Strategi komunikasi partisipatif merupakan pendekatan baru dalam komunikasi pembangunan. Pendekatan partisipatif berlandaskan semangat
kebersamaan dalam mengartikulasikan dan mempersepsikan sesuatu dalam pikiran, sikap dan tindakan termasuk cara-cara memcahkan masalah bersama.
Konsepsi kebersamaan tersebut menentukan tujuan proses komunikasi sehingga semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan mempertukarkan dan
memperundingkan makna pesan menuju keselarasan dan keserasian makna bersama. Karena aktifitas komunikasi berlangsung dalam ruang publik, maka
memungkinkan setiap orang dapat melakukan akses informasi dan dialog terbuka secara merata Dilla 2007.
Strategi komunikasi dalam upaya pemberdayaan pembudidaya ikan yang dinilai layak dikembangkan adalah strategi komunikasi partisipatif yang
menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori pertukaran exchange theory melalui jalur kelembagaan yang mapan didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi
transaksional yang efektif, baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sosial ekonomi perikanan.
Strategi komunikasi paritisipatif yang dimaksud adalah pengembangan kelembagaan dan organisasi pembudidaya ikan untuk membentuk pola kemitraan
yang berorientasi nilai yang meliputi kebersamaan, keadilan dan bertanggung jawab. Salah satu bentuk kelembagaan yang sesuai adalah kelembagaan koperasi.
Kelembagaan ini dapat dijadikan wadah yang berpihak kepada pola kemitraan untuk mendukung kepentingan anggotanya. Untuk membangun kelembagaan
yang efektif dan efisien, model koperasi perikanan dengan komoditas unggulan ikan patin salah satu alternatif yang dapat dikembangkan, dalam mempercepat
pembangunan perikanan modern dengan dukungan sistem informasi komunikasi perikanan. Kelembagaan pembudidaya ikan yang berorientasi pada keberdayaan,
kesejahteraan, kemandirian dan berkeadilan, akan mampu mendorong munculnya kelembagaan yang handal dalam pembangunan.
Berdasarkan analisis SWOT dan penjelasan tersebut, diajukan rancangan kebijakan strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai dalam
pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, yaitu : 1 Memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan
kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan.
2 Peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan.
3 Melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna
yang berkelanjutan. 4 Peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang
profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi pembudidaya ikan yang lebih terbuka, merata, berkeadilan dan bertanggung jawab.
5 Peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi
tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah. 6 Melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan
produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan.
JARINGAN KOMUNIKASI
KARAKTERISTIK PEMBUDIDAYA
IKAN
FASILITAS PRODUKSI
PERSEPSI TERHADAP
KINERJA PENDAMPING
PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN
PERUBAHAN POLA PIKIR
PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA
IKAN
Gambar 14. Pola hubungan jaringan komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan
Pengembangan pola hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan
taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dapat dikembangkan sebagai suatu strategi komunikasi pemberdayaan. Upaya pengembangan bermaksud
uuntuk mewujudkan pemberdayaan pembudidaya ikan yang mandiri sejahtera dan berkeadilan, sehingga kendala dan sumbatan-sumbatan komunikasi dalam
kegiatan pemberdayaan dapat diminimalisir. berdasarkan hasil penelitian diketahui fenomena interaksi jaringan komunikasi dalam usaha budidaya
perikanan yang bersifat memusat, untuk itu dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan sebagai strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan.
Memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan.
Strategi dalam mewujudkan pembudidaya ikan yang sejahtera dan mandiri, hal ini perlu dilakukan melalui pembentukan kelembagaan sosial
ekonomi yang kuat berupa koperasi pembudidaya ikan. Pembudidaya ikan di perlu mendapatkan perhatian yang baik dari berbagai kalangan, terutama pengurus
kelompok dan pembudidaya ikan itu sendiri.
Kelembagaan yang terbentuk antar pembudidaya ikan dapat dijadikan wadah untuk membangun kerjasama pelatihan dan kegiatan pendampingan
dengan berbagai lembaga baik instansi pemerintah ataupun swasta. Kelembagaan yang kuat akan memperhatikan sumberdaya anggotanya, sehingga keberhasilan
anggota adalah keberhasilan dan kemajuan bersama.
Melalui pengembangan koperasi yang memiliki visi dan misi yang jelas, upaya terhadap peningkatan kemampuan individu pembudidaya ikan dapat
ditingkatkan. Beberapa karateristik pembudidaya ikan yang berpendidikan formal
lebih rendah, berpendapatan rendah dan memiliki asset yang sedikit, dalam lingkungannya pada umumnya sangat kurang mendapatkan informasi baru,
kurang menjalin hubungan dengan sesamanya, mereka pada umumnya cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha maupun
memecahkan masalahnya. Untuk itu, diperlukan perhatian dengan pembentukan kelembagaan sosial ekonomi sehingga dapat menjalankan kegiatan usaha baik
melalui kerjasama individu pembudidaya ikan maupun kerjasama dengan lembaga kemitraan perbankan atau lembaga usaha lainnya. Sehingga permasalahan
individu maupun kelompok dapat teratasi bagi semua lapisan masyarakat
pembudidaya ikan, dan tidak ada individu masyarakat yang “ditinggalkan.” Pembudidaya ikan khususnya pengurus Forum Mitra Binaan PT Telkom,
memiliki peran penting dalam menentukan keberlanjutan usaha anggotanya, khususnya dalam menjaga kebersamaan dan motivasi dalam kelompok serta
kelestarian lingkungan hidup. Ketua forum berperan menginisiasi pembentukan kelembagaan koperasi pembudidaya ikan. Peran pengurus kelembagaan
pembudidaya ikan di desa yang ditetapkan sebagai kawasan sentra perikanan di Kabupaten Kampar berperan sebagai star, cosmopolite dan opinion leader. Oleh
karenanya, kegiatan pemberdayaan yang melibatkan pengurus kelembagaan hendaknya diarahkan pada terciptanya kebersamaan dan kepentingan pemarataan
manfaat yang diterima oleh anggota. Keberdaan ketua kelembagaan diperlukan dan diharapkan kesadarannya untuk kepentingan dan kebermanfaatan seluruh
anggota. Pelatihan kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaan sosial perlu diinisiasikan oleh pembudidaya.
Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui kelembagaan sangat penting, karena keberadaaan kelembagaan menjadi wadah pembelajaran yang efektif bagi
terwujudnya keberdayaan dan kemandiri pembudidaya ikan. Interaksi antar pembudidaya ikan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Solidaritas
anggota dalam kelembagaan yang tinggi dapat mewujudkan kelembagaan sebagai wadah berbagi dan saling menguatkan agar pembudidaya ikan memiliki posisi
tawar dalam berbagai kegiatan, terutama dalam memasarkan produk hasil perikanan.
Peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan
Pembudidaya ikan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan bidang budidaya perikanan dengan keterbatasan fasilitas yang ada, pengetahuan
mengenai pembudidayaan yang baik, hama dan penyakit harus terus dikembangkan. Jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan baik tatap muka
secara langsung, transaksional dan terbuka atau dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pembudidaya ikan
dalam mengakses berbagai informasi tentang usaha budidaya perikanan.
Melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna
yang berkelanjutan
Pembudidaya ikan dalam melaksanakan usahanya seharusnya benar-benar tekun dan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi dan fasilitas produksi
yang ada. Luas lahan bisa dimanfaatkan untuk perluasan kolam, pembuatan pakan tradisional yang relatif lebih murah perlu ditingkatkan kualitasnya, padat tebar
benih dengan menggunakan teknologi budidaya sistem dua kali padat tebar yang sebagian dipanen ketika masih ukuran berat sedang, kemudian hasil yang
diperoleh dapat digunakan sebagai tambahan biaya produksi untuk padat tebar yang tersisa, sehingga menghasil yang produksi ikan yang optimal dan diharapkan
dapat berkelanjutan, sehingga pemberdayaan pembudidaya ikan dapat tercapai.
Peningkatan Kinerja Pendampingan dan Jaringan Komunikasi
Peran pendamping sangat penting dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Pendamping seharusnya mampu melakukan pengelolaan program mulai dari
perencanaan sampai monev, pengembangan organisasi masyarakat baik berupa kelembagaan pembudidaya ikan, KUB, sampai ke pengembangan jaringan seperti
forum pembudidaya ikan atau jaringan pemasaran, yang disertai juga dengan pelatihan kepemimpinan lokal agar mereka bisa mengelola organisasi-organisasi
tersebut dengan baik. Pendampingan harus mengusahakan pemberdayaan dengan menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat
sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membantu mencari cara pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan olen masayarakat sendiri.
Tenaga pendamping harus mempunyai empat sifat, yakni: 1 harus trampil dalam menyesaikan masalah problem solving, 2 harus peduli dan punya keberpihakan
kepada masyarakat yang diberdayakan sence of community, 3 harus mempunyai visi sense of mission, dan 4 harus jujur kepada diri sendiri dan
kepada orang lain honesty with others and with self.
Peran pendamping dalam pembelajaran bukan menjadi guru yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada muridnya, akan tetapi pendamping
seharusnya menjadi motivator dan fasilitator yang membangkitkan minat belajar dan menggali pengetahuan dan pengalaman pembudidaya ikan itu sendiri.
Lembaga penyuluhan berperan penting dalam meningkatkan kinerja atau kompetensi pendampingpenyuluh perikanan. Badan Penyuluhan dan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten Kampar, yang memfasilitasi ketersediaan pendampingpenyuluh sebagai penanggung jawab
kegiatan penyuluhanpendampingan di tingkat kabupaten pada kenyataanya belum terwujud di Kabupaten Kampar, sehingga masih dalam proses pemantapan
sebagai suatu organisasi. Terkait dengan hal ini diperlukan akselerasi integrasi dalam pendampingan dan penyuluhan di Kabupaten Kampar. sehingga kegiatan
pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat pembudidaya ikan dapat berjalan dengan lebih cepat dan lebih baik.
Jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan ditentukan oleh kerjasama dan interaksi antar individu
pembudidaya ikan. Jaringan komunikasi berperan banyak dalam transfer informasi dan pengetahuan. Jaringan komunikasi yang terbentuk tidak lepas dari
peran dan kinerja pendamping, terutama dalam penerapan teknologi produksi dan penanganan hasil panen bagi pembudidaya ikan. Pendampingan yang
dilaksanakan berbasis pada paradigma partisipatif dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendampingan dan komunikasi yang dialogis. Paradigma tersebut
tercermin dari berbagai bentuk, baik dari peran pembudidaya ikan dan pendamping, proses pembelajaran, metode pendampingan, materi kegiatan,
sumber informasi, dan bentuk kerjasama antar pembudidaya ikan.
Komunikasi dialogis dan konvergen diantara pembudidaya ikan, pendamping dan instansi terkait adalah komunikasi yang timbal balik, saling
memahami maksud dan saling memberi manfaat.
Peningkatan jaringan komunikasi dalam membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi
tawar terhadap harga produk dengan dukungan pemerintah.
Kelembagaan ekonomi penyedia sarana prasarana produksi dan distribusi pemasaran berperan penting dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Sebagai
penyedia saprodi dan penampung hasil panen atau sebagai lembaga pemasaran. Dukungan kelembagaan produksi dan pemasaran, terutama dalam menyediakan
induk, benih dan menampung hasil produksi menjadi faktor penting dalam meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan dan keberlanjutan usahanya. Selama
ini mayoritas pembudidaya ikan memperoleh induk dan benih sebagai input utama akuakultur dari Unit Pembenihan Rakyat UPR Graha Pratama Fish, namun
benih yang dihasilkan masih kurang mampu memenuhi permintaan pembudidaya ikan, karena banyaknya permintaan dari berbagai daerah. Lembaga yang berperan
dalam menyediakan induk dan benih unggul antara lain BBAT dan BBI Kabupaten Kampar. Namun, fungsi kedua lembaga ini untuk menyediakan benih
unggul dalam jumlah yang cukup tidak maksimal. Produksi dan kualitasnya relative rendah, kalah saing dengan Unit Pembenihan Rakyat Graha Pratama Fish.
Untuk itu, kapasitas produksi dari BBAT dan BBI seharusnya lebih ditingkatkan.
Lembaga pemasaran dari hasil panen budidaya ikan selama ini masih terfokus kepada pedagang pengumpul, sehingga harga jual ikan ditentukan oleh
pembeli dan keadaan pasar. Pembudidaya ikan tidak memiliki posisi tawar terhadap penentuan harga. Seharusnya kelembagaan yang berperan dalam
menampung hasil panen adalah adanya koperasi pembudidaya ikan, yang bergerak dalam melayani anggota untuk memenuhi keperluan produksi dan
pemasaran.
Dukungan pemerintah dalam mengupayakan perluasan kemampuan produksi dan pemasaran bagi kelembagaan koperasi pembudidaya ikan sangat
diperlukan, pemerintah dapat memainkan perannya melalui peraturan dan kebijakan dengan menerbitkan peraturan daerah dan fasilitas pasar serta menjalin
kerjasama daerah untuk memperluas akses pasar sebagai upaya distribusi hasil produksi perikanan. Sehingga pembudidaya ikan diharapkan mampu memiliki
posisi terhadap tawar yang lebih baik dari produk yang mereka hasilkan.
Luaran Output
Luaran yang diharapkan dari kegiatan usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan oleh pembudidaya ikan adalah terwujudnya pemberdayaan dan
keberlanjutan usaha secara lebih baik dan berkualitas. Hal ini ditandai dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan ke arah yang lebih
mapan. Pembudidaya ikan menjadi sejahtera, mandiri dan usaha yang berkeadilan sehingga mampu menjalankan fungsi usaha, merencanakan dan mengevaluasi
usaha, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Melalui peran jaringan komunikasi dalam mempercepat
perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam menjalankan usahanya, diharapkan mereka menjadi seorang pembudidaya ikan
sekaligus pengusaha yang mapan dan sejahtera, mandiri dan berkeadilan.
Kemandirian pembudidaya ikan dalam usahanya ditunjukan beberapa ciri diantaranya: 1 terjadinya perubahan taraf penghidupan dan perilaku ke arah yang
lebih baik; 2 mampu menjalin kerjasama jaringan komunikasi ke sesama anggota pembudidaya ikan atau individu lain dalam dan luar lingkungannya; 3 memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan teknis produksi dan pemasaran perikanan dengan hasil yang berkualitas dan memahami dan mengetahui solusi
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi; 4 kemampuan dalam pengelolaan keuangan, seperti mampu membuat perencanaan usaha, neraca keuangan rugi laba
yang sederhana, mampu mengembangkan modal usaha menjadi lebih besar; 5 mampu mengatur dan mengelola tenaga kerja; 6 memperhitungkan keadaan dan
permintaan pasar terhadap produksi yang dihasilkan; 7 mampu mengevaluasi keadaan produksi dan pemasaran secara tepat; 9 terus mengusahakan inovasi dan
menggali informasi baru; 10 menjadikan kendala sebagai peluang menemukan ide baru dalam usaha yang dihadapi; 12 menyiapkan kemungkinan kendala yang
terjadi sebagai dasar pembelajaran untuk lebih berkembang dan maju; 13 bertanggung jawab dan berani terhadap kemungkinan resiko yang akan dihadapi.
Outcome Dampak
Dampak outcome yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan adalah adanya perubahan taraf penghidupan dan
pola pikir ke arah yang lebih baik. Perubahan yang diharapkan adalah keberlanjutan usaha, peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan usaha yang
berkeadilan. Untuk mewujudkan hal ini pembudidaya ikan perlu memperhatikan kegiatan usahanya secara terintegrasi, mulai dari perencanaan, monitoring dan
evaluasi terhadap keuntungan dan resiko yang akan dihadapi. Keberlanjutan usaha akan dapat dicapai jika pembudidaya ikan memperhatikan hal tersebut ditambah
lagi dengan memperhatikan keadaan daya dukung lingkungannya.
Keberlanjutan usaha akan ditandai oleh: meningkatnya taraf penghidupan, meliputi peningkatan pendapatan, peningkatan tabungan, peningkatan rata-rata
produksi dan skala usaha serta peningkatan infrastruktur. Keberlanjutan daya dukung lingkungan ditandai oleh: ketersediaan dan kualitas air kolam,
pengendalian hama dan penyakit. Keberlanjutan sosial ditandai oleh peningkatan pola pikir pembudidaya ikan, yang dicirikan oleh peningkatan pendidikan anak,
peningkatan pengetahuan individu, perbaikan adopsi teknologi, kesehatan, percaya diri dan peningkatan akses infomasi dalam jaringan komunikasi yang
saling memberi manfaat dan berkeadilan dalam dan luar lingkungannya.
Melaksanakan evaluasi dan monitoring
Kegiatan monitoring dan evaluasi ditujukan untuk memperbaiki kesalahan dan ketidaksesuaian yang terjadi pada saat pelaksanaan usaha, agar kembali
kepada perencanaan yang telah ditetapkan sejak awalnya. Hasil monitoring dan evaluasi berupa rekomendasi perbaikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran.
Rekomendasi ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan dan upaya pengembangan usaha budidaya perikanan selanjutnya. Berdasarkan
penjelasan sistem pemberdayaan pembudidaya ikan di atas, maka kebijakan dan strategi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran
ditekankan melalui peran jaringan komunikasi dalam mewujudkan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan.
Pemberdayaan pembudidaya ikan dalam jangka panjang sebagai sesuatu yang diharapkan dan dicapai dimasa depan adalah terwujudnya masyarakat
pembudidaya ikan yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan dalam usahanya serta keberlanjutan terhadap usaha yang dilakukan. Sedangkan dalam jangka
menengah, kebijakan yang dirumuskan adalah meningkatnya kualitas kehidupan pembudidaya ikan, baik dalam menjalankan fungsi-fungsi usahanya, mengatasi
masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha, maupun beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya. Pada jangka pendek kebijakan tujuan tersebut tercapai
melalui perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan terutama pendapatan, kesempatan kerja, adopsi teknologi, infrastruktur dan pengetahuan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan penjelasan yang telah disusun maka dapat disimpulkan bahwa, Strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam
kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid dituangkan dalam langkah revitalisasi konsep komunikasi pembangunan dengan
perbaikan kinerja komunikasi pemberdayaan yang partisipatif yang meliputi: 1 memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan
kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan;
2 peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan
pendampingan yang
profesional bagi
pembudidaya ikan;
3 melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang
berkelanjutan; 4 peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi
pembudidaya ikan yang lebih terbuka, merata, berkeadilan dan bertanggung jawab; 5 peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses
informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan
pemerintah; 6 melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud
pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan.
9. PEMBAHASAN UMUM
Profil Wilayah Penelitian Penelitian tentang jaringan komunikasi, perubahan taraf penghidupan dan
pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar mengambil kasus di Desa Koto Mesjid, memperlihatkan bahwa potensi wilayah
desa koto mesjid cukup baik untuk dikembangkan sebagai kawasan sentra budidaya perikanan di Provinsi Riau. Usaha budidaya perikanan yang dijalankan
oleh pembudidaya ikan dalam skala sedang dan besar dapat menguntungkan dan menjanjikan perbaikan terhadap pendapatan keluarga, hal ini diketahui dari dari
hasil analisis kelayakan usaha budidaya ikan patin dalam kolam, bahwa masing- masing skala usaha memiliki Benefit Cost Ratio lebih dari satu.
Pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar telah dilaksanakan sejak masyarakat di wilayah ini memulai usaha
pembudidayaan secara sendiri-sendiri, dalam perkembangannya wilayah ini mendapat perhatian dari instansi terutama pemerintah dan swasta, maka sejak
tahun 2008 dibentuklah Forum Komunikasi Mitra Binaan PT.Telkom sebagai wadah kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan melalui penyaluran dana
Corporate Social Responsibilities
CSR untuk penguatan modal usaha pembudidayaan ikan oleh masyarakat di Desa Koto Mesjid. Sejalan dengan hal itu
pada tahun 2011 ditetapkanlah wilayah ini menjadi kawasan sentra produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau, dan sejak itu juga berbagai penghargaan
telah diperoleh oleh Desa Koto Mesjid ini. Hingga tahun 2013 perkembangan usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid semakin pesat. Wilayah ini telah
dijuluk
i sebagai “Kampung Patin” dengan bentangan kolam ikan sebanyak 916 kolam ikan dengan luas 52 Ha, dengan produksi harian rata-rata ikan patin segar
delapan hingga sepuluh ton per hari. Karakteristik individu dan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja
pendamping
Karakteristik pembudidaya ikan yang ada di desa Koto Mesjid pada umumnya berpendidikan menengah, usia produktif, memiliki pendapatan yang
tinggi rata-rata 4,4 juta rupiahbulan, asset kolam yang luas 1174 m
2
. Artinya karakteristik pembudidaya ikan di wilayah ini mayoritas bukan sebagai
masyarakat yang kurang mampumiskin. Karateristik personal sebagai faktor internal akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini termasuk pembudidaya ikan dalam melakukan usahanya. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Chianu dan Tsujii 2005 di Nigeria, usia produktif dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk
menerapkan inovasi yang diperkenalkan. Demikian pula penelitian Kposowa 1996 di Maryland, Amerika Serikat menunjukkan bahwa luas lahan,
pengetahuan, pengalaman usaha, persepsi tentang praktek pemupukan tanah, dan keterampilan teknis mempengaruhi kemampuannya dalam menerapkan pupuk
organik dalam usahanya. Keadaan karateristik pembudidaya ikan di wilayah penelitian ini menjelaskan bahwa karateristik yang baik ini memperlihatkan hasil
kerja yang baik dalam usahanya.
Kepemilikan fasilitas produksi yang banyak, mampu menjadikan pembudidaya ikan bekerja lebih baik dalam mengusahakan usahanya. Walaupun
demikian masih terdapat pembudidaya ikan yang memiliki karateristik pendapatan rendah dan fasilitasi produksi yang rendah seperti asset kolam yang sempit, modal
yang maasih rendah, mereka masih belum merasakan perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan dari usaha budidaya perikanan yang dijalankan. Keadaan ini
membuat mereka sulit melakukan interaksi dengan pembudidaya ikan lainnya, kurang dalam mengakses informasi usaha budidaya perikanan, dan kurang mampu
mengembangkan usahanya dengan baik. Keadaan seperti ini menuntut adanya kebersamaan dan pemerataan pada setiap pembudidaya ikan di wilayah penelitian
untuk saling berbagi informasi, memperhatikan dan bekerjasama meningkatkan usaha sesama anggota forum mitra binaan yang telah terbentuk. Sehingga
pemberdayaan pembudidaya ikan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan dapat dicapai.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perbedaan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pendamping
pemerintah, hal ini terjadi karena masing-masing pendamping berbeda dalam menjalankan aktifitas dampingannya. Pendamping pemerintah tidak terlibat
langsung dalam kegiatan usaha budidaya perikanan dan kurang aktif menjalankan kegiatan pendampingan. Adapun pendamping swadaya dalam melaksanakan
pekerjaanya berperan secara penuh dan terlibat dalam kegiatan budidaya perikanan, karena selain sebagai pendamping swadaya juga berperan sebagai
pengusaha perikanan dan pengurus forum mitra binaan. Pendamping swadaya memainkan banyak peran dalam lingkungan pembudidaya ikan. Keberadaan
pendamping yang seperti ini menjadikan pendamping swadaya sebagai sentral informasi berbagai keperluan pembudidaya ikan. Sehingga interaksi pembudidaya
ikan dengan keberadaannya menentukan hasil dari usaha budidaya perikanan yang dijalankan oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.
Peran pendampingan dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid menjelaskan bahwa masih terdapat kendala dan belum sesuai
kinerja pendampingan berdasarkan tugas dan perannya terutama penyebaran informasi dan kebersamaan dengan masyarakatnya, pendamping hendaknya
menjalankan kegiatan fasilitasi terhadap masyarakat benar-benar mengedepankan konsep pendampingan sehingga pendamping mampu menjadi motor penggerak.
Tenaga pendamping menurut Tilden Jamasy 2004, setidaknya harus mempunyai empat sifat, yakni: 1 harus trampil dalam menyesaikan masalah problem
solving
, 2 harus peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat yang diberdayakan sence of community, 3 harus mempunyai visi sense of mission,
dan 4 harus jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain honesty with others and with self
.
Pendampingan ini dalam konsep pemberdayaan sangat esensial, dan fungsinya menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok
masyarakat sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membantu mencari cara pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan olen masayarakat
sendiri. Karsidi 2002 menyatakan bahwa dalam pemberdayaan, seorang pendamping harus mampu belajar dari masyarakat; pendamping adalah fasilitator,
bukan guru dan tidak menggurui; saling belajar, saling berbagi pengalaman mengandung makna pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat adanya pengakuan.
Jaringan komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan
Aziz 2002 menyatakan bahwa karateristik petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi
dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media
massa. Senanda dengan hal itu hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan yang nyata antara karateristik pendapatan, pendidikan, tanggungan
keluarga dan luas kolam dengan jaringan komunikasi. Terdapat juga hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir
pembudidaya ikan. Jaringan komunikasi berhubungan dalam peningkatan pendapatan, perbaikan sanitasi dan kebersihan dan tingkat adopsi teknologi.
Rangkuti 2009b juga menyatakan, bahwa Karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi dalam proses adopsi
inovasi traktor tangan. Peran tokoh-tokoh masyarakat di pedesaan seperti kepala desa dan ketua kelompok tani masih mendominasi struktur jaringan komunikasi
petani dalam proses adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut utamanya berperan sebagai star dan
opinion leader
dalam lingkungannya. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam aktifitas usaha budidaya
perikanan dapat menentukan siapa yang menduduki peran dan posisi tertentu bahkan pekerjaan tertentu dalam interaksi jaringan komunikasi yang terjadi dalam
lingkungannya. Jaringan komunikasi dapat menggambarkan peran dan struktur komunikasi yang terjadi. Oleas et al. 2010 menjelaskan bahwa jaringan
komunikasi memperlihatkan peran pemuka pendapat dalam lingkungannya, pemuka pendapat berperan sebagai kunci untuk mengevaluasi inovasi, menjaga
komunikasi antar jaringan, memfasilitasi kesempatan untuk mendapatkan proyek pertanian, pelatihan dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan
organisasi eksternal. Pemimpin opini opinion leader diidentifikasi sebagai sumber informasi dan inovasi untuk anggota komunitas. Pemimpin opini sangat
terlibat aktif dalam mengevaluasi hasil-hasil inovasi yang diterapkan dilingkungannya.
Senada dengan itu, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan
di Desa Koto Mesjid bersifat memusat interlock personal network. Peran-peran komunikasi sebagai pemuka pendapat opinion leader star dan cosmopilite dalam
lingkungan pembudidaya ikan dimainkan oleh para pembudidaya ikan yang sudah mapan secara ekonomi, dan berprofesi sebagai pengurus dan pedagang
pengumpul. Keadaan ini menjadikan pembudidaya ikan di wilayah ini cenderung bergantung kepada beberapa individu yang memainkan peran komunikasi yang
dominan dalam lingkungannya. Keberhasilan usaha budidaya perikanan di wilayah ini masih ditentukan oleh ikatan jaringan yang kuat antar pembudidaya
ikan dengan beberapa individu tertentu, terutama pengurus forum mitra binaan dan pedagang pengumpul. Pada kegiatan produksi dan pemasaran ketergantungan
pembudidaya ikan terhadap beberapa individu cukup kuat, dalam hal untuk mendapatkan benih, dan pakan pembudidaya ikan hanya dapat berhubungan
kepada satu orang individu pembudidaya ikan penyedia benih sekaligus menjadi pengurus forum mitra binaan. Karena memang kualitas benih yang dihasilkan
cukup baik dan ketersediaannya banyak. Dalam kegiatan pemasaran ikatan
jaringan yang terbentuk menjadikan pembudidaya ikan sangat bergantung kepada pedagang pengumpul, baik pengumpul lokal atau pedagang dari luar daerah.
Pembudidaya ikan masih belum mampu memiliki posisi tawar terhadap harga ikan, karena terbatasnya tempat mendistribusi ikan hasil panen dan pembudidaya
ikan masih menjual secara perorangan. Keadaan seperti ini menyebabkan pembudidaya ikan ketergantungan terhadap keperluan produksi dan lemahnya
posisi tawar pembudidaya ikan dalam menentukan harga produksi budidaya perikanan yang diusahakannya.
Jaringan Komunikasi dan Perubahan taraf penghidupan livelihood dan
pola pikir mindset pembudidaya ikan
Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan semenjak menekuni usaha budidaya perikanan terlihat semakin lebih baik. Perubahan taraf
penghidupan dan pola pikir terlihat dari tahap persiapan mengalami perubahan pada fase pertumbuhan dan hampir pada fase pengembangan. Artinya jaringan
komunikasi berhubungan dengan perubahan penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, senada dengan teori yang dikemukakan oleh Hedebro 1984
ia mengidentifikasi peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam pembangunan, yakni komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan menunjukkan
nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi. Selanjutnya hasil penelitian ini juga senada dengan Sobels et al. 2001
menyatakan bahwa jaringan komunikasi sosial berpeluang menciptakan partisipasi dan pembelajaran bersama, melakukan kerja dilahan ekstensif, meningkatkan
struktur komunikasi, mengadopsi praktik manajemen profesional dan meningkatkan pengetahuan anggota kelompok dalam jaringan sosial.
Kritik terhadap perubahan penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid yaitu, perubahan yang terjadi belum sesuai dengan harapan
program pemberdayaan. Berdasarkan analisis VPA, segmentasi perubahan yang terjadi pada tahun ke tiga dan ke empat seharusnya paling tidak sudah berada pada
tahap perkembangan dan kemandirian. Seperti yang dijelaskan oleh Purnama dan Saifullah 2008 pada tahun ke tiga masuk pada Segmen III, segmen ini dibatasi
oleh garis Y=6 hingga Y= 7 dan X = 6 hingga X=7 diberi nama Fase Pengembangan
. Secara teoritis, setelah tiga tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta, harus setidak-tidaknya jatuh pada segmen ini.
Jika titik koordinat VPA berada di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan artinya pemberdayaan yang terjadi
belum sesuai harapan.
Pembudidaya ikan dalam kegiatan usaha produksi dan pemasaran masih sangat bergantung kepada dominasi beberapa individu yang memainkan peran
jaringan komunikasi dalam lingkungannya. Ketergantungan ini menyebabkan pembudidaya ikan, masih mendapatkan berbagai permasalahan dalam
menjalankan kegiatannya terutama dalam hal penyediaan benih dan pemasaran hasil panen. Jaringan komunikasi yang terbentuk saat ini adalah interaksi yang
masih memperlihatkan mayoritas keadaan pembudidaya ikan yang ada, belum berdaya dan mandiri, dalam aktifitas usaha budidaya perikanan yang ditekuninya.
Penjelasan kritis terhadap hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan yaitu jaringan
komunikasi mampu memperlihatkan hubungan terhadap perubahan, akan tetapi
perubahan yang terjadi belum sesuai dengan harapan pemberdayaan. Hal ini terjadi karena sifat jaringan komunikasi yang masih memusat dan mengunci
interlock. Peran jaringan komunikasi dari masing-masing struktur jaringan hanya memperlihatkan interaksi anggota pembudidaya ikan kepada individu-
individu tertentu dalam lingkungannya. Peran yang ditunjukan memperlihatkan dominasi para pemilik informasi usaha budidaya perikanan sehingga
menyebabkan ketergantungan individu anggota pembudidaya ikan, terutama dalam memenuhi keperluan produksi dan pemasaran seperti, ketergantungan
terhadap ketersediaan benih dan lemahnya posisi tawar terhadap harga ikan di tingkat pedagang pengumpul.
Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa pemberdayaan pembudidaya ikan yang didasarkan pada kemandirian, sejahtera
dan berkeadilan yang didasarkan pada konsep mampu dan mandiri menolong diri sendiri, masih belum tercapai, artinya pemberdayaan yang dijalankan pada
kelompok pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid belum dapat dikatakan sesuai dengan konsep pemberdayaan.
Seperti yang diungkapakan oleh Chamber 1992, bahwa hakikat konseptualisasi pemberdayaan empowerment berpusat pada manusia dan
kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan
sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab. Chamber 1992 juga menambahkan pemberdayaan mengandung arti menciptakan iklim yang memungkinkan untuk
berkembang, memperkuat potensi dan melindungi yang lemah bertambah lemah oleh ketidak berdayaan menghadapi yang kuat.
Ife 1995 menyatakan bahwa pemberdayaan memiliki dua konsep berbeda yaitu kekuasaan dan kekurang beruntungan. Pertama, pemberdayaan
dilihat dari pemberian kekuasaan pada individu atau kelompok. Mengizinkan mereka menentukan kekuatan di tangan mereka sendiri. Kedua pemberdayaan
dilihat dari kekurang beruntungan, ini lebih dilatar belakangi pada struktur sosial yang mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ruang yang memadai untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemberdayaan adalah salah satu tujuan dari pengembangan masyarakat, dengan cara memberikan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan untuk berpartisipasi dalam
mempengaruhi kehidupan kamunitasnya. Sumodiningrat 1999 juga menjelaskan, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling
terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Begitu juga yang dinyatakan oleh Slamet 2003, ia memberikan pengertian pemberdayaan adalah kemampuan, berdaya, mengerti, paham,
termotivasi, berkesempatan, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani
mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensinya dan berani bertindak mengembangkan diri, sehingga terbentuk
kemandirian dan tidak tergantung dengan pihak lain. Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas
mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.
Dengan demikian, jaringan komunikasi pada kegiatan produksi dan pemasaran dalam program pemberdayaan pembudidaya ikan memiliki andil
dalam perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Tetapi karena bentuk dan sifat jaringan yang memusat interlock personal network,
sehingga sehingga perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan belum dirasakan secara merata oleh seluruh pembudidaya ikan. Adapun yang
paling banyak merasakan perubahan penghidupan dan pola pikir sebagai manfaat dari jaringan komunikasi dalam lingkungannya adalah individu yang memegang
kendali informasi, baik informasi produksi atau informasi pemasaran usaha budidaya perikanan yang mereka jalankan.
Jika dilihat dari konsep individu yang berdaya secara komunikasi, maka pembudidaya ikan, belum sepenuhnya mengalami pemberdayaan komunikasi.
Secara partisipative komunikasi yang berdaya yaitu, setiap aktifitas komunikasi yang terjalin antar individu mampu memenuhi masing-masing kebutuhannya, atau
makna yang lebih dalam lagi, yaitu komunikasi yang terjalin dimaknai sebagai suatu yang diperlukan untuk kepentingan bersama, transaksional, terbuka, merata
dan tidak bergantung kepada individu tertentu dalam lingkungannya Dilla 2007.
Komunikasi yang berdaya juga dapat diartikan, yaitu individu-individu yang melakukan kegiatan komunikasi mampu menjalankan beberapa fungsi
komunikasinya, seperti komunikasi sosial, dimana individu mampu menjalin hubungan komunikasi kepada individu lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
kebutuhan hubungan sosial, komunikasi ekspresif, dimana individu mampu mengekspresikan keberadaannya dalam lingkungannya, dan komunikasi
instrumental dan ritual, dimana individu menjadikan komunikasi sebagai alat dalam menyampaikan pesan dan maksudnya, dalam lingkungannya dan
hubungannya dengan pencipta Mulyana 2005.
Akhirnya, analisis hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan, memiliki
pola hubungan tersendiri antar beberapa peubah dalam penelitian ini. Pola hubungan yang dijelaskan hasil penelitian ini adalah, adanya beberapa peubah
yang dapat dijadikan input dalam mengembangkan jaringan komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan di pedesaan diantaranya adalah, karakteristik
individu, fasilitas produksi dan persepsi terhadap kinerja pendamping. Analisis jaringan komunikasi sebagai peubah proses dalam perubahan taraf hidup dan pola
pikir dilakukan secara mendalam dengan menggunakan analisis peran dalam klik dan analisis struktur individu dalam lingkungan komunikasi. analisis peran klik
yang digunakan adalah analisis sosiogram dan analisis struktur adalah sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan. Kemudian, dapat dilihat
lebih mendalam tentang peran dan keberadaaan yang dimainkan masing-masing individu dalam jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungannya, dalam
melaksanakan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan penghidupannya.
Strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan
Dari hasil penelitian ini, disusunlah strategi yang diajukan dalam mengatasi berbagai masalah pemberdayaan pembudidaya ikan, yaitu strategi
komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai. Rahim 2007, mengajukan empat konsep terkait komunikasi partisipatif yang akan mendorong terbangunnya
pemberdayaan empowerment yaitu heteroglasia, dialogis, poliponi dan karnaval.
Pertama, Heteroglasia; Konsep ini menunjukan fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang
berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada level aktivitas
pembangunan baik di tingkat nasional-lokal, makro-mikro, publik-privat, teknis- ideologis dan informasional-emosional. Terkait dengan berbagai perbedaan
tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan atau komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda.
Kedua, Dialog adalah komunikasi transaksional dimana pengirim sender dan penerima receiver pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu
tertentu hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagi. Dalam dialog yang diperluas, masing-masing peserta juga melakukan dialog dengan dirinya
sendiri sebelum berbicara atau merespon peserta yang lain. Peserta dalam dialog tidak memiliki kedaulatan ego, dia mesti membangun suatu kesadaran diri.
Kesadaran dirinya tergantung pada seberapa aktif kesadaran sosial yang lain juga dimunculkan. Ketika peserta berbicara kepada yang lain pesan mereka secara
umum terhubung dan tergantung pada pesan yang disampaikan oleh pembicara lain pada waktu dan tempat yang berbeda. Esensi dari dialog adalah mengenal dan
menghormati pembicara lain, atau suara lain, sebagai subjek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai objek komunikasi. Dalam dialog setiap orang memiliki hak
yang sama untuk bicara atau untuk didengar, dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan oleh orang lain atau disatukan dengan suara orang lain.
Ketiga, Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog dimana suara- suara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka,
memperjelas satu sama lain, dan tidak menutupi satu sama lain. Itu adalah suatu bentuk ideal dari komunikasi partisipatif dimana keberbedaan suara-suara disadari
secara kolektif dengan menghubungkan berbagai perlakuan konstruksi umum komunitas. Kesatuan poliponi bukan sesuatu yang diperkenalkan dari luar tetapi
terbangun dari suatu proses dialog sehingga otonomi suatu suara selalu diartikulasikan dengan yang lain, mendirikan ikatan saling ketergantungan yang
saling menguatkan.
Keempat, Karnaval; Konsep ini bagi komunikasi pembangunan membawa semua varian dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan,
parodi, dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Anggota komunitas
didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki sanksi resmi. Ini merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoritatif dari
Negara, agama, politik, dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dan pembangunan bermain secara berdampingan, masing-masing saling mengartikulasikan dan
mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka hidup dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval selalu
berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak dimediasi, menggunakan kosakata yang umum, fantastik dan berbau pengalaman dari mereka.
Kekuatan jaringan komunikasi yang ada di Desa Koto Mesjid dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengembangan strategi komunikasi partisipatif yang
berorientasi nilai untuk penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Kelembagaan yang dimaksud dapat berupa lembaga
agribisnis koperasi pembudidaya ikan. Terbentuknya lembaga koperasi ini diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar pembudidaya ikan dalam
melakukan usahanya.
Peningkatan posisi tawar pembudidaya ikan pada dasarnya adalah untuk dapat meningkatkan akses dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk
kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para pembudidaya ikan dapat dihindarkan. Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui pembentukan dan
penguatan kelembagaan koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan serius melalui usaha bersama untuk
memperbaiki keragaan sistem perekonomian pembudidaya ikan khususnya dan masyarakat desa pada umumnya.
Pembentukan lembaga koperasi akan meningkatkan konsolidasi pembudidaya ikan seperti yang diungkapkan oleh Akhmad 2007 konsolidasi
petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut dilakukan
dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran.
Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan
anggotanya menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada
awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta jeratan hutang tengkulak.
Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu
dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih
besar dan terkoordinasi dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam
penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam
irigasi dan jadwal tanam.
Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan
menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang
menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran-peran dan posisi pedagang
distributor dalam rantai pemasaran produk pertanianperikanan, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan
membuat pola distribusi lebih efisien, merata dan terbuka dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan petani Akhmad 2007.
10. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan
Memperhatikan pembahasan pada setiap bab, dapat disimpulkan bahwa karateristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid pada umumnya berusia
produktif, pendidikan pada tingkat menengah, tanggungan keluarga sedang, pendapatan tinggi, kepemilikan lahan kolam yang luas, berpengalaman lama, dan
curahan jam kerja sedang. Keadaan ini menggambarkan bahwa karakteristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mayoritas memiliki karakteristik yang
baik sebagai penggiat kegiatan budidaya perikanan. Adanya perbedaan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pendamping pemda,
pendamping swadaya lebih aktif dibanding pendamping pemda baik dalam memberikan informasi produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan.
Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di
Desa Koto Masjid Kabupaten Kampar bersifat memusat interlock personal network
. Hal ini dikarenakan adanya peran dominan individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi tersebut. Individu yang berperan sebagai
star dalam lingkungannya adalah individu yang paling berpengaruh dan paling
banyak terlibat dalam jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan. Mereka memiliki kemampuan lebih, yaitu menjabat sebagai pengurus kelompok,
berpendidikan tinggi, kepemilikan asset yang banyak, dan lebih berpengalaman. Keberadaan jaringan komunikasi yang memusat seperti ini memiliki kerentanan
terhadap keberlanjutan usaha budidaya perikanan dan ketergantungan individu yang berkemampuan rendah dengan individu berkemampuan lebih dalam
berinteraksi untuk memenuhi keperluan usaha budidaya perikanan.
Program pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid memperlihatkan terjadinya perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola
pikir mindset pembudidaya ikan dari tahap persiapan ke tahap pertumbuhan. Secara vectorial menunjukkan, bahwa rumah tangga pembudidaya ikan di Desa
Koto Mesjid berada pada kondisi keamanan pangan keluarga, akan tetapi secara segmentasi perubahan, belum sesuai harapan program pemberdayaan, karena
perubahan baru mencapai pada tahap pertumbuhan, seharusnya pada tahun tiga dan empat tahap pelaksanaan program setidaknya sudah berada pada tahap
pengembangan dan menuju tahap kemandirian.
Karakteristik individu pembudidaya ikan dan fasilitas produksi memiliki hubungan sangat nyata dengan jaringan komunikasi yang terbentuk antar
pembudidaya ikan. Artinya bahwa, karateristik pembudidaya ikan sangat menentukan terbentuknya jaringan komunikasi sebagai wujud adanya hubungan
dan interaksi antar pembudidaya ikan. Karateristik pembudidaya ikan yang berkemampuan lebih adalah individu yang paling banyak dihubungi dan sangat
menentukan sistem jaringan komunikasi yang terbentuk dalam lingkungannya.
Jaringan komunikasi produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan memiliki hubungan sangat nyata dengan perubahan taraf penghidupan dan pola
pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Hubungan ini menjelaskan, bahwa jaringan komunikasi memiliki andil terhadap terjadinya perubahan taraf
penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, terutama dalam hal perubahan pendapatan, sanitasi kebersihan dan adopsi teknologi usaha budidaya perikanan.
Strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar dituangkan dalam langkah revitalisasi konsep
komunikasi pembangunan partisipative yang berorientasi nilai, dengan perbaikan kinerja komunikasi yang meliputi: 1 memanfaatkan kekuatan jaringan
komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera
dan berkeadilan; 2 peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan;
3 melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang
berkelanjutan; 4 peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi
pembudidaya ikan yang lebih terbuka; 5 peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar
pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah; 6 melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan
komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan.
Implikasi
Implikasi teori Penggunaan teori dalam mengungkap fenomena sosial kehidupan
masyarakat pedesaan yang berkaitan dengan jaringan komunikasi, perubahan penghidupan dan pola pikir yang berbasis usaha budidaya perikanan, yaitu dengan
penggunaan teori karakteristik individu, persepsi, jaringan komunikasi, perubahan sosial, dan pemberdayaan. Terbukti mampu membongkar fenomena sosial yang
terjadi dalam sistem penghidupan masyarakat pedesaan yang dikembangkan oleh pembudidaya ikan.
Jaringan komunikasi mampu mengungkap dan membongkar keberadaan, peran dan sifat dari masing-masing individu yang saling berhubungan dari
aktifitas yang mereka lakukan. Fakta empiris menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terbentuk di wilayah penelitian yang bersifat memusat interlock
personal network
memperlihatkan peran dominasi para individu yang memiliki kemampuan lebih dan memperlihatkan ketergantungan individu berkemampuan
lebih rendah dengan keberadaanya dalam interaksi di lingkungannya. Teori jaringan komunikasi mampu memperlihatkan kekuatan dalam
hubungannya dengan perubahan yang terjadi pada individu yang saling berinteraksi dalam lingkungannya. Fakta empiris menunjukan bahwa perubahan
taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan berkaitan erat dengan jaringan komunikasi yang terbentuk dari interaksi yang
terjadi dalam sistem maupun di luar sistem lingkungan pedesaan dalam memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori jaringan
komunikasi dan perubahan penghidupan dan pola pikir.
Fakta juga menunjukan dominasi peran komunikasi individu yang berkemampuan lebih terhadap individu yang berkemampuan rendah. hal ini
terbukti melalui analisis yang dilakukan baik menggunakan analisis peran maupun analisis struktural. Fakta empiris ini, menjelaskan teori yang disampaikan oleh
Rogers 2003 bahwa Struktur jaringan komunikasi yang berbentuk memusat