PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN DAN POLA PIKIR DALAM PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN

Implementasi kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar dilaksanakan sebagai suatu wadah yang diharapkan mampu memberikan fasilitasi terhadap proses perubahan sosial ekonomi masyarakat dengan harapan pembudidaya ikan memperoleh manfaat sosial ekonomi yang terukur, yaitu : 1. Pendekatan perbaikan taraf penghidupan, dengan pembangunan sistem pengembangan akses permodalan masyarakat melalui kelembagaan Ekomomi Masyarakat Desa yang diharapkan akan memperbaiki dan memacu kehidupan perekonomian masyarakat. 2. Pendekatan peningkatan pola pikir, dengan proses pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengorganisasian dan penguatan kapasitas komunitas dampingan menuju keberlanjutan program pengembangan komunitas yaitu prospek kemampuan komunitas dalam mengelola kegiatan pemberdayaan secara mandiri. Pelaksanaan Survei VPA terhadap pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dilaksanakan pada pembudidaya ikan yang menjadi anggota binaan PT. Telkom angkatan periode 2009-2010 sebanyak 90 orang. Persentase jumlah sampel yang menjadi responden sudah cukup mewakili seluruh anggota petani pembudidaya ikan yang ada di Desa Koto Mesjid. Analisis Vectorial Project Pembudidaya Ikan Desa Koto Mesjid Indikator kemajuan taraf hidup livelihood yaitu indikator yang bersifat fisik tangible dan indikator kemajuan pola pikir mindset yaitu indikator yang bersifat bukan fisik intangible yang terjadi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada Gambar 10 Gambar 10. Grafik VPA dalam pemberdayaan pembudidaya ikan Dari Gambar 10 tersebut terlihat bahwa telah terjadi pergeseran taraf hidup livelihood dan pola pikir mindset pada Kelompok Usaha Mitra Binaan PT. Telkom Desa Koto Mesjid yang dalam hal ini dianggap mewakili masyarakat pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid yang menjadi target kegiatan pemberdayaan yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari kegiatan pemberdayaan melalui implementasi pendampingan usaha dan pengadaan akses permodalan oleh PT. Telkom. Hal ini menggambarkan adanya pemahaman yang cukup baik pada masyarakat terhadap kegiatan yang dijalankan, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan tergambar langsung pada pola pikir yang akan berkorelasi positif pada taraf hidup pembudidaya ikan. Dari Grafik VPA diketahui Kelompok Usaha Mitra Binaan PT. Telkom di Desa Koto Mesjid, anggota kelompok pada umumnya telah berada di atas garis kemiskinan, baik dilihat pada taraf penghidupan maupun pola pikirnya, hal ini disebabkan telah adanya program pemberdayaan masyarakat lainnya sebelum PT. Telkom masuk ke wilayah ini, yaitu kegiatan penyuluhan dan pelatihan dari Pemerintah Daerah Provinsi Riau atau Kabupaten Kampar dan program ini telah membawa dampak bagi perkembangan pola pikir pembudidaaya ikan secara umum di Desa Koto Mesjid. Sedangkan untuk taraf hidup, Hasil VPA Diketahui bahwa rata-rata pembudidaya ikan yang tergabung di dalam mitra binaan PT. Telkom tingkat taraf hidupnya sudah di atas garis kemiskinan, hal ini tidak terlepas dari pengaruh perbaikan nilai jual hasil produksi budidaya perikanan terutama komoditas ikan patin Pangasius hypopthalmus belakangan ini. Perkembangan taraf hidup masyarakat pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mengalami peningkatan secara siqnifikan, mereka pada umumnya sudah berada berada di atas garis kemiskinan, perkembangan pada indikator taraf hidup komunitas mitra binaan PT. Telkom di Desa Koto Mesjid 7.32 – 5.46 = 1.86, pada awal pengamatan tahun I dan II 2011 – 2012 masih berada pada Kuadran I kemudian pada tahun kedua dan ketiga 2012 – 2013 telah berada pada kuadran ke II, yang berarti kelompok pembudiaya ikan mitra binaan PT. Telkom telah mengalami perkembangan kepada Fase Penumbuhan. Perkembangan yang sangat signifikan juga terjadi pada peningkatan Pola Pikir pembudidaya ikan yaitu 6.00 – 3.90 = 2.1, hal ini menjelaskan bahwa masyarakat pembudidaya ikan telah mengalami perubahan kualitas kehidupannya dengan adanya kegiatan pemberdayaan yang telah mereka laksanakan, hal ini dapat dikatakan bahwa program pemberdayaan yang ada telah berjalan dengan baik yang ditunjukkan pada hasil pengamatan tahun 2013 telah bergeser kepada fase II penumbuhan memasuki fase III yaitu pengembangan. Tabel 34. Pertumbuhan Vektor Desa Koto Mesjid Deskripsi X Y Pertumbuhan Vektor 2012 3.90 5.46 X Y - 2013 6.00 7.32 2.10 1.57 2.63 TOTAL 2.10 1.57 2.63 Dengan demikian posisi akhir dari koordinat VPA pembudidaya ikan mitra binaan PT. telkom yang diamati di Desa Koto Mesjid telah sampai pada tahap Penumbuhan 5.46 ; 7.32 sedangkan batas aman bagi ketahanan pangan atau garis kemiskinan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat 5.0 ; 5.0 sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan Program Pemberdayaan Pembudidaya Ikan di Desa Koto Mesjid, memasuki tahun ke-3 pelaksanaannya telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan ke arah kemandirian masyarakat yang sangat positif, berdampak langsung pada pola pikir pembudidaya ikan untuk tetap dapat mempertahankan kehidupan yang sudah terbentuk. Kegiatan pemberdayaan masyarakat pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid melalui bantuan modal usaha dan kegiatan pengorganisasian komunitas dan penguatan kapasitas melalui Mitra Binaan PT. Telkom dan penguatan kelembagaan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar telah memberikan dampak yang cukup besar dalam perkembangan pola pikir masyarakat pembudidaya ikan ini. Berdasarkan Grafik VPA Desa Koto Mesjid juga diketahui bahwa terjadi laju keseimbangan antara kenaikan taraf kehidupan dengan kenaikan atau perkembangan pola pikir masyarakat Desa Koto Mesjid. Laju keseimbangan yang baik akan terlihat dari besaran perkembangan X pola pikir dan Y taraf kehidupan yang membentuk sudut 45 derajat. Laju keseimbangan kenaikan perkembangan taraf kehidupan dan kenaikan perkembangan pola pikir masyarakat dalam VPA dapat dijadikan sebuah acuan bagi keberlanjutan dan kemandirian masyarakat dalam mengelola kelembagaan akses permodalan pada masa yang akan datang, sehingga perkembangan masyarakat dapat segera mencapai fase atau kuadran ke III dan IV atau fase pengembangan dan kemandirian self reliance stage. Hasil analisis indikator pada seluruh variabel VPA Desa Koto Mesjid disajikan dalam grafik pada gambar 11 Gambar 11. Grafik Analisis Indikator VPA Desa Koto Mesjid Pada gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan yang siqnifikan pada beberapa indikator VPA untuk Desa Koto Mesjid seperti pada kesempatan kerja, konsumsi pangan, aktivitas kelompok, kebiasaan menabung, tingkat adopsi teknologi dan praktek bisnis. Diketahui juga telah terjadi pergeseran fase indikator VPA Desa Koto Mesjid, dari Fase I persiapan pada tahun 2011-2012 menjadi fase II penumbuhan pada tahun 2013. Beberapa indikator yang diamati dengan VPA juga terlihat terjadi kenaikan walaupun kenaikan itu kecil seperti pendapatan, orientasi pendidikan dan praktek bisnis. Untuk lebih jelasnya untuk mengetahui tentang terjadinya perubahan taraf hidup dan pola pikir masyarakat pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada rata-rata hasil analisa indikator Desa Koto Mesjid yang disajikan pada Tabel 35. Tabel 35. Tingkat Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir Pembudidaya Ikan dalam pemberdayaan Di Desa Koto Masjid Variabel Indikator Tahap perubahan Persiapan Penumbuhan Taraf penghidupan livelihood Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan 6.2 4.0 6.0 5.0 6.9 6.7 7.8 8.9 Pola pikir mindset Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi teknologi Kebiasaan menabung Kepercayaan diri Orientasi pendidikan anak Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis 3.6 2.9 3.5 3.7 6.7 3.3 6.5 5.3 5.6 5.2 7.1 7.7 5.5 7.7 Berdasarkan data yang ada pada Tabel 36 menjelaskan bahwa rata-rata perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid sebagai manfaat kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan selama 3 tahun sejak tahun 2011 hingga tahun 2014. Dapat dilihat pada tabel tersebut yaitu, adanya perubahan yang signifikan terhadap beberapa indikator, pada tahap persiapan, kesempatan kerja dari 4,0 menjadi 6,7 indikator indikator sanitasi kebersihan dari 5,0 menjadi 8,9 aktifitas dalam kelompok 3,6 meningkat menjadi 5,3 kemudian tingkat adopsi teknologi dari 2,9 menjadi 5,6 indikator kepercayaan diri 3,7 menjadi 7,1 dan pengarus utamaan jender 3,3 menjadi 5,5. Hal ini menjelaskan dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid telah terjadi perubahan sosial ekonomi yang lebih baik, dengan demikian secara vectorial menunjukkan rumah tangga pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berada pada kondisi keamanan pangan keluarga. Deskripsi perubahan livelihood dan Mindset dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar merupakan hasil dari kegiatan pembangunan. Menurut Jahi 1988 pembangunan adalah proses perubahan sosial yang diselenggarakan dengan memberikan banyak kesempatan kepada masyarakat untuk ambil bagian, untuk mendapatkan perbaikan baik sosial dan material termasuk kesetaraan, kebebasan, dan kualitas lain untuk menjadi lebih baik dengan mengendalikan lingkungan mereka. Menurut Amanah 2007 pembangunan tanpa transformasi sikap mental dan motivasi, akan gagal untuk membangun masyarakat yang sejahtera. Perubahan penghidupan dan pola pikir merupakan bagian dari perubahan sosial. Pernyataan ini dikatakan oleh Sumardjan 1962 bahwa perubahan sosial adalah semua perubahan dalam institusi masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai, sikap dan perilaku antara kelompok dalam masyarakat. Kadang-kadang, perubahan sosial juga disebut perubahan budaya, yang perubahan dalam pengetahuan, sistem lembaga sosial, informasi dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem agama dan bahasa dan sistem seni. Hasil penelitian Wiganda 2010 juga menyatakan bahwa perbaikan taraf penghidupan dan pola pikir petani dalam bisnis pertanian berkembang melalui intervensi perubahan penghidupan dan pola pikir petani di Kabupaten Banjar Jawa Barat, terutama pada peningkatan pendapatan dan modal kelompok. Intervensi terhadap penghidupan dan pola pikir petani berpengaruh signifikan terhadap pengembangan usaha petani di desa. Itu sebabnya upaya untuk mengubah kehidupan dan pola pikir petani menjadi komponen penting, sehingga pemberdayaan dan usaha budidaya yang berkelanjutan akan berjalan lancar. Selanjutnya, Frankic dan Hershner 2003 mengatakan bahwa konsep budidaya perikanan berkelanjutan memiliki tiga dimensi yaitu: lingkungan, ekonomi, dan sosial. Selain itu, praktik bisnis budidaya yang berkelanjutan tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan tetapi juga untuk mengurangi kerusakan seperti efek samping yang buruk bagi lingkungan sosial dan alam. Untuk melakukan perubahan secara sadar dalam suatu masyarakat maka yang sangat dibutuhkan adalah bagaimana masyarakat itu diberdayakan dengan melalui optimalisasi seluruh potensi yang dimiliki masyarakat. Pemberdayaan yang dicapai oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid adalah terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik pada taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset sebagai bagian dari aspek sosial dan ekonomi rumah tangga mereka. Dengan harapan perubahan ini mampu mewujudkan kemandirian, keadilan dan kesejahteraan. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid ini tidak terlepas dari partipasi mereka sendiri dalam menjalankan kegiatan pembudidaya ikan dengan baik, terutama dalam menjalankan fungsi produksi dan fungsi pemasaran, serta dukungan fasilitas dari kegiatan pemberdayaan yang dijalankan. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid ini telah memasuki tahun ke empat, berdasarkan analisis VPA perubahan yang terjadi pada pembudidaya ikan seharusnya sudah memasuki tahap pengembangan dan kemandirian. Hasil penelitian baru memperlihatkan perubahan pada tahap pertumbuhan. Hal ini menjelaskan bahwa walaupun terjadi perubahan taraf penghidupan dan pola pikir yang baik, tetapi masih belum sesuai tahapan perkembangan standar kegiatan pemberdayaan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pembudidaya ikan dalam usahanya menjadi salah satu bagian penyebab masih belum berkembangnya sesuai tahapan kegiatan pemberdayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak SH. “Pada akhir tahun 2012 hingga November 2013 harga ikan mengalami penurunan, tingginya harga pellet pabrik dan adanya penyakit terhadap ikan sehingga pembudidaya ikan di wilayah Koto Mesjid mengalami penurunan kualitas produksi, sehingga banyak terjadi penunggakan pelunasan perguliran dana bantuan PT Telkom dari pembudidaya ikan,walau keadaan harga ikan mulai membaik saat ini September 2014 tapi penyakit tak mau bayar ini terus berlanjut hingga sekarang, dan bantuanpun telah dihentikan”. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa perubahan taraf penghidupan dan perilaku pembudidaya ikan yang terjadi, masih meninggalkan beberapa masalah pemberdayaan yaitu, kendala dalam pengelolaan usaha ketika turunnya harga ikan, penanganan terhadap penyakit ikan dan adanya pembudidaya ikan yang tidak mau meneruskan pelunasan pembiayaan bantuan PT Telkom. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir merupakan bagian dari dari perubahan sosial dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, dapat dijelaskan bahwa perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya strukturtatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual Sztompka 2008. Kegiatan pemberdayaan yang dijalankan sebagai bentuk implementasi program pembangunan di Desa Koto Mesjid pada tahun 2013 memperlihatkan perubahan pada tahap pertumbuhan, seharusnya perubahan pada tahun ke tiga dan empat sudah mampu mencapai tahap pengembangan dan kemandirian. Hal ini dijelaskan oleh Purnama dan Saifullah 2008 pada tahun ke tiga masuk pada Segmen III, segmen ini dibatasi oleh garis Y=6 hingga Y= 7 dan X = 6 hingga X=7. Segmen ini diberi nama Fase Pengembangan. Secara teoritis, setelah tiga tahun pelaksanaan program, status dan posisi kelompok tani peserta harus setidak- tidaknya jatuh pada segmen ini. Jika titik koordinat VPA berada di bawah segmen ini maka dinilai program belum mencapai kemajuan sesuai dengan harapan artinya pemberdayaan yang terjadi belum sesuai harapan. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan penjelasan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat disimpulkan : 1. Implementasi kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan sejak berkembangnya wilayah Desa Koto Mesjid terus mengalami perkembangan. 2. Kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid telah memperlihatkan terjadinya perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan secara siginifikan ke arah yang baik. Perubahan yang signifikan tersebut terjadi pada indikator kesempatan kerja, sanitasi dan kebersihan, aktifitas dalam kelompok, tingkat adopsi teknologi, kepercayaan diri, pengarusutamaan jender dan orientasi bisnis. 3. Terjadinya perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, secara vectorial menunjukkan, bahwa rumah tangga pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berada pada kondisi keamanan pangan keluarga, akan tetapi secara segmentasi perubahan, bahwa perubahan yang terjadi belum sesuai harapan, karena masih pada tahap pertumbuhan, seharusnya pada tahun tiga dan empat tahap pelaksanaan program setidaknya sudah berada pada tahap pengembangan dan menuju tahap kemandirian, dengan demikian pemberdayaan pembudidaya ikan yang dijalankan belum sesuai dengan konsep dan target pemberdayaan yang diharapkan.

7. HUBUNGAN JARINGAN KOMUNIKASI, PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN DAN POLA PIKIR DALAM PEMBERDAYAAN

PEMBUDIDAYA IKAN Abstrak Jaringan komunikasi merupakan wujud terjadinya interaksi antara satu individu kepada individu lain, atau masyarakat dengan masyarakat yang lain. Untuk melihat wujud terjadinya interaksi tersebut telah dilaksanakan penelitian tentang hubungan jaringan komunikasi dengan karakteristik pembudidaya ikan, hubungan jaringan komunikasi dengan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dan hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam pemberdayaan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Koto Mesjid menggunakan metode survei. Responden ditentukan secara sengaja terhadap anggota kelompok mitra binaan PT. Telkom sebanyak 90 responden. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jaringan komunikasi dengan karakteristik pembudidaya ikan, persepsi terhadap kinerja pendamping dan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. Kata kunci: Jaringan, komunikasi, penghidupan, pola pikir, pemberdayaan Pendahuluan Dalam kegiatan pemberdayaan, komunikasi memiliki peran yang sangat penting untuk keberhasilan suatu program yang dijalankan. Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan atau pemberdayaan masyarakat. Rogers 1976 menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Pemberdayaan dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi adalah dasar untuk adanya perubahan yang diharapkan dari suatu tujuan kegiatan pemberdayaan. Pembangunan berbasis masyarakat perlu mengupayakan komunikasi yang baik antar masyarakat sehingga terjadinya interaksi, komunikasi yang memuat berbagai informasi pembangunan, termasuk dari sisi sebaliknya. Rogers dan Kincaid 1981 menyatakan bahwa dalam menjalin hubungan sosial pada jaringan komunikasi setiap aktor membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri, sehingga konfigurasi masuknya atau keluarnya seorang aktor dalam jaringan hubungan sosial akan mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Zulkarnain 2002 mengemukakan bahwa karakteristik individu akan sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya. Jaringan komunikasi berperan dalam membentuk perspektif pengetahuan individu, karena antar individu dalam suatu komunitas terjadi interaksi. Haverkort et al. 1993 menyatakan bahwa jaringan network sebagai kelompok yang terdiri dari individu-individu yang mengorganisasikan dirinya secara bersama-sama yang berbasis sukarela dengan tujuan pertukaran informasi, materi, pelaksanaan kegiatan bersama, dan pemberdayaan. Engel Naksung 2003 menyatakan, networking sebagai proses resultante relasi sosial yang terbangun dari beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu, karakteristik dan fungsinya ditentukan oleh misi yang ditetapkan. Jaringan menggambarkan ide komunitas, dasar bagi individu untuk berbagi ide, berinteraksi satau sama lain dengan basis minat bersama, dan saling percaya, sehingga keberhasilan jaringan sosial ditentukan oleh sinergi sosial yang ada. Terkait dengan hal tersebut, kelompok pembudidaya ikan sebagai suatu jaringan sosial, berperan penting untuk mendukung usaha para anggotanya. Pembudidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid dalam menjalankan aktifitas budidaya perikanan sudah tentu banyak berinteraksi. Interaksi tersebut membentuk jaringan komunikasi, yang memberikan manfaat dan pengaruh dalam kehidupan pembudidaya ikan. Artinya kehidupan sosial ekonomi pembudidaya ikan memiliki hubungan dengan interaksi yang dilakukan dalam aktifitas kesehariannya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa karakteristik pembudidaya ikan yakni tingkat pendidikan, tingkat kekosmopolitan, jumlah kepemilikan ternak dan keterdedahan media massa berhubungan nyata dengan tingkat adopsi inovasi teknologi pembudidaya ikanan kambing PE Hanafi 2002. Syafril 2002 juga menyatakan bahwa karakteristik indvidu yang berkorelasi nyata dengan jaringan komunikasi adalah pengalaman usaha tani, persepsi terhadap teknologi dan kekosmopolitan. Selanjutnya menurut Rangkuti 2009b karakteristik individu mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan. Hal ini menandakan bahwa tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pengalaman, semakin tinggi tingkat kekosmopolitan maka seorang petani cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi. Cindoswari 2012 juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan jaringan komunikasi petani dalam penerapan teknologi produksi ubikayu. Dalam penelitian tersebut karakteristik individu yang dikaji dibatasi pada umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pengalaman bergabung dalam kelompok, dan tingkat kekosmopilitan. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan maka dirumuskan suatu masalah penelitian yaitu, bagaimana hubungan jaringan komunikasi dengan karakteristik pembudidaya ikan, bagaimana hubungan jaringan dengan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, bagaimana hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Dari rumusan masalah dirasa perlu melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan jaringan komunikasi dengan karakteristi pembudidaya ikan, mengetahui hubungan jaringan komunikasi dengan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dan hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam kegiatan pemberdayaan. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2013 sampai dengan Mei 2014, yang mengambil lokasi di kawasan sentra budidaya ikan patin Pangasius hypopthalmus dalam kolam, tepatnya di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar, Provinsi Riau. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan karena wilayah ini merupakan terpilih sebagai kawasan percontohan sebagai kawasan sentra produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau. Tempat dijalankannya kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dari pemerintah dan PT. Telkom. wilayah ini ditetapkan sebagai wilayah program Corporate Social Responsibility CSR dan sebagai nominasi CSR Award tahun 2011. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan pembudidaya ikan patin Pangasius hypothalamus dalam kolam mitra binaan PT. Telkom pada periode 2009 dan 2010 yang mendapat bantuan akses modal usaha budidaya ikan berjumlah 90 orang pembudidaya ikan. Upaya yang dilakukan dalam menemukan dan memetakan mapping jaringan komunikasi, maka responden yang dijadikan unit contoh dalam penelitian ini adalah anggota kelompok pembudidaya ikan yang menjadi mitra binaan PT. Telkom yang ada di Desa Koto Mesjid XIII Koto Kampar. Contoh ini diambil dengan teknik “sampling intact system” Rogers dan Kincaid, 1981. Dengan metode “intact system” ini, semua individu masyarakat yang terwakili dalam setiap kelompok pembudidaya ikan sebagai suatu sistem sosial adalah sebagai responden. Data primer yang dikumpulkan adalah : data karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, fasilitas produksi perikanan yang diterima pembudidaya ikan dan jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik, persepsi pembudidaya ikan dan fasilitas bantuan produksi perikanan. Adapun analisis sosiometri dan jaringan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah utuk melihat : 1. Jaringan Komunikasi, menggambarkan interaksi antara satu pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan lainnya yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan informasi mengenai pengembangan usaha budidaya perikanan. Dari data jaringan yang diperoleh dapat dilihat derajat sentralitas lokal local centrality, derajat sentralitas global global centrality, kebersamaan betweenees dan hubungan connectedness. a. Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan individu lain yang berada dalam lingkungan terdekatnya. Dengan mengunakan UCINET VI, derajat sentralitas lokal diperoleh melalui “normalized degree centrality” atau “centrality degree ”. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui networkcentralitydegree. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. b. Sentralitas global adalah derajat yang menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu dalam sistem. Dengan menggunakan software UCINET VI, nilai sentralitas global diperoleh melalui “centrality closeness ” yaitu diperoleh melalui networkcentralitycloseness. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. c. Kebersamaan betweenees adalah derajat yang menunjukkan kemampuan individu untuk menjadi perantarapenghubung antara satu aktor dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Dengan menggunakan UCINET VI Nilai betweeness diperoleh melalui networkcentrality and powerbetweeness. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. d. Hubungan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. connectedness dapat menjadi ukuran yang berguna untuk tentang ketergantungan dan kerentanan individu, Hanneman and Riddle 2005. Dengan menggunakan UCINET VI Nilai connetedness diperoleh melalui networkcentrality and powerinformation centrality . Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. 2. Untuk melihat hubungan karakteristik personal pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, fasilitas bantuan produksi yang diterima pembudidaya ikan, perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dengan jaringan komunikasi menggunakan analisis korelasi Rank Spearman, diolah dengan alat analisis software SPSS 17.0. Hasil dan Pembahasan Karakteristik pembudidaya ikan Untuk menganalisis hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, diperlukan juga data karateristik, persepsi dan fasilitas produksi. Karakteristik pembudidaya ikan patin yang menjadi responden dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 36. Karakteristik internal pembudidaya ikan Karakteristik Personal Kategori Skore Kategori Jumlah Persentase Umur Rata-rata =42,96 Kurang produktif Produktif Belum produktif 65 tahun 17 – 65 tahun 17 tahun 1 89 1 99 Pendidikan formal Rata-rata = 10,5 th Rendah Menengah Tinggi 1 – 9 tahun 10 – 12 tahun 12 tahun 43 32 15 48 36 17 Pendapatan Rata-rata = Rp.4.453750,- Rendah Sedang Tinggi 2.juta 2 juta s.d 3.5 juta 3.5 juta 9 29 52 10 32 58 Tanggungan keluarga Rata-rata=4,41 jiwa Sedikit Sedang Banyak 4 4-6 6 56 13 21 62 14 23 Pengalaman berusaha Rata-rata= 10 tahun Rendah Sedang Lama 3 tahun 3 s.d 6 tahun 6 tahun 1 11 78 1 12 87 Jumlah 90 100 Luas Kolam Rata-rata = 1174 m Kecil Sedang Luas 300 m 300 - 600 m 600 m 1 49 40 1 54 44 Jumlah 90 100 Curahan jam kerja Rata-rata= 2,11 jam Lama Sedang Sebentar 4 jamhari 2 s.d 4 jamhari 2 jam hari 5 85 - 6 94 - Persepsi pembudidaya ikan Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dilihat dalam dua aspek, yaitu aspek yang terkait dengan mendapatkan informasi produksi dan aspek yang terkait dengan informasi pemasaran perikanan. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping sangat berarti terhadap keberhasilan kegiatan pendampingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping Indikator Kategori Skore Kategori Persepsi terhadap pendamping swadaya Persepsi terhadap pendamping pemda Jumlah Jumlah Persepsi terhadap informasi produksi Sangat Aktif Aktif Sedang Tidak Aktif 4 3 2 1 15 35 40 17 39 44 2 24 36 28 2 27 40 31 Persepsi terhadap informasi pemasaran Sangat Aktif Aktif Sedang Tidak Aktif 4 3 2 1 10 40 35 5 11 44 39 6 2 12 25 51 2 13 28 57 Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping yang ditugaskan oleh pemerintah daerah dan pendamping swadaya sangat berbeda. Perbandingan keaktifan kinerja pendamping swadaya labih aktif daripada pendamping pemda, baik dalam memberikan informasi produksi atau informasi pemasaran. Fasilitas produksi Bantuan fasilitas produksi dalam kegiatan pemberdayaan adalah bantuan yang diterima pembudidaya ikan untuk melakukan kegiatan produksi perikanan yang diterima dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Perikanan dan bantuan dari pihak swasta dari CSR PT.Telkom. Adapun bantuan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan yang di identifikasi adalah bantuan benih ikan patin dan bantuan pinjaman modal usaha dengan sistem bergulir diantara pembudidaya ikan yang menjadi anggota forum komunikasi mitra binaan PT.Telkom. Tabel 38. Fasilitas bantuan produksi yang diterima oleh pembudidaya ikan Fasilitas produksi Kategori Skore Kategori Jumlah Persentase Fasilitas dari pemda Sedikit Sedang Banyak 7.500 benih 7.500 – 15.000 15000 benih 47 11 31 52 12 36 Fasilitas dari PT. Telkom Sedikit Sedang Banyak 20 Juta 20 Juta s.d 40 Juta 40 s.d 60 Juta 2 49 39 2 55 4 Jaringan Komunikasi dalam Usaha Budidaya Perikanan Pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid membentuk jaringan komunikasi sebagai upaya dalam mengatasi kelangkaan informasi mengenai usaha budidaya perikanan. Jaringan komunikasi yang terbentuk dari interaksi antara pembudidaya ikan atau diluar anggota pembudidaya ikan bertujuan untuk membantu mereka dalam memenuhi berbagai kebutuhan informasi usaha pembudidayaan ikan yang mereka jalankan. Jaringan komunikasi yang terbentuk merupakan bentuk interaksi pembudidaya ikan yang menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam memberi, menerima dan menyebarluaskan sebuah informasi. Pola interaksi antar pembudidaya ikan menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam memberi dan menerima serta menyebarluaskan informasi. Analisis terhadap hubungan jaringan komunikasi dengan berbagai indikator peubah akan memberikan gambaran bagaimana hubungan saling mempengaruhi. Menurut Scott 2000, derajat pengukuran sentralitas terdiri dari derajat beragam individu dalam sosiogram yang dapat menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan mereka. Pengukuran Sentralitas bertujuan untuk mengidentifikasi posisi atau lokasi serta karakteristik aktor node dalam suatu jaringan komunikasi Hatala, 2006. Dari pengukuran sentralitas akan diperoleh derajat beragam individu dalam sosiogram yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya suatu individu dengan lingkungannya. Sentralitas juga dapat digunakan untuk mengukur keterunggulan individu dalam sistem. Dalam penelitian ini pengukuran sentralitas meliputi sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan betweeneess dan hubungan connectedness mengenai informasi produksi dan informasi pemasaran usaha pembudidayaan Tabel 39. Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan berdasarkan topik jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran pada pembudidaya ikan Indeks Jaringan komunikasi Isu atau topik Jaringan Komunikasi Keseluruhan Topik Produksi Pemasaran Sentralitas lokal Rata-rata 8.3 8.2 9.6 Maksimum 100 77 100 Minimum 1 1 Sentralitas Global Rata-rata 5358 5220 5288 Maksimum 10100 9506 10100 Minimum 155 117 100 Betweeneess Rata-rata 89 62.6 66.3 Maksimum 1106 778 823 Minimum Nilai node minimum 45 46 46 Connectedness Rata-rata 5.8 5.4 6.6 Maksimum 9.8 8.9 11.2 Minimum 2.8 2.9 3.5 Perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset Implementasi kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan di desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar dilaksanakan sebagai suatu wadah yang diharapkan mampu memberikan fasilitasi terhadap proses perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dengan harapan pembudidaya ikan memperoleh manfaat sosial ekonomi yang terukur, yaitu : 1. Pendekatan perbaikan taraf hidup, dengan pembangunan sistem pengembangan akses permodalan masyarakat melalui kelembagaan Ekomomi Masyarakat Desa yang diharapkan akan memperbaiki dan memacu kehidupan perekonomian masyarakat. 2. Pendekatan peningkatan pola pikir, dengan proses pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengorganisasian dan penguatan kapasitas komunitas dampingan menuju keberlanjutan program pengembangan komunitas yaitu prospek kemampuan komunitas dalam mengelola kegiatan pemberdayaan secara mandiri. Tabel 40. Perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan Variabel Indikator Tahap perubahan Persiapan Penumbuhan Taraf penghidupan livelihood Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan 6.2 4.0 6.0 5.0 6.9 6.7 7.8 8.9 Pola pikir mindset Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi teknologi Kebiasaan menabung Kepercayaan diri Pendidikan Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis 3.6 2.9 3.5 3.7 6.7 3.3 6.5 5.3 5.6 5.2 7.1 7.7 5.5 7.7 Hubungan Jaringan Komunikasi dan Karakteristik Pembudidaya Ikan Penelitian ini menguji hubungan antara jaringan komunikasi dengan karakteristik individu pembudidaya ikan dengan menggunakan korelasi Spearman. Penggunaan uji korelasi Spearman dikarenakan baik variabel karakteristik individu pembudidaya ikan maupun variabel jaringan komunikasi merupakan data skala rasio yang diolah menjadi data ordinal. Sentralitas Lokal Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan mereka. Derajat ini menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan individu lain yang berada dalam lingkungan terdekatnya. Menurut Freeman 1979 dalam Scott 2000 Local centrality atau sentralitas lokal memperhatikan keunggulan relatif individu yang menjadi star dalam hubungan pertetanggaan. Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara karakteristik personal pembudidaya ikan patin dengan sentralitas lokal. Hasil uji korelasi spearman terhadap kedua variable tersebut dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Sentralitas Lokal Karakteristik Personal Sentralitas Lokal Umur 0.061 Pendidikan formal 0.252 Pendapatan 0.276 Tanggungan keluarga 0.206 Pengalaman berusaha 0.153 Luas Kolam 0.125 Curahan jam kerja -0.027 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Berdasarkan Tabel 41, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata dan negatif antara pendidikan formal dengan sentralitas lokal dengan koefisien korelasi nilai r = 0.252 ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan formal pembudidaya ikan dalam mengelola usaha budidaya perikanannya, maka semakin tinggi pula ikatan hubungan komunikasi yang dibuat oleh pembudidaya ikan dalam lingkungan terdekatnya. Hal ini memberikan arti bahwa pendidikan formal yang tinggi dalam komunitas pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, adalah individu yang memiliki kemampuan tinggi dalam membangun banyak komunikasi dengan individu pembudidaya ikan yang lain. Terdapat hubungan yang sangat nyata dan positif antara pendapatan dan tanggungan keluarga dengan sentralitas lokal dengan nilai koefisien korelasi r = 0.276 dan r = 0.206 ini berarti semakin tinggi pendapatan dan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi kemampuan orang tersebut untuk menghubungi orang lain dalam lingkungan terdekat. Semakin tinggi pendapatan dan banyaknya tanggungan keluarga pembudidaya ikan semakin memungkinkan petani tersebut untuk berperan sebagai star atau pusat perhatian dalam lingkungan terdekatnya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya anggota keluarga yang dapat berhubungan dan mengubungkan sesama pembudidaya ikan sehingga kepala keluarga pembudidaya ikan terdorong untuk aktif berinteraksi dengan sesama dalam mencari, memberi dan meyebarkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan produksi dan pemasaran budidaya perikanan. Tingginya pendapatan dan banyaknya anggota keluarga juga menyebabkan banyaknya pengeluaran sehingga kebutuhan ekonomi rumah tangga lebih tinggi, ini juga mendorong seseorang untuk aktif berinteraksi dalam lingkungannya dalam upaya membangun banyak hubungan komunikasi agar terbukanya peluang-peluang yang memungkinkan sebagai sumber ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tabel 41 juga menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara umur, pengalaman berusaha, luas kolam dan curahan jam kerja dengan central lokal, ini berarti central lokal atau derajat banyaknya hubungan yang dapat dibuat oleh individu pembudidaya ikan dengan individu yang lain tidak terlalu dipengaruhi oleh umur, pengalaman berusaha, luas kolam dan curahan jam kerja. Sentralitas Global Sentralitas global merupakan derajat yang menunjukkan banyaknya jalur yang harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu lain dalam sistem. Derajat sentralitas global dapat memberikan petunjuk mengenai siapa-siapa saja di dalam sebuah sistem yang dapat menjadi kunci penyebar informasi. Selanjutnya, hubungan antara karakteristik individu pembudidaya ikan dengan sentralitas global dapat dilihat pada Tabel 42 berikut ini. Tabel 42. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Sentralitas Global Karakteristik Personal Sentralitas Global Umur -0.044 Pendidikan formal -0.076 Pendapatan -0.277 Tanggungan keluarga -0.039 Pengalaman berusaha 0.096 Luas Kolam -0.226 Curahan jam kerja -0.202 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Tabel 42 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara pendapatan pembudidaya ikan dengan sentralitas global dengan nilai koefisien korelasi r = -0,277. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan individu pembudidaya ikan maka semakin pendek “distance” yang harus dilalui individu pembudidaya ikan untuk menghubungi semua individu dalam kelompoknya. Semakin rendah nilai sentralitas global menunjukkan semakin pendek “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam lingkungannya sebaliknya, semakin tinggi nilai sentralitas global menunjukkan semakin panjang “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem Scott 2000. Semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin pendek jarak atau “distance” yang harus dilalui oleh pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem. Ini berarti, semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin tinggi kemampuan pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh pembudidaya ikan lainnya. Hal ini terjadi karena, pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan lebih tinggi memiliki kemandirian dalam mengakses sumber informasi yang dibutuhkan. Mereka mampu mengakses berbagai informasi yang mereka perlukan baik dengan lingkungan terdekatnya maupun di lingkungan yang lebih luas atau di luar sistem sekalipun. Keadaan seperti ini memungkinkan bagi pembudidaya ikan memiliki jarak atau “distance” yang singkat untuk menghubungi pembudidaya ikan lain, dengan artian makin singkatnya jarak untuk menghubungi seseorang maka semakin mudah komunikasi dapat berlangsung dengan individu lain dalam lingkungannya. Luas kolam berhubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai sentralitas global dimana, nilai koefisien korelasi r = -0,206 Artinya, semakin luas kolam ikan yang dimiliki pembudidaya ikan maka semakin pendek jarak yang diperlukan oleh individu pembudidaya ikan untuk menghubungi individu lain dalam