KERANGKA TEORITIS DAN EMPIRIS Tinjauan Pustaka
an bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu
masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma
pembangunan yang dipilih oleh suatu negara. Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa
komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Rogers 1976 menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang
berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa
komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu
peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya, kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak
pembangunan. Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan
batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk
merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan,
bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide- ide atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan,
yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan.
Dengan demikian pembangunan di negara berkembang seperti Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia, harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi
harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subyek maupun sebagai
obyek pembangunan.
Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Komunikasi yang memuat berbagai informasi pembangunan, termasuk dari sisi sebaliknya, seharusnya mengkomunikasikan tentang permasalahan dan
kebutuhan masyarakat lokal dari bawah, hal ini merupakan hal yang penting dalam pembangunan perikanan. Setiap strategi komunikasi hendaknya
berdasarkan berbagai asumsi dan mensyaratkan kondisi tertentu.
Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena melalui pemberdayaan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik,
apabila pemberdayaan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan model pemberdayaan partisipative yang dapat dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan,
terutama dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan. Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka 1996, manusia adalah subyek
dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat, agar menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus
ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Menurut Sumodiningrat 1999, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak
yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Pemberdayaan sebagaimana dikemukakan Ife 1995 memiliki dua konsep berbeda yaitu kekuasaan dan kekurang beruntungan. Pertama, pemberdayaan
dilihat dari pemberian kekuasaan pada individu atau kelompok. Mengizinkan mereka menentukan kekuatan di tangan mereka sendiri. Kedua pemberdayaan
dilihat dari kekurang beruntungan, ini lebih dilatar belakangi pada struktur sosial yang mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ruang yang memadai untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan wilayahnya. Pemberdayaan adalah salah satu tujuan dari pengembangan masyarakat, dengan cara memberikan
sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan untuk
berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan kamunitasnya
Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut Ife 2002:
1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang
opresif. 2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya seseorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of the game’ tertentu.
3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap
praktek-praktek dan struktur yang elitis. 4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta
menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial. Hakikat dari konseptualisasi pemberdayaan empowerment berpusat pada
manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep
pemberdayaan sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses
aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable
” Chambers 1992. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakanan. Dengan kata lain,
pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
tersebut dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering dengan menyediakan masukan input dan pembukaan akses ke dalam
berbagai peluang opportunities yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Upaya yang amat pokok dalam pemberdayaan adalah peningkatan
taraf pendidikan, derajat kesehatan, dan akses ke sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat
dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang juga penting dilakukan. Aspek yang terpenting adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam
proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Pemberdayaan masyarakat sangat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, dan pengamalan demokrasi. Friedman 1992 menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an alternative
development, places the emphasis an autonomy in the decision marking of
territorially organized communities, local self-reliance
but not autarchy, direct participatory democracy, and experiential sosial learning.
” 3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Pemberdayaan
masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin bergantung pada berbagai program pemberian charity. Hal ini karena pada dasarnya setiap
apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.
Jan Servaes mengaitkan konsep pemberdayaan dalam perencanaan sosial dan komunikasi partisipatif adalah pada partisipasi dalam pengambilan keputusan
kolektif. Pemberdayaan meyakinkan bahwa masyarakat mampu membantu dirinya sendiri.
Salah satu konsep pemberdayaan yang sangat luas digunakan saat ini adalah pemberdayaan sebagai pusat pengorganisasian konsep. Ketidakadilan
kekuasaan merupakan permasalahan sentral yang harus dipecahkan dalam pembangunan. Selanjutnya pemberdayaan didefinisikan sebagai sebuah proses
dalam mana secara individual dan organisasional memperoleh pengawasan dan penguasaan kondisi sosial ekonomi yang lebih banyak, dengan partisipasi
demokrasi yang lebih tinggi dalam komunitasnya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat menurut Friedmann 1992, dimaknai sebagai mendapat kekuatan dan mengkaitkannya dengan kemampuan golongan miskin
untuk mendapatkan akses ke sumber sumber seperti : jaringan sosial, organisasi sosial, informasi, surplus waktu, alat produksi, pengetahuan dan keterampilan,
ruang hidup yang dapat dipertahankan, sumber daya keuangan yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem. Akses tersebut digunakan untuk mencapai
kemandirian dalam pengambilan keputusan.
Mengacu pada pendapat Friedmann 1992, konsep pemberdayaan dapat didefenisikan sebagai upaya berupa proses, strategi, program atau metode yang
ditujukan untuk membantu masyarakat miskin menuju pada kemandirian melalui pendistribusian kembali kekuatan yang dibutuhkan, yang dapat diwujudkan
melalui: gotong royong, kerjasama, kegiatan kelompok, kemitraan dan aktivitas sejenisnya yang disepakati dan didukung bersama yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan individu individu anggota masyarakat. Pemahaman tentang pemberdayaan tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan merupakan
suatu proses tepat jika diaplikasikan untuk mengembangkan komunitas-komunitas tertentu yang mengalami ketertinggalan.
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan individu dan sosial. Menurut Hikmat 2004 pemberdayaan mengesankan arti adanya sikap mental
yang tangguh dan kuat. Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut.
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya bahkan merupakan suatu keharusan untuk lebih diberdayakan
melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka Hikmat 2004.
Slamet 2003 memberikan pengertian pemberdayaan adalah kemampuan, berdaya, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, dapat memanfaatkan
peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap
informasi dan mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat
agar mampu menggali potensinya dan berani bertindak mengembangkan diri, sehingga terbentuk kemandirian dan tidak tergantung dengan pihak lain.
Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat
perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat
setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan kreatifitas maupun perspektif profesional.
Bentuk-bentuk komunikasi pembangunan yang partisipatif dalam konsep pemberdayaan menurut Serveas 2002 mencakup forum dialog akar rumput
grassroots dialog forum, fungsi baru komunikasi pada media partisipatif participatory media, berbagi pengetahuan secara setara knowledge-sharing on a
co-equal basis
, dan model komunikator pendukung pembangunan Development Support Communication
. Dialog akar rumput grassroots dialog didasarkan atas kaidah partisipasi untuk mempertemukan sumber dan agen perubahan langsung
dengan masyarakat. Metode yang digunakan adalah penyadaran conscientization melalui dialog. Lebih jauh lagi masyarakat diajak untuk merumuskan
permasalahan dan menemukan pemecahannya sekaligus pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan permasalahan. Berkaitan dengan hal ini komunikator sekaligus
berperan sebagai pembebas masyarakat dalam proses pembangunan.
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang
mereka kembangkan. Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-
lain. Lembaga-lembaga adat yang sudah ada sebaiknya perlu dilibatkan karena lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan kemampuannya saja.
Supaya proses pemberdayaan dapat dijalankan sesuai dengan harapan dan output dari berbagai program pembangunan, maka diperlukan model komunikasi
pembangunan yang dapat menyampaikan berbagai pesan pembangunan yang dapat dimaknai oleh para pelaku pembangunan sebagai suatu yang penting untuk
dilaksanakan sehingga mampu mencapai tujuan dari pembangunan tersebut.
Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi communication network adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses
pengiriman dan penerimaan informasi Rogers Kincaid 1981. Menurut Aziz 2002 jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-
individu dalam sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut sehingga membentuk pola-pola atau model
jaringan komunikasi tertentu.
Hanneman dan McEver 1975 menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau
lebih. Ditegaskan pula oleh Lin dan Ronald 1975 bahwa bila dua orang atau lebih ikut serta dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan, maka mereka
terlibat dalam suatu jaringan komunikasi.
Rogers dan Rogers 1976 menyatakan bahwa suatu jaringan terjadi dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain melalui arus
komunikasi yang terpola. Diperjelas lagi oleh Schramm 1964 bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain,
saling mempengaruhi dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.
Feldman dan Arnold 1983 membedakan jaringan komunikasi menjadi dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal menyerupai struktur organisasi dan
jaringan komunikasi informal yang disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi. Sajogyo dan Sajogyo 1996 mengistilahkan jaringan komunikasi
informal sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa.
Jaringan komunikasi adalah penggambaran “how say to whom” siapa
berbicara kepada siapa dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka
opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa,
sebuah organisasi, ataupun sebuah perusahaan Gonzales, 1993.
Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers 2003 adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang
dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Knoke dan Kuklinski 1982 melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus
merangkai individu-individu. obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan Farace Berger Chaffe 1987 melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola
yang teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya.
Model komunikasi konvergen mengarah kepada suatu perspektif hubungan komunikasi antar manusia yang bersifat interpersonal. Oleh karena itu
hubungan-hubungan yang terbentuk merupakan suatu rangkaian jalinan yang interaktif. Model komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai
proses dimana partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu sama lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid
1979 dalam Rogers Kincaid 1981 komponen utama pada model ini adalah informasi, ketidakpastian, konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama,
aksi kolektif dan keterhubungan jaringan. Untuk lebih jelas, komponen dasar komunikasi konvergen dapat diilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Komponen dasar model komunikasi konvergen sumber : Kincaid, 1979 dalam Rogers Kincaid 1981.
Penelitian jaringan komunikasi merupakan penelitian komunikasi yang menggunakan model komunikasi konvergen. Karena, dalam penelitian jaringan
komunikasi menginvestigasi dua aspek yang mengimplikasikan model konvergen yakni 1 kealamiahan dinamika komunikasi manusia sepanjang waktu
2 pertukaran konten informasi. Tujuan penelitian komunikasi yang menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah 1 untuk memahami gambaran
umum mengenai interaksi manusia di dalam sistem sosial, 2 untuk mengidentifikasi struktur komunikasi yang ada di dalam sistem sosial Rogers
Kincaid 1981.
Rogers dan Kincaid 1981 membedakan struktur jaringan komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari Radial Person Network dan jaringan personal
saling mengunci Interlocking Personal Network. Jaringan personal yang memusat interlocking mempunya derajat integrasi yang tinggi. Jaringan personal
yang menyebar radial mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Rogers dan Kincaid
menegaskan, individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi interlocking terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang terbuka terhadap
lingkungannya. Jaringan personal radial memiliki kepadatan yang sedikit dan lebih terbuka terhadap pertukaran informasi pada lingkungan dan memungkinkan
individu fokal untuk bertukar informasi dengan lingkungan yang lebih luas. Jaringan radial berisikan orang-orang yg memiliki kenalan berjarak jauh ikatan
lemah yang berguna sebagai saluran untuk memperoleh informasi. Ikatan yang lemah memiliki banyak bridge yang menghubungkan dua atau lebih klik. Ikatan
yg lemah memiliki peran yang sangatpenting karena mengantarkan informasi- informasi baru. Jaringan personal radial sangat penting dalam difusi inovasi
karena link-link yang ada mencapai seluruh sistem, sementara jaringan mengunci interlocking lebih tumbuh ke arah dalam secara alamiah. Sistem yang tumbuh ke
arah dalam merupakan jaringan yang sangat miskin untuk menangkap informasi baru dari suatu lingkungan Rogers 2003.
Jaringan adalah struktur sosial yang diciptakan oleh komunikasi antara individu dan kelompok Littlejohn 1992. Rogers dan Kincaid 1981
menambahkan bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi, Di mana data relasional mengenai
arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Baginya, sistem sosial adalah satu set unit yang
saling terkait yang terlibat dalam pemecahan masalah bersama untuk mencapai tujuan.
Pengertian ini menunjukkan jaringan komunikasi hanyalah alat, bukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian jaringan. Hasil yang diperoleh
dalam analisis jaringan komunikasi berupa struktur dan pola komunikasi dalam suatu sistem. Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk
menghadapi ketidakpastian yang mereka hadapi Lubis 2000.
Cara pengumpulan data dalam jaringan komunikasi adalah dengan mengajukan pertanyaan sosiometri, yaitu pertanyaan dari siapa seseorang
mendapatkan informasi tertentu. Berdasarkan pengalaman agar jaringan dapat dibuat sosiogramnya sebaiknya orang tersebut diminta untuk menunjuk paling
sedikit tiga orang sumber informasinya. Hasil yang diperoleh berupa sosiogram
yang merupakan ilustrasi hubungan “siapa berinteraksi dengan siapa” atau menggambarkan interaksi dalam suatu jaringan sosial, sangat berguna untuk
menelusuri aliran informasi ataupun difusi suatu inovasi.
Dari penjelasan dan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa jaringan komunikasi adalah hubungan antar individu-individu yang ada dalam suatu
masyarakat sebagai wujud dari terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi dalam masyarakat yang
menekuni berbagai bidang tertentu.
Peranan Jaringan Komunikasi dalam Proses Perubahan Perilaku
Peranan jaringan komunikasi dapat menjelaskan hubungan antar individu yang melakukan interaksi komunikasi. Dalam jaringan komunikasi dapat
dijelaskan bahwa, terdapat pemuka-pemuka opini, yaitu orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik
pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang mereka pengaruhi, Jika pemuka opini terdapat dalam kelompok-kelompok yang bersifat
inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelompok, meskipun pemuka opini seringkali bukan termasuk inovator yang pertama kali
menerapkan inovasi. Dipihak lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok- kelompok yang konservatif juga bersikap agak konservatif Gonzales 1993.
Peran pemuka pendapat atau opinion leader dalam proses diffusi inovasi suatu teknologi yang akan diterapkan oleh masyarakat memegang peran yang
sangat penting karena pada proses difusi, yaitu proses masuknya inovasi dalam suatu kelompok masyarakat peran dan dukungan pemuka opini bagian penting
yang perlu diperhatikan, karena pada umunya salah satu keberhasilan penerapan inovasi teknologi baru, disebabkan mendapat dukungan pemuka-pemuka opini
yang menyokong perubahan. Akan tetapi, pada beberapa kasus tertentu para pemuka opini opinion leader menentang pengadopsian suatu inovasi sehingga
juga dapat memperlambat bahkan menghambat perubahan.
Proses Komunikasi pada Jaringan Komunikasi
Proses komunikasi pada jaringan komunikasi merupakan suatu proses yang dua arah dan interaktif diantara partisipan-partisipan yang terlibat. Berlo
1960 menganggap partisipan-parsitisipan ini sebagai transciever, karena keduanya mengirim dan menerima pesan-pesan. Jadi tidak hanya menjalankan
satu fungsi sebagai penerima atau pengirim pesan belaka. Proses komunikasi yang terjadi dalam jaringan komunikasi dapat dijelaskan dengan menggunakan model
konvergen sebagai berikut Berlo 1960; Rogers Kincaid 1981 : a. Satu informasi bisa mengandung beberapa pengertian tergantung pada
konteksnya, dan untuk mengambil pengertian tergantung pada “frame of reference
”. b. Terciptanya kesamaan makna akan suatu informasi antara komunikator dan
komunikan merupakan tujuan utama berkomunikasi. c. Hubungan interaktif antara komunikator dengan komunikan menggunakan
saluran jaringan komunikasi, yaitu saluran untuk menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain.
Dapat dijelaskan bahwa proses komunikasi akan terjadi bila ada kesamaan pengertian terhadap informasi dari pelaku-pelaku yang berkomunikasi dengan
menggunakan jaringan komunikasi yang menghubungkan individu dengan inidividu, atau individu dengan kelompok. Atau proses komunikasi untuk
menciptakan kebersamaan, memunculkan “mutual understanding” dan persetujuan yang sama sehingga terbentuk tindakan dan perilaku yang sama yang
melandasi jaringan komunikasi.
Analisis Jaringan Komunikasi
Rogers dan Kincaid 1981 menjelaskan bahwa analisis jaringan komunikasi adalah merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur
komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi
dianalisa menggunakan beberapa tipe hubungan hubungan interpersonal sebagai unit analisa. Tujuan penelitian komunikasi menggunakan analisis jaringan
komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah : 1 mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, 2 mengidentifikasi
peranan khusus seseorang dalam jaringan komunikasi, misalnya sebagai liaisons, bridges
dan isolated, dan 3 mengukur berbagai indikator indeks struktur komunikasi, seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan
sebagainya. Klik dalam jaringan komunikasi adalah bagian dari sistem sub sistem dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain
dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi Rogers Kincaid 1981.
Dalam proses difusi, untuk mendapatkan informasi bagi anggota kelompok, dalam jaringan komunikasi terdapat peranan-peranan sebagai berikut
Rogers Kincaid 1981 : 1. Liaison Officer LO, yaitu orang yang menghubungkan dua atau lebih
kelompoksub kelompok, akan tetapi LO bukan anggota salah satu kelompoksub kelompok.
2. Gate keeper, yaitu orang melakukan filtering terhadap informasi yang masuk sebelum dikomunikasikan kepada anggota kelompoksub kelompok.
3. Bridge, yaitu anggota suatu kelompoksub kelompok yang berhubungan dengan kelompok sub kelompok lainnya.
4. Isolate, yaitu mereka yang tersisih dalam suatu kelompoksub kelompok 5. Kosmopolit, yaitu seseorang dalam kelompoksub kelompok yang
menghubungkan kelompoksub kelompok dengan kelompoksub kelompok lainnya atau pihak luar.
6. Opinion Leader, yaitu orang yang menjadi pemuka pendapat dalam suatu kelompoksub kelompok
Sementara itu yang dimaksud dengan klik adalah bagian dari sistem sub sistem dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain
dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi. Sebagai dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukkan ke dalam
suatu klik, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu : 1 setiap klik minimal harus terdiri dari tiga anggota, 2 setiap klik
minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50 persen dari hubungan- hubungan di dalam klik, dan 3 seluruh anggota klik baik secara langsung
maupun tidak langsung harus saling berhubungan melalui satu rantai hubungan dyadic
yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik Rogers Kincaid 1981.
Scott 2000 menyatakan indikator terhadap jaringan dapat dilihat dari beberapa derajat pengukuran yakni :
1. Koneksi connectedness
Connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem
berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan
kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Sementara itu, Hanneman dan Riddle 2005 menyatakan bahwa konektivitas menghitung banyaknya node yang
harus dihilangkan agar satu individu dapat mencapai individu lainnya. Jika ada berbagai jalur yang berbeda yang menghubungkan dua individu maka, mereka
memiliki “konektivitas” yang tinggi dalam arti bahwa ada beberapa cara untuk mencapai dari satu individu ke individu yang lain. Konektivitas dapat menjadi
ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan dan kerentanan individu.
2. Keterjangkauan reachability Reachability
adalah jumlah hubungan yang menghubungkan seorang individu dengan individu lain dalam jaringan. Sementara itu, Hanneman dan
Riddle 2005 menyatakan ba hwa seorang individu dapat dikatakan “terjangkau”
jika terdapat seperangkat hubungan untuknya yang dapat dilacak dari sumber ke individu yang menjadi target. Reachability memberitahu kita apakah dua individu
dihubungkan atau tidak dengan cara baik langsung atau tidak langsung melalui jalur dari setiap length.
3. Resiprositas reciprocity
Reciprocity adalah persetujuan dua orang tentang eksistensi hubungan
mereka. Sementara itu, Hanneman dan Riddle 2005 melihat hal penting dalam sebuah hubungan dyad yang langsung adalah melihat sejauhmana sebuah
hubungan saling berbalasan. Pengukuran resiprositas pada jaringan biasanya merupakan pendekatan yang difokuskan pada analisis dyad dengan
mempertanyakan proporsi pasangan yang memiliki ikatan yang timbal-balik diantara mereka. Tetapi dalam struktur jaringan yang besar dengan populasi yang
banyak biasanya kebanyakan individu tidak memiliki ikatan yang langsung pada sebagian besar individu lainnya, sehingga lebih bijak jika pengukuran difokuskan
pada derajat resiprositas diantara pasangan yang memiliki ikatan. Selain menganalisis ikatan yang berumpan balik di level individu, juga dapat melihat
seberapa banyak ikatan yang terlibat dalam struktur yang memiliki umpan-balik ber-resiprositas dan ini disebut dengan dyad method.
4. Kepadatan density
Konsep kepadatan atau konsep density menggambarkan level umum keterhubungan individu dalam sebuah sosiogram. Analisis kepadatan dapat
dianggap sama dengan hubungan di sekitar individu tertentu. Density adalah keseluruhan jarin
gan tetapi bukan sesederhana “personal network” dari node agen. Untuk mengukur kepadatan dapat digunakan dua rumus yakni untuk
kepadatan yang memuat hubungan tidak langsung dan kepadatan yang memuat hubungan langsung. Kepadatan juga dapat diukur pada jenis data biner dan data
yang bernilai atau multiply. Kepadatan pada jaringan yang biner adalah proporsi sederhana dari kemungkinan semua ikatan yang benar-benar hadir. Untuk jaringan
bernilai kepadatan didefinisikan sebagai jumlah dari ikatan yang ada dibagi dengan banyaknya ikatan yang mungkin terjadi. Kepadatan jaringan dapat
memberi kita wawasan dalam fenomena seperti kecepatan dimana informasi berdifusi antara individu, dan sejauhmana pelaku memiliki tingkat modal sosial
atau kendala sosial Hanneman Riddle 2005.
5. Sentralitas centrality
Sentralitas merupakan pengukuran terhadap jaringan komunikasi yang ditemukan dalam konsep sosiometric
sebagai “star” yakni orang yang “populer”
dalam kelompoknya atau yang berdiri di pusat perhatian. Individu yang menjadi “star” berlokasi pada pusat jika memiliki sejumlah hubungan yang besar dengan
individu lainnya dalam lingkungan yang dekat. Derajat pengukuran sentralitas terdiri dari derajat beragam individu dalam sosiogram yang dapat menunjukkan
seberapa baik terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan lokal mereka, sehingga sentralitas juga dapat digunakan untuk mengukur keterungulan
seseorang dalam sistem.
Sentralitas dibagi menjadi dua, sentralitas lokal local centrality dan sentralitas global global centrality. Sentralitas lokal adalah derajat dimana
seorang individu berhubungan dengan individu lain dalam sistem. Sentralitas lokal menjelaskan jumlah hubungan yang dapat dibuat individu dengan individu
lain dalam sistem. Menurut Freeman 1979 dalam Scott 2000, sentralitas lokal dapat bersifat relatif. Hal ini akan menjadi sangat penting jika ukuran kelompok
tidak sama. Local centrality atau sentralitas local memperhatikan keunggulan relatif dari individu fokus dalam hubungan pertetanggaan.
Freeman 1979 dalam oleh Scott 2000 telah mengusulkan pengukuran sentralitas global berdasarkan pada istilah seputar “closeness” atau kedekatan dari
individu. Pengukuran sentralitas global Freeman diekspresikan dalam istilah “distance” diantara beragam individu. Global centrality atau sentralitas global
memperhatikan keunggulan individu dengan keseluruhan jaringan. Nilai sentralitas global menunjukkan jumlah ikatan yang dibutuhkan seseorang untuk
menghubungi semua individu dalam jaringan. Semakin kecil nilai sentralitas global menujukkan semakin mudah bagi seseorang untuk menghubungi semua
individu dalam jaringan.
6. Kebersamaan betweeness
Freeman 1979 dalam Scott 2000 mengusulkan konsep betweenness. Konsep ini mengukur sejauh mana individu tertentu terletak diantara individu-
individu lain pada sosiogram. Betweenness dari individu mengukur keberadaan agen yang dapat memainkan bagian potensial sebagai „broker’ atau „gatekeeper’
untuk mengukur semua titik lainnya. Pendekatan Freeman mengenai betweenness dibangun sekitar konsep
“local depedency” atau konsep “ketergantungan lokal”. Seorang individu akan tergantung dengan lainnya jika path yang menghubunginya
pada individu lain melewati individu tersebut. Keseluruhan “betweenness” dihitung sebagai sebagian jumlah dari nilai dalam kolom matrik.
Model Komunikasi Pembangunan
Qulub 2010 menyatakan bahwa model secara sederhana adalah “gambaran” yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Sedangkan komunikasi
dan pembangunan dua hal yang saling berkaitan. Pengertaian tentang model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komunikasi lainnya. Penyajian model ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami
proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam sistem.
Komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang kepada khalayak guna mengubah sikap, pandangan atau perilakunya dalam rangka
meningkatkan kemajuan lahiriah dan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan oleh seluruh rakyat. Dalam arti luas komunikasi pembangunan meliputi
peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara
timbal balik diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan,
kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya cara, serta tehnik
penyampaian gagasan, dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Dengan
demikian, dalam penelitian ini konsep dari model komunikasi pembangunan adalah gambaran mengenai proses komunikasi dalam suatu kegiatan proses
pembangunan agar dapat diketahui bahwa melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi pada sebuah kegiatan
sosialisasi kebijakan pembangunan.
Komunikasi pembangunan perikanan sebagai upaya mewujudkan pembangunan perikanan yang lebih baik dalam rangka kesejahteraan masyarakat
nelayan atau pembudidaya ikan seharusnya mengkomunikasikan sebenarnya apa yang menjadi permasalahan dan kebutuhan masyarakat, karena hal inilah yang
paling esensial dalam pembangunan perikanan. Untuk itu setiap strategi komunikasi bertolak atas berbagai asumsi dan mensyaratkan kondisi tertentu.
Permasalahannya selama ini adalah asumsi dan persyaratan tersebut tidak selalu sesuai dengan kondisi yang nyata dalam masyarakat yang sangat beragam,
sehingga kelompok masyarakat tersebut menjadi terpinggirkan dari sistem komunikasi yang ada.
Komunikasi di dalam aktifitas pembangunan, khususnya pada bidang pembangunan pertanian menurut Hornik 1988, memiliki beberapa peran di
antaranya adalah sebagai penghubung antar kelembagaan, penguat pesan, dan sekaligus sebagai akseletator dalam berinteraksi. Dalam konteks komunikasi
pembangunan pada pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar, maka ketiga peran komunikasi tersebut merupakan hal penting yang menjadi acuan dalam membuat
model komunikasi yang akan diaplikasikan. Ketiga peran komunikasi tersebut dianggap penting karena hal tersebut merupakan jawaban dari kelemahan yang
terjadi hingga saat ini, yaitu masih rendahnya akses komunikasi, khususnya di dalam pembangunan perikanan bagi komunitas pembudidaya ikan dalam kolam
yang ada di kawasan Koto Mesjid Kabupaten di Provinsi Riau.
Berbagai bentuk materi komunikasi yang selama ini tersedia sesungguhnya belum dapat dipahami atau diakses dengan optimal oleh. Materi
komunikasi dari luar baik berupa materi tercetak maupun elektronik, seperti brosur, leaflet, majalah atau program radio dan televisi, tidak dapat diakses baik
secara fisik maupun dari sisi komunikasi. Kendala dari sisi fisik disebabkan karena keberadaan masyarakat yang susah terjangkau secara geografis, sedangkan
kendala dari sisi berbahasa menyebabkan mereka sulitnya memahami isi content yang terkandung di dalamnya.
Konsep dan strategi pembangunan yang selama ini dijalankan, yang cenderung seragam secara nasional, belum mampu menjangkau pembudidaya
pembudidaya ikan secara memadai. Hal ini disebabkan karena strategi komunikasi informasi yang dijalankan dari atas ke bawah tersebut berbentuk seragam padahal
kondisi penerima audiens sangat beragam. Lebih jauh, berbagai asumsi dan prasyarat penerima receiver dari kebijakan strategi komunikasi tersebut tidak
mampu dipenuhi oleh sebagian masyarakat, termasuk oleh masyarakat pembudidaya ikan dalam kolam yang ada di Kabupaten Kampar.
Adopsi Inovasi
“Adoption is an decision to make full use of an innovation as the best course of action availabel”, Rogers 2003. Menurut van Den Ban dan Hawkins
1996, inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu hasil penelitian yang terakhir. Menurut
Spicer dalam Horton dan Hunt 1984 penolakan inovasi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1 pemaksaan, 2 tidak dipahami, dan 3 dinilai sebagai
ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
Menurut Satria 2002, perubahan teknologi perikanan secara antropologis sebagai suatu perubahan kebudayaan. Perubahan teknologi dapat terjadi melalui
adopsi atau inovasi. Dalam suatu proses inovasi, penemuan baru seorang individu
berupa alat dalam masyarakat disebut discovery, jika penemuan itu diakui dan diterima masyarakat, baru disebut invention. Antara discovery dan invention
membutuhkan waktu lama, karena masyarakat akan memastikan dulu kemanfaatan suatu temuan teknologi baru tersebut. Untuk menerima temuan baru
masyarakat perlu bukti apakah sudah ada orang yang pernah mencoba, apakah percobaan tersebut berhasil. Dalam konteks masyarakat pesisir, kecepatan
perubahan antara dua proses itu sangat tergantung pada tingkat risiko yang ditanggung. Bagi masyarakat pesisir katagori peasent, umumnya proses
perubahan discovery menjadi invention butuh waktu lebih lama seiring dengan karakteristiknya yang no risk dan safety first.
Menurut Wiriaatmadja 1978 terdapat lima tahapan dalam proses adopsi inovasi yaitu tahap kesadaran atau penghayatan awareness, tahap minat
interest, tahap penilaian evaluation, tahap percobaan trial, dan tahap penerimaan adoption. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
seluruh proses adopsi dari tahapan di atas, terdapat lima golongan yaitu a pelopor innovator b Pengetrap dini early adopter c Pengetrap awal
early majority d Pengetrap akhir late majority dan e Penolak laggard.
Keputusan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu melalui proses yang panjang. Menurut Mangkusubroto dan Trisnadi 1987 terdapat tiga
tahapan utama dalam analisa keputusan yaitu : 1. Tahap deterministik, pada tahap ini variabel-variabel yang mempengaruhi
keputusan perlu didefinisikan dan disaling hubungkan, perlu dilakukan penetapan nilai, dan selanjutnya tingkat kepentingan variable diukur, tanpa
terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidak pastiannya;
2. Tahap probabilistik, penetapan besarnya ketidakpastian yang melingkupi variabel-variabel yang penting, dan menyatakannya dalam bentuk suatu nilai.
Dalam tahapan ini juga dilakukan penetapan preferensi atas risiko. 3. Tahap informasional, intinya adalah meninjau kembali dari hasil dua tahap
sebelumnya guna menentukan nilai ekonomisnya bila kita ingin mengurangi ketidakpastian suatu variabel yang dirasakan penting.
Selanjutnya dilukiskan, garis besar langkah-langkah dalam analisa keputusan Mangkusubroto dan Trisnadi 1987:
Keputusan yang diambil setiap orang terhadap sesuatu hal, sangat dipengaruhi oleh beberapa kriteria hal tersebut. Menurut Raharjo 2007,
pemilihan kriteria untuk menentukan alternatif terbaik harus bersifat: a paling sedikit menyebabkan kerugian ekologi; b meningkatkan kesejahteraan orang
banyak; c menggunakan uang secara efisien; d meminimumkan pengeluaran; e memaksimalkan laba; f meminimumkan waktu, dan g meminimumkan
pengangguran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi
Adopsi inovasi teknologi dalam kegiatan pemberdayaan petani atau pembudidaya ikan dalam kegiatan usaha budidaya perikanan yang dijalankan
ditentukan oleh berbagai faktor, adapun faktor- faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi tersebut adalah :
1. Modal Adopsi setiap teknologi membutuhkan modal investasi. Tingkat adopsi
tergantung kepada ketersediaan modal. Makin tersedia modal yang dimiliki, makin tinggi tingkat adopsi. Menurut Mubyarto 2000 modal dapat menghasilkan
barang baru, atau merupakan alat untuk memupuk pendapatan sehingga timbul minatdorongan untuk menciptakan modal capital formation dengan cara
menyisihkan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk maksud produktif, dan bukan untuk maksud tindaka konsumtif. Oleh karena itu tinggi rendahnya
penyisihan dari hasil usaha yang merupakan pemupukan modal, akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap investasi atau adopsi inovasi.
2. Kredit Dasar dari sistem ekonomi modern termasuk yang berlaku di Indonesia
adalah agunan, bukan kepercayaan kecuali Bank Syariah. Setiap pemodal lenders akan menuntut adanya agunan colleteral dari setiap peminjam
borrowers Syafa’at et al, 2005. Bagi calon investor, jika modal kurang
tersedia, maka pengambilan kredit marupakan alternatif kedua. Dengan demikian ketersediaan kredit merupakan faktor yang menentukan terhadap keputusan
investasi.
3. Akses memperoleh alat Adakalanya suatu teknologi meskipun tergolong murah atau mudah
diaplikasikan, tapi kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena kesulitan masyarakat untuk memperoleh teknologi tersebut, misalnya karena
terlalu jauh untuk didapatkan. Menurut Lindner et al, 1982 dalam Soekartawi
Informasi Awal
Tahap Deterministik
Tahap probalistik
Tahap informasi
Keputusan Tindakan
Pengumpulan informasi
Gambar 3. Diagram Analisa Keputusan Mangkusubroto Trisnadi 1987
2005 variabel “jarak ke sumber informasi” mempengaruhi terhadap adopsi
inovasi. Artinya bahwa makin dekat sumber informasi inovasi tersebut berada, makin cepat adopsi inovasi, begitupula sebaliknya.
4. Akses mengoperasikan alat Menurut Soekartawi 2005, tingkat mudahsukarnya trialabilitas suatu
inovasi mempengaruhi terhadap tingkat adopsi. Artinya makin mudah inovasi dioperasikan, makin cepat adopsi inovasi tersebut. Oleh karena itu, agar proses
adopsi inovasi berjalan lebih cepat, maka penyajian inovasi baru harus lebih sederhana.
5. Keunggulan alat
Sifat adopsi inovasi menentukan kecepatan adopsi inovasi tersebut. Sajauh mana keunggulan inovasi baru dibandingkan dengan cara-cara lama. Jika inovasi
baru memberikan keuntungan yang relatif lebih besar, maka kecepatan adopsi akan berjalan cepat Soekartawi 2005.
6. Risiko
Tingkat risiko yang ditanggung mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menerapkan inovasi. Bagi masyarakat pesisir, adopsi inovasi relatif lambat,
karena karakteristiknya yang no risk dan safety first. Satria 2002. Oleh karena itu keberanian nelayan dalam menanggung risiko gagal akibat menggunakan
inovasi baru, merupakan faktor yang diduga mempengaruhi adopsi inovasi. 7. Motivasi
Seseorang mempunyai motivasi jika belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Menurut Atkinson 1983 motivasi mengacu pada
faktor yang menggerakkan dan mengarah-kan perilaku. Perekonomian nelayan pada umumnya dalam kondisi miskin, sudah tentu memiliki motivasi yang kuat
untuk mengurangi kemiskinan tersebut. Motivasi inilah yang mendorong nelayan bersikap responsive terhadap inovasi baru.
8. Melihat contoh
Menurut Satria 2002 inovasi baru akan mudah diterima manakala masyarakat sering melihat contoh langsung tentang penggunaan, keberhasilan,
kemanfaatan inovasi baru tersebut. Semestinya dengan hadirnya teknologi budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid, akan mempengaruhi sikap pembudidaya
ikan terhadap teknologi tersebut. 9. Pendampingan
Dalam kontek pendampingan, maka peran pendamping sangat penting terhadap keberhasilan suatu introduksi inovasi baru. Inovasi baru pada umumnya
merupakan sesuatu hal yang asing bagi calon adopter, dan berbeda dengan cara- cara lama. Oleh karena itu profesionalisme dan intensitas pendampingan,
merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan introduksi inovasi baru tersebut.
10. Sumber Informasi
Menurut Mangkusubroto dan Trisnadi 1987 pengambilan keputusan seseorang terhadap suatu hal, sebelumnya dilalui tahap informasi-onal. Dalam arti
agar keputusannya itu tepat, maka semua hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut apakah menerima atau menolak, diperlukan sumber-sumber
informasi yang banyak, lengkap, dan relevan.
Karakteristik Pembudidaya Ikan
Karakteristik individu menurut Woolfolk 1993 adalah ciri-ciri yang dimiliki individu sepanjang hidupnya, meliputi faktor kognitif dan karakteristik
lain yang dimiliki individu, yang menentukan dalam proses belajar. Setiap individu memiliki karakteristik yang spesifik tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu: 1 kematangan karena pertambahan umur maturity, 2 aktivitas activity yang dilakukan seseorang terhadap lingkungannya serta hal-
hal yang dipelajarinya, 3 pengaruh lingkungan terhadap dirinya sosial transmission
. Karakteristis individu menurut Rogers dan Shoemaker 1981 merupakan
bagian dari individu dan melekat pada diri seseorang yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Karakteristik individu akan
sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang. Karakteristik individu ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Menurut Lionberger karakteristik individu merupakan aspek
personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya
Ditambahkan oleh McLeod dan O’Keefe bahwa variabel demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk
menerangkan perilaku komunikasi Lionberger 1960; McLeod dan O’Keefe 1972,
dalam Saleh 1988.
Karakteristik individu adalah sifat-sifat yang dimiliki seseorang dan berhubungan dengan aspek kehidupan dan lingkungannya seperti umur, jenis
kelamin, jabatan, status sosial dan agama Mardikanto, 1993. Karakteristik yang ditampilkan seseorang berhubungan dengan aktivitas kerjanya. Karakteristik
pembudidaya ikan dapat diasumsikan sebagai sifat-sifat yang ditampilkan pembudidaya ikan yang berhubungan dengan aspek pekerjaannya sebagai
pembudidaya ikan yang meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat kekosmopiltan, pengalaman usaha, pendapatan, serta jumlah kepemilikan asset
atau luas kolam.
Karakteristik Pembudidaya ikan merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri seorang yang mendasari tingkah laku sebagai Pembudidaya
ikan. Karakteristik tersebut dibatasi pada karakteristik yang berkaitan dengan kompetensi dan kinerja Pembudidaya ikan yaitu umur, pendidikan formal,
pengalaman kerja, pendapatan, tanggungan keluarga dan kepemilikan asset. 1. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik pribadi yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis. Umur juga akan berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam mempelajari, memahami, menerima dan mengadopsi suatu teknologi serta peningkatan produktivitas kerja. Dijelaskan oleh Klausmeier dan
Goodwin 1996 menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi belajar, karena akan berpengaruh terhadap minatnya
pada macam pekerjaan tertentu sehingga umur seseorang juga berpengaruh terhadap motivasinya untuk belajar. Sejalan dengan hal tersebut, Vacca dan
Walker Mardikanto 1993 mengemukakan bahwa sesuai dengan bertambahnya umum, seseorang akan menumpuk pengalaman-pengalamannya yang merupakan
sumber daya sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut.
Semakin bertambahnya umur maka kompetensi seseorang akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi dan kinerja pembudidaya ikan dipengaruhi oleh tingkat umur.
2. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan secara umum akan berpengaruh terhadap kinerja.
Tujuan pendidikan tinggi adalah: 1 menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik danatau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan danatau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
teknologi danatau
kesenian, 2
mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi danatau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.
Pendidikan merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Jika disuatu daerah tingkat pendidikanya rendah,
maka sumber daya manusia yang ada juga akan memiliki kualitas yang rendah hal ini akan berdampak kepada tidak siapnya masyarakat untuk bersaing dalam
dunia kerja dan bisa menjadi faktor penghambat berkembangnya suatu daerah.
3.
Pengalaman Kerja Menurut Siagian 1989 pengalaman kerja merupakan keseluruhan
pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Martoyo 2000 berpendapat bahwa masa kerja
atau pengalaman kerja adalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan disamping
kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya.
Pengalaman usaha merupakan proses yang dialami seseorang dalam melakukan kegiatan usaha yang menjadi bidang tugasnya. Padmowihardjo 1994
menyatakan bahwa, pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Dalam otak manusia
dapat digambarkan adanya pengaturan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil belajar selama hidupnya. Dalam proses belajar, seseorang akan
menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan tempramen ditentukan
oleh pengalaman indera.
Purwanto, 2002 menyatakan bahwa pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi tertentu menimbulkan perubahan tingkah laku seseorang dalam
situasi tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Mardikanto 1993 menjelaskan pengalaman yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi semangatnya untuk
belajar dan pengalaman latihan yang menyenangkan, akan mendorong seseorang untuk mengikuti latihan yang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu.
4. Kepemilikan lahan Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan tempat melakukan
proses produksi. Lahan merupakan faktor produksi yang paling penting dibandingkan faktor produksi lainnya. Pada suatu lahan dapat ditumbuhi
bermacam-macam tumbuhan dan kandungan hara tanahnya sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya Mubyarto, 2000.
Seringkali perbedaan kepemilikan lahan petani atau kelompok petani mempunyai pengaruh penting terhadap hasil usahatani di suatu wilayah.
Perbedaan kepemilikan lahan ini berhubungan erat dengan penggunaan masukan dan keuntungan yang diperoleh. Pada kasus-kasus tertentu dimana pemilikan
lahan mempunyai pengaruh terhadap proses produksi, sering dijumpai bahwa proporsi biaya yang dipikul oleh masing-masing pembuat keputusan pemilik
lahan tidak proporsional dengan keuntungan yang dibagi. Keputusan yang diberikan tentu saja tidak akan sama di antara status kepemilikan lahan yang
berbeda tersebut, sekalipun besarnya biaya dan keuntungan yang diterima adalah proporsional. Menurut Soekartawi 2006, adanya kewajiban-kewajiban dan
kemungkinan keuntungan yang diterima oleh masing-masing pihak dalam hal status kepemilikan lahan tersebut menyebabkan adanya perbedaan motivasi petani
dalam mengerjakan lahannya. Dalam hal upaya meningkatkan produksi misalnya, antara petani pemilik penggarap dengan penyewa dapat terjadi motivasi yang
sama kuatnya karena semua keuntungan akan mereka nikmati. Sedangkan bagi petani penyakap, mungkin saja merasa tidak seluruh produksi akan dinikmati
sendiri, karena harus berbagi dengan pemilik lahan.
5. Luas lahan Menurut Mardikanto 1993 luas lahan usaha merupakan aset bagi petani
atau pembudidaya dalam menghasilkan produksi total, dan sekaligus menjadi sumber pendapatan. Pada umumnya petani atau pembudidaya dengan
kepemilikan lahan usaha yang lebih luas, menempati posisi status sosial lebih tinggi di lingkungannya. Hernanto 1993 menyatakan bahwa luas lahan usaha
tani dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu 1 sempit, dengan luas lahan kurang dari setengah hektar ha, 2 sedang, dengan luas lahan antara setengah
sampai dua ha, dan 3 lahan luas, dengan luas lahan lebih dari dua hektar ha.
Dapat dijelaskan bahwa luas lahan merupakan asset guna memperoleh pendapatan apakah itu dalam kategori sempit, sedang atau luas. Pembukaan lahan
kolam budidaya perikanan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi makin sempitnya lapangan kerja.
6. Modal Usaha Menurut Hernanto 1993 berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan
menjadi: 1 milik sendiri, 2 pinjaman atau kredit yang terdiri dari: a kredit bank dan b dari pelepas uangtetangga famili dan lain-lain, 3 warisan dan 4
kontrak sewa. Modal sendiri, petani atau pembudidaya bebas menggunakan.
Modal yang berasal dari kredit ada persyaratannya berupa pembebanan menyangkut waktu pengambilan, jumlah dan angsurannya; sedangkan modal
warisan tergantung pemberi. Sumber modal dari luar usahatani dapat diperoleh jika petani atau pembudidaya memiliki usaha lain yang lebih besar. Modal
kontrak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat mengembalikannya.
Soekartawi et al. 1986 menyatakan bahwa petani atau pembudidaya harus dapat mengatur biaya produksi dalam usahataninya sehingga modal yang
dibutuhkan dapat diketahui. Biaya produksi dapat digolongkan dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang
diproduksi. Kesimpulannya, modal usaha dapat diperoleh dari milik sendiri, dari pinjaman, warisan dan kontrak sewa. Modal usaha dapat ditentukan melalui biaya
yang dikeluarkan dalam produksi 7. Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu keluarga yang menjadi tanggungan dalam kehidupannya, mulai dari pembiayaan
pakaian, makanan, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan anggota keluarga. Jumlah tanggungan keluarga yang semakin besar, menyebabkan seseorang
memerlukan tambahan pengeluaran, atau penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupan. Besarnya jumlah anggota keluarga yang meggunakan
jumlah pendapatan yang sedikit akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh pada produktifitas kerja, kecerdasan dan menurunnya
kemampuan berinvestasi Hernanto 1993. 8. Curahan Jam Kerja
Mangkuprawira 1985. Curahan kerja diartikan sebagai jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh enggota rumahtangga petani pemilik lahan baik dalam
usahatani maupun luar usahatani. Tiap anggota rumahtangga dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari dalam dan luar keluarganya
Secara teoritis, tiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu bila pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut
cukup menarik baginya. Pada dasarnya pendapatan seseorang tergantung pada jam kerja yang dicurahkan dan tingkat pendapatan per jam kerja yang diterima.
Pendapatan yang diterima tersebut pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan keluarga Agustina 1994.
Persepsi Pembudidaya ikan
Arti persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan tentang objek tersebut Liliweri 1997. Menurut Liliweri manusia mempersepsi manusia lain atau benda-benda disekitarnya. Persepsi
terhadap manusia selalu disebut persepsi antar pribadi, sedangkan persepsi kepada yang bukan manusia disebut persepsi objek.
Menurut Robbins 2008 persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan
makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif.
Variabel individual seperti persepsi mempengaruhi perilaku Gibsons et al 1996. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh
banyak faktor serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut. Persepsi yang
dimiliki itu pulalah yang turut menentukan bentuk, sifat dan intensitas peranannya dalam kehidupan organisasional Siagian 1986. Mengingat demikian eratnya
antara persepsi seseorang dengan perilakunya, maka mutlak perlu memahami dan mendalami persepsi individu untuk kepentingan upaya pencapaian tujuan
kelompokorganisasi. Menurut Gibsons et al. 1996 persepsi berperan dalam penerimaan ransangan, mengaturnya, menterjemahkan dan mengiterpretasikan
rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Begitu juga persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping program
pemberdayaan baik itu pendamping yang berasal dari pembudidaya ikan itu sendiri atau pendamping dari pemerintah yaitu penyuluh lapangan, sangat
memiliki peran penting terhadap adopsi informasi dan interaksi komunikasi sehingga program yang dijalankan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
terlaksananya program pemberdayaan.
Pembudidaya Ikan dan Budidaya Perikanan
Menurut Undang-Undang No. 45 tahun 2009. Pembudidaya Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. sedangkan
pembudidaya-Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan
ikan untuk
memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, danatau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, danatau mengawetkannya.
Pelaku usaha akuakultur dibagi berdasarkan beberapa hal bergantung pada ruang lingkup kegiatan usahanya. Menurut Effendi dan Oktariza 2006 secara
garis besar pelaku akuabisnis budidaya terbagi lima, yaitu: 1 Pembudidaya ikan, yakni mereka yang memiliki usaha produksi ikan dengan kegiatan mulai
persiapan sampai pasca panen. Pembudidaya ikan terbagi lagi menjadi beberapa kategori biasanya bergantung pada: jenis ikan yang diusahakan ikan hias atau
ikan konsumsi, lokasi usaha petambak yang mengusahakan tambak di air payau, pembudidaya air lautmariculture, pembudidaya air tawar, tahapan produksi
pembudaya pembenihan, pendederan, atau pembesaran. 2 Penyedia input produksi, yaitu mereka yang berada di subsistem hilir, seperti pengusaha pupuk,
obat-obatan, pengusaha hatchery, dan pengusaha peralatan produksi. 3 Pengolah ikan, yaitu pelaku akuabisnis yang bergerak di usaha pengolahan produk dasar
ikan, misalnya pengolah bakso, abon, nuget, sosis ikan dan sebagainya. 4 Pedagang atau distributor, yang berusaha dalam bisnis menjual produk akuakultur
maupun hasil olahannya. Dalam rantai pemasaran, pelaku ini mulai dari pedagang pengumpul, pedagang besar, sampai eksportir maupun pengecer. 5 Pihak-pihak
yang mendukung kegiatan akuakultur yang berperan sebagai faktor penunjang akuabisnis, seperti lembaga keuangan perbankan, koperasi, simpan pinjam dll,
lembaga penyedia bibit dari pemerintah seperti dari Balai Pengembangan Budidaya Ikan dan Balai Benih Ikan BBI, raiser dan lain-lain.
Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai
budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang,
udang maupun tumbuhan air. Istilah akuakultur yang diambil dari istilah dalam
Bahasa Inggris Aquaculture. Berikut definisi akuakultur menurut beberapa sumber. 1 Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan
dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran Wheaton 1977. 2 Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui
penerapan teknik domestikasi membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan, penumbuhan hingga pengelolaan
usaha yang berorientasi ekonomi Bardach, et al., 1972. 3 Akuakultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk
kepentingan konsums
i manusia Webster’s Dictionary 1990. Menurut Edwards dan Demaine 1998, budidaya pada wilayah perairan
ekuivalen dengan budidaya pada lahan darat. Pertanian secara umum termasuk di dalamnya budidaya ternak dan budidaya tanaman perkebunan, hortikultur
maupun hutan, dalam hal ini akuakultur masuk ke dalam budidaya ternak udang, ikan, dan moluska. Pertanian dominan menggunakan air tawar, tetapi pada
akuakultur selain menggunakan air tawar pada lahan daratan juga menggunakan air payau dan air laut pada area pesisir.
Perbedaan utama antara perikanan budidaya akuakultur dengan perikanan tangkap adalah pada tujuan, proses produksi, dan sistem pemilikan
usahanya. Akuakultur bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi dari organisme air yang berupa ikan, udang, moluska, dan tanaman air melalui
intervensi serangkaian proses produksi mulai dari penyediaan benih, pemberian pakan, proteksi hama penyakit dan sebagainya. Pola pemilikan akuakultur bersifat
perorangan maupun perusahaan, yang melakukan proses produksi tersebut. Namun demikian, juga ada yang dimiliki secara umum pada sumber daya publik
common property resources tanpa atau dengan izin. Sebagaimana yang dinyatakan oleh FAO 1988:
“Aquaculture is the farming of aquatic organisms, including fish, molluscs, crustaceans and aquatic plants. Farming implies some form of
intervention in the rearing process to enhance production, such as regular stocking, feeding, protection from predators, etc. Farming also implies
individual or corporate ownership of the stock being cultivated. For statistical purposes, aquatic organisms which are harvested by an
individual or corporate body which has owned them throughout their rearing period contribute to aquaculture, while aquatic organisms which
are exploitable by the public as a common property resources, with or
without appropriate licences, are the harvest of fisheries.” Akuakultur memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan sistem
pertanian, seperti yang dinyatakan oleh Effendi 2004, yaitu: 1 Usaha dilakukan di lokasi perairan, baik di laut, sungai, waduk ataupun danau. 2 Organisme
akuatik yang diproduksi mencakup banyak jenis, yaitu mencakup ikan finfish, udang crustacea, hewan bercangkang moluska, ekinodermata, dan alga. 3
Produk akuakultur bisa dalam beragam bentuk yaitu dalam bentuk hidup dan segar atau olahan dengan beragam jenis olahan, seperti sosis, burger, dan nugget
ikan. 4 Terdapat banyak sistem akuakultur, paling tidak ada 13 jenis, yaitu kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jaring tancap, karamba,
kombongan, penculture, enclosure, longline, bak-tangki-akuarium, dan ranching melalui restocking. 5 Ruang lingkup akuakultur sangat luas, dilihat dari aspek
kegiatan, spasial, sumber air, zonasi darat laut, dan posisi wadah produksi.
Akuakultur merupakan suatu sistem produksi yang mencakup input produksi sarana dan prasarana produksi, produksi mulai dari persiapan sampai
panen, dan out put produksi penanganan pascapanen dan pemasaran. Orientasi akuakultur adalah memperoleh keuntungan, sehingga akuakultur merupakan
kegiatan bisnis akuakultur atau akuabisnis sebagai padanan agribisnis pada bidang pertanian Effendi dan Oktariza 2006.
Menurut Den Ouden et al. Edwards dan Demaine 1998, karakteristik pasar dan proses produksi sektor perikanan adalah sebagai berikut:
1. Mudah rusak perishable dan tidak tahan lama shel-live 2. Kualitas dan kuantitas bersifat variatif, bergantung pada perbedaan turunan
genetic differences, musim, iklim, pencemaran lingkungan, penanganan, pemeliharaan produk dan sebagainya.
3. Kecepatan proses produksi bervariasi bergantung pada industri pengolahan dan produksi akuakultur.
4. Terdapat perbedaan skala pada rantai pemasaran, sehingga dimungkinkan integrasi vertikal.
5. Input produksi bersifat komplementer, sehingga menyulitkan untuk merubah sejumlah penawaran amounts supplied
6. Permintaan dan konsumsi produk relatif konstan peningkatan konsumsi ikan dunia meningkat pelan
7. Peningkatan kesadaran konsumen akan pengaruh produk dan metode berproduksi pada kesehatan, keamanan, dan lingkungan
8. Kualitas produk bergantung pada ketepatan waktu panen. 9. Diperlukan investasi modal dan pengetahuan untuk menghasilkan kemandirian.
Tipe dan skala akuakultur mengikuti perkembangan evolusi pertanian, karena keduanya merupakan suatu sitem yang terintegrasi, seperti halnya yang ada
pada sebagian besar usaha akuakultur skala kecil di dunia. Menurut Lazard et al. Edwards dan Demaine 1998 dalam studinya di Sub-Sahara Afrika, terdapat
empat tipe akuakultur berdasarkan tingkat komersialisasinya, yaitu: 1. Akuakultur yang bersifat subsisten subsistence aquaculture, pada level
keluarga. 2. Akuakultur dengan tenaga manual yang terampil artisanal aquaculture,
yang tujuan produksi untuk dipasarkan, tetapi dengan skala yang kecil. 3. Akuakultur terspesialisasi specialised aquaculture, dicirikan pada setiap
tahapan rangkaian produksi dikerjakan oleh pembudidaya ikan yang berbeda. 4. Akuakultur skala industri industrial-scale aquaculture.
Martinez Espinosa 1995 memperkenalkan dua tipe pengembangan akuakultur pedesaan, yaitu:
1. Tipe 1 akuakultur bagi “termiskin dari yang miskin” aquaculture for the
“poorest of the poor” yang dicirikan dari biaya dan hasil yang sangat rendah, bersifat dasar subsisten alamiah atau barter dengan menjual sebagian kecil
produksinya ke tetangga atau pasar lokal. Tipe ini ekuivalen dengan tipe l the family-level
dari Lazard et al. 1991. 2.
Tipe 2 akuakultur yang dikerjakan oleh mereka yang “kurang miskin”“less poor” dengan kondisi kehidupan pembudidaya ikan yang lebih baik, yang
menjual sebagian besar produknya dengan memperhitungkan keuntungan ekonomi. Tipe ini sama dengan tipe arsanal dari Lazard et al. 1991.
Kegiatan produksi akuakultur yang dilakukan pembudidaya ikan sebagai pelaku on farm, terdiri atas pembenihan, pendedaran dan pembesaran.
Pembenihan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih menjadi komponen input bagi kegiatan pembesaran.
Pembesaran ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan konsumsi. Adapun pendederan adalah kegiatan pemeliharaan
untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual. Kegiatan pendedaran ini muncul karena adakalanya benih
yang dihasilkan oleh unit produksi pembenihan masih kecil sehingga belum siap ditebarkan dan dipelihara dalam unit pembesaran.
Secara lebih rinci kegiatan produksi akuakultur on farm oleh Effendi 2004 dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembenihan Pembenihan merupakan salah satu tahap kegiatan on farm yang sangat
menentukan tahap kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran. Oleh karena itu, tahapan ini harus dilakukan secara cermat agar diperoleh hasil produksi yang
memuaskan. Kegiatan pembenihan yang harus dikuasai oleh seorang pembudidaya pembenihan adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan induk atau pematangan gonad. Pemeliharaan induk bertujuan
untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad sel telur dan sperma ikan. Hal-hal yang perlu dikuasai oleh pembudidaya ikan dalam tahap ini ini antara
lain: menciptakan lingkungan dan media hidup yang sesuai untuk ikan, pemberian pakan yang tepat dan teratur, penyiapan wadah induk, pencegahan
dan penanggulangan hama penyakit, dan pemeriksaan kematangan gonad secara teratur.
b. Pemijahan induk, yaitu proses pembuahan telur oleh sperma. Beberapa hal yang perlu dikuasai pembudidaya ikan dalam kegiatan ini adalah: menciptakan
lingkungan yang mendorong ikan melakukan pemijahan, dan menyiapkan substrat pemijahan.
c. Penetasan telur, yang bertujuan untuk mendapatkan larva. Kemampuan yang harus dimiliki oleh pembudidaya ikan dalam tahap ini adalah: dapat
melakukan penetasan telur dengan memindahkan ke wadah pemijahan sesuai sifat telur yang menempel pada substrat atau mengapung dan mampu
menciptakan lingkungan media hidup telur.
d. Pemeliharaan larva dan benih. Pembudidaya ikan harus dengan cermat melakukan hal-hal sebagai berikut: mempersiapkan wadah pemeliharaan larva
agar larva berkembang optimal, penebaran secara tepat, pemberian pakan sesuai dengan umur larva, pengelolaan air, penanggulangan hama penyakit,
dan melakukan pemanenan secara tepat.
2. Pembesaran Pembesaran ikan merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan dalam
ukuran konsumsi atau ukuran yang dikehendaki oleh pasar marketable size. Pasar umumnya menghendaki ketepatan jumlah, ukuran, mutu, dan harga tertentu.
Pertumbuhan didorong secara maksimal dengan cara menyediakan lingkungan hidup yang optimal, pemberian pakan yang tepat mutu, jumlah, cara, dan waktu
serta dengan pengendalian hama penyakit. Kegiatan-kegiatan yang dalam unit produksi pembesaran adalah:
a. Persiapan wadah Persiapan wadah bertujuan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan, untuk
mendapatkan lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh maksimal. Pada sistem akuakultur yang berbasis daratan, kegiatan yang dilakukan
oleh pembudidaya ikan adalah: a pengeringan dan penjemuran dasar kolam atau tambak, b pengangkatan lumpur, c perbaikan pematang dan pintu air, d
pengapuran, e pemupukan, f pengisian air, g pengendalian hama penyakit, dan h pengisian air lanjutan.
b. Penebaran benih Penebaran benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah kultur
dengan padat penebaran tertentu. Dalam tahap ini hal-hal yang perlu dikuasai oleh pembudidaya ikan antara lain: 1 dapat memilih kualitas benih yang akan
ditebarkan; 2 menebar benih sesuai dengan padat penebaran benih yang tepat; dan 3 melakukan aklimatisasi suhu sebelum benih ditebarkan.
a. Pemberian pakan Pakan merupakan faktor penting dalam pembesaran ikan. Oleh karena itu,
pembudidaya harus mampu memberikan pakan yang tepat jumlah, jenis, ukuran, frekwensi, dan waktu pemberian pakan.
b. Pengelolaan air
Pengelolaan air dalam akuakultur bertujuan menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan agar tetap hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip pengelolaan air
adalah memasukkan bahan yang bermanfaat seperti oksigen dan mengeluarkan bahan yang tidak bermanfaat feses CO2,NH3,NO2 ke luar sistem produksi. Hal-
hal yang perlu dilakukan oleh pembudidaya dalam kegiatan ini antara lain: pengaturan suhu, cahaya, salinitas, dan sebagainya dalam wadah produksi.
c. Pemberantasan hama penyakit
Hama penyakit merupakan organisme dan mikroorganisme yang keberadaannya tidak dikehendaki karena bersifat kompetitor dan predator
terhadap ikan kultur. Beberapa jenis hama penyakit antara lain: ikan, ular, burung, musang, bakteri cendawan dan virus. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
pembudidaya ikan dalam kegiatan ini adalah dapat melakukan cara pemberantasan, pencegahan, dan pengobatan hama penyakit pada ikan kultur
secara tepat, sesuai dengan sifat masing-masing jenis hama penyakit yang menyerang.
d. Pemantauan populasi dan pertumbuhan.
Pemantauan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang jumlah dan bobot rata-rata ikan kultur, kesehatan, dan nafsu makan ikan. Informasi ini
dapat digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan. Sampling merupakan salah satu cara untuk mengetahui
informasi ini. e. Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan akhir dalam rantai produksi budidaya ikan. Ukuran panen beragam bergantung pada jenis komoditas yang
dibudidayakan, tujuan akuakultur, lokasi, dan tujuan pemasaran. Ukuran panen untuk tujuan konsumsi akan berbeda untuk kolam pemancingan ataupun bahan
baku fillet. Demikian juga ukuran di lokasi Jawa akan berbeda dengan luar Jawa yang umumnya selera konsumen di Jawa menghendaki ukuran yang lebih kecil,
dan ukuran untuk tujuan pasar ekspor umumnya juga menginginkan ukuran yang lebih besar di bandingkan pasar domestik. Pembudidaya ikan perlu mengetahui
informasi ukuran ikan yang dikehendaki oleh konsumen, sehingga ikan yang diproduksi dapat terserap pasar. Informasi preferensi konsumen ini juga
bermanfaat bagi pembudidaya ikan dalam merencanakan produksi.
f. Pendederan Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan untuk menghasilkan benih yang
siap ditebarkan di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual. Tahapan kegiatan pendederan hampir mirip dengan kegiatan pembesaran seperti telah
diuraikan di atas. Adapun berdasarkan ukuran ikan yang diproduksi, pendederan ikan seringkali terdiri dari beberapa stadia, yaitu pendederan I, pendederan II dan
selanjutnya. Ikan kultur yang didederkan berada pada pertumbuhan yang cepat secara eksponensial. Oleh karenanya, pembudidaya ikan perlu melakukan upaya
penjarangan dan pemindahan ikan dari tempat semula yang terasa sempit karena tercapainya carrying capacity.
Pengembangan Kawasan Minapolitan
Sejak berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan pada pemerintahan orde reformasi presiden Abdurrahman Wahid, Kegiatan pembangunan sumber
daya perikanan terus dikembangkan. Pembangunan perikanan awalnya lebih diutamakan pada pengembangan sumber daya peisir dan laut, tetapi semakin
tingginya kebutuhan dan minat masyarakat dan perdagangan dunia terhadap protein terhadap ikan, menjadikan perikanan darat atau budidaya perikanan dalam
kolam semakin dikembangkan. Pada tahun 2010, diterbitkan peraturan Menteri Kelautan Perikanan dalam upaya percepatan pengembangan sumber daya
perikanan dan segala aspeknya, dicanangkan program pengembangan kawasan minapolitan, sebagai sentra perikanan yang dapat diandalkan.
Mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional dan pembangunan kelautan dan perikanan sejak tahun
2010 sampai tahun 2012, diperlukan langkah-langkah terobosan yang bukan merupakan upaya terpisah dari kebijakan lain atau kebijakan sebelumnya, tetapi
merupakan upaya terintegrasi yang saling memperkuat dalam rangka percepatan pembangunan kelautan dan perikanan, terutama untuk meningkatkan nilai tambah
dan daya saing produk kelautan dan perikanan. Untuk itu, KKP akan mengembangkan industrialisasi kelautan dan perikanan yang akan dimulai sejak
tahun 2012, dengan tujuan untuk meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Melalui industrialisasi, para pelaku usaha perikanan mulai dari nelayan, pembudidaya ikan, serta pengolah dan pemasar hasil perikanan diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, sekaligus membangun sistem produksi yang modern dan teritegrasi dari hulu sampai ke hilir. Dengan
demikian, indusrialisasi perikanan diharapkan mampu mengokohkan struktur usaha perikanan nasional, yang membawa multiplier effect sebagai prime mover
perekonomian nasional.
Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi,
berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,
pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, danatau kegiatan pendukung lainnya. Sesuai dengan KEP.35MEN2013 telah ditetapkan 179
KabupatenKota di Indonesia dan 202 Lokasi sebagai kawasan Minapolitan yang terdiri dari 145 kawasan berbasis Perikanan Budidaya Perikanan dan 57 kawasan
berbasis Perikanan Tangkap. Kawasan tersebut diprioritaskan mendapat dukungan kegiatan dan anggaran sebagai stimulus bagi Pemerintah Daerah dan dunia usaha.
Sejak terbitnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan telah dilakukan berbagai upaya untuk
mengimplementasikan konsep Minapolitan dengan baik, diantaranya dengan melakukan rapat koordinasi di lingkup KKP, Pemerintah daerah, lintas
KementerianLembaga KL, masyarakat dan swasta. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mensinkronkan kebijakan antara pusat KL terkait dan
daerah terutama kesiapan daerah untuk mensukseskan Minapolitan. Dalam perkembangannya,
konsep pengembangan
kawasan Minapolitan
telah diintergrasikan dengan kegiatan-kegiatan industrialisasi kelautan dan perikanan
dengan pendekatan Blue Economy dalam rangka pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.
Pendamping Masyarakat
Berbagai perbedaan muncul dalam istilah pendampingan khususnya dalam kegiatan pengembangan masyarakat, proses kemunculan istilah ini merupakan
kritik terhadap cara kerja para petugas penyuluhan extension worker yang semata-mata hanya melakukan kegiatan penyampaian informasi dan teknologi
kepada masyarakat. Dari kritik terhadap penyuluhan konvensional seperti ini berkembang istilah petugas penyuluh lapanganPPL extension field worker
dengan maksud untuk memberi arti yang lebih luas dari sekedar penyuluhan, tetapi juga diserta pendampingan sosial misalnya: pendampingan dan
pembentukan organisasi seperti kelompok tani. Istilah petugas penyuluh lapanganPPL saat ini digunakan pemerintah untuk petugas yang bekerja sebagai
penyuluhan pertanian. Pada prakteknya, PPL pemerintah ini hanya melakukan kegiatan penyuluhan saja.
Sementara, di kalangan LSM lebih berkembang penggunaan istilah petugas lapanganPL field worker yang tugasnya jauh lebih luas dari hanya
sekedar melakukan penyuluhan teknis saja. Sejalan dengan perkembangan wacana mengenai metodologipendekatan program, istilah petugas lapangan PL juga
menjadi lebih bervariasi. PL seringkali disebut sebagai pendamping masyarakat atau petugas yang menjalankan sejumlah pekerjaan pengembangan masyarakat.
PL juga seringkali disebut fasilitator masyarakat community facilitatorCF karena tugasnya lebih sebagai pendorong, penggerak, katalisator, motivator
masyarakat, sementara pelaku dan pengelola kegiatan adalah masyarakat sendiri.
Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh petugas lapangan atau fasilitator atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program.
Pada prakteknya, di kalangan LSM Community Development, pendampingan lebih banyak ditujukan untuk pengembangan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin meskipun disertai penguatan organisasi dan kepemimpinan lokal Djohani, 2012. Pendampingan yang dilaksanakan oleh
PLCF meliputi banyak jenis kegiatan. Kegiatan teknis program, seringkali menjadi kegiatan utama seorang PPL, disertai dengan kegiatan-kegiatan lainnya
seperti pengelolaan program mulai dari perencanaan sampai monev, pengembangan organisasi masyarakat baik berupa kelompok tani, KUB, sampai
ke pengembangan jaringan seperti forum petani atau jaringan pemasaran, yang disertai juga dengan pelatihan kepemimpinan lokal agar mereka bisa mengelola
organisasi-organisasi tersebut dengan baik. Djohani 2012.
Kartasasmita 1997 menyatakan bahwa pentingnya tenaga pendamping adalah karena penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam
mengembangkan diri. Oleh karena itu diperlukan pendamping untuk membimbing mereka dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendampingan ini dalam
konsep pemberdayaan sangat esensial, dan fungsinya menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat sebagai fasilitator,
komunikator, ataupun dinamisator serta membantu mencari cara pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan olen masayarakat sendiri.
Tenaga pendamping menurut Tilden Jamasy 2004, setidaknya harus mempunyai empat sifat, yakni: 1 harus trampil dalam menyesaikan masalah
problem solving, 2 harus peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat yang diberdayakan sence of community, 3 harus mempunyai visi sense of
mission
, dan 4 harus jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain honesty with others and with self
.
Wrenn Buwaethy 2008 mengemukakan bahwa ada berapa aspek yang harus diperhatikan seorang pendamping dalam melaksanakan tugasnya yaitu: 1
pelaksanaan pendampingan agar didasarkan pada anggapan bahwa sasaran tugas adalah pribadi-pribadi yang berbeda dalam segala hal, 2 pendampingan
hendaknya memandang dan beranggapan bahwa klien adalah sebagai pribadi utuh yang dalam pembentukannya lebih banyak terpengaruh oleh lingkungan
masyarakatnya, 3 dalam pelaksanaan tugasnya pendampingan hendaknya berpandangan bahwa klien harus dilayani dengan sikap menghargai kenyataan
pribadinya, 4 pendampingan hendaknya menerima klien sesuai kenyataannya tanpa menuntut mereka agar harus mempunyai pandangan yang sama dengan
pendampingan itu sendiri, dan 5 pendampingan hendaknya dapat membawa klien kepada sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang dan
yang akan datang.
Karsidi 2002 mengungkapkan bahwa dalam pemberdayaan, seorang pendamping harus mampu belajar dari masyarakat; pendamping adalah fasilitator,
bukan guru dan tidak menggurui; saling belajar, saling berbagi pengalaman mengandung makna pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat adanya pengakuan. Menurut Suriatna 1987, dalam pelaksanaan proses pendampingan, prinsipnya adalah: 1 klien tidak merasa digurui-
menggurui, 2 ketika ditanya dan menjawab, seorang pendampingan tidak harus
bersikap sebagai ahli, dalam artian tidak menjadi ”ahli,” 3 tidak memutus pembicaraan ketika klien bertanya, 4 libatkan semua peserta klien dalam diskusi
tidak berdebat hanya satu arah, dan 5 tidak diskriminatif.
Menurut Asngari 2001, pendamping “sebagai agen pembaharuan dapat berperan sebagai juru penerang pemberi informasi, guru, penasihat,
pembimbing, konsultan dan pengarah dalam kaitan dengan bisnis klien baik bisnis on farm
maupun bisnis off farm serta wawasan pembaharuan dan modernisasi. Lebih lanjut tentang falsafah pentingnya individu, Asngari menjelaskan bahwa
sebagai “agen pembaharuan, seorang pendamping harus menempatkan SDM klien
sebagai pemain atau aktoraktris yang aktif bagi pengembangan dan perkembangan dirinya sendiri. Demikian juga dalam falsafah kerjasama. Antara
agen pembaharuanpendampingan dan sumber daya klien harus terjalin kerjasama dalam kegiatan pendampingan.”
Tinjauan Beberapa Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa kajian tentang model komunikasi, jaringan komunikasi dan pemberdayaan masyarakat petani telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
dari berbagai sudut pandang keilmuan. Peran dan struktur jaringan komunikasi merupakan salah satu bidang yang menjadi perhatian kalangan ahli komunikasi,
karena jaringan komunikasi memiliki pola dan bentuk yang dapat menggambarkan keberadaan individu dan sifat jaringan yang terbentuk dalam
interaksi komunikasi yang terjadi. Selain itu, untuk mengembangkan jaringan komunikasi pada satu masyarakat tertentu juga dibutuhkan strategi tersendiri
yang berbeda dengan jaringan komunikasi di masyarakat lain. Hal ini terkait dengan sifat dan struktur jaringan komunikasi dalam kelompok tersebut, serta
perannya dalam masyarakat secara keseluruhan. Dalam jaringan komunikasi, peranan individual yang berada di dalamnya berbeda-beda, tergantung kepada
posisi dan wewenangnya dalam kelompok tersebut. Karateristik individu dan jaringan komunikasi
Penelitian saleh 1988 menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata tidak langsung antara karakteristik personal dengan peran komunikasi peternak dalam
jaringan komunikasi sapi potong. Pendidikan formal memiliki tujuh model jalur yang menunjukkan kebermaknaan nyata tidak langsung sampai ke peran
komunikasi peternak dalam jaringan komunikasi sapi potong. Selanjutnya Djamali 1999 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
karakteristik individu dengan keikutsertaan dalam jaringan komunikasi agribisnis sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi pada seorang pewalet bahwa
semakin muda, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pengalaman maka seorang pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi. Disamping itu
terpaan media memperlihatkan ada hubungan yang dengan keikutsertaan individu dalam jaringan komunikasi.
Hasil penelitian Aziz 2002 juga menyatakan bahwa profil petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga,
partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun
media massa. Senada dengan Zulkarnain 2002 yang menyatakan bahwa karakteristik individu akan sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku
komunikasinya yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya.
Selanjutnya, Rangkuti 2009 dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat pengaruh nyata antara karakteristik petani terhadap jaringan
komunikasi dalam proses adopsi inovasi traktor tangan. Peran para tokoh masyarakat di pedesaan seperti kepala desa dan ketua kelompok tani masih
mendominasi struktur jaringan komunikasi petani dalam proses adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani.
Cindoswari 2012 juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan jaringan komunikasi petani
dalam penerapan teknologi produksi ubikayu. Dalam penelitian tersebut karakteristik individu yang dikaji dibatasi pada umur, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, pengalaman bergabung dalam kelompok, dan tingkat kekosmopilitan.
Jaringan komunikasi dan perannya dalam pemberdayaan
Di dalam pembangunan negara-negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat pertanian termasuk di dalamnya adalah sektor
perikanan, diperlukan paradigma pembangunan baru yang memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah pemerataan penyebaran informasi dan
keuntungan sosial ekonomi Rogers 1976. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Nomor 12 1992 Tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab VI Pasal 57
ayat 2, bahwa Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan informasi yang mendukung pengembangan budidaya tanaman serta mendorong dan membina
peran serta masyarakat dalam pemberian pelayanan Depdagri 1992.
Kaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah selaku penyelenggara negara memiliki tanggung jawab untuk membuka akses informasi dan inovasi teknologi
terhadap warga negaranya, termasuk dalam hal ini adalah masyarakat pembudidaya ikan. Di dalam Pidato Presiden pada Pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan RPPK di Jatiluhur pada tanggal 11 Juni 2005, menyebutkan bahwa beberapa kebijakan yang langsung terkait dengan
sektor pertanian dan dalam kewena- ngan atau memerlukan masukan dari Departemen Pertanian, adalah butir f kebijakan dalam meningkatkan inovasi
dan diseminasi teknologi tepat guna diarahkan untuk percepatan proses dan perluasan jaringan diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi pertanian
Sekneg RI 2005.
Astrid 1983 menjelaskan pendekatan yang dapat dilakukan dalam membuka akses informasi dalam rangka percepatan diseminasi tersebut adalah
dengan pemberdayaan komunikasi massa melalui media massa, seperti media televisi dan radio. Media radio sebagai perangkat komunikasi massa pada
dekade 1970-1980 telah terbukti dapat menjadi salah satu ujung tombak dalam mendukung pembangunan pertanian di Indonesia dengan berfungsinya
Kelompencapir kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa yang berperan kuat dalam menyampaikan informasi pertanian.
Todo et al, 2011 dalam penelitiannya tentang pengaruh geografi dan jaringan sosial terhadap difusi dan adopsi teknologi pertanian di pedesaan
Ethiopia menyatakan bahwa aspek geografis mempengaruhi pembentukan jaringan sosial. Jarak pusat penyuluhan pertanian terdekat berpengaruh negatif
pada pengetahuan dan frekuensi bertemunya dengan agen informasi. Rumah- rumah yang berkelompok memiliki pengaruh positif pada luasnya jaringan sosial
dengan kerabat dan teman-teman. Jaringan sosial sering didasarkan pada promosi aliran pengetahuan, pertemuan dengan penyuluh meningkatkan aliran
pengetahuan dan sebaliknya jaringan komunikasi tidak akan terbentuk tanpa ada pertemuan, hal ini menunjukan pentingnya tatap muka dalam difusi pengetahuan.
Selanjutnya Todo et al 2011 juga menjelaskan bahwa beberapa aspek lain seperti agama dan etnis adalah aspek penting terbentuknya jaringan sosial di
dalam masyarakat.
Hasil penelitian Oleas et al. 2010 menyatakan bahwa anggota komunitas mengakui pentingnya pendapat seorang pemuka pendapat opinion leader dalam
difusi inovasi untuk adopsi pertanian. Pemuka pendapat opinion leader memainkan peranan kunci untuk mengevaluasi inovasi, menjaga komunikasi antar
jaringan, memfasilitasi kesempatan untuk mendapatkan proyek pertanian, pelatihan dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan organisasi
eksternal. Pemimpin opini opinion leader diidentifikasi sebagai sumber informasi dan inovasi untuk anggota komunitas dan pemimpin opini sangat
terlibat aktif dalam mengevaluasi hasil-hasil inovasi yang diterapkan dalam komunitasnya, mempertimbangkan apakah inovasi tersebut sesuai bagi rekan-
rekannya dan juga mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang sangat mempengaruhi proses keputusan mereka.
Hanan et al. 2005 dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa karakteristik dari para pemimpin opini sehingga menjadi sumber informasi dan
pendapat bagi pengikutnya antara lain: 1. Para pemimpin opini merupakan penduduk asli, dengan demikian hubungan
emosional dan sosial antara pemimpin opini dengan pengikut relatif dekat. 2. Para pemimpin opini sebagai pedagang dan pemasok sara produksi bagi para
pengikutnya, sehingga secara bisnis memiliki keterikatan hubungan. 3. Para pemimpin opini sebagai pembeli hasil produksi, dalam arti menjamin
pemasaran hasil dari para pengikutnya, sehingga pengikut memiliki keterikatan pemasaran.
4. Para pemimpin opini diakui oleh pengikutnya memiliki tingkat kejujuran dalam kegiatan usaha, serta terbuka terhadap informasi.
Dalam pembangunan pertanian, Rogers 2003 mengungkapkan bahwa peranan inovator akan sangat berpengaruh dalam terjadinya difusi dan adopsi
suatu inovasi teknologi pertanian. Inovator dapat berupa personal tokoh masyarakat ataupun lembaga adat yang riil hidup di tengah masyarakat seperti
misalnya dewan adat dan tokoh masyarakat. Pada masyarakat pembudidaya ikan yang ada di Desa Koto Mesjid, meskipun sebutan bagi tetua atau tokoh
masyarakat ataupun tokoh adat berbeda-beda, namun memiliki peran yang sama yaitu sebagai panutan yang diikuti oleh masyarakat di wilayahnya. Tokoh adat
dan tokoh masyarakat merupakan pemimpin dalam komunitasnya, dan memiliki otoritas dalam berbagai bidang sekaligus. Oleh sebab itu peran tokoh adat dan
tokoh masyarakat tersebut dapat dijadikan pintu masuk akses, penghubung atau liaison person antara komunitasnya dan luar komunitasnya dalam
penyampaian informasi dan inovasi teknologi. Fungsi liaison tersebut menjadi penting karena dapat menyampaikan dan menerima inovasi teknologi pertanian
atau prikanan dari atau kepada komunitasnya. Selain itu, peran tokoh adat sebagai panutan dan pemimpin dalam komunitasnya akan dipercaya untuk
menyampaikan informasi dari komunitasnya ke luar komunitasnya, dan sebaliknya untuk menyampaikan inovasi dari luar komunitasnya ke dalam
komunitasnya sendiri.
Mahmud 2007 dalam kajiannya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam hal penyediaan sarana pedesaan menjelaskan bahwa struktur
model hipotetik terbukti dapat diterapkan secara signifikan pada model komunikasi penyediaan prasarana perdesaan non keagamaan sebagai model
eksperimen
dan model komunikasi penyediaan sarana prasarana keagamaan
sebagai model kontrol, sebagian besar kegiatan komunikasi pada semua tahapan yang dilakukan oleh pemerintah dalam komunikasi penyediaan prasarana
perdesaan non keagamaan masih menjadi prioritas utama pengembangan model, sebab komponen-komponen kegiatan tersebut pada model kontrol termasuk
penting, namun kenyataan penerapaan pada model eksperimen rendah. Hanya dua kegiatan yang kinerjanya sudah relatif baik, yaitu sosialisasi diseminasi dan
penggerakan swadaya gotong-royong.
Kifli 2007 dalam hasil penelitiannya juga menjelaskan kelompencapir dan media radio telah terbukti positif dapat diberdayakan kembali dengan
memanfaatkan dalam menyampaikan informasi inovasi teknologi pertanian yang bersifat dua arah two way communication dan interaktif. juga menjelaskan
selain media radio, saat ini media televisi bukan lagi merupakan barang mewah.
Strategi komunikasi dalam pemberdayaan
Hasil penelitian Kifli 2007 dari hasil penelitiannya tentang, pemberdayaan komunitas dayak menjelaskan bahwa strategi komunikasi yang
perlu dikembangkan dalam pemberdayaan tokoh adat sebagai liaison person tersebut adalah berupa pemberdayaan komunikasi kelompok komunitasnya.
Komunikasi kelompok yang dapat dikembangkan yaitu berupa pemberdayaan pertemuan kelompok dalam komunitasnya dengan mengembangkan pola
penyampaian pendapat secara partisipatif oleh seluruh anggota pertemuan. Pertemuan adat tersebut dapat berupa pesta adat, upacara adat atau pertemuan
adat yang bersifat rutin maupun temporer. Melalui pertemuan adat yang dipandu oleh tokoh adat yang berpengaruh dalam komunitasnya, maka dapat
disampaikan dan di bicarakan berbagai hal di luar permasalahan adat. Dengan demikian diharapkan akan dicapai pemahaman bersama tentang suatu hal atau
masalah di dalam anggota komunitas tersebut. Agar keputusan-keputusan yang dihasilkan merupakan kesepakatan bersama seluruh komponen komunitas, maka
pertemuan-pertemuan tersebut harus berlangsung dalam suasana yang partisipatif.
Noor 2008 dalam hasil penelitiannya tentang strategi komunikasi pembangunan masyarakat pusat perikanan menjelaskan bahwa untuk membangun
pedesaan khususnya masyarakat nelayan diperlukan pendekatan model partisipatif dan prinsip keterpaduan. Pendekatan partisipatif ini melalui upaya menggerakkan
bentuk-bentuk organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan peransertanya untuk membangun diri dan lingkungannya. Prinsip keterpaduan bermakna vertikal
dan horizontal. Keterpaduan vertikal terkait dengan rantai produksi perikanan dari segi pengelolaan sumber, penangkapan, pengolahan, pemasaran, termasuk
pembuatan kapal dan bengkel. Keterpaduan horizontal dalam kaitannya dengan pengerahan sumber di luar perikanan yang menunjang seperti PAM, listrik, pasar,
kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Selanjutnya Rangkuti 2009a dalam kajiannya tentang strategi komunikasi membangun kemandirian pangan menjelaskan untuk memberdayakan
petani di pedesaan diperlukan strategi pengembangan model komunikasi organisasi koperasi dengan kelengkapan seperangkat elemen pendukung yang
dikemas dalam suatu program terpadu agar seluruh stakeholder dapat berperan melalui suatu jaringan komunikasi informasi yang efektif dan efisien.
Hasil Penelitian
Masruroh 2010
tentang model
komunikasi pembangunan dalam mensosialisasikan peraturan desa dengan melakukan studi
kasus di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Jawa Timur menjelaskan terdapat tiga persoalan yang dikaji dalam penelitian yaitu: 1 apa
yang melatar belakangi perdes wajarwamati; 2 bagaimana proses komunikasi pembangunan yang digunakan dalam mensosialisasikan peraturan desa, 3 faktor-
faktor apa saja yang menunjang terlaksananya perdes wajarwamati. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: 1 latar belakang dari perdes dikarenakan
banyaknya anak-anak yang melihat televisi disaat belajar sehingga terbentuk pola ketergantungan dalam diri mereka; 2 model komunikasi yang digunakan dalam
mensosialisasikan peraturan desa adalah model komunikasi satu arah, model komunikasi dua arah dan model komunikasi Westley dan Maclean dimana seluruh
model tersebut dapat disimpulkan menjadi model komunikasi banyak tahap, adapun bentuk komunikasi yang digunakan ada 2 yaitu komunikasi interpersonal
dan komunikasi kelompok, yang sifatnya adalah persuasif; dan yang 3 faktor yang mendukung terlaksananya peraturan desa ada tiga faktor yaitu, a peran dari
pemerintah desa, b partisipasi masyarakat, c faktor prestasi meningkat. Terbentuknya jaringan komunikasi sosial
Coyle dan Vaughn 2008 menyatakan bahwa jaringan sosial dan kebutuhan berkomunikasi adalah kondisi manusia yang universal. Sebuah asumsi
umum menyatakan bahwa teknologi komunikasi membantu meningkatkan dan memperkuat ikatan sosial. Keberadaan situs jejaring sosial digunakan untuk
mempertahankan jaringan yang sudah ada dan mampu membangun hubungan sosial. Situs lebih lanjut bisa mengubah jaringan sosial dan mungkin memberikan
sesuatu yang ekstra yang diperlukan untuk revolusi komunikasi. kemampuan secara individu dan dalam kelompok akan mengubah komunikasi sosial yang
lebih radikal.
Valente dan Foreman 1998 dalam penelitian menunjukkan, bahwa integrasi berkorelasi dengan sentralitas lokal dan radiality, juga berkorelasi
dengan sentralitas global. Korelasi ini disebabkan formula perhitungan komputasi didasarkan pada hubungan langsung. Integrasi dan radiality merupakan cara yang
lebih baik melihat keterhubungan dan keterjangkauan, karena menghubungkan node ke jaringan secara keseluruhan.
Gomes et al. 2003 menyatakan bahwa pengukuruan sentralitas pada sebuah keluarga berdasarkan pada konsep game teori, sebagai suatu jaringan
sosial. Hal ini direfleksikan sebagai pendukung terjadinya interaksi antar individu dalam suatu jaringan permainan bersama yang terbentuk dari fungsi karateristik
individu ada di dalamnya. Selanjutnya, Opsahl 2013 menyatakan bahwa sebagian besar tindakan jaringan didefinisikan untuk jaringan satu-mode,
sedangkan jaringan dua modus sering diproyeksikan untuk dianalisis ke jaringan satu-modus. Sejumlah isu muncul dalam proses transformasi ini, terutama ketika
menganalisis hubungan antara kontak node. proyeksi jaringan acak dua mode, menyimpang dari nilai-nilai yang diharapkan dalam jaringan kalsik satu-modus.
Proyeksi jaringan dua modus memiliki, tingkat clustering yang tinggi.
Cindoswari 2012 juga menyatakan bahwa struktur jaringan komunikasi diantara petani ubi kayu di Desa Suko Binangun terbentuk berdasarkan kedekatan
tempat tinggal antar anggotanya. Struktur jaringan komunikasi mengenai
informasi bibit, pupuk dan panen merupakan radial personal network menyebar sedangkan struktur jaringan komunikasi mengenai informasi hama dan penyakit
merupakan interlock personal network memusat. Ciri yang melekat pada petani ubi kayu yang berperan sebagai star umumnya orang-orang yang memiliki derajat
keterhubungan yang paling tinggi dengan individu lainnya. Kecenderungan petani ubi kayu untuk berkomunikasi dengan star didasarkan pada pertimbangan
kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan kenyamanan dalam berkomunikasi. Penelitian Ellyta 2006 menyatakan bahwa faktor internal yaitu
pendidikan dan luas lahan berhubungan nyata dengan jaringan komunikasi sedangkan pengalaman berusahatani berhubungan sangat nyata dengan jaringan
komunikasi.
Selanjutnya Nolker 2011 menyatakan struktur komunikasi pada dasarnya merupakan serangkaian cara pengukuran terhadap berbagai sifat jaringan, diantara
indikator yang paling sering digunakan adalah sentralitas dan kebersamaan betweeness.
John et al. 2012 dalam penelitiannya memberikan contoh penggunakan jaringan komunikasi sosial di kalangan remaja. Jaringan komunikasi berbentuk
matriks yang berisi informasi tentang hubungan sosial serta jarak fisik. Menguji skema pembobotan yang berbeda untuk jarak sosial dan fisik. Membandingkan
hasil lingkungan untuk mereka yang menggunakan batas sensus.
Jaringan komunikasi dan perubahan penghidupan dan pola pikir
Hasil penelitian Halim 2013 menyatakan bahwa jaringan komunikasi sentralitas dan kebersamaan memiliki hubungan nyata dengan kegiatan produksi
peternakan dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan. Wiganda 2010 melalui hasil penelitiannya menjelaskan, bahwa
perbaikan mata pencaharian livelihood dan pola pikir mindset petani dalam bisnis pertanian berkembang melalui intervensi perubahan taraf penghidupan dan
pola pikir petani di Kabupaten Banjar, Jawa Barat terutama pada peningkatan pendapatan dan modal kelompok.
Sun et al. 2012 menyatakan bahwa pemberdayaan struktural sebagian dimediasi melalui jaringan atau hubungan antara kepemimpinan transformasional
dan pemberdayaan psikologis. Pemberdayaan psikologis sepenuhnya dimediasi oleh jaringan atau hubungan antara pemberdayaan struktural dan kreativitas.
Pemberdayaan memperlihatkan terjadinya perubahan pada beberapa aspek kehidupan, sikap, perilaku dan pola pikir.
Sobels 2001 menyatakan bahwa, konsep modal sosial menjelaskan, tentang keberhasilan dari jaringan sosial. peluang yang diciptakan untuk
partisipasi dan pembelajaran bersama, melakukan kerja dilahan ekstensif, meningkatkan struktur komunikasi, mengadopsi praktik manajemen profesional
dan meningkatkan pengetahuan anggota. Elemen-elemen kunci dari modal sosial yang penting dalam mencapai hasil ini adalah kepercayaan, norma, harapan timbal
balik dan jaringan komunikasi. Pemberdayaan bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan modal sosial dengan faktor-faktor lain yang berkontribusi
terhadap hasil jaringan.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai deskripsi tinjauan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, maka disusun ke dalam tabel yang
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Matriks tinjauan beberapa penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran 1.
Rangkuti PA. 2009b. Analisis Peran Jaringan
Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi
Traktor Tangan di Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi Volume
27 No. 1. hal 45-60 Kuantitatif,
analisis sosiogram
Karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan
komunikasi dalam proses adopsi inovasi traktor tangan. Peran
tokoh-tokoh masyarakat di perdesaan seperti kepala desa dan
ketua kelompok tani masih mendominasi struktur jaringan
komunikasi petani dalam proses adopsi inovasi traktor tangan untuk
mengolah lahan sawah petani. Perlu
peningkatan peran tokoh
formal dan informal
dengan mengedepanka
n komunikasi konvergen
2. Saleh A. 1988.
Hubungan Beberapa Karakteristik dan
Perilaku Komunikasi Pemuka-pemuka Tani
dalam Diseminasi Teknologi Model Farm
di Daerah Aliran Sungai
DAS Citanduy Ciamis Jawa Barat
. Bogor: Tesis. IPB.
Kuantitatif, analisis
sosiogram Ada hubungan nyata tidak
langsung antara karakteristik personal dengan peran
komunikasi peternak dalam jaringan komunikasi sapi potong.
Pendidikan formal memiliki tujuh model jalur yang
menunjukkan kebermaknaan nyata tidak langsung sampai ke peran
komunikasi peternak dalam jaringan komunikasi sapi potong.
Perlu penyusunan
strategi atau perencanaan
komunikasi penyuluhan
sapi potong yang berbeda
3. Valente TW and
Foreman RK. 1998. Integration and
Radiality: Measuring the Extent of an
Individuals Connectedness and
Reachability in a Network
. Social Networks 20, 89-109
Kuantitatif, sosiogram
analisis Hasil penelitian menunjukkan
bahwa integrasi berkorelasi dengan centralitas lokal dan radiality
berkorelasi dengan centralitas global. Korelasi ini disebabkan
formula komputasi didasarkan pada hubungan langsung. Integrasi
dan radiality cara yang lebih baik melihat keterhubungan dan
reachability, karena menghubungkan node ke jaringan
secara keseluruhan. Diharapkan
pengenalan metode baru
dan kesiapan peneliti
untuk mempelajari
lebih lanjut tentang
bagaimana individu dan
keterpaduan serta
keterbukaan mempengaruhi
perilaku
4. Todo Yasuyuki et al.
2011. Effects of Geography and Sosial
Networks on Diffusion and Adoption of
Agricultural Technology: Evidence
from Rural Ethiopia
. Department of
International Studies, The University of
Tokyo. Paper konferensi international sains
terapan daerah, FASIDGRIP dan Kyoto
University. Feb 2011. hal 1-28
Kuantitatif Aspek geografis mempengaruhi
pembentukan jaringan sosial. Jarak pusat penyuluhan pertanian
terdekat berpengaruh negatif pada pengetahuan dan frekuensi
bertemunya dengan agen informasi.
Jaringan sosial sering didasarkan pada promosi aliran pengetahuan,
pertemuan dengan penyuluh meningkatkan aliran pengetahuan
dan sebaliknya jaringan komunikasi tidak akan terbentuk
tanpa ada pertemuan, hal ini menunjukan pentingnya tatap
muka dalam difusi pengetahuan. Beberapa
aspek lain seperti agama
dan etnis adalah aspek
penting terbentuknya
jaringan sosial di dalam
masyarakat yang perlu
mendapat perhatian.
Sambungan Matrik Tinjauan hasil penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran
5. Coyle CL and Vaughn
H. 2008. Social networking:
Communication revolution or evolution?.
Bell Labs Technical Journal
. 132:13 –18.
doi: 10.1002bltj.20298 Survei
Kuantitatif Jaringan sosial dan kebutuhan
berkomunikasi adalah kondisi manusia yang universal. Sebuah
asumsi umum adalah bahwa teknologi komunikasi membantu
meningkatkan dan memperkuat ikatan sosial. Situs jejaring sosial
yang digunakan untuk mempertahankan jaringan yang
sudah ada dan hubungan sosial. Situs lebih lanjut bisa mengubah
jaringan sosial dan mungkin memberikan sesuatu yang ekstra
yang diperlukan untuk revolusi komunikasi. kemampuan secara
individu dan dalam kelompok akan mengubah komunikasi sosial yang
lebih radikal. Dibutuhkan
keterampilan menggunakan
situs jejaring sosial untuk
mempublikasik an kehidupan
seseorang an kelompok.
6. Gomez
Daniel, et al
.2003. Centrality and power in social
networks: a game theoretic approach.
Kuantitatif,
Exponenti al random
graph model and
the game A new family of centrality
measures, based on game theoretical concepts, is proposed
for social networks. To reflect the interests that motivate the
interactions among individuals in a network, a cooperative game in
characteristic function form is considered. Shapley value in a
game is considered as actor’s power.
The difference between a
ctor’s power in the
original one is proposed as a
centrality measure.
Conditions are given to reach
some desirable properties.
7. Hanan, Abdul. Pulungan,
Ismail. Lumintang, Richard W.E. 2005.
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Diakuinya Seseorang Sebagai Pemimpin Opini
dan Manfaatnya untuk Kegiatan Penyuluhan.
Institut Pertanian Bogor. Jurnal Penyuluhan.
ISSN: 1858-2664 Volume 1 No. 1.
Analisis Deskriptip
Kuantitatif Karakteristik dari para pemimpin
opini sehingga menjadi sumber informasi dan pendapat bagi
pengikutnya antara lain:
1. Para pemimpin opini merupakan penduduk asli, dengan demikian
hubungan emosional dan sosial antara pemimpin opini dengan
pengikut relatif dekat.
2. Para pemimpin opini sebagai pedagang dan pemasok sarana
produksi bagi para pengikutnya, sehingga secara bisnis memiliki
keterikatan hubungan.
3. Para pemimpin opini sebagai pembeli hasil produksi, dalam
arti menjamin pemasaran hasil dari para pengikutnya, sehingga
pengikut memiliki keterikatan pemasaran.
4. Para pemimpin opini diakui oleh pengikutnya memiliki tingkat
kejujuran dalam kegiatan usaha, serta terbuka terhadap informasi.
Perlu memperhatikan
karakteristik dan kinerja
pemimpin opini sehingga
informasi yang disampaikan
dengan mudah diterima
masyarakat
Sambungan Matrik Tinjauan hasil penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran
8. Noor Marzuki. 2008.
Strategi Komunikasi Pembangunan
Masyarakat Pusat Perikanan. Jurnal
Aplikasi Manajemen. Volume 6. Nomor 1.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
April 2008. Hal 273-27 Deskriptif
Kuantitatif Untuk membangun pedesaan
khususnya masyarakat nelayan diperlukan pendekatan model
partisipatif dan prinsip keterpaduan. Pendekatan
partisipatif ini melalui upaya menggerakkan bentuk-bentuk
organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan peransertanya
untuk membangun diri dan lingkungannya
Perlu sinergi antara
pemerintah dan masyarakat
dalam menjalankan
program pembangunan.
9. Tore Opsahl, 2013.
Triadic closure in two- mode networks:
Redefining the global and local clustering
coefficients. Social Networks.
352: 159- 167.
Kuantitatif, analisis
sosiogram Sebagian besar tindakan jaringan
didefinisikan untuk jaringan satu- mode, jaringan dua modus sering
harus diproyeksikan ke jaringan satu-modus untuk dianalisis.
Sejumlah isu muncul dalam proses transformasi ini, terutama ketika
menganalisis hubungan antara kontak node. proyeksi jaringan
acak dua mode menyimpang dari nilai-nilai yang diharapkan dalam
jaringan kalsik satu-modus. Proyeksi jaringan dua modus
memiliki, tingkat clustering yang tinggi.
Mengusulkan redefinitions
koefisien untuk jaringan dua-
mode.
Mengusulkan langkah-
langkah menggunakan
tiga node
Cara penerapan
untuk empat jaringan
10. Cindoswari, Rara, Ageng. 2012. Jaringan
Komunikasi dalam Penerapan Teknologi
Produksi Ubi Kayu Kasus Petani Ubi Kayu
di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Tesis Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Kuantitatif,
dengan analisis
sosiogram Struktur jaringan komunikasi
diantara petani ubi kayu di Desa Suko Binangun terbentuk
berdasarkan kedekatan tempat tinggal antar anggotanya.
Struktur jaringan komunikasi mengenai informasi bibit, pupuk
dan panen merupakan radial personal network
menyebar sedangkan struktur jaringan
komunikasi mengenai informasi hama dan penyakit merupakan
interlock personal network memusat.
Ciri yang melekat pada petani ubi kayu yang berperan sebagai star
umumnya orang-orang yang memiliki derajat
keterhubungan yang paling tinggi dengan
individu lainnya. Kecenderungan petani ubi kayu untuk
berkomunikasi dengan star didasarkan pada pertimbangan
kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan
kenyamanan dalam berkomunikasi. Agar dapat
terlibat dalam jaringan
komunikasi, petani ubi kayu
yang berperan sebagai isolate
atau pencilan perlu untuk
meningkatkan akses mereka
terhadap beragam media
massa dan mengikutsertak
an diri ke dalam
kelompok di lingkungan
mereka.
Sambungan Matrik Tinjauan hasil penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran
11. Kifli, Gontom C. 2007.
Strategi Komunikasi Pemberdayaan
Komunitas Dayak di Kalimantan Barat.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 25
No. 2, Desember 2007 : 117 - 125.
Desktiptif Kualitatif,
FGD dan Indepth
Interview Model komunikasi yang perlu
dikembangkan dalam pemberdayaan tokoh adat
sebagai liaison person tersebut adalah berupa pemberdayaan
komunikasi kelompok dalam komunitasnya.
Perlu mengembangkan
model komunikasi
partisipatif
12. Aziz, A. 2002. Analisis Jaringan Komunikasi
dalam Masyarakat Tradisional Kampung
Naga Kasus dalam
Usahatani Padi . Tesis.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Deskriptif Kuantitatif
Analisis Sosiogram
Hasil penelitian menyatakan bahwa profil petani yakni umur,
pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan
keluarga, partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber
informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi
melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media
massa Perlu
mengembangkan komunikasi
partisipasi
13. Djamali 1999 Analisis Jaringan Komunikasi
dalam Bisnis Sarang Burung Walet di
Kabupaten Jember Jawa Timur.
Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Deskriptif Kuantitatif
Adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik
individu dengan keikutsertaan dalam jaringan komunikasi
agribisnis sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi
pada seorang pewalet bahwa semakin muda, semakin tinggi
pendidikan, semakin tinggi pengalaman maka seorang
pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi.
Disamping itu terpaan media memperlihatkan ada hubungan
yang dengan keikutsertaan individu dalam jaringan
komunikasi. Diperlukan
komunikasi partisipasi dalam
mengembangkan bisnis sarang
burung walet
14. Ellyta 2006. Analisis jaringan komunikasi
petani dalam pemasaran lidah buaya Kasus di
Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak
Kalimantan Barat. Tesis. Bogor. Institut
Pertanian Bogor Deskriptif
Kuantitatif Sosiogram
Faktor internal yaitu pendidikan dan luas lahan berhubungan
nyata dengan jaringan komunikasi sedangkan
pengalaman berusahatani berhubungan
sangat nyata dengan jaringan komunikasi
Perlu menganalisis dan
menemukan komunikasi yang
efektif yang dapat dilakukan
dalam rangka meningkatkan
pemasaran dan pendapatan petani
Sambungan Matrik Tinjauan hasil penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran
15. Nolker RD., 2011. Diffusion in Social
Netwoks a model of member Diffusion
behavior. PhD Dissertation Faculty of
Graduate School of University of Maryland
Baltymore County Deskriptif
Kuantitatif Analisis
sentralitas Struktur komunikasi pada
dasarnya merupakan serangkaian cara pengukuran terhadap
berbagai sifat jaringan, diantara indikator yang paling sering
digunakan adalah sentralitas dan kebersamaan
16. Oleas, Carolina. Dooley, Kim E. Shinn, Glen C.
Giusti, Cecilia. 2010. A Case Study of the
Diffusion of Agricultural Innovations in
Chimaltenango, Guatemala
. Journal of International
Agricultural and Extension Education.
Volume 17. Number 2. pp 33-44
Kuantitatif, analisis
sosiogram peran
dalam klik Anggota komunitas mengakui
pentingnya pendapat seorang pemuka pendapat opinion leader
dalam difusi inovasi untuk adopsi pertanian. Pemuka pendapat
opinion leader memainkan peranan kunci untuk
mengevaluasi inovasi, menjaga komunikasi antar jaringan,
memfasilitasi kesempatan untuk mendapatkan proyek pertanian,
pelatihan dan menciptakan serta mempertahankan hubungan
dengan organisasi eksternal. Pemimpin opini opinion leader
diidentifikasi sebagai sumber informasi dan inovasi untuk
anggota komunitas dan pemimpin opini sangat terlibat aktif dalam
mengevaluasi hasil-hasil inovasi yang diterapkan dalam
komunitasnya Perlu
mempertimbang kan apakah
inovasi tersebut sesuai bagi
masyarakat dan juga
mempertimbang kan kondisi
sosial ekonomi dan lingkungan
yang sangat mempengaruhi
proses keputusan
dalam adopsi teknologi
pertanian.
17. John R. Hipp Robert W. Faris, Adam Boessen.
2012. Measuring neighborhood:
Constructing network neighborhoods.
Social Networks Journal.
Volume 34 page 128 –
140 Deskriptif,
Kuantitaf, analisis
Sosiogram Memperlihatkan memberikan
contoh menggunakan ikatan sosial di kalangan remaja. Matriks
jaringan berisi informasi tentang hubungan sosial serta jarak fisik.
Menguji skema pembobotan yang berbeda untuk jarak sosial dan
fisik. Membandingkan hasil lingkungan untuk mereka yang
menggunakan batas Sensus mengusulkan
menciptakan batas-batas
lingkungan berdasarkan
kepadatan ikatan sosial
18. Halim S. 2013. Studi Jaringan Komunikasi
Dalam Penerapan Higien Dan Sanitasi
Pemerahan Pada Kelompok Peternak Sapi
Perah
Kasus di Kecamatan Pamulihan
Kabupaten Sumedang
.Tesis. IPB Analisis
Sosiogram Sentralitas
Betweness Jaringan komunikasi sentralitas
memiliki hubungan nyata dengan kegiatan produksi peternakan
dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan.
Sambungan Matrik Tinjauan hasil penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Metode Hasil
Saran
19. Wiganda S. 2010. Strategi Pengembangan
Agribisnis melalui intervensi Taraf
Penghidupan dan Pola Pikir. Forum Ilmiah
Unija.
48:23-30. Kuantitatif
Analisis VPA
Analisis SWOT
Menjelaskan bahwa perbaikan mata pencaharian dan pola pikir
petani dalam bisnis pertanian berkembang melalui intervensi
perubahan taraf penghidupan dan pola pikir petani di Kabupaten
Banjar, Jawa Barat terutama pada peningkatan pendapatan dan
modal kelompok. Dalam
pengembangan agribisnis
perlu kerjasama
antar lembaga
mulai tahap
perancanaan hingga evaluasi
20. Sun LY, Zhang Z, Qi J and Chen ZX. 2012.
Empowerment and creativity: A cross-
level investigation. The
Leadership Quarterly
.231.55-65. doi:10.1016j.leaqua.20
11.11.005
Analisis kualitatif
Pemberdayaan struktural sebagian dimediasi hubungan antara
kepemimpinan transformasional dan pemberdayaan psikologis.
Pemberdayaan psikologis sepenuhnya dimediasi hubungan
antara pemberdayaan struktural dan kreativitas.
Pemberdayaan struktur dan psikologis secara berurutan
menengani hubungan antara kepemimpinan transformasional
dan kreativitas. Penelitian ini
terintegrasi perspektif yang
berbeda dari pemberdayaan
dan memberikan wawasan penting
ke dalam mekanisme yang
menghubungkan pemberdayaan
dengan kreativitas.
21. Sobels J, Curtis Allan and Lockie S. 2001.
The Role of Landcare Group Networks In
Rural Australia: Exploring The
Contribution Of Social Capital. Journal of
Rural Studies
.173:265-275. doi:10.1016S0743-
01670100003-1 Analisis
kualitatif Terhadap
dua jaringan
sosial Konsep modal sosial menjelaskan,
tentang keberhasilan dari jaringan sosial. peluang yang diciptakan
untuk partisipasi dan pembelajaran bersama, melakukan kerja dilahan
ekstensif, meningkatkan struktur komunikasi, mengadopsi praktik
manajemen profesional dan meningkatkan pengetahuan
anggota. Elemen-elemen kunci dari modal sosial yang penting dalam
mencapai hasil ini adalah kepercayaan, norma, harapan timbal
balik dan jaringan komunikasi. Pemberdayaan sebagai jembatan
menghubungkan modal sosial yang berkontribusi dengan jaringan.
Keberhasilan jaringan Landcare
menunjukkan bahwa stimulus
pemerintah top- down
bisa menjadi katalis
dapat dijadikan acuan untuk
pengembangan masyarakat dari
bawah ke atas.
Kebaruan penelitian
Beberapa kajian terdahulu yang mengkaji hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi dalam berbagai aktifitas pertanian Saleh, 1998;
Djamali 1999; Zulkarnain 2002; Aziz 2002; Ellyta 2006; Syafril 2002; Rangkuti 2009b; Cindoswari 2012. Hasil penelitian, baru sebatas menjelaskan adanya
hubungan nyata atau tidak nyata antara karateristik individu petani dengan jaringan komunikasi. Begitu pula, studi yang dilakukan oleh Halim 2013
menjelaskan bahwa jaringan komunikasi berhubungan nyata dengan perubahan perilaku produksi peternak dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan
susu ternak. Beberapa hasil kajian yang telah dijelaskan tersebut, masih sangat kurang komprehensif dalam melihat dan menganalisis peran dan struktur jaringan
komunikasi di tingkat klik dan individu secara mendalam, terutama pada individu pembudidaya ikan di pedesaan.
Selanjutnya penggunaan metode analisis jaringan komunikasi yang digunakan dalam beberapa penelitian terdahulu, baru sebatas analisis peran dalam
klik Saleh 1988; Djamali 1999; Aziz 2002; Hanan et al. 2005; Ellyta 2006; Oleas et al.
2010; Todo 2011, masih sedikit penelitian yang menggunakan analisis struktur jaringan komunikasi di tingkat individu. Pada umumnya analisis struktur
jaringan komunikasi baru pada analisis sentralitas centrality dan kebersamaan betweeness Valente Foreman, 1998; Cindoswari 2012; Halim 2013, begitu
juga penelitian Gomes 2003 menyatakan bahwa pengukuruan sentralitas pada sebuah keluarga berdasarkan pada konsep game teori, dapat menjelaskan jaringan
komunikasi sebagai suatu jaringan sosial. Selanjutnya Nolker 2011 juga menyatakan struktur komunikasi pada dasarnya merupakan serangkaian cara
pengukuran terhadap berbagai sifat jaringan, diantara indikator yang paling sering digunakan adalah sentralitas dan kebersamaan betweeness.
Dengan demikian, masih belum jelas keberadaan penelitian yang menggunakan analisis peran dan struktur jaringan komunikasi ditingkat klik dan
individu secara lebih mendalam, serta belum ditemukan penelitian yang menjelaskan berbagai permasalahan yang kompleks tentang jaringan komunikasi
dan pemberdayaan pembudidaya ikan di pedesaan. Hasil akhir dari penelitian diharapkan mampu menemukan strategi komunikasi yang tepat, sehingga dapat
menjadi bahan pemecahan masalah pembangunan perikanan dan pemberdayaan masyarakat serta sebagai bahan pengembangan dan pengayaan pengetahuan,
khususnya ilmu komunikasi pembangunan perikanan.
Letak kebaruan pada penelitian ini adalah : 1. Menganalisis jaringan komunikasi dengan menggunakan analisis peran dan
struktur jaringan komunikasi di tingkat klik dan individu secara mendalam dengan menggunakan analisis sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan
betweness dan keterhubungan connetedness.
2. Untuk membuktikan dan menganalisis hubungan jaringan komunikasi dengan karakteristik personal, persepsi dan fasilitas produksi pembudidaya ikan dalam
kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan dengan menekankan pada aspek teori dan praktik jaringan komunikasi.
3. Membuktikan dan menganalisis perubahan taraf penghidupan dan perilaku dalam pemberdayaan pembudidaya ikan dan melihat hubungannya dengan
jaringan komunikasi.
4. Merancang strategi komunikasi yang tepat melalui analisa jaringan komunikasi dengan menetapkan strategi komunikasi produksi dan pemasaran
dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Pemikiran
Program pembangunan sebagai bagian dari komunikasi pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Program-program pembangunan ini adalah bentuk jasa komunikasi yang disediakan oleh pemerintah dan pihak swasta melalui kebijakan dan program
Corporate Sosial Responsibility
. Pada gilirannya berbagai program tersebut dicetuskan dan diberi label sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat,
dengan konsep dan penjelasan sebagai suatu program yang partisipative dari masyarakat dan untuk masyarakat.
Komunikasi pembangunan yang dijalankan untuk masyarakat seharusnya mampu memberikan informasi dan cara-cara perbaikan tentang masalah
pembangunan yang diperlukan oleh mereka. Komunikasi pembangunan untuk memberdayakan masyarakat tidak hanya sekedar memberikan informasi tapi juga
memberikan solusi yang tepat bagi masyarakat dalam menjalani usaha-usaha yang mereka lakukan, sehingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan pembangunan
nasional menjadikan masyarakat yang sejahtera adil dan beradab.
Pembudidaya ikan tentunya memerlukan berbagai informasi dan peran komunikasi dalam usaha perikanan yang mereka laksanakan. Komunikasi ini
diperlukan dalam berbagai hal seperti mendapatkan informasi tentang produksi perikanan dan pemasaran hasil perikanan. Untuk mendapatkan informasi ini
pembudidaya ikan memerlukan bantuan dari berbagai pihak dengan melakukan interaksi komunikasi sehingga membentuk jaringan komunikasi. Kemudian dalam
pelaksanaan kegiatan perlu juga diketahui persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping program yang dijalankan sebagai bentuk terjadinya proses jaringan
komunikasi, karena bagaimanapun juga persepsi pembudidaya terhadap pendamping akan menentukan keberhasilan program untuk dapat diadopsi secara
baik oleh pembudidaya ikan.
Pada awalnya di wilayah Desa Koto Mesjid pengembangan usaha budidaya perikanan dalam kolam diusahakan oleh seorang masyarakat, karena
melihat keberhasilannya maka masyarakat lainpun pada gilirannya ikut mencontoh dan melaksanakan apa yang dilakukan para pendahulunya dalam
usaha budidaya perikanan sehingga terus berkembang, hampir seluruh masyarakat telah mengusahakan pembudidayaan ikan dalam kolam tersebut.
Usaha budidaya perikanan yang digeluti masyarakat sebenarnya lahir dari masyarakat yang ada di wilayah itu sendiri dengan berbagai aktifitas dan interaksi
sosial diantaranya saling tukar menukar informasi, memberi contoh untuk melakukan usaha budidaya perikanan, informasi tentang keuntungan dan
kelemahan melakukannya. Interaksi ini terjalin antar anggota masyarakat sehingga terbentuk jaringan komunikasi dalam masyarakat guna mengupayakan perbaikan
kehidupan sosial ekonomi. Hal ini tidak lain karena manusia selain mahluk individu adalah juga sebagai mahluk sosial yang hanya bisa mengembangkan
potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi tentunya diawali kontak yang mengarah pada kecenderungan untuk
berbagi informasi dengan individu lain dan perwujudan interaksi dengan individu lain akan mengarah kepada siapa berhubungan dengan siapa.
Melihat keberhasilan usaha budidaya perikanan yang dijalankan oleh masyarakat di wilayah Desa Koto Mesjid ini maka pemerintah dan lembaga
swasta merasa perlu memperhatikan dan berpartisipasi mengembangkan usaha tersebut dengan membuat kebijakan pengembangan sektor budidaya perikanan
dan implementasi program Corporate Sosial Responsibility melalui pengucuran kredit dana bergulir, pelatihan, pendampingan dan pembangunan infrastruktur
pendukung kegiatan pembudidaya ikan di wilayah ini.
Program-program pembangunan yang telah diadopsi oleh masyarakat pembudidaya ikan ternyata dapat membantu dalam menjalankan usaha budidaya
perikanan yang mereka laksanakan. Program komunikasi pembangunan yang dicetuskan ini masuk ke dalam masyarakat tentulah melalui berbagai perantara
diantaranya adalah para pemuka masyarakat dan orang yang dianggap
berpangaruh di suatu wilayah serta adanya pendamping yang lahir dari masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat mau mengadopsi program-program
tersebut. Akan tetapi peran pendamping ini tidak hanya sebagai perantara tapi mereka juga pada awalnya berperan dalam mengadopsi dan melaksanakan
program, yang diharapkan dapat sebagai percontohan bagi masyarakat lainnya. Dalam mengusahakan program tersebut para pendahulu dalam usaha ini telah
mendapatkan manfaat dan keuntungan-keuntungan secara ekonomi maupun sosial, sehingga program komunikasi pembangunan mendapat apresiasi dari
masyarakat. Selanjutnya karena adanya percontohan, maka pada gilirannya masyarakat beramai-ramai mengusahakan budidaya ikan dengan harapan
mendapatkan keuntungan dan perbaikan pada kehidupan sosial ekonomi mereka.
Pemberdayaan masyarakat menjelaskan bahwa kegiatan pembangunan yang dijalankan adalah inisiatif dari masyarakat yang secara sadar untuk
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Wujud tercapainya pemberdayaan masyarakat tersebut dapat terlihat dari perubahan kualitas sosial ekonomi,
terutama perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam kehidupan menjadi lebih baik dan tidak terjadinya ketimpangan, perilaku berkeadilan, berbagi
informasi dalam menerima manfaat program pembangunan yang dijalankan. Untuk itu pemerintah sebagai penyedia program komunikasi pembangunan dalam
memberdayakan masyarakat seharusnya tidak hanya melihat bahwa program telah diadopsi oleh masyarakat dan mereka telah mendapatkan manfaat dan
keuntungan, tetapi perlu juga melihat bagaimana bentuk komunikasi yang terjalin diantara masyarakat, bagaimana persepsi pembudidaya ikan terhadap
pendamping, bagaimana perubahan taraf penghidupan dan pola pikir manfaat pemberdayaan yang dirasakan dan siapa saja yang mendapatkan keuntungan
tersebut, dan apakah pemberdayaan pembudidaya ikan dapat terwujud secara adil dan merata sesuai dengan tujuan pemberdayaan itu sendiri.
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Karakteristik Personal
Umur Pendidikan formal
Pendapatan Tanggungan keluarga
Pengalaman berusaha Kepemilikan asset
Curahan jam kerja
Persepsi Pembudidaya terhadap Pendamping
Persepsi terhadap informasi produksi
Persepsi terhadap informasi pemasaran
Fasilitas Produksi
Fasilitas Produksi dari CSR PT. Telkom
Fasilitas Produksi dari Pemda
Jaringan Komunikasi
Central Lokal Central Global
Kebersamaan Keterhubungan
Taraf Penghidupan livelihood
Pendapatan
Kesempatan Kerja
Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan
Pola Pikir mindset
Aktifitas kelompok Tingkat adopsi teknologi
Kebiasaan menabung Kepercayaan diri
Orientasi pendidikan anak Pengarusatamaan Gender
Praktek Bisnis
Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, diduga karakteristik personal, fasilitas produksi berhubungan nyata dengan persepsi pembudidaya ikan terhadap
kinerja pendamping. Jaringan komunikasi antar pembudidaya berhubungan nyata dengan karakteristik, fasilitas produksi dan persepsi pembudidaya ikan terhadap
pendamping. Terjadi perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai manfaat dari adanya kegiatan pemberdayaaan, adanya hubungan
antara taraf penghidupan dan pola pikir dengan jaringan komunikasi, serta masih terjadi ketimpangan dalam menerima manfaat diantara masyarakat yang
menerima program dan ada beberapa individu pembudidaya ikan yang mendapatkan manfaat yang lebih banyak dari program tersebut.
Metode Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan sentra budidaya perikanan dalam kolam tepatnya di Desa Koto Mesjid, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan karena wilayah ini merupakan terpilih sebagai kawasan percontohan yaitu Kawasan Sentra Produksi budidaya
perikanan di Provinsi Riau. Memiliki kolam pembudidaya ikan paling banyak dan kolam ikan yang luas dan berpotensi untuk terus dikembangkan untuk mendukung
kebijakan pemerintah dalam aspek pengembangan budidaya perikanan darat dan pemberdayaan masyarakat, baik itu secara nasional maupun secara regional.
Penelitian pendahuluan telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Kemudian dilaksanakan lagi survey pada bulan Juni 2013, setelah proposal disertasi disahkan
dilanjutkan pengambilan data pada bulan Desember 2013 hingga Mei 2014, kemudian dilanjutkan wawancara mendalam pada Agustus dan September 2014.
Alasan lain dalam pemilihan lokasi penelitian di Desa Koto Mesjid ini diantaranya adalah: 1 ditetapkannya lokasi ini sebagai kawasan sentra budidaya
perikanan oleh pemerintah dengan mengembangkan cluster perikanan budidaya ikan patin Pangasius hypopthalmus dan dibentuknya Unit Pembenihan Rakyat
UPR Graha Pratama Fish Unit ; 2 PT. Telkom Indonesia menjadikan Desa Koto Mesjid sebagai wilayah program Corporate Social Responsibility CSR dan
ditetapkannya sebagai nominasi CSR Award tahun 2011; 3 profesi sebagai pembudidaya ikan di wilayah ini membanggakan masyarakatnya; 4 sebagai
kawasan penghasil ikan patin Pangasius hypopthalmus terbesar di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Paradigma Keilmuan dalam Penelitian
Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan positivis dan kritis, untuk mendeskripsikan keadaan jaringan komunikasi, persepsi pembudidaya ikan
dan fasilitas produksi serta manfaat sosial ekonomi yang diperoleh pembudidaya ikan dalam program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan menggunakan
paradigma positivis, kemudian menganalisis dan menyusun strategi komunikasi dalam pemberdayaan jaringan komunikasi pada masyarakat pembudidaya ikan,
dengan menggunakan paradigma keilmuan secara kritis, teori ini berusaha membangun kesadaran bahwa pemberdayaan sebagai pendekatan kritis
“Paulo Freire” Consciencetization. Paradigma keilmuan dalam teori kritis membuat
pertanyaan terhadap realitas sosial, dimana orang-orang selalu bertanya, ada apa, adilkah, lebih baik kah? Denzin Lincoln 2009.
Pendekatan Penelitian
Untuk memetakan mapping jaringan komunikasi, ditentukan responden pembudidaya ikan yang menjadi anggota mitra binaan PT. Telkom yang ada di
Desa Koto Mesjid XIII Koto Kampar sebagai unit contoh. Contoh ini diambil dengan teknik “sampling intact system” Rogers dan Kincaid, 1981. Dengan
metode “intact system” ini, semua individu masyarakat yang terwakili dalam setiap kelompok pembudidaya ikan sebagai suatu sistem sosial adalah sebagai
responden. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei deskriptif korelasional
. Sedangkan pemetaan jaringan komunikasi menggunakan kajian analisis jaringan
komunikasi yang dilakukan dengan pembuatan matriks hubungan komunikasi yang berasal dari hasil pertanyaan sosiometris. Dari matriks
tersebut dibuat sosiogram jaringan komunikasi pembudidaya ikan. Dipilihnya metode analisis jaringan komunikasi, karena metode ini dapat
dengan jelas mendeskripsikan jaringan komunikasi dengan sosiogram. Metode ini bertitik tolak dari analisis konvergensi yang berlandaskan pada teori cybernetic,
yakni teori yang memandang tingkah laku manusia dari perspektif sistem-sistem Rogers Kincaid 1981. Teori ini beranggapan bahwa perilaku seseorang akan
lebih ditentukan oleh relasi-relasi sosialnya daripada ciri-ciri individunya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan penelitian yaitu : 1. Tahapan Pertama dilaksanakan dengan metode kuantitatif yaitu untuk
mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, fasilitas produksi yang
diterima pembudidaya ikan, jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan, perubahan taraf penghidupan
livelihood dan pola pikir mindset yang terjadi pada pembudidaya ikan dan menganalisis hubungan peubah tersebut dengan jaringan komunikasi.
2. Tahapan Kedua dilaksanakan dengan metode kualitatif yaitu untuk menyusun strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan, yaitu dianalisis
secara kritis dengan mendiskripsikan dan menganalisis terjadinya perbedaan manfaat yang diterima pembudidaya ikan dengan menganalisis keadaan yang
terjadi terhadap realitas sosial, dimana orang-orang selalu bertanya, ada apa, adilkah, lebih baik kah? Denzin Lincoln 2009
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan pembudidaya ikan mitra binaan PT. Telkom pada periode 2009 dan 2010 yang mendapat bantuan akses modal
usaha budidaya ikan patin dalam kolam di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar Provinsi Riau. Dalam membantu menemukan realitas sosial
terhadap penelitian ini maka untuk mengetahui jaringan komunikasi antar masyarakat dilakukan dengan menggunakan teknik sampling intact system dimana
sampel dalam penelitian ini merupakan suatu sistem. Jumlah sampel dalam penelitian diambil sebanyak 90 orang responden yang mewakili seluruh
pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data tersebut terdiri dari:
1. Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman usaha budidaya kolam, luas lahan yang dijadikan kolam, kepemilikan asset, curahan
jam kerja, pendapatan sebelum dan sesudah adanya usaha kolam ketika sesudah mendapat bantuan dan sebelum mendapat bantuan program
pemberdayaan.
2. Pendamping atau fasilitator yaitu pendamping dari pemerintah daerah dan pendamping dari pembudidaya ikan sendiri swadaya sabagai pendamping
pelaksanaan program pemberdayaan di Desa Koto Mesjid. 3. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping diukur berdasarkan skala
likert. sangat aktif, aktif, cukup aktif dan tidak aktif 4. Fasilitas Produksi merupakan fasilitas yang diterima pembudidaya ikan dari
program pemberdayaan masyarakat dalam menjalankan kegiatan usaha budidaya perikanan, diukur dengan mengukur berapa jumlah bantuan yang
diterima dengan skala ratio.
5. Struktur jaringan komunikasi digunakan untuk melihat derajat hubungan antara pembudidaya ikan dalam usaha budidaya perikanan dalam kolam.
6. Jaringan komunikasi merupakan interaksi terjalinnya komunikasi antar pembudidaya ikan dalam jaringan komunikasi yang dilihat dari centralitas
lokal, centralitas global, kebersamaan komunikasi dan hubungan komunikasi. Diukur dengan menggunakan skala ratio.
7. Perubahan taraf taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pembudidaya ikan adalah terjadinya perubahan taraf penghidupan livelihood
dan pola pikir mindset pembudidaya ikan pada awal mendapatkan bantuan program dan ketika telah menjalankan program, perubahan ini diukur dengan
melihat tejadinya perubahan kemajuan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset pada awal program dan pada pelaksanaan program.
8. Masyarakat yang paling banyak mendapatkan manfaat dari program komunikasi pembangunan diukur dengan melihat kemajuan taraf
penghidupan dan pola pikir individu, kemudian dilihat diversifikasi usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan, pemilikan asset,
serta ketergantungan individu dalam jaringan komunikasi di lingkungannya.
Definisi Operasional 1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri yang melekat pada diri pembudidaya
ikan yang dapat digunakan untuk membedakan antara pembudidaya ikan yang satu dengan pembudidaya ikan yang lain.
2. Pembudidaya ikan adalah, masyarakat yang memiliki usaha budidaya perikanan dalam kolam yang ada di wilayah penelitian
3. Pendamping atau fasilitator adalah individu masyarakat yang berperan sabagai pendamping pelaksanaan program, baik itu pendamping swadaya atau
pendamping dari pemerintah. 4. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping adalah penilaian
pembudidaya ikan terhadap pendamping dalam melaksanakan kerja pendampingan
5. Fasilitas Produksi adalah fasilitas yang diterima oleh pembudidaya ikan dari program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa Koto Mesjid dalam
menjalankan kegiatan usaha budidaya perikanan.
6. Jaringan komunikasi adalah interaksi antara satu pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan lainnya yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan
menyebarkan informasi produksi dan pemasaran hasil perikanan. Dari data jaringan komunikasi yang diperoleh akan dilihat derajat sentralitas lokal,
derajat sentralitas global, kebersamaan dan hubungan connectedness.
a. Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan mereka. Derajat
ini menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan individu lain dalam lingkungan terdekat atau pertetanggan
mereka, dengan mengunakan UCINET VI, derajat sentralitas lokal diperoleh
melalui “normalized degree centrality” atau “centrality degree”. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui networkcentralitydegree. Data yang diperoleh
merupakan data skala rasio.
b. Sentralitas global adalah derajat yang menunjukkan berapa jarak yang harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam
sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu dalam sistem, dengan menggunakan software
UCINET VI, nilai sentralitas global diperoleh melalui “centrality closeness” yaitu diperoleh melalui networkcentralitycloseness. Data yang diperoleh
merupakan data skala rasio.
c. Kebersamaan betweeness adalah frekuensi seorang individu melakukan hubungan dengan satu klik diantara klik lainnya. Derajat ini menunjukkan
kemampuan individu untuk menjadi perantarapenghubung antara satu aktor dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Dengan menggunakan UCINET VI
Nilai
betweeness diperoleh
melalui networkcentrality
and powerbetweeness
. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. d. Keterhubunagan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota
sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness
diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Konektivitas
dapat menjadi ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan dan kerentanan individu, Hanneman and Riddle 2005.
Dengan menggunakan UCINET VI Nilai connetedness diperoleh melalui networkcentrality and
powerinformation centrality. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio
7. Perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan pembudidaya ikan sebagai akibat
dari program pemberdayaan yang dijalankan. Perubahan ini diukur dengan melihat kemajuan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset.
Indikator kemajuan taraf penghidupan livelihood dikelompokkan sebagai
indikator yang bersifat fisik tangible atau indikator-indikator yang dapat diukur secara kuantitatif. Indikator ini akan menggambarkan kemajuan fisik yang antara
lain diukur melalui beberapa sub indikator yaitu:
a. Pendapatan, b. Kesempatan kerja,
c. Konsumsi pangan, d. Sanitasi dan kebersihan,
Indikator kemajuan pola pikir mindset dikelompokkan sebagai indikator yang bersifat bukan fisik intangible. atau indikator-indikator yang sebenarnya
hanya bisa diukur secara kualitatif, tetapi dalam analisa Vectorial Project Analysis VPA indikator-indikator pola pikir ini diukur secara kuantitatif. Indikator ini
lebih lanjut diurai menjadi beberapa sub indikator yang meliputi tingkat :
a. Aktifitas di kelompok tani b. Tingkat adopsi teknologi
c. Kebiasaan menabung d. Kepercayaan diri
e. Orientasi pendidikan anak e. Pengarusutamaan gender
f. Praktek dan orientasi bisnis
8. Masyarakat yang paling banyak menerima manfaat adalah masyarakat yang mendapatkan manfaat yang lebih banyak dibandingkan dari masyarakat
lainnya, dapat dilihat dari kemajuan taraf penghidupan livelihood dan pola pikir mindset secara individu diantaranya dilihat dari kepemilikan modal,
tingkat pendapatan, kepemilikan asset, akses terhadap informasi pembangunan perikanan, diversifikasi usaha yang dilakukan dan ketergantungan
pembudidaya ikan terhadap dirinya. Untuk memudahkan pelaksanaan dan analisis hasil penelitian ini, maka
peubah-peubah yang dijelaskan tersebut diukur dikategorikan berdasarkan konsep teori dan defenisi operasional yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Pengukuran terhadap peubah karakteristik pembudidaya ikan
Karakteristik Personal X1 Kategori
Skore Kategori X1.1 Umur
Kurang produktif Produktif
Belum produktif 65 tahun
17 – 65 tahun
17 tahun X1.2. Pendidikan formal
Rendah Menengah
Tinggi 1
– 9 tahun 10
– 12 tahun 12 tahun
X1.3. Pendapatan Rendah
Sedang Tinggi
2.juta 2 juta s.d 3.5 juta
3.5 juta
X1.4. Tanggungan keluarga Sedikit
Sedang Banyak
4 4-6
6
X1.5. Pengalaman berusaha Rendah
Sedang Lama
3 tahun 3 s.d 6 tahun
6 tahun
X1.6. Luas Kolam Kecil
Sedang Luas
300 m 300 - 600 m
600 m
X1.7. Curahan jam kerja Lama
Sedang Sebentar
4 jamhari 2 s.d 4 jamhari
2 jam hari
Tabel 3. Pengukuran terhadap peubah persepsi pembudidaya ikan
Indikator Persepsi X2 Kategori
Skore Kategori X2.1. Persepsi mengenai informasi
produksi budidaya perikanan Sangat Aktif
Aktif Sedang
Tidak Aktif 4
3 2
1
X2.2. Persepsi mengenai informasi pemasaran budidaya perikanan
Sangat Aktif Aktif
Sedang Tidak Aktif
4 3
2 1
Tabel 4. Pengukuran terhadap peubah fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan
Fasilitas produksi X3 Kategori
Skore Kategori X3.1. Fasilitas bantuan dari
Pemerintah Daerah Sedikit
Sedang Banyak
7.500 benih 7.500
– 15.000 15000 benih
X3.2. Fasilitas bantuan dari PT. Telkom
Sedikit Sedang
Banyak 20 Juta
20 Juta s.d 40 Juta 40 s.d 60 Juta
Tabel 5. Variabelisasi instrument penelitian terhadap peubah jaringan komunikasi, perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan.
Variabel Indikator
Y1. Jaringan Komunikasi Y1.1. Central Lokal
Y1.2. Central Global Y1.3 Kebersamaan
Y1.4. Keterhubungan
Y2. Taraf Penghidupan livelihood Y2.1. Pendapatan
Y2.2. Kesempatan Kerja Y2.3. Kepemilikan modal
Y2.4. Konsumsi Pangan Y2.5. Sanitasi dan Kebersihan
Y3. Pola Pikir mindset Y3.1. Aktifitas kelompok
Y3.2. Tingkat adopsi teknologi Y3.3. Kebiasaan menabung
Y3.4. Kepercayaan diri Y3.5. Orientasi pendidikan anak
Y3.6. Pengarusatamaan Gender Y3.7. Praktek Bisnis
Validitas dan Reliabilitas
Validitas keabsahan instrumen dalam penelitian ini diperoleh dari pertanyaan kuesioner yang sudah terformat dalam suatu software. Pertanyaan
telah disusun dengan cara 1 mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, 2 menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, 3
berpedoman pada teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, 4 mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian
terdahulu dalam kasus yang relevan, dan 5 memperhatikan nasehat dan pendapat dari para ahli, terutama dari komisi pembimbing. Reliabelitas instrumen penelitian
kuesioner terbuka telah diuji melalui penelitian sebelumnya. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahapan yaitu:
1. Survei pendahuluan yaitu tahapan awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data untuk memperkuat
atau mempertajam permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga peneliti menjadi yakin bahwa penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan.
2. Pengumpulan data primer secara kuantitatif dan kualitatif tahap pertama yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara interview meliputi
wawancara terstruktur dengan responden yaitu untuk mengumpulkan data karakteristik individu pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap
pendamping, fasilitas produksi yang diterima dari program, dan mengumpulkan data jaringan komunikasi dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sosiometris darimana seseorang mendapatkan informasi tertentu dan kepada siapa responden tersebut membicarakan informasi yang telah
mereka dapatkan kepada seluruh pembudidaya ikan.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner terbuka yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu: a Karakteristik individu b Persepsi pembudidaya ikan
terhadap pendamping c Fasilitasi Produksi yang diterima dari program pemberdayaan d Struktur jaringan komunikasi dan e Perubahan taraf
penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam pemberdayaan.
3. Pengumpulan data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari pihak-pihak dan lembaga-lembaga terkait yaitu PPL, Kepala Desa, Kantor
Kecamatan, UPR Graha Pratama Fish, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi dan Kabupaten, Bappeda Kabupaten, PT. Telkom dan pihak-pihak
atau lembaga lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
4. Pengumpulan data primer untuk tahapan penilitian yang kedua yaitu mengumpulkan data secara kualitatif melalui wawancara mendalam depth
interview dan melakukan Focus Group Discussion FGD dengan pihak yang
terkait dalam program pemberdayaan yang dilaksanakan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar yaitu untuk mengumpulkan data tentang permasalahan,
tantangan, peluang dan strategi yang akan dikembangkan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.
Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Deskriptif Kuantitatif
Untuk menjawab tujuan pertama yaitu manganalisis karakteristik masyarakat pembudidaya ikan dan tujuan kedua yaitu menganlisis persepsi pembudidaya ikan
terhadap pendamping penelitian ini analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis deskriptip kuantitatif dari hasil kuisioner yang dijalankan
kemudian ditabulasi dan dijelaskan secara deskriptif.
Penentuan tingkat persepsi dikelompokkan dalam tiga kategori dengan menggunakan skala likert berdasarkan skore yaitu tidak aktif 1 sedang 2 aktif
3 dan sangat aktif 4 yang kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan dengan range yang menggunakan rumus :
Skore maksimum – skore minimum – 1
Jumlah kategori 2. Analisis Sosiometri
Analisis sosiometri dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang terjadi di antara para pembudidaya ikan.
Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok Nurkancana,
1993. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari pertanyaan sosiometris yang
diajukan dalam kuesioner. Matriks hubungan komunikasi terdiri dari baris dan kolom. Baris merepresentasikan sumber hubungan sedangkan kolom
merepresentasikan target. Ada tidaknya hubungan komunikasi ditandai dengan bilangan biner. Jika terdapat hubungan komunikasi maka ditulis 1 sedangkan
tidak terdapat hubungan komunikasi ditulis 0 Hanneman Rieddle 2005.
Untuk menganalisis dan melihat jaringan komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya ikan. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks
hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner, selanjutnya dibuat sosiogram. Sosiogram ini
kemudian digunakan untuk melihat pola hubungan dan peranan individu pembudidaya ikan dalam jaringan komunikasi.
3. Analisis jaringan komunikasi Analisis jaringan komunikasi terdiri dari Sentralitas Lokal Local
Centrality Index dan Sentralitas Global Global Centrality Index dan
Kebersamaan Betweeness dihitung dengan software UCINET VI versi 6.216 Boorgati Freeman 2002. Sofware UCINET VI dirancang khusus untuk
menganalisis jaringan komunikasi. UCINET VI dipilih karena mudah digunakan serta menghasilkan estimasi yang optimum setelah tiga kali ulangan perhitungan
Scott 2000.
4. Analisis Vectorial Project Untuk menganalisis perubahan taraf penghidupan livelihood dan pola
pikir mindset, maka data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan Vectorial Project Analysis
VPA dengan menggunakan software office excel 2007. VPA telah digunakan di empat negara SPFS-FAO yaitu Indonesia,
Bangladesh, Laos dan Srilangka dan diadopsi dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan untuk kebutuhan Program Desa Mandiri Pangan Departemen
Pertanian RI di 180 kabupaten. Purnama Saifullah 2008.
5. Analisis Korelasi Rank Spearman Analisis korelasi rank spearman digunakan untuk menganalisis hubungan
antara karakteristik individu pembudidaya ikan, persepsi, fasilitas produksi dengan jaringan komunikasi dan menganalisis hubungan jaringan komunikasi
dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan. Analisis data hubungan tersebut menggunakan Software SPSS 17.
6. Analisis deskriptif kualitatif menggunakan analisis SWOT Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitan ini digunakan untuk
menjelaskan data primer dan sekunder yang diperoleh dari lapangan, juga untuk menjelaskan pelaksanaan program pemberdayaan pembudidaya ikan, dan
menganalisis perubahan sosial ekonomi masyarakat dalam program pemberdayaan yang ada. Analisis data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini sangat
diperlukan untuk menentukan arah kebijakan dalam menemukan rumusan strategi komunikasi pembangunan perikanan di pedesaan. Hal tersebut didasarkan pada
analisis jaringan komunikasi antar masyarakat guna perbaikan program komunikasi pembangunan dalam memberdayakan pembudidaya ikan. Untuk membangun
rumusan strategi komunikasi pembangunan perikanan di pedesaan tersebut dilakukan dengan analisis kualitatif dengan menggunakan analisis sistem yang
menggunakan analisis kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity dan ancaman threat tantangan atau disebut juga analisis SWOT.
Berdasarkan panduan analisis data dari Maleong 2000, maka disusun tahap pengolahan dan analisis data kualitatif yaitu ; 1 telaah data dan informasi
dari berbagai sumber hasil wawancara, observasi dan dokumen, 2 Reduksi data informasi dengan membuat abstraksi sebagai rangkuman inti dari semua
pernyataan sehingga tetap ada 3 menyusun data dan informasi dalam satuan- satuan, 4 mengkategorikan data dan informasi, 5 mengecek keabsahan data
dan informasi, dengan cara mengkonfrimasikan kembali setiap data dan informasi yang diperoleh.