Curahan jam Kerja
Curahan jam kerja pembudidaya ikan pada umumnya pada kategori sedang, yaitu sebanyak 94 dengan kisaran waktu kerja per hari di kolam ikan
selama 2 hingga 4 jam, sedangkan pembudidaya ikan yang memiliki curahan jam kerja lama untuk mengusahakan kolam ikannya sebanyak 6.
Penelitian mengenai pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani bawang merah telah dilakukan oleh Julekha 2006. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa Petani pemilik lahan banyak mencurahkan waktu kerjanya di luar usahatani, hal ini dilakukan karena pendapatan dalam usahatani tidak
mencukupi kebutuhan mereka. Pendapatan rumahtangga petani pemilik lahan dalam usahatani lebih besar daripada pendapatan luar usahatani, sebaliknya petani
penggarap mendapatkan pendapatan dari luar usaha tani lebih besar daripada dari dalam usaha tani. Sabainingrum 1998 menyatakan bahwa curahan kerja yang
dilakukan oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor formal dan informal, namun pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kedua sektor lain tersebut.
Curahan jam kerja pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dikategorikan sedang atau cukup lama mencurahkan kegiatan untuk usaha budidaya
perikanannya. Jika dilihat dari data curahan jam kerja tersebut, pembudidaya ikan masih memiliki waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain dalam
mengupayakan perbaikan kualitas kehidupan social ekonomi keluarga mereka, misalnya dengan manfaatkan pekarangan kosong dengan bertanam sayur,
beternak, mengikuti pengajian dan lainnya. Persepsi Pembudidaya Ikan terhadap Pendamping
Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dilihat dalam dua aspek, yaitu aspek yang
terkait dengan mendapatkan informasi produksi dan aspek yang terkait dengan informasi pemasaran perikanan. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping
sangat berarti terhadap keberhasilan kegiatan pendampingan. Pendampingan yang baik adalah seorang pendamping benar-benar bekerja sesuai peran pendamping
dalam memperhatikan keberhasilan pembudidaya ikan yang didampinginnya.
Tabel 25. Persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping
Indikator Kategori
Skore Kategori
Persepsi terhadap pendamping
swadaya Persepsi
terhadap pendamping
pemda Jumlah
Jumlah Persepsi
terhadap informasi
produksi Sangat Aktif
Aktif Cukup aktif
Tidak Aktif 4
3 2
1 15
35 40
- 17
39 44
- 2
24 36
28 2
27 40
31
Persepsi terhadap
informasi pemasaran
Sangat Aktif Aktif
Cukup aktif Tidak Aktif
4 3
2 1
10 40
35 5
11 44
39 6
2 12
25 51
2 13
28 57
Tabel 25 menjelaskan persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping swadaya dalam memberikan informasi produksi berada diatas kategori aktif 56,
cukup aktif 44, untuk informasi pemasaran berada diatas kategori aktif sebanyak 55, cukup aktif 44 dan tidak aktif 6. Hal ini menjelaskan bahwa
pendamping swadaya dalam menjalankan kegiatan pendampingan berperan lebih aktif dalam hal pemberian informasi produksi dibanding informasi pemasaran.
Kemudian persepsi terhadap kinerja pendamping pemda dalam memberikan informasi produksi yang berada diatas kategori aktif sebanyak 29, cukup aktif
44, dan tidak aktif 31, sedangkan persepsi terhadap pemberian informasi pemasaran diatas kategori aktif sebanyak 15, cukup aktif 28 dan tidak aktif
57. Hal ini juga menjelaskan bahwa peran pendamping dalam pemberian informasi produksi lebih baik daripada informasi pemasaran.
Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping yang ditugaskan oleh pemerintah daerah dan pendamping swadaya sangat berbeda. Perbandingan
keaktifan kinerja pendamping swadaya labih aktif daripada pendamping pemda, baik dalam memberikan informasi produksi atau informasi pemasaran. Bahkan
dapat dijelaskan pada penilaian pemberian informasi pemasaran mayoritas pembudidaya menilai bahwa pendamping pemda berada pada kategori tidak aktif
sebanyak 57, ini memberikan arti bahwa pendamping swadaya lebih aktif menjalankan peran pendampingan daripada pendamping pemda.
Bantuan Fasilitas Produksi Pembudidayaan Ikan
Bantuan fasilitas produksi dalam kegiatan pemberdayaan adalah bantuan
yang diterima pembudidaya ikan untuk melakukan kegiatan produksi perikanan yang diterima dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Perikanan dan bantuan dari
pihak swasta dari CSR PT.Telkom. Adapun bantuan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan yang di identifikasi adalah bantuan benih ikan patin
dan bantuan pinjaman modal usaha dengan sistem bergulir diantara pembudidaya ikan yang menjadi anggota forum komunikasi mitra binaan PT.Telkom. untuk
mengetahui bantuan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Bantuan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan
Fasilitas produksi Kategori
Skore Kategori Jumlah
orang Persentase
Fasilitas dari pemda Sedikit
Sedang Banyak
7.500 benih 7.500
– 15.000 15000 benih
47 11
31 52
12 36
Fasilitas dari PT. Telkom
Sedikit Sedang
Banyak 20 Juta
20 Juta s.d 40 Juta 40 s.d 60 Juta
2 49
39 2
55 4
Tabel 26 menjelaskan keadaan banyaknya bantuan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan berdasarkan kategori. Mayoritas pembudidaya ikan
mendapat bantuan benih ikan dari pemda pada kategori sedikit sebanyak 52 , sedang 12 dan banyak 36. Sedangkan dari PT.Telkom mayoritas pada
kategori sedang sebanyak 55.
Hubungan Karakteristik dan Persepsi Kinerja Pendamping
Hasil penelitian Admin et al. 2012, menyatakan bahwa karakteristik petani berhubungan cukup erat, erat, nyata dan sangat nyata dengan persepsi
petani terhadap program Pengendalaian Hama Terpadu yaitu; umur, pendidikan formal, pengalaman bertani dan status lahan sedangkan interaksi dengan petani
lain hubungannya berkorelasi lemah. Untuk mengetahui hubungan karakteristik pembudidaya ikan dan persepsi terhadap kinerja pendampingan di Desa Koto
Mesjid dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hubungan karakteristik dan persepsi terhadap kinerja pendampingan
Karaketristik personal pembudidaya ikan
Persepsi terhadap
pendamping swadaya
Persepsi terhadap pendamping pemda
Informasi produksi
Informasi pemasaran
Informasi produksi
Informasi pemasaran
Umur -0.151
0.002 -0.147
-0.133 Pendidikan formal
0.192 -0.022
0.317 0.280
Pendapatan 0.148
0.591 0-.050
-0.045 Tanggungan keluarga
0.014 0.188
-0.072 -0.245
Pengalaman berusaha -0.052
0.169 -0.076
-0.040 Luas Kolam
0.057 0.349
0.044 0.057
Curahan jam kerja 0.026
0.053 0.082
0.237 Fasilitas Produksi dari
Pemda 0.448
0.109 0.544
0.567 Fasilitas Produksi dari
PT.Telkom 0.466
0.103 0.496
0.508
. Correlation is significant at the 0.05 level 1-tailed. . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed
Tabel 27 menjelaskan bahwa karateristik personal pembudidaya ikan yang berhubungan erat dengan persepsi terhadap kinerja pendamping swadaya dalam
memberikan informasi produksi adalah pendidikan formal dengan koefisien korelasi sebesar 0.192
, fasilitas produksi dari pemda 0.448 dan fasilitas
produksi dari PT. Telkom 0.466 , artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan
semakin banyak fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan maka akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kinerja pendamping swadaya dalam
memberikan informasi produksi. Sedangkan karakteristik yang berhubungan erat dengan persepsi terhadap informasi pemasaran adalah pendapatan dengan
koefisien korelasi sebesar 0.591
,
tanggungan keluarga sebesar 0.188 , dan luas
kolam sebesar 0.346 ,
artinya semakin tinggi pendapatan, semakin banyak tanggungan keluarga dan semakin luas kolam budidaya maka persepsi
pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam memberikan informasi pemasaran akan semakin baik.
Karakteristik pembudidaya ikan yang berhubungan erat dengan persepsi terhadap kinerja pendamping pemda dalam memberikan informasi produksi
adalah pendidikan formal dengan koefisien korelasi sebesar 0.317 , fasilitas
produksi dari pemda sebesar 0.544 dan Fasilitas produksi dari PT. Telkom
0.496 , artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin banyak fasilitas
produksi yang diterima pembudidaya ikan maka akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kinerja pendamping pemda dalam memberikan informasi
produksi, kemudian karakteristik pembudidaya ikan yang berhubungan erat dengan kinerja pendamping pemda dalam memberikan informasi pemasaran
adalah pendidikan formal 0.280
, tanggungan keluarga -0.245 , curahan jam kerja
0.237 , fasilitar produksi pemda 0.567
dan fasilitas produksi dari PT.Telkom. 0.508
, artinya semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit tanggungan keluarga, semakin tinggi curahan jam kerja dan semakin banyak fasilitas produksi yang
diterima maka akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap kinerja pendamping pemda dalam memberikan informasi pemasaran.
Terdapat perbedaan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pendamping pemda. Pembudidaya ikan menyatakan
bahwa kinerja pendamping swadaya lebih aktif dibandingkan pendamping pemda dalam kegiatan pendampingan kegiatan usaha budidaya perikanan di Desa Koto
Mesjid. Artinya berdasarkan persepsi pembudidaya ikan tersebut diketahui kinerja pendamping swadaya lebih baik daripada pendamping yang berasal dari pemda.
Deskripsi umum tentang karateristik dan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping
Karakteristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid berada pada keadaan yang baik, dengan ditandai usia produktif, pendapatan yang tinggi dan
berpengalaman dalam usahanya menjadikan mereka sebagai pembudidaya ikan yang handal dan dapat dicontoh oleh pembudidaya ikan dari wilayah lain. Hal ini
dapat dijelaskan bawah karakteristik pembudidaya ikan merupakan bagian dari individu dan melekat pada dirinya yang mendasari tingkah laku sebagai
pembudidaya ikan.
Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dan pemda dalam memberikan informasi produksi dan pemasaran terdapat perbedaan,
persepsi terhadap pendamping swadaya berada pada kategori lebih aktif. Artinya pembudidaya ikan lebih banyak berinteraksi dengan pendamping swadaya dalam
menjalankan usahanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang objek tersebut Liliweri 1997. Menurut Gibsons at al. 1996 persepsi berperan dalam
penerimaan ransangan, mengaturnya, menterjemahkan dan mengiterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap. Begitu juga persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping dalam melaksanakan kerja pendampingan, baik itu pendamping swadaya atau
pendamping dari pemerintah daerah.
Karateristik individu dan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam memberikan informasi produksi dan pemasaran pada
penelitian ini memiliki hubungan yang nyata, artinya penilaian pembudidaya ikan terhadap keberadaan aktif dan tidak aktifnya pendamping dalam melaksanakan
kerja pendampingan juga ditentukan oleh karakteristik pembudidaya ikan yang didampinginya.
Karakteristik pembudidaya ikan dapat diasumsikan sebagai sifat-sifat yang ditampilkan pembudidaya ikan yang berhubungan dengan aspek pekerjaannya.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Rogers Shoemaker 1995 karakteristik individu yaitu merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri
seseorang yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Karakteristik individu akan sangat menentukan atau
mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang. Karakteristik individu ialah ciri atau sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir,
pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan penjelasan dari uraian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Karateristik pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mayoritas berusia produktif, pendidikan pada tingkat menengah, tanggungan keluarga sedang,
pendapatan tinggi, luas kolam budidaya yang luas, berpengalaman lama, dan curahan jam kerja sedang. Keadaan ini menggambarkan bahwa karakteristik
pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid mayoritas memiliki karakteristik yang baik sebagai penggiat kegiatan budidaya perikanan.
2. Bantuan fasilitas produksi yang diterima oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid terdiri dari bantuan benih ikan patin dari Pemerintah Daerah
melalui Dinas Perikanan dan bantuan pengembangan modal usaha dari PT Telkom. Mayoritas pembudidaya yang mendapat fasilitas bantuan benih
dari pemda dikategorikan masih dalam jumlah sedikit, sedangkan yang mendapatkan bantuan fasilitas dari PT Telkom mayoritas pada kategori
cukup banyak atau sedang.
3. Persepsi mayoritas pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping swadaya dalam memberikan informasi produksi dan pemasaran usaha budidaya
perikanan berada pada kategori aktif. Sedangkan persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping pemda pada kategori tidak aktif. Dengan demikian
pendamping swadaya lebih aktif dibanding pendamping pemda.
4. Karateristik individu dan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan berhubungan nyata dengan persepsi mereka terhadap kinerja pendamping
dalam menyampaikan informasi produksi dan pemasaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karateristik individu dan fasilitas produksi yang
diterima pembudidaya ikan menentukan persepsinya tentang keberadaan aktif tidaknya pendamping dalam memfasilitasi kegiatan pendampingan.
5. JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PRODUKSI DAN PEMASARAN PADA PEMBUDIDAYA IKAN
DI KABUPATEN KAMPAR Abstrak
Jaringan komunikasi terbentuk melalui interaksi antar individu, kelompok atau masyarakat dalam menjalankan berbagai aktifitas kebutuhan hidup. Jaringan
komunikasi terjadi karena masyarakat saling memerlukan. Telah dilakukan penelitian tentang jaringan komunikasi pembudidaya ikan di kabupaten Kampar
dalam melaksanakan kegiatan pembudidayaan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui central global, central lokal, kebersamaan dan keterhubungan
komunikasi yang terjadi antar pembudidaya ikan di Kabupaten Kampar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik sampling intact sytem. Jaringan komunikasi yang dianalisis adalah central global, central lokal, kebersamaan dan
keterhubungan dengan menggunakan software Ucinet 6.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid terbentuk berdasarkan kedekatan tempat
tinggal dan kesamaan karakter antar anggotanya. Struktur jaringan komunikasi produksi dan pemasaran dalam usaha budidaya perikanan merupakan jaringan
yang membentuk interlock personal network memusat. Jaringan komunikasi antar pembudidaya yang memusat ini memberi arti bahwa adanya peran dominan
individu tertentu di dalam lingkungannya.
Kata kunci : jaringan, komunikasi, pembudidaya ikan
Pendahuluan
Struktur komunikasi dapat dipelajari melalui analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi
struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal
sebagai unit analisis. Salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai
interaksi manusia dalam suatu sistem.
Jaringan merupakan jenis atau tipe tertentu dari suatu hubungan yang menyambungkan sekelompok orang atau obyek, dimana orang atau obyek
tersebut berlaku sebagai aktor node dari jaringan Wasserman dan Faust, 1994. Dalam konteks komunikasi, suatu jaringan dibangun berdasarkan pada hubungan-
hubungan komunikasi antara individu dengan individu, kelompok-kelompok, organisasi maupun masyarakat Monge Contractor 2001. Lebih lanjut Monge
dan Contractor 2001 menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pola-pola hubungan yang timbul oleh adanya aliran pesan tukar-menukar pesan diantara
pelaku komunikasi sepanjang waktu
Para pembudidaya ikan patin Pangasius hypopthalmus di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar tergabung dalam kelompok mitra binaan PT. Telkom
saling berbagi informasi tentang berbagai hal terutama berkenaan dengan pengelolaan usaha budidaya perikanan yang meliputi aspek produksi dan
pemasaran hingga terbentuk suatu jaringan komunikasi yang mengungkapkan bagaimana hubungan yang mungkin terjadi antar pembudidaya ikan. Informasi
yang berhubungan dengan benih, teknologi budidaya, harga, mutu dan peluang pasar sangat diharapkan oleh pembudidaya ikan dalam mengembangkan
usahanya.
Informasi ini harusnya dikomunikasikan untuk membantu pembudidaya ikan dalam mengembangkan usaha budidaya perikanan yang lebih baik. Informasi
dari pihak pendamping sebagai fasilitator lapangan maupun dari sesama pembudidaya ikan atau dari pihak manapun, ini dapat disebarluaskan antar satu
pembudidaya ke pembudidaya lainnya melalui jaringan komunikasi. Agar terkoordinasi dengan baik maka peran komunikasi sangat penting.
Hasil penelitian Todo 2011 menyatakan bahwa Jaringan sosial yang terjadi diantara masyarakat sering didasarkan pada promosi aliran pengetahuan,
pertemuan dengan penyuluh dalam meningkatkan aliran pengetahuan, dan sebaliknya jaringan komunikasi tidak akan terbentuk tanpa ada pertemuan, hal ini
menunjukan pentingnya tatap muka dalam difusi pengetahuan dan pembentukan jaringan komunikasi.
Proses berbagi informasi antar pembudidaya ikan dapat melalui proses komunikasi interpersonal yang sekaligus membentuk jaringan komunikasi di
antara mereka. Jaringan komunikasi penting untuk dikembangkan dalam usaha budidaya perikanan khususnya budidaya kolam ikan patin yang mereka usahakan
mulai dari informasi produksi hingga informasi pemasaran, sehingga usaha pemberdayaan pembudidaya ikan dapat dicapai, terjadinya perbaikan kualitas
kehidupan sosial ekonomi dalam rumah tangga pembudidaya ikan tersebut.
Berdasarkan teori jaringan komunikasi, dalam pencarian informasi petani harus membangun strukur jaringan dengan tetangga dan sumber informasi lainnya
Littlejohn 1992. Jaringan komunikasi menurut Rogers dan Kincaid 1981 adalah suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan,
yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas dapat dirumuskan sebuah masalah penelitian yaitu bagaimana jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan
di Desa Koto Masjid dalam kegiatan produksi dan pemasaran hasil perikanan. Maka berdasarkan rumusan tersebut dirasa perlu melakukan suatu penelitian
dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran hasil perikanan yang
mereka usahakan.
Metode
Penelitian dilaksanakan di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar. Survei pendahuluan dilakukan pada tahun 2012. Pengumpulan data pada bulan Desember
2013 hingga Mei 2014. Populasi penelitian adalah keseluruhan pembudidaya ikan patin Pangasius hypothalamus mitra binaan PT Telkom periode 2009 dan 2010
yang mendapat bantuan akses modal usaha budidaya ikan patin yang berjumlah 90 orang pembudidaya ikan.
Upaya yang dilakukan dalam membantu menemukan realitas sosial untuk memetakan mapping jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan, responden
diambil dengan teknik “sampling intact system” Rogers Kincaid 1981, dengan “intact system”, semua individu yang menjadi anggota kelompok pembudidaya
ikan adalah sistem sosial. Responden yang dijadikan unit contoh adalah anggota kelompok pembudidaya ikan yang menjadi mitra binaan PT Telkom yang ada di
Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar.
Dipilihnya metode analisis jaringan komunikasi, karena metode ini dengan jelas mendeskripsikan jaringan komunikasi dengan sosiogram, yang bertitik tolak
dari analisis konvergensi yang berlandaskan pada teori cybernetic, yakni teori yang memandang tingkah laku manusia dari perspektif sistem-sistem Rogers
Kincaid 1981. Teori ini beranggapan bahwa perilaku seseorang akan lebih ditentukan oleh relasi-relasi sosialnya daripada ciri-ciri individunya.
Analisis sosiometri dan jaringan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah utuk melihat :
1. Struktur komunikasi, yaitu analisi yang digunakan untuk melihat pola hubungan dan peran individu pembudidaya ikan dalam jaringan komunikasi.
2. Jaringan Komunikasi, menggambarkan interaksi antara pembudidaya ikan yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan informasi mengenai
pengembangan usaha budidaya perikanan. Dari data yang diperoleh dapat dilihat derajat sentralitas lokal local centrality, derajat sentralitas global
global centrality, kebersamaan betweenees dan hubungan connectedness.
a. Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan mereka.
Derajat ini menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan individu lain yang berada dalam lingkungan
terdekatnya, dengan mengunakan UCINET VI, derajat sentralitas lokal
diperoleh melalui “normalized degree centrality” atau “centrality degree”. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui networkcentralitydegree. Data yang
diperoleh merupakan data skala rasio.
b. Sentralitas global adalah derajat yang menunjukkan berapa jarak yang harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam
sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu dalam sistem, dengan menggunakan software
UCINET VI, nilai sentralitas global diperoleh melalui “centrality closeness” yaitu diperoleh melalui networkcentralitycloseness. Data yang diperoleh
merupakan data skala rasio.
c. Kebersamaan betweenees adalah frekuensi seorang individu melakukan hubungan dengan satu klik diantara klik lainnya. Derajat ini menunjukkan
kemampuan individu untuk menjadi perantarapenghubung antara satu aktor dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Dengan menggunakan UCINET VI
Nilai
betweeness diperoleh
melalui networkcentrality
and powerbetweeness
. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio. d. Hubungan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem
berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan
kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Konektivitas dapat menjadi ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan
dan kerentanan individu, Hanneman and Riddle 2005. Dengan menggunakan UCINET VI Nilai connetedness diperoleh melalui networkcentrality and
powerinformation centrality
. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio
Hasil dan Pembahasan Analisis Jaringan Komunikasi
Pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid membentuk jaringan komunikasi sebagai upaya dalam mengatasi kelangkaan informasi mengenai usaha budidaya
perikanan. Jaringan komunikasi yang terbentuk dari interaksi antara pembudidaya ikan ini bertujuan untuk membantu mereka dalam memenuhi berbagai kebutuhan
informasi usaha pembudidayaan ikan yang mereka jalankan.
Jaringan komunikasi yang terbentuk merupakan bentuk interaksi pembudidaya ikan yang menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam
memberi, menerima dan menyebarluaskan sebuah informasi. Analisis terhadap jaringan komunikasi menghasilkan sosiogram yang menggambarkan struktur
komunikasi yang terjalin diantara pembudidaya ikan.
Jaringan komunikasi yang terbentuk diantara pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid pada dasarnya merupakan proses yang menunjukkan siapa
berkomunikasi dengan siapa serta bagaimana suatu informasi mengenai produksi dan pemasaran hasil budidaya perikanan terdistribusi di masing-masing
pembudidaya ikan tersebut. Cara berbagi informasi yang terjadi dalam satu waktu menuntun para pembudidaya ikan untuk saling mendekatkan atau menjauhkan
pengertian bersama mereka mengenai realitas, sehingga jaringan komunikasi sangat menentukan dalam melakukan perubahan dan perbaikan pengelolaan usaha
budidaya patin dalam kolam terutama dalam menangani kegiatan produksi dan pemasaran hasil budidaya perikanan secara tepat. Proses pembentukan jaringan
komunikasi yang ada diantara pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid terjadi melalui interaksi yang dilakukan oleh para pembudidaya ikan diantara sesama
mereka maupun dengan orang di luar komunitas pembudidaya ikan, dengan tujuan memenuhi kebutuhan informasi mengenai produksi dan pemasaran hasil budidaya
perikanan demi perbaikan kualitas usaha yang dijalankan.
Pola interaksi antar pembudidaya ikan tersebut menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam memberi dan menerima serta menyebarluaskan
informasi. Analisis terhadap jaringan komunikasi akan memberikan gambaran siapa saja yang terjangkau oleh informasi, bagaimana informasi terdistribusi ke
semua anggota sistem kelompok dan struktur jaringan komunikasi yang terbentuk serta bagaimana peran-peran dari pembudidaya ikan dalam struktur
jaringan komunikasi tersebut. Jaringan komunikasi yang dianalisis berdasarkan informasi yang berhubungan dengan informasi produksi dan pemasaran.
Jaringan Komunikasi Mengenai Produksi
Jaringan komunikasi mengenai produksi dalam usaha budidaya perikanan diantara pembudidaya ikan terbentuk karena para pembudidaya ikan berinteraksi
dengan sesamanya orang dalam kelompok dan orang diluar kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang produksi budidaya perikanan yang
disusahakan.
Jumlah aktor node yang terlibat dalam jaringan komunikasi mengenai produksi usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid adalah 101 aktor yang
terdiri dari 90 aktor merupakan pembudidaya ikan anggota mitra binaan, 11 aktor bukan dari anggota mitra binaan, diantaranya pendamping lapangan, pendamping
dari dinas perikanan, informan penyedia benih dan pakan dari luar daerah. Sosiogram jaringan komunikasi mengenai produksi dapat dilihat pada Gambar 7.
105 Gambar 7. Sosiogram jaringan komunikasi mengenai produksi
Keterangan :
95 : Pendamping swadayapengurus mitra binaan
91,92,93,94,96,97,98,99, 100 : Pengusaha perikanan 101
: Pendamping Pemda
Dalam Jaringan komunikasi tersebut, terdapat ikatan komunikasi yang dibangun oleh para pembudidaya ikan dengan tingkat keterhubungan density
yang rendah yaitu 0.084 Ini berarti dalam jaringan komunikasi produksi budidaya perikanan yang terbentuk hanya terdapat 8.4 persen ikatan atau hubungan
komunikasi yang dijalin oleh para pembudidaya ikan dari total potensi ikatanhubungan komunikasi yang mungkin terjalin.
Jaringan komunikasi pembudidaya ikan mengenai produksi yang digambarkan dalam sosiogram pada Gambar 7 terlihat struktur jaringan
komunikasi yang bersifat personal memusat interlocking personal network. Menurut Rogers dan Kincaid 1981 jaringan personal yang memusat
interlocking mempunyai derajat integrasi yang tinggi. Selanjutnya Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi
interlocking
terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang terbuka terhadap lingkungannya. Kondisi ini terlihat pada sosiogram di Gambar 7, dimana
terjadi pemusatan arus informasi pada satu individu yang memiliki hubungan total maksimal pada semua individu yang menjadi anggota di dalam sistem. Pemusatan
juga terjadi di setiap klik dimana, individu anggota klik cenderung berkomunikasi pada satu individu.
Identifikasi terhadap sosiogram jaringan komunikasi pembudidaya ikan menunjukkan terdapat 7 klik dalam jaringan tersebut. Masing-masing klik
memiliki jumlah point node yang berbeda. Untuk mengetahui tentang identifikasi klik dan karakteristik star dalam jaringan komunikasi mengenai
produksi pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Jumlah klik dan karateristik star dalam jaringan komunikasi pembudidaya ikan mengenai informasi produksi
Klik Node
Nama Star Jumlah anggota
klik orang Pendidikan
tahun Pengalaman
tahun Luas Kolam
m
2
I 95
SH 100
16 15
30.000 II
5 NS
59 16
10 5.000
III 57
WB 52
16 10
1.200 IV
14 WD
49 16
10 8.000
V 58
KH 18
9 14
1.000 VI
64 SD
14 11
14 1.200
VII 13
WT 12
12 15
10.000
Tabel 28 menjelaskan banyaknya klik dan karakteristik star dalam jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan mengenai produksi usaha budidaya
perikanan. Masing-masing klik dalam jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan mitra binaan PT. Telkom dapat terhubung satu sama lainnya melalui peran
individu dalam jaringan komunikasi sebagai bridge jembatan. Individu yang berperan sebagai bridge merupakan individu yang menghubungkan satu klik
dengan klik yang lainnya, dimana ia merupakan anggota dari salah satu klik yang dihubungkan tersebut. Node yang berperan sebagai bridge jembatan dalam
jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan mengenai produksi dapat terjadi masing-masing pembudidaya ikan, masing-masing pembudidaya ikan di wilayah
ini tidak memiliki keterikatan di dalam klik, cenderung komunikasi yang terjadi diantara pembudidaya ikan sangat terbuka dan saling memberi dan menerima
informasi. Identifikasi klik yang saling menghubungkan antar klik dengan klik yang lainnya terutama yang menghubungkan dengan klik I yaitu 4, 5, 7, 9, 10, 11,
14, 17, 18, 22, 25, 28, 36, 41, 45, 53, 58, 78, dan 79.
Node yang menjadi star dalam klik adalah pembudidaya ikan yang paling banyak dihubungi oleh anggota mitra binaan dalam mencari dan menggali
informasi yang berhubungan dengan produksi. Individu pembudidaya ikan yang memiliki peran sebagai star dalam sosiogram jaringan komunikasi ditunjukkan
oleh node yang memiliki derajat konektivitas tertinggi. Artinya, individu-individu tertentu yang paling banyak terhubung dengan individu lain merupakan individu
yang dapat memainkan peran sebagai star. Umumnya star merupakan pimpinan informal dalam sebuah sistem. Mereka bukan selalu orang-orang yang
mempunyai otoritas formal dalam sistem, tetapi membimbing tingkah laku anggota sistem dan mempengaruhi keputusan mereka.
Untuk node 5 selain sebagai star dalam kliknya ia juga berperan sebagai bridge
yang menghubungkan pembudidaya ikan dengan node 95. Peran gate keeper
yaitu individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi dilakukan oleh individu nomor 95. Peran star dan gate keeper Individu yang
ditunjukkan oleh node 95 adalah Bapak SH. Beliau adalah pembudidaya ikan yang dianggap sebagai pembudidaya yang paling berhasil dengan tingkat
pendapatan yang tinggi serta kepemilikan kolam yang luas. Luas lahan yang diusahakan oleh Pak suhaimi adalah sekitar tiga hektar yang terbilang sangat luas
untuk ukuran pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. Keberhasilan Bapak SH dalam berusaha sebagai pembudidaya ikan tidak hanya karena faktor luas kolam
tetapi juga memiliki pengetahuan tentang budidaya yang sangat memadai, pendidikan sarjana perikanan dan pernah menjadi pegawai negeri sipil sebagai
penyuluh perikanan, kemudian berhenti dan menjadi pengusaha budidaya perikanan. Bapak SH selain memiliki kolam, ia juga memiliki hatchery sebagai
penghasil benih terbanyak, hampir seluruh pembudidaya ikan di wilayah kabupaten Kampar dan Rokan Hulu khususnya Desa Koto Mesjid memperoleh
benih dari Bapak SH.
Bapak SH juga pemiliki usaha pembenihan dan pengolahan hasil perikanan nugget, bakso, kerupuk kulit ikan dan ikan asin yang kemudian dijual di
beberapa super market dan mini market yang tersebar di seluruh Provinsi Riau. Selain itu Ia juga adalah ketua kelompok mitra binaan PT. Telkom dan sekaligus
menjadi pendamping swadaya. Posisinya sebagai ketua kelompok membuatnya sering berhubungan dengan sumber-sumber informasi diluar kelompoknya seperti
dengan perguruan tinggi, dinas perikanan kabupaten Kampar, dinas Perikanan Provinsi, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pihak-pihak swasta khususnya
PT. Telkom sehingga ia memiliki banyak informasi. posisinya di dalam kelompok atau diluar kelompok sangat memungkinkan baginya dapat mengakses sejumlah
informasi dan juga memiliki kekuasaan untuk mengendalikan arus informasi dalam jaringan komunikasi di kelompoknya. Individu yang ditunjukan oleh node
5 adalah pak Nurnalis ia adalah pembudidaya ikan yang menjabat sebagai wakil mitra binaan PT. Telkom, selain sebagai star ia juga sebagai bridge yang
menghubungkan dengan node 95 menjabat sebagai ketua.
Pada umumnya individu-individu yang menjadi star dalam jaringan komunikasi merupakan individu yang memiliki karakteristik yang sama. Dari
tujuh individu yang menjadi star, terdapat empat individu yang berpendidikan tinggi sarjana yang ditunjukkan oleh node 5, 14, 57, dan 95. Dari tujuh individu
yang menjadi star terdapat empat individu yang memiliki pengalaman usahatani terlama yakni individu 13, 58, 64 dan 95. Selain itu, terdapat empat individu dari
sembilan individu yang menjadi star yang memiliki luas kolam atau kepemilikan asset yang luas. Individu ini ditunjukkan oleh node 13, 14 dan 95.
Dapat disimpulkan bahwa individu-individu yang berperan sebagai star merupakan individu yang berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman berusaha
sebagai pembudidaya ikan lebih dari sepuluh tahun dan memiliki luas kolam lebih dari 1000 m
2
. Dengan karakteristik seperti itu, mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang yang berhubungan dengan dirinya,
sehingga informasi mengenai produksi budidaya perikanan akan cepat tersebar jika menghubungi individu yang menjadi star pada klik dalam sistem jaringan
komunikasi tersebut.
Berdasarkan nilai tingkat keterhubungan density yaitu 8,2 persen dapat dimaknai bahwa masih rendahnya tingkat keterhubungan antar pembudidaya ikan,
yang menandakan masih kurangnya hubungan komunikasi dalam pencarian informasi mengenai produksi diantara pembudidaya ikan. Hal ini terjadi karena
dalam pencarian informasi produksi, sebagian besar pembudidaya ikan langsung berhubungan dengan sumber informasi dalam kelompok yaitu pengurus kelompok
terutama ketua, wakil ketua, sekretaris atau bendahara, dan diluar kelompok yaitu petugas penyuluh dari pemerintah dan beberapa produsen penyedia pakan ikan.
dan balai penyuluhan setempat yang datang ke kelompok. Mereka merasa mendapatkan penjelasan yang memadai tentang aspek produksi usaha budidaya
perikanan dari sumber informasi tersebut sehingga tak perlu lagi bertanya kepada pihak lain terkecuali bila ada informasi yang kurang jelas atau terlewatkan mereka
akan bertanya kepada ke pembudidaya ikan lain. Kondisi ini mengakibatkan ikatanhubungan komunikasi bertumpu pada sumber informasi utama yang ada
yaitu pengurus kelompok mitra binaan dan pendamping lapangan. Jaringan Komunikasi Mengenai Pemasaran
Jaringan komunikasi mengenai pemasaran usaha budidaya perikanan diantara pembudidaya ikan, terbentuk karena interaksi antar pembudidaya dengan
individu dalam dan luar kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang pemasaran hasil budidaya perikanan. Jumlah aktor
node yang terlibat dalam jaringan komunikasi mengenai produksi usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid adalah 98 aktor yang terdiri dari 90 aktor
merupakan pembudidaya ikan anggota mitra binaan, 8 aktor bukan dari anggota mitra binaan, diantaranya pendamping lapangan, pendamping dari dinas
perikanan, informan pasar, pedagang pengumpul lokal dan dari luar daerah Desa Koto Mesjid.
Jaringan komunikasi yang terbentuk antar pembudidaya ikan tersebut, terdapat ikatan atau hubungan komunikasi yang dibangun oleh para pembudidaya
ikan dengan tingkat keterhubungan density yang rendah yaitu 0,0767 Ini berarti dalam jaringan komunikasi produksi budidaya perikanan yang terbentuk hanya
terdapat 7,67 persen ikatanhubungan komunikasi yang dijalin oleh para pembudidaya ikan dari total potensi ikatanhubungan komunikasi yang mungkin
terjalin. Sosiogram yang menggambarkan struktur jaringan komunikasi diantara pembudidaya ikan mengenai pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8