STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN

Strategi komunikasi partisipatif merupakan pendekatan baru dalam komunikasi pembangunan. Pendekatan partisipatif berlandaskan semangat kebersamaan dalam mengartikulasikan dan mempersepsikan sesuatu dalam pikiran, sikap dan tindakan termasuk cara-cara memcahkan masalah bersama. Konsepsi kebersamaan tersebut menentukan tujuan proses komunikasi sehingga semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan mempertukarkan dan memperundingkan makna pesan menuju keselarasan dan keserasian makna bersama. Karena aktifitas komunikasi berlangsung dalam ruang publik, maka memungkinkan setiap orang dapat melakukan akses informasi dan dialog terbuka secara merata Dilla 2007. Strategi komunikasi dalam upaya pemberdayaan pembudidaya ikan yang dinilai layak dikembangkan adalah strategi komunikasi partisipatif yang menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori pertukaran exchange theory melalui jalur kelembagaan yang mapan didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi transaksional yang efektif, baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sosial ekonomi perikanan. Strategi komunikasi paritisipatif yang dimaksud adalah pengembangan kelembagaan dan organisasi pembudidaya ikan untuk membentuk pola kemitraan yang berorientasi nilai yang meliputi kebersamaan, keadilan dan bertanggung jawab. Salah satu bentuk kelembagaan yang sesuai adalah kelembagaan koperasi. Kelembagaan ini dapat dijadikan wadah yang berpihak kepada pola kemitraan untuk mendukung kepentingan anggotanya. Untuk membangun kelembagaan yang efektif dan efisien, model koperasi perikanan dengan komoditas unggulan ikan patin salah satu alternatif yang dapat dikembangkan, dalam mempercepat pembangunan perikanan modern dengan dukungan sistem informasi komunikasi perikanan. Kelembagaan pembudidaya ikan yang berorientasi pada keberdayaan, kesejahteraan, kemandirian dan berkeadilan, akan mampu mendorong munculnya kelembagaan yang handal dalam pembangunan. Berdasarkan analisis SWOT dan penjelasan tersebut, diajukan rancangan kebijakan strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, yaitu : 1 Memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan. 2 Peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan. 3 Melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang berkelanjutan. 4 Peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi pembudidaya ikan yang lebih terbuka, merata, berkeadilan dan bertanggung jawab. 5 Peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah. 6 Melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan. JARINGAN KOMUNIKASI KARAKTERISTIK PEMBUDIDAYA IKAN FASILITAS PRODUKSI PERSEPSI TERHADAP KINERJA PENDAMPING PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN PERUBAHAN POLA PIKIR PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN Gambar 14. Pola hubungan jaringan komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan Pengembangan pola hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dapat dikembangkan sebagai suatu strategi komunikasi pemberdayaan. Upaya pengembangan bermaksud uuntuk mewujudkan pemberdayaan pembudidaya ikan yang mandiri sejahtera dan berkeadilan, sehingga kendala dan sumbatan-sumbatan komunikasi dalam kegiatan pemberdayaan dapat diminimalisir. berdasarkan hasil penelitian diketahui fenomena interaksi jaringan komunikasi dalam usaha budidaya perikanan yang bersifat memusat, untuk itu dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan sebagai strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan. Memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan. Strategi dalam mewujudkan pembudidaya ikan yang sejahtera dan mandiri, hal ini perlu dilakukan melalui pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang kuat berupa koperasi pembudidaya ikan. Pembudidaya ikan di perlu mendapatkan perhatian yang baik dari berbagai kalangan, terutama pengurus kelompok dan pembudidaya ikan itu sendiri. Kelembagaan yang terbentuk antar pembudidaya ikan dapat dijadikan wadah untuk membangun kerjasama pelatihan dan kegiatan pendampingan dengan berbagai lembaga baik instansi pemerintah ataupun swasta. Kelembagaan yang kuat akan memperhatikan sumberdaya anggotanya, sehingga keberhasilan anggota adalah keberhasilan dan kemajuan bersama. Melalui pengembangan koperasi yang memiliki visi dan misi yang jelas, upaya terhadap peningkatan kemampuan individu pembudidaya ikan dapat ditingkatkan. Beberapa karateristik pembudidaya ikan yang berpendidikan formal lebih rendah, berpendapatan rendah dan memiliki asset yang sedikit, dalam lingkungannya pada umumnya sangat kurang mendapatkan informasi baru, kurang menjalin hubungan dengan sesamanya, mereka pada umumnya cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha maupun memecahkan masalahnya. Untuk itu, diperlukan perhatian dengan pembentukan kelembagaan sosial ekonomi sehingga dapat menjalankan kegiatan usaha baik melalui kerjasama individu pembudidaya ikan maupun kerjasama dengan lembaga kemitraan perbankan atau lembaga usaha lainnya. Sehingga permasalahan individu maupun kelompok dapat teratasi bagi semua lapisan masyarakat pembudidaya ikan, dan tidak ada individu masyarakat yang “ditinggalkan.” Pembudidaya ikan khususnya pengurus Forum Mitra Binaan PT Telkom, memiliki peran penting dalam menentukan keberlanjutan usaha anggotanya, khususnya dalam menjaga kebersamaan dan motivasi dalam kelompok serta kelestarian lingkungan hidup. Ketua forum berperan menginisiasi pembentukan kelembagaan koperasi pembudidaya ikan. Peran pengurus kelembagaan pembudidaya ikan di desa yang ditetapkan sebagai kawasan sentra perikanan di Kabupaten Kampar berperan sebagai star, cosmopolite dan opinion leader. Oleh karenanya, kegiatan pemberdayaan yang melibatkan pengurus kelembagaan hendaknya diarahkan pada terciptanya kebersamaan dan kepentingan pemarataan manfaat yang diterima oleh anggota. Keberdaan ketua kelembagaan diperlukan dan diharapkan kesadarannya untuk kepentingan dan kebermanfaatan seluruh anggota. Pelatihan kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaan sosial perlu diinisiasikan oleh pembudidaya. Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui kelembagaan sangat penting, karena keberadaaan kelembagaan menjadi wadah pembelajaran yang efektif bagi terwujudnya keberdayaan dan kemandiri pembudidaya ikan. Interaksi antar pembudidaya ikan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Solidaritas anggota dalam kelembagaan yang tinggi dapat mewujudkan kelembagaan sebagai wadah berbagi dan saling menguatkan agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar dalam berbagai kegiatan, terutama dalam memasarkan produk hasil perikanan. Peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan Pembudidaya ikan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan bidang budidaya perikanan dengan keterbatasan fasilitas yang ada, pengetahuan mengenai pembudidayaan yang baik, hama dan penyakit harus terus dikembangkan. Jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan baik tatap muka secara langsung, transaksional dan terbuka atau dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pembudidaya ikan dalam mengakses berbagai informasi tentang usaha budidaya perikanan. Melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang berkelanjutan Pembudidaya ikan dalam melaksanakan usahanya seharusnya benar-benar tekun dan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi dan fasilitas produksi yang ada. Luas lahan bisa dimanfaatkan untuk perluasan kolam, pembuatan pakan tradisional yang relatif lebih murah perlu ditingkatkan kualitasnya, padat tebar benih dengan menggunakan teknologi budidaya sistem dua kali padat tebar yang sebagian dipanen ketika masih ukuran berat sedang, kemudian hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai tambahan biaya produksi untuk padat tebar yang tersisa, sehingga menghasil yang produksi ikan yang optimal dan diharapkan dapat berkelanjutan, sehingga pemberdayaan pembudidaya ikan dapat tercapai. Peningkatan Kinerja Pendampingan dan Jaringan Komunikasi Peran pendamping sangat penting dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Pendamping seharusnya mampu melakukan pengelolaan program mulai dari perencanaan sampai monev, pengembangan organisasi masyarakat baik berupa kelembagaan pembudidaya ikan, KUB, sampai ke pengembangan jaringan seperti forum pembudidaya ikan atau jaringan pemasaran, yang disertai juga dengan pelatihan kepemimpinan lokal agar mereka bisa mengelola organisasi-organisasi tersebut dengan baik. Pendampingan harus mengusahakan pemberdayaan dengan menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membantu mencari cara pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan olen masayarakat sendiri. Tenaga pendamping harus mempunyai empat sifat, yakni: 1 harus trampil dalam menyesaikan masalah problem solving, 2 harus peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat yang diberdayakan sence of community, 3 harus mempunyai visi sense of mission, dan 4 harus jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain honesty with others and with self. Peran pendamping dalam pembelajaran bukan menjadi guru yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada muridnya, akan tetapi pendamping seharusnya menjadi motivator dan fasilitator yang membangkitkan minat belajar dan menggali pengetahuan dan pengalaman pembudidaya ikan itu sendiri. Lembaga penyuluhan berperan penting dalam meningkatkan kinerja atau kompetensi pendampingpenyuluh perikanan. Badan Penyuluhan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten Kampar, yang memfasilitasi ketersediaan pendampingpenyuluh sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhanpendampingan di tingkat kabupaten pada kenyataanya belum terwujud di Kabupaten Kampar, sehingga masih dalam proses pemantapan sebagai suatu organisasi. Terkait dengan hal ini diperlukan akselerasi integrasi dalam pendampingan dan penyuluhan di Kabupaten Kampar. sehingga kegiatan pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat pembudidaya ikan dapat berjalan dengan lebih cepat dan lebih baik. Jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan ditentukan oleh kerjasama dan interaksi antar individu pembudidaya ikan. Jaringan komunikasi berperan banyak dalam transfer informasi dan pengetahuan. Jaringan komunikasi yang terbentuk tidak lepas dari peran dan kinerja pendamping, terutama dalam penerapan teknologi produksi dan penanganan hasil panen bagi pembudidaya ikan. Pendampingan yang dilaksanakan berbasis pada paradigma partisipatif dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendampingan dan komunikasi yang dialogis. Paradigma tersebut tercermin dari berbagai bentuk, baik dari peran pembudidaya ikan dan pendamping, proses pembelajaran, metode pendampingan, materi kegiatan, sumber informasi, dan bentuk kerjasama antar pembudidaya ikan. Komunikasi dialogis dan konvergen diantara pembudidaya ikan, pendamping dan instansi terkait adalah komunikasi yang timbal balik, saling memahami maksud dan saling memberi manfaat. Peningkatan jaringan komunikasi dalam membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dengan dukungan pemerintah. Kelembagaan ekonomi penyedia sarana prasarana produksi dan distribusi pemasaran berperan penting dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Sebagai penyedia saprodi dan penampung hasil panen atau sebagai lembaga pemasaran. Dukungan kelembagaan produksi dan pemasaran, terutama dalam menyediakan induk, benih dan menampung hasil produksi menjadi faktor penting dalam meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan dan keberlanjutan usahanya. Selama ini mayoritas pembudidaya ikan memperoleh induk dan benih sebagai input utama akuakultur dari Unit Pembenihan Rakyat UPR Graha Pratama Fish, namun benih yang dihasilkan masih kurang mampu memenuhi permintaan pembudidaya ikan, karena banyaknya permintaan dari berbagai daerah. Lembaga yang berperan dalam menyediakan induk dan benih unggul antara lain BBAT dan BBI Kabupaten Kampar. Namun, fungsi kedua lembaga ini untuk menyediakan benih unggul dalam jumlah yang cukup tidak maksimal. Produksi dan kualitasnya relative rendah, kalah saing dengan Unit Pembenihan Rakyat Graha Pratama Fish. Untuk itu, kapasitas produksi dari BBAT dan BBI seharusnya lebih ditingkatkan. Lembaga pemasaran dari hasil panen budidaya ikan selama ini masih terfokus kepada pedagang pengumpul, sehingga harga jual ikan ditentukan oleh pembeli dan keadaan pasar. Pembudidaya ikan tidak memiliki posisi tawar terhadap penentuan harga. Seharusnya kelembagaan yang berperan dalam menampung hasil panen adalah adanya koperasi pembudidaya ikan, yang bergerak dalam melayani anggota untuk memenuhi keperluan produksi dan pemasaran. Dukungan pemerintah dalam mengupayakan perluasan kemampuan produksi dan pemasaran bagi kelembagaan koperasi pembudidaya ikan sangat diperlukan, pemerintah dapat memainkan perannya melalui peraturan dan kebijakan dengan menerbitkan peraturan daerah dan fasilitas pasar serta menjalin kerjasama daerah untuk memperluas akses pasar sebagai upaya distribusi hasil produksi perikanan. Sehingga pembudidaya ikan diharapkan mampu memiliki posisi terhadap tawar yang lebih baik dari produk yang mereka hasilkan. Luaran Output Luaran yang diharapkan dari kegiatan usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan oleh pembudidaya ikan adalah terwujudnya pemberdayaan dan keberlanjutan usaha secara lebih baik dan berkualitas. Hal ini ditandai dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan ke arah yang lebih mapan. Pembudidaya ikan menjadi sejahtera, mandiri dan usaha yang berkeadilan sehingga mampu menjalankan fungsi usaha, merencanakan dan mengevaluasi usaha, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Melalui peran jaringan komunikasi dalam mempercepat perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam menjalankan usahanya, diharapkan mereka menjadi seorang pembudidaya ikan sekaligus pengusaha yang mapan dan sejahtera, mandiri dan berkeadilan. Kemandirian pembudidaya ikan dalam usahanya ditunjukan beberapa ciri diantaranya: 1 terjadinya perubahan taraf penghidupan dan perilaku ke arah yang lebih baik; 2 mampu menjalin kerjasama jaringan komunikasi ke sesama anggota pembudidaya ikan atau individu lain dalam dan luar lingkungannya; 3 memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan teknis produksi dan pemasaran perikanan dengan hasil yang berkualitas dan memahami dan mengetahui solusi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi; 4 kemampuan dalam pengelolaan keuangan, seperti mampu membuat perencanaan usaha, neraca keuangan rugi laba yang sederhana, mampu mengembangkan modal usaha menjadi lebih besar; 5 mampu mengatur dan mengelola tenaga kerja; 6 memperhitungkan keadaan dan permintaan pasar terhadap produksi yang dihasilkan; 7 mampu mengevaluasi keadaan produksi dan pemasaran secara tepat; 9 terus mengusahakan inovasi dan menggali informasi baru; 10 menjadikan kendala sebagai peluang menemukan ide baru dalam usaha yang dihadapi; 12 menyiapkan kemungkinan kendala yang terjadi sebagai dasar pembelajaran untuk lebih berkembang dan maju; 13 bertanggung jawab dan berani terhadap kemungkinan resiko yang akan dihadapi. Outcome Dampak Dampak outcome yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan adalah adanya perubahan taraf penghidupan dan pola pikir ke arah yang lebih baik. Perubahan yang diharapkan adalah keberlanjutan usaha, peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan usaha yang berkeadilan. Untuk mewujudkan hal ini pembudidaya ikan perlu memperhatikan kegiatan usahanya secara terintegrasi, mulai dari perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap keuntungan dan resiko yang akan dihadapi. Keberlanjutan usaha akan dapat dicapai jika pembudidaya ikan memperhatikan hal tersebut ditambah lagi dengan memperhatikan keadaan daya dukung lingkungannya. Keberlanjutan usaha akan ditandai oleh: meningkatnya taraf penghidupan, meliputi peningkatan pendapatan, peningkatan tabungan, peningkatan rata-rata produksi dan skala usaha serta peningkatan infrastruktur. Keberlanjutan daya dukung lingkungan ditandai oleh: ketersediaan dan kualitas air kolam, pengendalian hama dan penyakit. Keberlanjutan sosial ditandai oleh peningkatan pola pikir pembudidaya ikan, yang dicirikan oleh peningkatan pendidikan anak, peningkatan pengetahuan individu, perbaikan adopsi teknologi, kesehatan, percaya diri dan peningkatan akses infomasi dalam jaringan komunikasi yang saling memberi manfaat dan berkeadilan dalam dan luar lingkungannya. Melaksanakan evaluasi dan monitoring Kegiatan monitoring dan evaluasi ditujukan untuk memperbaiki kesalahan dan ketidaksesuaian yang terjadi pada saat pelaksanaan usaha, agar kembali kepada perencanaan yang telah ditetapkan sejak awalnya. Hasil monitoring dan evaluasi berupa rekomendasi perbaikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran. Rekomendasi ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan dan upaya pengembangan usaha budidaya perikanan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan sistem pemberdayaan pembudidaya ikan di atas, maka kebijakan dan strategi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran ditekankan melalui peran jaringan komunikasi dalam mewujudkan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Pemberdayaan pembudidaya ikan dalam jangka panjang sebagai sesuatu yang diharapkan dan dicapai dimasa depan adalah terwujudnya masyarakat pembudidaya ikan yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan dalam usahanya serta keberlanjutan terhadap usaha yang dilakukan. Sedangkan dalam jangka menengah, kebijakan yang dirumuskan adalah meningkatnya kualitas kehidupan pembudidaya ikan, baik dalam menjalankan fungsi-fungsi usahanya, mengatasi masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha, maupun beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya. Pada jangka pendek kebijakan tujuan tersebut tercapai melalui perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan terutama pendapatan, kesempatan kerja, adopsi teknologi, infrastruktur dan pengetahuan. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan penjelasan yang telah disusun maka dapat disimpulkan bahwa, Strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid dituangkan dalam langkah revitalisasi konsep komunikasi pembangunan dengan perbaikan kinerja komunikasi pemberdayaan yang partisipatif yang meliputi: 1 memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan; 2 peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan; 3 melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang berkelanjutan; 4 peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi pembudidaya ikan yang lebih terbuka, merata, berkeadilan dan bertanggung jawab; 5 peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah; 6 melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan.

9. PEMBAHASAN UMUM

Profil Wilayah Penelitian Penelitian tentang jaringan komunikasi, perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar mengambil kasus di Desa Koto Mesjid, memperlihatkan bahwa potensi wilayah desa koto mesjid cukup baik untuk dikembangkan sebagai kawasan sentra budidaya perikanan di Provinsi Riau. Usaha budidaya perikanan yang dijalankan oleh pembudidaya ikan dalam skala sedang dan besar dapat menguntungkan dan menjanjikan perbaikan terhadap pendapatan keluarga, hal ini diketahui dari dari hasil analisis kelayakan usaha budidaya ikan patin dalam kolam, bahwa masing- masing skala usaha memiliki Benefit Cost Ratio lebih dari satu. Pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar telah dilaksanakan sejak masyarakat di wilayah ini memulai usaha pembudidayaan secara sendiri-sendiri, dalam perkembangannya wilayah ini mendapat perhatian dari instansi terutama pemerintah dan swasta, maka sejak tahun 2008 dibentuklah Forum Komunikasi Mitra Binaan PT.Telkom sebagai wadah kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan melalui penyaluran dana Corporate Social Responsibilities CSR untuk penguatan modal usaha pembudidayaan ikan oleh masyarakat di Desa Koto Mesjid. Sejalan dengan hal itu pada tahun 2011 ditetapkanlah wilayah ini menjadi kawasan sentra produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau, dan sejak itu juga berbagai penghargaan telah diperoleh oleh Desa Koto Mesjid ini. Hingga tahun 2013 perkembangan usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid semakin pesat. Wilayah ini telah dijuluk i sebagai “Kampung Patin” dengan bentangan kolam ikan sebanyak 916 kolam ikan dengan luas 52 Ha, dengan produksi harian rata-rata ikan patin segar delapan hingga sepuluh ton per hari. Karakteristik individu dan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping Karakteristik pembudidaya ikan yang ada di desa Koto Mesjid pada umumnya berpendidikan menengah, usia produktif, memiliki pendapatan yang tinggi rata-rata 4,4 juta rupiahbulan, asset kolam yang luas 1174 m 2 . Artinya karakteristik pembudidaya ikan di wilayah ini mayoritas bukan sebagai masyarakat yang kurang mampumiskin. Karateristik personal sebagai faktor internal akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini termasuk pembudidaya ikan dalam melakukan usahanya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chianu dan Tsujii 2005 di Nigeria, usia produktif dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menerapkan inovasi yang diperkenalkan. Demikian pula penelitian Kposowa 1996 di Maryland, Amerika Serikat menunjukkan bahwa luas lahan, pengetahuan, pengalaman usaha, persepsi tentang praktek pemupukan tanah, dan keterampilan teknis mempengaruhi kemampuannya dalam menerapkan pupuk organik dalam usahanya. Keadaan karateristik pembudidaya ikan di wilayah penelitian ini menjelaskan bahwa karateristik yang baik ini memperlihatkan hasil kerja yang baik dalam usahanya. Kepemilikan fasilitas produksi yang banyak, mampu menjadikan pembudidaya ikan bekerja lebih baik dalam mengusahakan usahanya. Walaupun demikian masih terdapat pembudidaya ikan yang memiliki karateristik pendapatan rendah dan fasilitasi produksi yang rendah seperti asset kolam yang sempit, modal yang maasih rendah, mereka masih belum merasakan perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan dari usaha budidaya perikanan yang dijalankan. Keadaan ini membuat mereka sulit melakukan interaksi dengan pembudidaya ikan lainnya, kurang dalam mengakses informasi usaha budidaya perikanan, dan kurang mampu mengembangkan usahanya dengan baik. Keadaan seperti ini menuntut adanya kebersamaan dan pemerataan pada setiap pembudidaya ikan di wilayah penelitian untuk saling berbagi informasi, memperhatikan dan bekerjasama meningkatkan usaha sesama anggota forum mitra binaan yang telah terbentuk. Sehingga pemberdayaan pembudidaya ikan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan dapat dicapai. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perbedaan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pendamping pemerintah, hal ini terjadi karena masing-masing pendamping berbeda dalam menjalankan aktifitas dampingannya. Pendamping pemerintah tidak terlibat langsung dalam kegiatan usaha budidaya perikanan dan kurang aktif menjalankan kegiatan pendampingan. Adapun pendamping swadaya dalam melaksanakan pekerjaanya berperan secara penuh dan terlibat dalam kegiatan budidaya perikanan, karena selain sebagai pendamping swadaya juga berperan sebagai pengusaha perikanan dan pengurus forum mitra binaan. Pendamping swadaya memainkan banyak peran dalam lingkungan pembudidaya ikan. Keberadaan pendamping yang seperti ini menjadikan pendamping swadaya sebagai sentral informasi berbagai keperluan pembudidaya ikan. Sehingga interaksi pembudidaya ikan dengan keberadaannya menentukan hasil dari usaha budidaya perikanan yang dijalankan oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. Peran pendampingan dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid menjelaskan bahwa masih terdapat kendala dan belum sesuai kinerja pendampingan berdasarkan tugas dan perannya terutama penyebaran informasi dan kebersamaan dengan masyarakatnya, pendamping hendaknya menjalankan kegiatan fasilitasi terhadap masyarakat benar-benar mengedepankan konsep pendampingan sehingga pendamping mampu menjadi motor penggerak. Tenaga pendamping menurut Tilden Jamasy 2004, setidaknya harus mempunyai empat sifat, yakni: 1 harus trampil dalam menyesaikan masalah problem solving , 2 harus peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat yang diberdayakan sence of community, 3 harus mempunyai visi sense of mission, dan 4 harus jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain honesty with others and with self . Pendampingan ini dalam konsep pemberdayaan sangat esensial, dan fungsinya menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membantu mencari cara pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan olen masayarakat sendiri. Karsidi 2002 menyatakan bahwa dalam pemberdayaan, seorang pendamping harus mampu belajar dari masyarakat; pendamping adalah fasilitator, bukan guru dan tidak menggurui; saling belajar, saling berbagi pengalaman mengandung makna pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat adanya pengakuan. Jaringan komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan Aziz 2002 menyatakan bahwa karateristik petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media massa. Senanda dengan hal itu hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan yang nyata antara karateristik pendapatan, pendidikan, tanggungan keluarga dan luas kolam dengan jaringan komunikasi. Terdapat juga hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Jaringan komunikasi berhubungan dalam peningkatan pendapatan, perbaikan sanitasi dan kebersihan dan tingkat adopsi teknologi. Rangkuti 2009b juga menyatakan, bahwa Karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi dalam proses adopsi inovasi traktor tangan. Peran tokoh-tokoh masyarakat di pedesaan seperti kepala desa dan ketua kelompok tani masih mendominasi struktur jaringan komunikasi petani dalam proses adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut utamanya berperan sebagai star dan opinion leader dalam lingkungannya. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam aktifitas usaha budidaya perikanan dapat menentukan siapa yang menduduki peran dan posisi tertentu bahkan pekerjaan tertentu dalam interaksi jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungannya. Jaringan komunikasi dapat menggambarkan peran dan struktur komunikasi yang terjadi. Oleas et al. 2010 menjelaskan bahwa jaringan komunikasi memperlihatkan peran pemuka pendapat dalam lingkungannya, pemuka pendapat berperan sebagai kunci untuk mengevaluasi inovasi, menjaga komunikasi antar jaringan, memfasilitasi kesempatan untuk mendapatkan proyek pertanian, pelatihan dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan organisasi eksternal. Pemimpin opini opinion leader diidentifikasi sebagai sumber informasi dan inovasi untuk anggota komunitas. Pemimpin opini sangat terlibat aktif dalam mengevaluasi hasil-hasil inovasi yang diterapkan dilingkungannya. Senada dengan itu, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid bersifat memusat interlock personal network. Peran-peran komunikasi sebagai pemuka pendapat opinion leader star dan cosmopilite dalam lingkungan pembudidaya ikan dimainkan oleh para pembudidaya ikan yang sudah mapan secara ekonomi, dan berprofesi sebagai pengurus dan pedagang pengumpul. Keadaan ini menjadikan pembudidaya ikan di wilayah ini cenderung bergantung kepada beberapa individu yang memainkan peran komunikasi yang dominan dalam lingkungannya. Keberhasilan usaha budidaya perikanan di wilayah ini masih ditentukan oleh ikatan jaringan yang kuat antar pembudidaya ikan dengan beberapa individu tertentu, terutama pengurus forum mitra binaan dan pedagang pengumpul. Pada kegiatan produksi dan pemasaran ketergantungan pembudidaya ikan terhadap beberapa individu cukup kuat, dalam hal untuk mendapatkan benih, dan pakan pembudidaya ikan hanya dapat berhubungan kepada satu orang individu pembudidaya ikan penyedia benih sekaligus menjadi pengurus forum mitra binaan. Karena memang kualitas benih yang dihasilkan cukup baik dan ketersediaannya banyak. Dalam kegiatan pemasaran ikatan jaringan yang terbentuk menjadikan pembudidaya ikan sangat bergantung kepada pedagang pengumpul, baik pengumpul lokal atau pedagang dari luar daerah. Pembudidaya ikan masih belum mampu memiliki posisi tawar terhadap harga ikan, karena terbatasnya tempat mendistribusi ikan hasil panen dan pembudidaya ikan masih menjual secara perorangan. Keadaan seperti ini menyebabkan pembudidaya ikan ketergantungan terhadap keperluan produksi dan lemahnya posisi tawar pembudidaya ikan dalam menentukan harga produksi budidaya perikanan yang diusahakannya. Jaringan Komunikasi dan Perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan semenjak menekuni usaha budidaya perikanan terlihat semakin lebih baik. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir terlihat dari tahap persiapan mengalami perubahan pada fase pertumbuhan dan hampir pada fase pengembangan. Artinya jaringan komunikasi berhubungan dengan perubahan penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, senada dengan teori yang dikemukakan oleh Hedebro 1984 ia mengidentifikasi peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam pembangunan, yakni komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan menunjukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi. Selanjutnya hasil penelitian ini juga senada dengan Sobels et al. 2001 menyatakan bahwa jaringan komunikasi sosial berpeluang menciptakan partisipasi dan pembelajaran bersama, melakukan kerja dilahan ekstensif, meningkatkan struktur komunikasi, mengadopsi praktik manajemen profesional dan meningkatkan pengetahuan anggota kelompok dalam jaringan sosial. Kritik terhadap perubahan penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid yaitu, perubahan yang terjadi belum sesuai dengan harapan program pemberdayaan. Berdasarkan analisis VPA, segmentasi perubahan yang terjadi pada tahun ke tiga dan ke empat seharusnya paling tidak sudah berada pada tahap perkembangan dan kemandirian. Seperti yang dijelaskan oleh Purnama dan Saifullah 2008 pada tahun ke tiga masuk pada Segmen III, segmen ini dibatasi oleh garis Y=6 hingga Y= 7 dan X = 6 hingga X=7 diberi nama Fase Pengembangan . Secara teoritis, setelah tiga tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta, harus setidak-tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika titik koordinat VPA berada di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan artinya pemberdayaan yang terjadi belum sesuai harapan. Pembudidaya ikan dalam kegiatan usaha produksi dan pemasaran masih sangat bergantung kepada dominasi beberapa individu yang memainkan peran jaringan komunikasi dalam lingkungannya. Ketergantungan ini menyebabkan pembudidaya ikan, masih mendapatkan berbagai permasalahan dalam menjalankan kegiatannya terutama dalam hal penyediaan benih dan pemasaran hasil panen. Jaringan komunikasi yang terbentuk saat ini adalah interaksi yang masih memperlihatkan mayoritas keadaan pembudidaya ikan yang ada, belum berdaya dan mandiri, dalam aktifitas usaha budidaya perikanan yang ditekuninya. Penjelasan kritis terhadap hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan yaitu jaringan komunikasi mampu memperlihatkan hubungan terhadap perubahan, akan tetapi perubahan yang terjadi belum sesuai dengan harapan pemberdayaan. Hal ini terjadi karena sifat jaringan komunikasi yang masih memusat dan mengunci interlock. Peran jaringan komunikasi dari masing-masing struktur jaringan hanya memperlihatkan interaksi anggota pembudidaya ikan kepada individu- individu tertentu dalam lingkungannya. Peran yang ditunjukan memperlihatkan dominasi para pemilik informasi usaha budidaya perikanan sehingga menyebabkan ketergantungan individu anggota pembudidaya ikan, terutama dalam memenuhi keperluan produksi dan pemasaran seperti, ketergantungan terhadap ketersediaan benih dan lemahnya posisi tawar terhadap harga ikan di tingkat pedagang pengumpul. Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa pemberdayaan pembudidaya ikan yang didasarkan pada kemandirian, sejahtera dan berkeadilan yang didasarkan pada konsep mampu dan mandiri menolong diri sendiri, masih belum tercapai, artinya pemberdayaan yang dijalankan pada kelompok pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid belum dapat dikatakan sesuai dengan konsep pemberdayaan. Seperti yang diungkapakan oleh Chamber 1992, bahwa hakikat konseptualisasi pemberdayaan empowerment berpusat pada manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab. Chamber 1992 juga menambahkan pemberdayaan mengandung arti menciptakan iklim yang memungkinkan untuk berkembang, memperkuat potensi dan melindungi yang lemah bertambah lemah oleh ketidak berdayaan menghadapi yang kuat. Ife 1995 menyatakan bahwa pemberdayaan memiliki dua konsep berbeda yaitu kekuasaan dan kekurang beruntungan. Pertama, pemberdayaan dilihat dari pemberian kekuasaan pada individu atau kelompok. Mengizinkan mereka menentukan kekuatan di tangan mereka sendiri. Kedua pemberdayaan dilihat dari kekurang beruntungan, ini lebih dilatar belakangi pada struktur sosial yang mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ruang yang memadai untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemberdayaan adalah salah satu tujuan dari pengembangan masyarakat, dengan cara memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan kamunitasnya. Sumodiningrat 1999 juga menjelaskan, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Begitu juga yang dinyatakan oleh Slamet 2003, ia memberikan pengertian pemberdayaan adalah kemampuan, berdaya, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensinya dan berani bertindak mengembangkan diri, sehingga terbentuk kemandirian dan tidak tergantung dengan pihak lain. Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, jaringan komunikasi pada kegiatan produksi dan pemasaran dalam program pemberdayaan pembudidaya ikan memiliki andil dalam perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Tetapi karena bentuk dan sifat jaringan yang memusat interlock personal network, sehingga sehingga perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan belum dirasakan secara merata oleh seluruh pembudidaya ikan. Adapun yang paling banyak merasakan perubahan penghidupan dan pola pikir sebagai manfaat dari jaringan komunikasi dalam lingkungannya adalah individu yang memegang kendali informasi, baik informasi produksi atau informasi pemasaran usaha budidaya perikanan yang mereka jalankan. Jika dilihat dari konsep individu yang berdaya secara komunikasi, maka pembudidaya ikan, belum sepenuhnya mengalami pemberdayaan komunikasi. Secara partisipative komunikasi yang berdaya yaitu, setiap aktifitas komunikasi yang terjalin antar individu mampu memenuhi masing-masing kebutuhannya, atau makna yang lebih dalam lagi, yaitu komunikasi yang terjalin dimaknai sebagai suatu yang diperlukan untuk kepentingan bersama, transaksional, terbuka, merata dan tidak bergantung kepada individu tertentu dalam lingkungannya Dilla 2007. Komunikasi yang berdaya juga dapat diartikan, yaitu individu-individu yang melakukan kegiatan komunikasi mampu menjalankan beberapa fungsi komunikasinya, seperti komunikasi sosial, dimana individu mampu menjalin hubungan komunikasi kepada individu lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan hubungan sosial, komunikasi ekspresif, dimana individu mampu mengekspresikan keberadaannya dalam lingkungannya, dan komunikasi instrumental dan ritual, dimana individu menjadikan komunikasi sebagai alat dalam menyampaikan pesan dan maksudnya, dalam lingkungannya dan hubungannya dengan pencipta Mulyana 2005. Akhirnya, analisis hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan, memiliki pola hubungan tersendiri antar beberapa peubah dalam penelitian ini. Pola hubungan yang dijelaskan hasil penelitian ini adalah, adanya beberapa peubah yang dapat dijadikan input dalam mengembangkan jaringan komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan di pedesaan diantaranya adalah, karakteristik individu, fasilitas produksi dan persepsi terhadap kinerja pendamping. Analisis jaringan komunikasi sebagai peubah proses dalam perubahan taraf hidup dan pola pikir dilakukan secara mendalam dengan menggunakan analisis peran dalam klik dan analisis struktur individu dalam lingkungan komunikasi. analisis peran klik yang digunakan adalah analisis sosiogram dan analisis struktur adalah sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan. Kemudian, dapat dilihat lebih mendalam tentang peran dan keberadaaan yang dimainkan masing-masing individu dalam jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungannya, dalam melaksanakan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan penghidupannya. Strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan Dari hasil penelitian ini, disusunlah strategi yang diajukan dalam mengatasi berbagai masalah pemberdayaan pembudidaya ikan, yaitu strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai. Rahim 2007, mengajukan empat konsep terkait komunikasi partisipatif yang akan mendorong terbangunnya pemberdayaan empowerment yaitu heteroglasia, dialogis, poliponi dan karnaval. Pertama, Heteroglasia; Konsep ini menunjukan fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada level aktivitas pembangunan baik di tingkat nasional-lokal, makro-mikro, publik-privat, teknis- ideologis dan informasional-emosional. Terkait dengan berbagai perbedaan tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan atau komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda. Kedua, Dialog adalah komunikasi transaksional dimana pengirim sender dan penerima receiver pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagi. Dalam dialog yang diperluas, masing-masing peserta juga melakukan dialog dengan dirinya sendiri sebelum berbicara atau merespon peserta yang lain. Peserta dalam dialog tidak memiliki kedaulatan ego, dia mesti membangun suatu kesadaran diri. Kesadaran dirinya tergantung pada seberapa aktif kesadaran sosial yang lain juga dimunculkan. Ketika peserta berbicara kepada yang lain pesan mereka secara umum terhubung dan tergantung pada pesan yang disampaikan oleh pembicara lain pada waktu dan tempat yang berbeda. Esensi dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain, atau suara lain, sebagai subjek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai objek komunikasi. Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau untuk didengar, dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan oleh orang lain atau disatukan dengan suara orang lain. Ketiga, Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog dimana suara- suara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain, dan tidak menutupi satu sama lain. Itu adalah suatu bentuk ideal dari komunikasi partisipatif dimana keberbedaan suara-suara disadari secara kolektif dengan menghubungkan berbagai perlakuan konstruksi umum komunitas. Kesatuan poliponi bukan sesuatu yang diperkenalkan dari luar tetapi terbangun dari suatu proses dialog sehingga otonomi suatu suara selalu diartikulasikan dengan yang lain, mendirikan ikatan saling ketergantungan yang saling menguatkan. Keempat, Karnaval; Konsep ini bagi komunikasi pembangunan membawa semua varian dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan, parodi, dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Anggota komunitas didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki sanksi resmi. Ini merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoritatif dari Negara, agama, politik, dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dan pembangunan bermain secara berdampingan, masing-masing saling mengartikulasikan dan mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka hidup dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval selalu berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak dimediasi, menggunakan kosakata yang umum, fantastik dan berbau pengalaman dari mereka. Kekuatan jaringan komunikasi yang ada di Desa Koto Mesjid dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengembangan strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai untuk penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Kelembagaan yang dimaksud dapat berupa lembaga agribisnis koperasi pembudidaya ikan. Terbentuknya lembaga koperasi ini diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar pembudidaya ikan dalam melakukan usahanya. Peningkatan posisi tawar pembudidaya ikan pada dasarnya adalah untuk dapat meningkatkan akses dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para pembudidaya ikan dapat dihindarkan. Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui pembentukan dan penguatan kelembagaan koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan serius melalui usaha bersama untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian pembudidaya ikan khususnya dan masyarakat desa pada umumnya. Pembentukan lembaga koperasi akan meningkatkan konsolidasi pembudidaya ikan seperti yang diungkapkan oleh Akhmad 2007 konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggotanya menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta jeratan hutang tengkulak. Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan terkoordinasi dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam. Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran-peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran produk pertanianperikanan, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien, merata dan terbuka dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan petani Akhmad 2007.

10. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan Memperhatikan pembahasan pada setiap bab, dapat disimpulkan bahwa karateristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid pada umumnya berusia produktif, pendidikan pada tingkat menengah, tanggungan keluarga sedang, pendapatan tinggi, kepemilikan lahan kolam yang luas, berpengalaman lama, dan curahan jam kerja sedang. Keadaan ini menggambarkan bahwa karakteristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mayoritas memiliki karakteristik yang baik sebagai penggiat kegiatan budidaya perikanan. Adanya perbedaan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pendamping pemda, pendamping swadaya lebih aktif dibanding pendamping pemda baik dalam memberikan informasi produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Masjid Kabupaten Kampar bersifat memusat interlock personal network . Hal ini dikarenakan adanya peran dominan individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi tersebut. Individu yang berperan sebagai star dalam lingkungannya adalah individu yang paling berpengaruh dan paling banyak terlibat dalam jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan. Mereka memiliki kemampuan lebih, yaitu menjabat sebagai pengurus kelompok, berpendidikan tinggi, kepemilikan asset yang banyak, dan lebih berpengalaman. Keberadaan jaringan komunikasi yang memusat seperti ini memiliki kerentanan terhadap keberlanjutan usaha budidaya perikanan dan ketergantungan individu yang berkemampuan rendah dengan individu berkemampuan lebih dalam berinteraksi untuk memenuhi keperluan usaha budidaya perikanan. Program pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid memperlihatkan terjadinya perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan dari tahap persiapan ke tahap pertumbuhan. Secara vectorial menunjukkan, bahwa rumah tangga pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berada pada kondisi keamanan pangan keluarga, akan tetapi secara segmentasi perubahan, belum sesuai harapan program pemberdayaan, karena perubahan baru mencapai pada tahap pertumbuhan, seharusnya pada tahun tiga dan empat tahap pelaksanaan program setidaknya sudah berada pada tahap pengembangan dan menuju tahap kemandirian. Karakteristik individu pembudidaya ikan dan fasilitas produksi memiliki hubungan sangat nyata dengan jaringan komunikasi yang terbentuk antar pembudidaya ikan. Artinya bahwa, karateristik pembudidaya ikan sangat menentukan terbentuknya jaringan komunikasi sebagai wujud adanya hubungan dan interaksi antar pembudidaya ikan. Karateristik pembudidaya ikan yang berkemampuan lebih adalah individu yang paling banyak dihubungi dan sangat menentukan sistem jaringan komunikasi yang terbentuk dalam lingkungannya. Jaringan komunikasi produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan memiliki hubungan sangat nyata dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Hubungan ini menjelaskan, bahwa jaringan komunikasi memiliki andil terhadap terjadinya perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, terutama dalam hal perubahan pendapatan, sanitasi kebersihan dan adopsi teknologi usaha budidaya perikanan. Strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar dituangkan dalam langkah revitalisasi konsep komunikasi pembangunan partisipative yang berorientasi nilai, dengan perbaikan kinerja komunikasi yang meliputi: 1 memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan; 2 peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan; 3 melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang berkelanjutan; 4 peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi pembudidaya ikan yang lebih terbuka; 5 peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah; 6 melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan. Implikasi Implikasi teori Penggunaan teori dalam mengungkap fenomena sosial kehidupan masyarakat pedesaan yang berkaitan dengan jaringan komunikasi, perubahan penghidupan dan pola pikir yang berbasis usaha budidaya perikanan, yaitu dengan penggunaan teori karakteristik individu, persepsi, jaringan komunikasi, perubahan sosial, dan pemberdayaan. Terbukti mampu membongkar fenomena sosial yang terjadi dalam sistem penghidupan masyarakat pedesaan yang dikembangkan oleh pembudidaya ikan. Jaringan komunikasi mampu mengungkap dan membongkar keberadaan, peran dan sifat dari masing-masing individu yang saling berhubungan dari aktifitas yang mereka lakukan. Fakta empiris menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terbentuk di wilayah penelitian yang bersifat memusat interlock personal network memperlihatkan peran dominasi para individu yang memiliki kemampuan lebih dan memperlihatkan ketergantungan individu berkemampuan lebih rendah dengan keberadaanya dalam interaksi di lingkungannya. Teori jaringan komunikasi mampu memperlihatkan kekuatan dalam hubungannya dengan perubahan yang terjadi pada individu yang saling berinteraksi dalam lingkungannya. Fakta empiris menunjukan bahwa perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan berkaitan erat dengan jaringan komunikasi yang terbentuk dari interaksi yang terjadi dalam sistem maupun di luar sistem lingkungan pedesaan dalam memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori jaringan komunikasi dan perubahan penghidupan dan pola pikir. Fakta juga menunjukan dominasi peran komunikasi individu yang berkemampuan lebih terhadap individu yang berkemampuan rendah. hal ini terbukti melalui analisis yang dilakukan baik menggunakan analisis peran maupun analisis struktural. Fakta empiris ini, menjelaskan teori yang disampaikan oleh Rogers 2003 bahwa Struktur jaringan komunikasi yang berbentuk memusat