kelompok-kelompok usaha pembudidaya ikan yang diprakarsai oleh pemuka masyarakat dan beberapa pembudidaya ikan. Usaha perikanan di Desa Koto Mesjid semakin berkembang dan memberikan keuntungan yang baik bagi pembudidaya ikan, selanjutnya dalam upaya memperluas skala usaha pembudidaya ikan memerlukan tambahan modal untuk membuka kolam baru, pengebeboran air, penataan pengairan dan pembelian bahan baku pembuatan pellet pakan ikan, maka salah seorang pembudidaya ikan mencoba mengajukan pinjaman kepada program kemitraan Community Development Coorporation CDC PT. Telkom sebesar 30 juta rupiah, sejak itulah resmi menjadi mitra binaan PT. Telkom. selanjutnya karena keberhasilan usaha semakin dirasakan, maka makin banyak anggota kelompok usaha bersama pembudidaya ikan ikut serta mengajukan permohonan pinjaman dana CDC untuk perluasan usaha. Pesatnya pertumbuhan usaha perikanan terlihat dari, bertambah banyaknya kolam-kolam budidaya ikan patin dan berdirinya usaha pembenihan patin oleh salah seorang pembudidaya ikan serta berhasilnya pengembalian dana pinjaman dari CDC PT. Telkom. selanjutnya pada tahun 2008 terbentuklah secara resmi pembudidaya ikan mitra binaan PT. Telkom dan ditambahlah kucuran dana pinjaman untuk perluasan usaha budidaya patin. Pada tahun 2011, Desa Koto Mesjid ditetapkan sebagai kawasan sentra budidaya perikanan di Provinsi Riau oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Perikanan Provinsi Riau, selanjutnya berbagai kegiatan pemberdayaan dilaksanakan di wilayah ini salah satunya adalah keberlanjutan pengucuran dana pinjaman untuk modal usaha dari program CSR PT. Telkom dan berbagai bantuan teknis dari pemerintah daerah. Sampai tahun 2011 terlihat perkembangan jumlah dana kemitraan dari CSR PT. Telkom yang disalurkan di wilayah ini adalah sebesar 5.328.100.000,- dan dana bantuan Bina Lingkungan sebesar 634.367.000,- dengan perkembangan dapat dilihat pada Tabel 32 sebagai berikut: Tabel 32. Perkembangan penyaluran dana kemitraan dalam pemberdayaan Pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid No Tahun Dana Kemitraan Rp Dana Bina Lingkungan Rp 1. 2007 1.357.500.000,- 46.607.000,- 2. 2008 3.064.500.000,- 152.007.000,- 3. 2009 3.596.100.000,- 210.917.000,- 4. 2010 4.994.100.000,- 252.917.000,- 5. 2011 5.328.100.000,- 634.367.000,- Hingga tahun 2013 perkembangan usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid semakin pesat. Wilayah ini telah dijuluki sebagai “Kampung Patin” dengan bentangan kolam ikan sebanyak 916 kolam ikan dengan luas 52 Ha, dengan produksi harian rata-rata ikan patin segar 8 -10 ton per hari. Distribusi hasi produksi budidaya perikanan kolam patin di Desa ini tidak mengalami hal yang sulit, karena para pembeli lokal dan luar daerah setiap hari datang ke kolam untuk menjemput hasil panen. Para pembeli lokal memanfaatkan ikan patin segar untuk diolah menjadi ikan patin asap, perbandingan hasil olahan ikan asap adalah 3 ton ikan patin segar akan menghasilkan 1 ton ikan patin asap. Ikan patin asap hasil olahan dijual ke berbagai daerah dalam dan luar Provinsi, dan ekspor ke Malaysia serta Singapura. Sedangkan pembeli luar daerah memanfaatkan ikan segar untuk di distribusikan ke pasar tradisional dan rumah makanrestoran serta pedagang pengecer. Pola Kemitraan PT. Telkom dan pemberdayaan pembudidaya ikan Kegiatan pemberdayaan diupayakan untuk mewujudkan perbaikan pada kapasitas kehidupan masyarakat. Morgan 2008 menyatakan bahwa aspek-aspek kapasitas masyarakat yang perlu dikembangkan antara lain adalah kesadaran, keterampilan, pengetahuan, motivasi, komitmen, dan kepercayaan diri. Kegiatan yang dilaksanakan dalam peningkatan kapasitas masyarakat dapat berupa pengembangan infrastruktur, pendidikan dan pelatihan, dukungan terhadap akses modal dan penguatan kelembagaan. Desa Koto Mesjid adalah salah satu desa yang terpilih menjadi prioritas lokasi untuk pelaksanaan program pemberdayaan melalui penyaluran dana kemitraan PT. Telkom. Sebagai salah satu BUMN di Indonesia PT. Telkom telah melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat, sehingga relatif banyak pembudidaya ikan yang menjadi mitra binaan. Sampai tahun 2012 Mitra binaan PT. Telkom tersebar dan tergabung dalam 11 kelompok pembudidaya ikan, masing-masing kelompok beranggotakan 20 sampai dengan 40 orang pembudidaya ikan, tidak terbatas itu saja setiap masyarakat yang ingin menjadi anggota mitra binaan dapat terus dikembangkan dan difasilitasi, dengan memenuhi syarat dan ketentuan dalam landasan kemitraan. Adapun landasan kemitraan dalam kegiatan ini adalah: saling memahami kedudukan, tugas, fungsi dan struktur masing-masing, saling memahami kemampuan, saling menghubungi, saling mendekati, saling bersedia membantu dan dibantu, saling mendorong dan mendukung, saling menghargai Budiana 2012. Beberapa kegiatan pemberdayaan telah dilaksanakan di Desa Koto Mesjid. kegiatan tersebut dilaksanakan oleh PT. Telkom dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar atau Provinsi Riau, untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Kegiatan pemberdayaan di Desa Koto Mesjid Pelaksanaan Kegiatan Jenis Kegiatan 2000 - Pembinaan kelompok perkebunan dan perikanan melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah - Dibangunnya TK Kasih Ibu 2001 - Pengucuran bantuan kredit lunak perikanan - Bantuan rehabilitas perkebunan karet rakyat 2002 - Pemilihan kepala desa pertama setelah menjadi Desa - Pengadaan air bersih di Dusun Pincuran Billah 2003 - Peluncuran bantuan lunak dan bina lingkungan dari PT. Telkom 2004 - Pelaksanaan Pekan Daerah Tingkat Provinsi Riau 2005 - Bantuan pinjaman lunak dan Bina Lingkungan PT.Telkom Sambungan Tabel 33. Kegiatan pemberdayaan di Desa Koto Mesjid 2006 - Dibangunnya 4 unit box culvert, pembuatan parit, drainase sepanjang 500 m, dan pinjaman lunak PT. Telkom 2007 - Pemilihan kepala desa untuk kedua kalinya - Pembangunan 1 unit box culvert dari dana PNPM - Pembangunan turab sentra perikanan 200 m - Bantuan pinjaman lunak dan bina lingkungan PT.Telkom 2008 - Pengaspalan jalan hot mix lapen 1.200 m - Bantuan pinjaman lunak dan bina lingkungan PT.Telkom 2009 - Pengaspalan jalan hot mix lapen 1.100 m dan parit drainase 1.080 m - Bantuan pinjaman lunak dan bina lingkungan PT.Telkom - Pembangunan sentra budidaya perikanan - Bantuan pengadaan benih ikan patin - Seminar dan temu usaha perikanan riau dan Yogyakarta - Sentra agropolitan XIII Koto Kampar 2010 - Pembangunan jalan baru ke waduk PLTA dan parit drainase 506 m PNPM - Pelatihan perikanan air tawar mitra binaan PT. Telkom - Wilayah pengolahan ikan patin terbaik Riau - Bantuan pinjaman lunak dan bina lingkungan PT.Telkom - Pelatihan Internet Desa Koto Mesjid 2011 - Exposes program peningkatan Gizi Balita - Bantuan pinjaman lunak dan bina lingkungan PT.Telkom 2012 - Pelatihan dan workshop pengembangan pembudidayaan ikan dan pengolahan ikan - Pelatihan akses kredit mikro bagi pembudidaya ikan Perubahan Taraf Penghidupan dan Pola Pikir Pembudidaya Ikan Perubahan yang direncanakan untuk mencapai kebaikan dalam kehidupan masyarakat salah satunya dapat disebabkan dari kegiatan pembangunan. Soemarwoto 1987 mengatakan bahwa pembangunan selalu membawa perubahan dan sudah tentu perubahan yang diharapkan itu adalah perubahan yang baik menurut ukuran manusia. Bahkan menurut Masinambow 1997 pembangunan yang secara sengaja diadakan untuk mendorong perubahan sosial ke suatu arah tertentu, yang proses perubahan terdiri atas: 1 menggeser hal-hal yang sudah ada; 2 menggantikannya; 3 mentranformasikannya; dan 4 menambah yang baru yang kemudian berdampingan dengan hal-hal yang sudah ada. Pendapat Masinambow itu memberi pemahaman bahwa pembangunan akan menyebabkan perubahan sosial yang bergerak dalam suatu garis lurus yang mempengaruhi pola pikir dan penghidupan masyarakat. Atau yang oleh Joyomartono 1991 disebut sebagai usaha berencana untuk menciptakan perubahan sosial budaya. Dikatakan sebagai usaha berencana karena di dalam pembangunan ini ada intervensi aktif yang dilakukan oleh individu-individu dengan tujuan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir yang terjadi dalam masyarakat bisa dilihat dari indikator kemajuan atau kemunduran yang dialami sebelum dan sesudah mendapat pengaruh dari kegiatan pemberdayaan dalam pembangunan. Pembangunan dan perubahan penghidupan disertai perubahan pola pikir adalah dua hal yang saling menyatu terjadinya, dan pembangunan merupakan salah satu alat untuk melakukan perubahan terhadap kondisi yang dimiliki oleh masyarakat. Implementasi kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar dilaksanakan sebagai suatu wadah yang diharapkan mampu memberikan fasilitasi terhadap proses perubahan sosial ekonomi masyarakat dengan harapan pembudidaya ikan memperoleh manfaat sosial ekonomi yang terukur, yaitu : 1. Pendekatan perbaikan taraf penghidupan, dengan pembangunan sistem pengembangan akses permodalan masyarakat melalui kelembagaan Ekomomi Masyarakat Desa yang diharapkan akan memperbaiki dan memacu kehidupan perekonomian masyarakat. 2. Pendekatan peningkatan pola pikir, dengan proses pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengorganisasian dan penguatan kapasitas komunitas dampingan menuju keberlanjutan program pengembangan komunitas yaitu prospek kemampuan komunitas dalam mengelola kegiatan pemberdayaan secara mandiri. Pelaksanaan Survei VPA terhadap pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dilaksanakan pada pembudidaya ikan yang menjadi anggota binaan PT. Telkom angkatan periode 2009-2010 sebanyak 90 orang. Persentase jumlah sampel yang menjadi responden sudah cukup mewakili seluruh anggota petani pembudidaya ikan yang ada di Desa Koto Mesjid. Analisis Vectorial Project Pembudidaya Ikan Desa Koto Mesjid Indikator kemajuan taraf hidup livelihood yaitu indikator yang bersifat fisik tangible dan indikator kemajuan pola pikir mindset yaitu indikator yang bersifat bukan fisik intangible yang terjadi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada Gambar 10 Gambar 10. Grafik VPA dalam pemberdayaan pembudidaya ikan Dari Gambar 10 tersebut terlihat bahwa telah terjadi pergeseran taraf hidup livelihood dan pola pikir mindset pada Kelompok Usaha Mitra Binaan PT. Telkom Desa Koto Mesjid yang dalam hal ini dianggap mewakili masyarakat pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid yang menjadi target kegiatan pemberdayaan yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari kegiatan