Komunikasi KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN DALAM KOLAM

Jika luas kolam yang dikelola maka upah tenaga kerja akan meningkat dan disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan. Adapun tenaga kerja khusus yang digunakan pembudidaya ikan adalah tenaga kerja pada saat pemanenan ikan dengan rata-rata upah Rp.100.000,-panen dan tenaga kerja yang khusus untuk membersihkan kolam dari lumpur dan melakukan pengapuran dengan rata-rata upah diberikan Rp50.000,-hari. Untuk mengetahui rata-rata upah tenaga kerja kolam pada masing-masin strata dapat dilihat Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata upah tenaga kerja pada masing-masing strata Di Desa Koto Mesjid, Tahun 2013 Per Panen. No Biaya Tenaga Kerja Rppanen I Per usaha tani 755,56 m 2 Per 1000 m 2 1.934.244,44 2.560.029,41 2 Per usaha tani 2246,82 m 2 Per 1000 m 2 5.709.818,18 2.541.290,71 Pengelolaan Usaha Kulitas dan kuantitas benih yang tersedia dalam kolam pemeliharaan dan pembesaran ikan sangat berpengaruh tehadap biaya produksi yang akan dilakukan dan produksi yang dihasilkan pembudidaya ikan patin nantinya. Ukuran benih yang ditebarkan kedalam kolam oleh pembudidaya ikan patin Di Desa Koto Mesjid rata-rata 4-6 cmekor, padat penebarannya berkisar 6- 10 ekorm 2 . Banyaknya penebaran benih yang dilakukan mereka tergantung dengan luas lahan dan besarnya modal yang dimiliki oleh masing-masing pembudidaya ikan. Menurut Efizon, 2004 benih ikan patin Pangasius hypopthalmus yang akan ditebarkan berukuran 3-5 cm dengan padat penebaran berkisar 5-10 ekorm 2 . Lama pemeliharaan yang dilakukan adalah 6 bulan dan panen dilakukan pada ikan yang berukuran 800-1000 gramekor. Dalam proses pemeliharaan ikan, pakan tambahan yang sering digunakan oleh pembudidaya ikan pada awal benih ditebar sampai berusia dua bulan, biasanya diberi pakan dengan merek pokphan 9901 atau pellet udang, sedangkan takaran yang diberikan berkisar 3-5 dari total berat ikan patin yang ditebar. Selama 2 bulan benih ikan patin yang dibesarkan dalam kolam strata I menghabiskan pakan pokphand rata-rata 103 kg dan strata II rata-rata 296.82 kg setelah ikan memasuki usia diatas 2 bulan sampai ikan panen diberikan pelet buatan. Pada usia ikan antara 2 hingga 6 bulan dapat menghabiskan pelet rata-rata 9605 kg pada strata I sedangkan strata II rata-rata 2.7818,18 kg. Dalam pembesaran ikan patin di Desa Koto Mesjid dibutuhkan pakan sebanyak 1,7 kg untuk menaikan bobot ikan patin sebesar 1 kg. ini artinya 0,7 kg pakan akan dikeluarkan menjadi kotoran dan sisanya menjadi daging ikan seberat 1 kg. Menurut Adelina 2005, konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh ikan untuk menambat bobot tubuh. Jika nilai konversi pakan 1,4 berarti setiap 1,4 kg pakan yang dikonsumsi oleh ikan dapat membentuk 1,0 kg daging ikan. Tingkat mortalitas ikan patin dalam kolam usaha budidaya adalah berkisar 5-10 dari jumlah padat tebar. Semua ini menunjukkan bahwa tingkat mortalitas pada usaha tersebut masih relatif sedang. Penyebab kematian pada ikan patin pada umumnya karena serangan hama yang mengganggu seperti ikan gabus, selain itu juga disebabkan oleh parasite dan jamur. Untuk mengantisipasi hal itu para pembudidaya membersihkan sekeliling pematang kolam. Untuk ikan yang telah mati karena penyakit segera di angkat dari kolam agar tidak menyebarkan penyakit terhadap ikan yang lain. Upaya mengobati dan mencegah penyakit ikan agar tidak meluas, pembudidaya ikan mencampurkan obat-obatan yang berbentuk serbuk ke dalam pakan ikan. Hal ini dilakukan sampai ikan benar-benar telah bebas dari penyakit, biasanya obat-obatan diberikan 2-3 kali sehari. Produksi dan Pemasaran Produksi Pembudidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid melakukan panen setelah umur ikan berkisar 5-6 bulan, rata-rata pembudidaya ikan melakukan panen ikannya dua kali dalam satu tahun atau tergantung dari permintaan pembeli. Panen biasanya dilakukan secara bertahap dan ada yang sekaligus tergantung permintaan ikan. Strategi pemanenan yang digunakan oleh pembudidaya ikan telah dilakukan dengan baik, namun akan lebih mengintensifikasi proses produksi maka pemanenan dilakukan secara bertahap. Tentunya memerlukan perencanaan dan pengelolaan serta prasarana yang baik. Kelancaran produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang perkolaman rakyat. Panen yang dilakukan dengan mengeringkan air kolam, yaitu dengan cara membuka tutup penyumbat pipa paralon yang ada di dasar kolam, setelah air kolam tersisa sedikit, baru papen dapat segera dilakukan dengan menggunakan jaring dan tangguk. Panen biasanya dilakukan dini hari sampai menjelang pagi alasannya suhu air kolam dalam keadaan stabil, karena jika pemanenan dilakukan pada siang hari suhu air sudah mulai meningkat akibat terkena sinar matahari dan ikan akan cepat mati. Pembudidaya ikan melakukan pemeliharaan mulai dari penebaran benih sampai panen membutuhkan waktu 6 bulan dengan ukuran berat mencapai 800-1000 gramekor. Dari Tabel 22, dapat dilihat bahwa semakin tinggi strata maka semakin tinggi produksi ikan yang dihasilkan. Produksi dari usaha budidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid cukup tinggi yaitu sebesar 11,007 tonusaha tanipanen atau sebesar 7,380 ton1000m 2 panen. Pemasaran Dalam mengembangkan suatu usaha budidaya perikanan, masalah yang harus ditangani secara efesien adalah masalah pemasaran dan transportasi. Menurut Mujiman 1995 bahwa dalam pengembangan pasca panen dan pemasaran merupakan peranan yang penting dalam menjamin kualitas produksi dan harga yang baik. Proses pemasaran adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Pola pemasaran hasil perikanan di Indonesia ditandai dengan banyaknya pedagang perantara dari produsen kekonsumen seperti pedagang pengumpul, pedangang pengencer, agen dan eksportir. Karena itu pemasaran hasil perikanan tergantung dari keadaan lembaga dan saluran tataniaga yang baik dan terorganisir. Gambar 6. Rantai pemasaran produksi budidaya perikanan Adanya Ikatan Jasa Tangkap Ikan IJTI yang dimotori oleh seorang masyarakat Desa Koto Mesjid mampu mempermudah bagi pedagang pengumpul yang berasal dari luar Desa Koto Mesjid untuk membeli ikan hasil budidaya di desa ini. Jika ada pedagang yang ingin membeli maka anggota IJTI biasanya disepakati oleh pembudidaya ikan dan IJTI lalu kepedagang pengumpul, Ikan patin Pangasius hypopthalmus pada tingkat pembudidaya harganya Rp.15.000Kg. Analisa Usaha Budidaya Ikan Patin Di Desa Koto Mesjid Modal Usaha Modal usaha adalah modal yang di siapkan untuk kelancaran usaha budidaya perikanan. Modal usaha teridir dari modal tetap dan modal tidak tetap modal kerja. Modal tetap adalah modal yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang modal yang tidak habis untuk memperoleh beberapa kali manfaat dalam proses produksi sampai tidak lagi berguna atau tidak menguntungkan. Modal tetap yang ditanamkan dalam usaha budidaya ikan patin dalam kolam di Desa Koto Mesjid terdiri dari modal pembuatan kolam, dan modal pembelian alat diantaranya pembelian pipa, cangkul, sekop, parang, ember, hapa dan tanggok. Untuk dapat mengetahui lebih lengkap mengenai modal tetap yang ditanamkan oleh masing-masing pembudidaya setiap strata. Menurut Soekartawi 1993 Modal tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikelurkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi, seperti tanah dan bangunan. Modal tidak tetap modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, kapur, pakan, obat-obatan atau upah yang dibayarkan untuk tenaga kerja. Biaya Produksi Biaya Operasional Dalam melakukan kegiatan produksi diperlukan biaya atau ongkos produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah produk. Menurut Sukirno 1985 bahwa biaya produksi meliputi semua pengeluaran yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksi. Biaya produksi meliputi biaya tetap fixed costdan biaya tidak tetap variable cost. Pembudidaya Ikan Pedagang pengumpul dari luar desa Pedagang pengumpul lokal IJTI Konsumen Pedagang Pengecer Pedagang Pengecer Konsumen Konsumen Biaya Tetap Fixed Cost Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang dikelurkan, dimana biaya-biaya ini tidak mengalami perubahan walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap ini berupa biaya penyusutan dan biaya modal interest. Biaya Tidak Tetap Variabel Cost Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara berubah-ubah dan perubahannya sejajar dengan volume produksi. Biaya tidak tetap usaha budidaya ikan patin dalam kolam di Desa Koto Mesjid terdiri dari biaya pembelian pakan, benih, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Perbedaan dari biaya tidak tetap masing-masing strata, perbedaan ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan strata atau skala usaha yang dimiliki oleh pembudidaya ikan patin, selain itu juga disebabkan oleh perbedaan jumlah benih ikan yang ditebar, jumlah makanan yang diberikan, jumlah penggunaan kapur dan obat-obatan serta jumlah upah tenaga kerja yang diberikan. Laba Usaha Penerimaan bersih adalah total penerimaan yang diperoleh dikurangi total biaya. Apabila pembudidaya ikan dapat menekan biaya-biaya produksi sekecil mungkin maka penerimaan bersih yang diterima akan besar, tetapi apabila biaya produksi yang dikeluarkan terlalu tinggi maka penerimaan bersih yang diterima akan kecil bahkan akan mengalami kerugian. Menurut Achyar 2001 bahwa untuk mencapai keuntungan yang maksimal perlu adanya pengendalian biaya produksi sehingga biaya produksi dapat digunakan secara tepat dan seminimal mungkin. Selanjutnya untuk mengetahui keadaan layak atau tidaknya usaha budidaya perikanan dikembangkan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis laba-rugi. Untuk mengetahui analisi laba-rugi usaha budidaya ikan patin dalam kolam oleh pembudidaya di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Analisis Laba-Rugi usaha budidaya ikan patin dalam kolam pada masing-masing strata pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. No Unsur Perhitungan Strata I Strata II Volume Harga Rp Volume Harga Rp 1 Penerimaan Kotor TR a. Ikan yang dijual Kg 5.650,00 84.750.000,00 16.363,34 245.450.100.00 2 Biaya Operasional TC 1.Biaya Tidak Tetap a.Benih Kg 6.277,78 1.569.445,00 18.181,82 4.545.455,00 b. Pelet Pabrik Kg 103,00 1.339.000,00 296,82 3.561.840,00 c. Pelet Buatan Kg 9.605,00 35.538.500,00 27.818,18 102.927.266,00 d. Kapur Kg 37,78 22.668,00 112,34 67.404,00 e. Obat-obatan Pcs 4 12.000,00 11 33.000,00 f. Upah Tenaga Kerja - 1.934.244,44 - 5.709,818,00 2. Biaya Tetap Penyusutan - 315,00 - 315,00 Total Biaya TC - 40.415.857,00 - 116.845.098,00 Laba Usaha Per Strata 44.334.143,00 128.605.002,00 Berdasarkan Tabel 23 tersebut dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan di Desa Koto Masjid pada masing-masing strata mendapatkan laba usaha yang berbeda, pada strata I laba usaha diperoleh sebesar Rp. 44.334.143,00,- sedangkan pembudidaya ikan strata II mendapatkan laba sebesar Rp.128.605.002,00,- perbedaan laba yang diterima cukup besar Rp.84.270.859,- per sekali panen. Selanjutnya jika masing-masing laba usaha per sekali panen diterima sekali dalam setahun maka akan didapat pendapatan petani per bulan sebesar Rp.3.694.511,92 untuk strata usaha I sedangkan strata usaha II sebesar Rp.10.717.083,50. Ini menjelaskan bahwa pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mendapatkan laba usaha yang sangat baik, dengan kata lain pendapatan yang diterima dari usaha pembudidayaan ikan patin memberikan keuntungan yang baik, dan sangat layak untuk dikembangkan sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat. Analisis kelayakan ini dapat dilihat dari analisis Benefit Cost Ratio, analisis ini merupakan ukuran manfaat usaha yang berdisconto. Ratio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat profit dibagi dengan nilai sekarang arus biaya total biaya operasional. Kemudian suatu usaha dikatakan layak apabila nilai BCR lebih besar daripada satu. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka nilai BCR untuk masing-masing Starata Usaha yang dilakukan oleh pembudidaya ikan yaitu: Strata I Profit Rp. 44.334.143,- BCR = = = 1,09 Total Biaya Rp. 40.415,857- Strata II Profit Rp. 128.605.002,- BCR = = = 1,10 Total Biaya Rp. 116.845.098,- Berarti dengan nilai BCR pada masing-masing strata usaha pembudidayaan ikan patin dalam kolam sebesar 1,09 dan 1,10 hal ini menunjukkan usaha pembudidayaan ikan patin dalam kolam sangat layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan, karena yang dikatakan suatu usaha layak dilanjutkan apabila nilai BCR usaha lebih besar dari satu. Usaha pembudidayaan ikan patin dalam kolam ini dapat memberikan manfaat nyata dalam memperbaiki kualitas kehidupan sosial ekonomi, khususnya keluarga para pembudidaya ikan yang berada di wilayah Desa Koto Mesjid. Fatchiya, 2010 menjelaskan bahwa dalam pengembangan usaha budidaya perikanan pada dasarnya memiliki prospek yang cerah, hal ini disebabkan oleh karena tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk ikan dan permintaan pasar atas produk ikan juga tinggi, terutama permintaan terhadap ikan segar. Salah satu indikatornya adalah seluruh produksi yang dihasilkan oleh pembudidaya ikan terserap pasar. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan : 1. Desa Koto Mesjid memiliki potensi wilayah yang baik untuk pengembangan usaha budidaya perikanan dalam kolam. 2. Penduduk yang berdomisili di Desa Koto Mesjid terdiri dari etnis yang beragam yaitu, melayu, minang, batak, jawa, aceh dan bugis, pendidikan rata- rata pada sekolah menengah pertama, sarana prasarana pedesaan yang telah ada untuk menunjang kegiatan pembangunan. 3. Potensi usaha pembudidayaan ikan patin dalam kolam sangat layak dikembangkan untuk mendukung kegiatan mata pencaharian masyarakat. Skala usaha yang dikembang baik skala kecil ataupun skala besar, dengan memperhitungkan beberapa faktor pendukung kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan tersebut.

4. KARAKTERISTIK PEMBUDIDAYA IKAN DAN PERSEPSI TERHADAP KINERJA PENDAMPING

Abstrak Mengetahui karakteristik suatu masyarakat dalam upaya melaksanakan kegiatan komunikasi pembangunan, penting untuk dilakukan. Terutama yang menyangkut kegiatan pembangunan pertanian dan pedesaan, khususnya pembangunan perikanan. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan analisis lebih lanjut untuk meneliti jaringan komunikasi yang terjalin dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping dan fasilitas produksi perikanan yang diperoleh pembudidaya ikan, serta untuk mengetahui hubungan karakterisitik dengan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dan analisis kuantitatif, kemudian data yang diperoleh dilapangan ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis korelasi kemudian di deskripsikan dengan merujuk teori- teori yang relevan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa karakteristik umur pembudidaya ikan pada umumnya adalah dewasa, pendidikan yang pernah diikuti rata-rata pada sekolah menengah pertama, tingkat pendapatan tinggi, jumlah tanggungan keluarga sedang, pengalaman berusaha dikategorikan lama, luas lahan kolam ikan yang dimiliki pada tingkat luas, curahan jam kerja dalam satu hari pada kisaran sedang dalam menggunakan waktu untuk bekerja di kolam usaha pembudidayaan ikan, sedangkan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam memfasilitasi informasi produksi dan pemasaran produksi perikanan berada pada kategori sedang, yaitu pendamping dalam memfasilitasi dan memberikan informasi tentang produksi dan pemasaran produk budidaya perikanan cukup aktif. Untuk fasilitas produksi pembudidaya ikan mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah kabupaten Kampar berupa benih ikan dan PT. Telkom berupa penguatan modal usaha. Pendahuluan Karakteristik sumberdaya manusia dan sumberdaya alam merupakan hal yang sama-sama penting, maka untuk menggerakkan dan memanfaatkannya terlebih dahulu diperlukan pengetahuan tentang potensi dan keadaan yang menyertainya. Karateristik personal sebagai faktor internal akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini termasuk petani, nelayan, maupun pembudidaya ikan yang melakukan usahanya. Beberapa penelitian menunjukkan hal ini, diantaranya yang dilakukan oleh Chianu dan Tsujii 2005 di Nigeria, usia muda dan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menerapkan inovasi yang diperkenalkan. Demikian pula penelitian Kposowa 1996 di Maryland, Amerika Serikat menunjukkan bahwa luas lahan, pengetahuan, pengalaman usaha, persepsi tentang praktek pemupukan tanah, dan keterampilan teknis mempengaruhi kemampuannya dalam menerapkan pupuk organik dalam usahanya. Menurut Soekartawi 2005 faktor internal peternak berupa karakteristik individu sangat mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Beberapa faktor internal petani sebagai karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi. Pada umumnya karakteristik masyarakat yang tinggal dipedesaan dipersepsikan lebih rendah kualitasnya dari masyarakat yang berada di perkotaan, untuk meningkatkan kualitas keadaan tersebut maka berbagai upaya pemberdayaan telah dilaksanakan. Implementasi kegiatan pemberdayaan di suatu masyarakat disiapkan dengan berbagai metode dan teknik pemberdayaan. Salah satu keperluan pemberdayaan tersebut adalah adanya seorang pendamping kegiatan atau fasilitator. Sejak didirikannya unit pembenihan rakyat pada tahun 2008 dan di bentuknya Forum Komunikasi Binaan PT. Telkom di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar, telah dilaksanakan kegiatan pemberdayaan dengan bantuan fasilitas produksi benih ikan, akses modal dan kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta adanya pendampingan terhadap kegiatan pembudidayaan ikan di wilayah ini. Pendamping kegiatan tersebut berasal dari Dinas Perikanan dengan petugas penyuluh lapangannya dan dari PT.Telkom melalui seorang pengurus forum komunikasi mitra binaan yang ditunjuk sebagai fasilitator kegiatan. Dalam menjalankan kegiatan pendampingan, para pendamping tidak lepas dari penilaian masyarakat terhadap kinerjanya. Penilaian yang dimaksud adalah persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendampingan yang dijalankan. Dengan harapan kegiatan pemberdayaan benar-benar dijalankan sesuai fungsi dan peran fasilitator, sehingga pembudidaya ikan dalam mengatasi masalah kegiatan produksi atau pemasaran usaha budidaya perikanan dapat difasilitasi dengan baik. Kinerja pendamping adalah capaian seorang pendamping dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja pendamping pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pendamping dalam melaksanakan tugasnya, merupakan prilaku yang nyata ditampilkan setiap pendamping sebagai prestasi kerja yang dihasilkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan yang dipangkunya. Menurut Rue dan Byars Keban 2000, konsep kinerja performance dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment. Dengan demikian kinerja seseorang, termasuk pendamping pemberdayaan dapat dilihat dari pencapaian tujuan kerja pendampingan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk menilai kinerja ini diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Indikator dan kriteria yang jelas dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantaranya: alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan- pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda, seperti yang dinyatakan Bryson Keban 2000. Berdasarkan penjelasan tersebut dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana karakteristik pembudidaya ikan, bagaimana persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, bagaimana fasilitas bantuan produksi yang diterima oleh pembudidaya ikan serta bagaimana hubungan karakteristik pembudidaya ikan dengan persepsi terhadap kinerja pendamping. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menjawab masalah penelitian tersebut, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik pembudidaya ikan, menganalisis dan mendeskripsikan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping serta menganalisis dan mendeskripsikan hubungan karakteristik dengan persepsi terhadap kinerja pendamping. Metode Penelitian dilaksanakan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive sesuai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang diperkuat melalui wawancara. Metode yang digunakan adalah survei dengan instrumen berupa daftar pertanyaan terstruktur didasarkan pada indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintah maupun swasta yang berhubung kait dengan tujuan penelitian. Populasi penelitian adalah keseluruhan masyarakat pembudidaya ikan yang ada di Desa Koto Mesjid dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang dari anggota mitra binaan PT. Telkom yang mendapat bantuan modal usaha pengembangan budidaya perikanan dengan komoditas ikan patin Pangasius hypopthalmus . Survei pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2012 dengan melakukan pendekatan dengan pemuka masyarakat dan melakukan wawancara untuk memperoleh informasi-informasi yang diperlukan. Pengambilan data kuantitatif yang berhubungan dengan karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, fasilitas produksi perikanan yang diperoleh dari bantuan pemerintah daerah dan PT. Telkom, survei dilaksanakan pada bulan Juni 2013 kemudian dilanjutkan pengambilan data pada bulan Desember 2013 hingga Mei 2014, kemudian dilanjutkan untuk wawancara mendalam pada Agustus dan September 2014. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan panduan kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah data primer data dari pembudidaya ikan dan data sekunder yang dikumpulkan dari Kantor Desa dan Dinas Perikanan, sekretariat Forum Komunikasi Mitra Binaan PT. Telkom, serta di kantor unit pembenihan rakyat Graha Pratama Fish. Data yang diperoleh terdiri dari data nominal, ordinal dan interval yang berkaitan dengan karakterisitik dan bantuan fasilitas produksi perikanan, dan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping. Persepsi terhadap kinerja pendamping yang dilihat adalah pendamping swadaya dan pendamping yang ditunjuk dari Dinas Perikanan yang ditugaskan oleh Pemerintah Daerah. Pendamping swadaya adalah pendamping yang berasal dari pembudidaya ikan itu sendiri berstatus sebagai ketua forum komunikasi mitra binaan PT. Telkom. Untuk mengetahui tingkat persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping, dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan. Daftar dibuat dalam dua persepsi yaitu persepsi terhadap fasilitasi informasi produksi dan informasi pemasaran. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan teknik skala likert, yaitu pengukuran setiap item pertanyaan dilakukan dengan skoring. Jenjang terendah mendapat skor 1 dan jenjang tertinggi mendapatkan skor 4. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap petani direkapitulasi dan ditabulasi, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis non parametrik selanjutnya dijelaskan berdasarkan literature dan teori-teori yang relevan. Hasil dan Pembahasan Umur Pembudidaya Ikan Pembudidaya ikan yang berusia produktif cenderung lebih terbuka dan tidak anti terhadap berbagai inovasi yang berkaitan dengan usaha pembudidaya ikan bahkan mereka cenderung lebih giat mencari informasi inovasi untuk pengembangan usaha budidaya perikanannya. Pembudidaya ikan berusia produktif juga mempunyai harapan lebih besar terhadap usahanya dibandingkan dengan pembudidaya ikan berusia tidak produktif. Selain itu, pembudidaya ikan berusia produktif mempunyai fisik yang relatif lebih kuat dibandingkan pembudidaya ikan berusia tidak produktif, karena bagaimanapun dalam mengelola usaha budidaya perikanan sangat dibutuhkan pembudidaya ikan yang kuat fisiknya untuk melakukan berbagai aktivitas usaha pembudidayaan ikan. Kondisi fisik yang kuat ini lazimnya terdapat pada pembudidaya ikan yang usianya tergolong muda produktif. Umur produktif mengacu pada rentang umur 17 sampai 65 tahun Rusli 1995. Selain berhubungan dengan kemampuan fisik, menurut Erwiantono 2013, usia merupakan salah satu karakteristik penting dalam perkembangan kapasitas individu karena juga berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas belajar. Hal ini berarti bahwa individu yang berada pada usia produktif secara potensial akan lebih mudah menjalani proses belajar dalam menerima perubahan dan gagasan baru. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa umur rata-rata pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berada pada umur 42 tahun, rentang umur mayoritas yang menjadi responden pada kisaran 27-58 tahun, bahwa usia termuda pembudidaya ikan adalah 27 tahun sampai kisaran 58 tahun, dan hanya satu orang yang berusia 66 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa 99 pembudidaya ikan berumur pada kategori produktif. Pendidikan Formal Pembudidaya Ikan Kemajuan suatu masyarakat baik secara pribadi maupun secara kelompok sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Sumberdaya manusia yang terdidik melahirkan masyarakat yang berkualitas dan berperadaban. Individu yang berpendidikan adalah individu yang berpengetahuan dan memiliki derajat yang tinggi dibanding orang yang tidak memiliki pengetahuan. Dalam Al-quran dijelaskan bahwa “Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ” Q.S Al-Mujadalah: 11. Pendidikan formal pembudidaya ikan adalah jenjang pendidikan sekolah formal yang ditempuh oleh pembudidaya ikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi: 1 rendah, 2 sedang, dan 3 tinggi. Pendidikan formal rendah adalah pembudidaya yang berpendidikan sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah pertama 1-9 tahun. Pendidikan formal sedang setara dengan SMA 10-12 tahun. Pendidikan formal tinggi adalah pernah menempuh perguruan tinggi hingga tamat perguruan tinggi 12 tahun. Pada umunya pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berpendidikan pada tingkat menengah dengan nilai rata-rata sepuluh koma lima tahun, adapun distribusi tingkat pendidikan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid yang berpendidikan menengah 36 dan pendidikan tinggi 17 dan pendidikan rendah 47. Pendidikan formal sangat penting bagi setiap individu dalam mengembangkan kemampuan dirinya, karena semakin tinggi jenjang pendidikan formal seseorang maka pengalaman belajar dan wawasan pengetahuan yang diperoleh juga akan meningkat. Berbekal pengalaman dan pengetahuan ini dapat dikembangkan sikap yang positif dan keterampilan yang lebih baik. Bagi seorang pembudidaya ikan yang memiliki pengetahuan yang tinggi, sikap yang positif, dan keterampilan yang tinggi dan memadai akan menjadikan dirinya lebih adaptif terhadap perubahan, mengatasi masalah dengan baik, dan mampu merencanakan usaha serta mengevaluasinya secara lebih tepat Fatchia 2010. Hasil penelitian Kareem et al. 2008 di Nigeria menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pembudidaya ikan berimplikasi pada peningkatan produktivitas melalui adopsi teknologi baru. Upaya untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dapat ditempuh melalui proses peningkatan pendidikan masyarakat. Melalui pendidikan, individu dan masyarakat akan mampu untuk memikirkan masa depannya dan akan berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya, begitu juga pendidikan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar. Untuk mengetahui karakteristik internal pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Karakteristik internal pembudidaya ikan Karakteristik Personal Kategori Skore Kategori Jumlah Persentase Umur Rata-rata =42,96 Kurang produktif Produktif Belum produktif 65 tahun 17 – 65 tahun 17 tahun 1 89 1 99 Pendidikan formal Rata-rata = 10,5 th Rendah Menengah Tinggi 1 – 9 tahun 10 – 12 tahun 12 tahun 43 32 15 47 36 17 Pendapatan Rata-rata = Rp.4.453750,- Rendah Sedang Tinggi 2.juta 2 juta s.d 3.5 juta 3.5 juta 9 29 52 10 32 58 Tanggungan keluarga Rata-rata=4,41 jiwa Sedikit Sedang Banyak 4 4-6 6 56 13 21 62 14 23 Pengalaman berusaha Rata-rata= 10 tahun Rendah Sedang Lama 3 tahun 3 s.d 6 tahun 6 tahun 1 11 78 1 12 87 Luas Kolam Rata-rata = 1174 m Kecil Sedang Luas 300 m 2 300 – 600 m 2 600 m 2 1 49 40 1 54 44 Curahan jam kerja Rata-rata= 2,11 jam Lama Sedang Sebentar 4 jamhari 2 s.d 4 jamhari 2 jam hari 5 85 6 94 Pengalaman Usaha Tabel 24 menjelaskan bahwa pengalaman usaha pembudidaya ikan menjalankan usahanya rata-rata selama 10 tahun. Sebanyak 87, berpengalaman lama, sebanyak 12 berpengalaman sedang, dan hanya 1 orang berpengalaman baru. Hal ini menjelaskan bahwa pembudidaya ikan memiliki pengalaman yang memadai untuk mengembangkan dan menjalankan kegiatan budidaya perikanan. Hal ini terkait dengan sejarah pertumbuhan usaha budidaya ikan di wilayah tersebut. Usaha budidaya ikan di Desa Koto Mesjid sudah dimulai sejak desa ini di relokasi dari lokasi waduk PLTA Koto Panjang, pada tahun 1999. Pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid menjalankan usaha budidaya ikan relatif belum lama. Pada umumnya pembudidaya ikan yang ada pada awalnya berusaha di sektor perkebunan karet dan perikanan tangkap dengan menjaring, memancing dan memasang bubu. Setelah berpindah pada lokasi baru, karena keadaan ekonomi yang kurang baik, maka pada saat itu mereka mencoba untuk memanfaatkan potensi wilayah dengan kemampuan merekayasa lingkungan. Selanjutnya secara perlahan-lahan produksi dan pemasaran ikan patin memperlihatkan hasil yang baik dan terus berkembang, keadaan ini didukung oleh tingginya minat masyarakat mengkonsumsi ikan patin. Sarwono 2002 menyatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap perilaku individu, artinya apa yang dialami oleh individu akan menjadi bekal dalam membentuk kondisi psikologis seseorang untuk merespons berbagai stimulus yang diterima. Semakin berpengalaman individu dalam mengelola usaha perikanan maka perilakunya semakin cermat dalam memahami permasalahan yang dihadapi. Kondisi tersebut dapat menjadi faktor penunjang dalam upaya peningkatan kemampuan individu dalam mengelola sumberdaya secara berkelanjutan. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga sangat berhubungan dengan keadaan pengeluaran dan pembiayaan sebuah keluarga. Pembudidaya ikan yang berpendapatan rendah pada umunya mengalami kesulitan dalam memenuhi keperluan kehidupan rumah tangganya, apabila jumlah anggota keluarga yang ditanggung lebih banyak. Begitu juga dengan pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan yang tinggi dan anggota keluarga yang banyak, maka akan memiliki pengeluaran rumah tangga yang tinggi dibanding dengan pembudidaya ikan yeng memiliki anggota keluarga yang lebih sedikit. Pada umumnya pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjidmemiliki jumlah tanggungan keluarga yang sedikit kurang dari empat orang yaitu sebanyak 62, memiliki tanggungan pada kategori sedang sebanyak 14, dan tanggungan banyak yaitu lebih dari enam orang sebanyak 23. Rata-rata dalam satu rumah tangga pembudidaya ikan memiliki beban tanggungan sebanyak empat orang anggota keluarga. Pendapatan Pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan dihitung dari penghasilan yang diperoleh pembudidaya ikan, baik dari usaha budidaya ikan maupun dari usaha lainnya. Rata-rata pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan per bulan sebesar Rp.4.453.750,- 4,5 juta. Berdasarkan kategori pendapatan, sebagian besar pembudidaya ikan 58 memiliki pendapatan pada tingkat yang tinggi. Pendapatan yang tinggi ini, dikarenakan pembudidaya ikan memiliki faktor produksi yang cukup besar, seperti luas kolam dan adanya penambahan modal usaha dari Corporate Social Responsibilties PT. Telkom. Pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan yang rendah sebanyak 10, pendapatan rendah ini dikarenakan sedikitnya faktor produksi yang mereka memiliki seperti terbatasnya luas kolam dan terbatasnya biaya produksi. Pendapatan per kapita rumah tangga pembudidaya ikan Rp.37.114,58 per hari. Dihitung dari pendapatan rataan per bulan sebesar Rp.4.453.750,- 4,5 juta dibagi rataan jumlah tanggungan keluarga sebesar empat orang. Dikaitkan dengan ukuran kemiskinan Bank Dunia 2007 bahwa seseorang dikatakan miskin secara absolut jika pendapatan per harinya kurang dari US 1 sekitar Rp 10 ribu, dan hidup dalam kemiskinan menengah jika pendapatan per harinya kurang dari US 2 sekitar Rp 20 ribu, maka dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mayoritas berada diatas garis kemiskinan menengah, dengan artian mereka sudah berada pada hidup yang layak. Menurut hasil penelitian Hermanto 1993, variasi pendapatan keluarga petani tergantung oleh beberapa faktor antara lain a faktor yang berhubungan dengan luas penguasaan lahan garapan, b status kepemilikan lahan pertanian, c jenis usaha atau cabang usahat tani yang dikerjakan, d macam pekerjaan tambahan, baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Pada umumnya, perbedaan pendapatan yang diperoleh oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid diantaranya adalah luas kolam dan serta biaya input produksi usaha perikanan yang mereka tekuni. Luas Kolam Kolam merupakan modal alam bagi pembudidaya ikan dalam menjalankan usaha budidaya perikanan. Kolam merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengembangan usaha budidaya perikanan. Ketersediaan luas kolam yang terbatas berdampak pada perkembangan usaha budidaya perikanan dan pendapatan pembudidaya ikan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa luas lahan merupakan aset utama pembudidaya ikan untuk menggerakan moda produksi usaha budidaya perikanan. Luas kolam digolongkan sebagai besarnya kepemilikan asset yang menjadi skala usaha yang diusahakan oleh pembudidaya ikan. Pembudidaya ikan memiliki skala usaha yang sedang 300 – 600 m 2 yakni 54. Rata-rata luas lahan yang diusahakan oleh pembudidaya ikan sebesar 1174 m 2. Luas kolam bervariasi antara 200 m, 400 m, 600 m, 800 m, 1000 m dan 1500 m, masing-masing kolam, jika pembudidaya memiliki kolam lebih dari satu maka ia memiliki usaha budidaya yang lebih besar, luas kolam yang lebih luas akan mampu menampung benih lebih banyak, dan jika diusahakan dengan baik akan menghasilkan yang lebih baik, atau sebaliknya resiko kerugian juga lebih besar. Pembudidaya ikan yang memiliki asset kolam yang luas dan pendidikan yang tinggi, pada umumnya memiliki kedudukan sosial yang tinggi di lingkungannya, dan cenderung memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain. pembudidaya ikan yang memiliki lahan luas yaitu ketua forum komunikasi mitra binaan, merangkap sebagai penyedia benih, pakan, dan usaha pengolahan pasca panen, nugget dan ikan asin, dan berstatus pengusaha ikan berskala besar. Curahan jam Kerja Curahan jam kerja pembudidaya ikan pada umumnya pada kategori sedang, yaitu sebanyak 94 dengan kisaran waktu kerja per hari di kolam ikan selama 2 hingga 4 jam, sedangkan pembudidaya ikan yang memiliki curahan jam kerja lama untuk mengusahakan kolam ikannya sebanyak 6. Penelitian mengenai pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani bawang merah telah dilakukan oleh Julekha 2006. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa Petani pemilik lahan banyak mencurahkan waktu kerjanya di luar usahatani, hal ini dilakukan karena pendapatan dalam usahatani tidak mencukupi kebutuhan mereka. Pendapatan rumahtangga petani pemilik lahan dalam usahatani lebih besar daripada pendapatan luar usahatani, sebaliknya petani penggarap mendapatkan pendapatan dari luar usaha tani lebih besar daripada dari dalam usaha tani. Sabainingrum 1998 menyatakan bahwa curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor formal dan informal, namun pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain tersebut. Curahan jam kerja pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dikategorikan sedang atau cukup lama mencurahkan kegiatan untuk usaha budidaya perikanannya. Jika dilihat dari data curahan jam kerja tersebut, pembudidaya ikan masih memiliki waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain dalam mengupayakan perbaikan kualitas kehidupan social ekonomi keluarga mereka, misalnya dengan manfaatkan pekarangan kosong dengan bertanam sayur, beternak, mengikuti pengajian dan lainnya. Persepsi Pembudidaya Ikan terhadap Pendamping Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dilihat dalam dua aspek, yaitu aspek yang terkait dengan mendapatkan informasi produksi dan aspek yang terkait dengan informasi pemasaran perikanan. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping sangat berarti terhadap keberhasilan kegiatan pendampingan. Pendampingan yang baik adalah seorang pendamping benar-benar bekerja sesuai peran pendamping dalam memperhatikan keberhasilan pembudidaya ikan yang didampinginnya. Tabel 25. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping Indikator Kategori Skore Kategori Persepsi terhadap pendamping swadaya Persepsi terhadap pendamping pemda Jumlah Jumlah Persepsi terhadap informasi produksi Sangat Aktif Aktif Cukup aktif Tidak Aktif 4 3 2 1 15 35 40 - 17 39 44 - 2 24 36 28 2 27 40 31 Persepsi terhadap informasi pemasaran Sangat Aktif Aktif Cukup aktif Tidak Aktif 4 3 2 1 10 40 35 5 11 44 39 6 2 12 25 51 2 13 28 57