HUBUNGAN JARINGAN KOMUNIKASI, PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN DAN POLA PIKIR DALAM PEMBERDAYAAN

Sentralitas Global Sentralitas global merupakan derajat yang menunjukkan banyaknya jalur yang harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu lain dalam sistem. Derajat sentralitas global dapat memberikan petunjuk mengenai siapa-siapa saja di dalam sebuah sistem yang dapat menjadi kunci penyebar informasi. Selanjutnya, hubungan antara karakteristik individu pembudidaya ikan dengan sentralitas global dapat dilihat pada Tabel 42 berikut ini. Tabel 42. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Sentralitas Global Karakteristik Personal Sentralitas Global Umur -0.044 Pendidikan formal -0.076 Pendapatan -0.277 Tanggungan keluarga -0.039 Pengalaman berusaha 0.096 Luas Kolam -0.226 Curahan jam kerja -0.202 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Tabel 42 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara pendapatan pembudidaya ikan dengan sentralitas global dengan nilai koefisien korelasi r = -0,277. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan individu pembudidaya ikan maka semakin pendek “distance” yang harus dilalui individu pembudidaya ikan untuk menghubungi semua individu dalam kelompoknya. Semakin rendah nilai sentralitas global menunjukkan semakin pendek “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam lingkungannya sebaliknya, semakin tinggi nilai sentralitas global menunjukkan semakin panjang “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem Scott 2000. Semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin pendek jarak atau “distance” yang harus dilalui oleh pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem. Ini berarti, semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin tinggi kemampuan pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh pembudidaya ikan lainnya. Hal ini terjadi karena, pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan lebih tinggi memiliki kemandirian dalam mengakses sumber informasi yang dibutuhkan. Mereka mampu mengakses berbagai informasi yang mereka perlukan baik dengan lingkungan terdekatnya maupun di lingkungan yang lebih luas atau di luar sistem sekalipun. Keadaan seperti ini memungkinkan bagi pembudidaya ikan memiliki jarak atau “distance” yang singkat untuk menghubungi pembudidaya ikan lain, dengan artian makin singkatnya jarak untuk menghubungi seseorang maka semakin mudah komunikasi dapat berlangsung dengan individu lain dalam lingkungannya. Luas kolam berhubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai sentralitas global dimana, nilai koefisien korelasi r = -0,206 Artinya, semakin luas kolam ikan yang dimiliki pembudidaya ikan maka semakin pendek jarak yang diperlukan oleh individu pembudidaya ikan untuk menghubungi individu lain dalam lingkungan terdekatnya. Hal ini berkaitan dengan luasnya kolam ikan yang diusahakan pembudidaya ikan, memungkinkan untuk melakukan ujicoba berbagai teknologi produksi baru pada kolamnya, sehingga mendorong individu tersebut untuk mandiri dan mengakses berbagai informasi. Keadaan seperti ini memungkinkan bagi pembudidaya ikan memiliki jarak atau “distance” yang singkat untuk menghubungi pembudidaya ikan lain, dengan artian makin singkatnya jarak untuk menghubungi seseorang maka semakin mudah komunikasi dapat berlangsung dengan individu lain dalam lingkungannya. Hal inilah yang menjadikan pembudidaya ikan yang memiliki kolam yang luas dapat lebih mudah menghubungi individu pembudidaya ikan lainnya. Tidak terdapat hubungan nyata antara umur, pendidikan formal, tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan curahan jam kerja dengan central global . Ini berarti dekat atau jauhnya jarak untuk menghubungkan antara pembudidaya ikan dalam mencari, memberi dan saling bertukar informasi tidak berhubungan secara nyata dengan umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan curahan jam kerja. Kebersamaan Kebersamaan merupakan posisi individu tertentu terletak diantara individu-individu lain pada suatu jaringan, dimana posisi tersebut menunjukkan kemampuannya untuk menjalin hubungan dengan klik atau kelompok lain dalam suatu jaringan. Jika seseorang berada dalam suatu jalur komunikasi yang menghubungkan antar individu atau klik maka individu tersebut memiliki posisi yang sentral. Individu dengan nilai kebersamaan tinggi mempunyai potensi kendali komunikasi yang dapat memainkan potensi sebagai broker atau gatekeeper dalam suatu jaringan. Individu lain akan menjadi tergantung kepadanya jika jalur yang menghubungkannya dengan orang lain harus melewati individu tersebut. Tabel 43. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Kebersamaan Karakteristik Personal Kebersamaan Umur 0.098 Pendidikan formal 0.066 Pendapatan 0.215 Tanggungan keluarga 0.128 Pengalaman berusaha -0.023 Luas Kolam 0.275 Curahan jam kerja 0.235 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman yang disajikan pada Tabel 43 terlihat bahwa terdapat hubungan nyata dan positif antara pendapatan pembudidaya ikan dengan nilai kebersamaan, dengan nilai koefisien dimana r = 0,215. Ini berarti semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan semakin tinggi kebersamaannya. Dengan kata lain semakin tingginya pendapatan pembudidaya maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk membuat hubungan dan menjadi penghubung dengan berbagai pihak. Pembudidaya ikan dengan pendapatan yang tinggi akan mampu membangun jaringan komunikasi untuk menghubungi dan dihubungi pembudidaya lain guna mencari dan membagi informasi. Pendapatan yang tinggi akan memudahkan pembudidaya ikan untuk menguasai sumber- sumber ekonomi dan informasi sehingga mereka mampu mengendalikan interaksi dan komunikasi dalam lingkungannya atau di luar lingkungannya. Semakin tinggi pendapatan pembudidaya akan semakin memungkinkan dirinya berperan sebagai gate keeper dan broker dalam sistem jaringan komunikasi. Luas kolam juga memiliki hubungan nyata dengan kebersamaan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.275 , hal ini menjelaskan bahwa semakin luas kolam yang dimiliki pembudidaya ikan semakin tinggi tingkat kebersamaannya dalam lingkungannya. Luas kolam akan memungkin pembudidaya ikan menggunakan teknologi produksi yang baru, jumlah benih yang banyak, biaya produksi yang tinggi, dan hasil panen yang lebih banyak. Hal ini menjadikan pembudidaya ikan lebih mandiri, mampu menguasai informasi, aktif dalam kelompok sehingga mereka memungkin mereka mampu memegang kendali dalam lingkungannya. Curahan jam kerja pembudidaya ikan juga memiliki hubungan yang nyata dengan kebersamaan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.235 , ini berarti semakin tinggi curahan jam kerja pembudidaya ikan maka semakin tinggi kebersamaannya. Pembudidaya ikan dengan curahan jam kerja yang tinggi biasanya memungkin mereka menjadi pembudidaya yang paling berhasil menjalankan usahanya, karena mereka benar-benar fokus dalam pekerjaannya. Sehingga mereka adalah individu yang memiliki karakter pembudidaya ikan sejati, dan tempat mencontoh bagi individu lain, hal inilah yang menjadikan mereka sebagai kendali informasi diantara anggota dalam lingkungannya. Keterhubungan Hubungan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Jika ada berbagai jalur yang berbeda yang menghubungkan dua individu maka, mereka memiliki “konektivitas” yang tinggi dalam arti bahwa ada beberapa cara untuk mencapai dari satu individu ke individu yang lain. Konektivitas dapat menjadi ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan dan kerentanan individu, Hanneman Riddle 2005. Tabel 44. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Keterhubungan Karakteristik Personal Keterhubungan Umur 0.06 Pendidikan formal 0.078 Pendapatan 0.311 Tanggungan keluarga 0.186 Pengalaman berusaha 0.117 Luas Kolam 0.328 Curahan jam kerja 0.187 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Berdasarkan Tabel 44 dijelaskan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara pendapatan dengan keterhubungan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.0311 ini berarti, semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan akan semakin tinggi tingkat keterhubungannya dengan individu lainnya. Maksudnya adalah pembudidaya ikan dengan pendapatan yang tinggi adalah orang yang paling dominan dalam lingkungannya dan membuat individu pembudidaya ikan lain bergantung padanya. Pendapatan yang tinggi memungkinkan pembudidaya ikan akan mengusai berbagai sumber informasi, sumber ekonomi, kemampuan melakukan kegiatan budidaya perikanan dengan skala yang lebih luas, kemampuan berinteraksi untuk berpergian ke berbagai sumber informasi dan berbagai aktifitas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan pembudidaya ikan memiliki pendapatan yang tinggi akan menjadi individu yang dominan dalam lingkungannya. Luas kolam juga memiliki hubungan nyata dengan keterhubungan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.328 , hal ini menjelaskan bahwa semakin luas kolam yang dimiliki pembudidaya ikan semakin tinggi tingkat keterhubungan dalam lingkungannya. Luas kolam akan memungkin pembudidaya ikan menggunakan teknologi produksi yang baru, jumlah benih yang banyak, biaya produksi yang tinggi, dan hasil panen yang lebih banyak. Selanjutnya akan memungkinkan juga menjadi pembudidaya ikan yang berhasil diantara pembudidaya ikan lainnya. Hal ini menjadikan pembudidaya ikan lebih aktif, mandiri, dan mampu menguasai informasi dalam kelompoknya sehingga memungkin menjadi orang yang paling dominan dalam lingkungannya. Hubungan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi Hubungan persepsi terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi yang dianalisis adalah hubungan dengan persepsi kinerja pendamping swadaya dan pendamping pemda. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi Indikator Sentralitas lokal Sentralitas Global Kebersamaan Keterhubungan Persepsi terhadap pendamping swadaya mengenai produksi 0.114 0.002 0.061 0.065 Persepsi terhadap pendamping swadaya mengenai pemasaran 0.129 -0.123 0.146 0.106 Persepsi terhadap pendamping pemda mengenai produksi 0.051 -0.032 0.093 0.103 Persepsi terhadap pendamping pemda mengenai pemasaran -0.173 0.058 0.002 -0.058 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Hasil uji korelasi rank spearman pada Tabel 45, menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara persepsi dengan central lokal, central global, kebersamaan dan keterhubungan. Artinya jaringan komunikasi yang terjadi antara pembudidaya ikan tidak dipengaruhi secara nyata oleh persepsi mereka. Ini dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu pengalaman yang dirasakan sehingga belum tentu mempengaruhi tindakannya. Pendapat ini berdasarkan penjelasan menurut Robbins 2008 persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera dalam rangka memberikan makna kepada lingkungannya. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif. Hubungan Fasilitas Bantuan dengan jaringan komunikasi Hubungan fasilitas bantuan yang diterima pembudidaya ikan dengan jaringan komunikasi yang dianalisis adalah hubungan dengan fasilitas bantuan yang diterima dari pemerintah daerah dan PT.Telkom. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 46. Tabel 46. Hasil Uji Korelasi Spearman variabel fasilitas bantuan dengan jaringan komunikasi Indikator Sentralitas lokal Sentralitas Global Kebersamaan Keterhubungan Fasilitas bantuan dari Pemda -0.063 0.224 -0.204 -0.238 Fasilitas bantuan dari PT. Telkom -0.149 -0.024 0.050 0.017 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Hasil uji korelasi rank spearman pada tabel 46, menjelaskan bahwa terdapat hubungan nyata bernilai positif antara fasilitas bantuan pemda dengan central global dengan nilai koefisien korelasi r = 0.224. Artinya semakin banyak bantuan yang diterima oleh pembudidaya ikan maka akan semakin banyak jarak yang diperlukan untuk menghubungi individu lain dalam sistem. Ini menjelaskan bahwa pembudidaya ikan yang paling banyak mendapat fasilitas bantuan pemda adalah pembudidaya yang sulit melakukan hubungan komunikasi dengan pembudidaya lain dalam sistem, individu ini memerlukan jarak yang banyak untuk dapat menghubungi individu lain dalam sistemnya. Pembudidaya ikan yang banyak mendapat bantuan fasilitas bantuan dari pemda adalah pembudidaya ikan yang memiliki karateristik, sebagai pembudidaya ikan yang belum mandiri, berpendapatan rendah, failitas produksi rendah, luas kolam yang kecil dan secara pengalaman usaha masih baru. Sehingga keadaan ini memungkinkan mereka bukan sebagai sumber informasi untuk pengembangan usaha budidaya perikanan melainkan mereka yang mencari informasi untuk pengembangan usaha mereka kepada individu lain dalam kelompok terutama pendamping swadaya, pengurus kelompok dan pembudidaya ikan yang lebih mandiri. Terdapat hubungan nyata antara fasilitas bantuan pemda dengan keterhubungan bernilai negatif, dengan nilai koefisien korelasi r = -0.238 artinya adalah semakin sedikit bantuan yang diterima pembudidaya ikan dari pemerintah daerah maka semakin dominan keberadaannya dalam melakukan hubungan komunikasi dengan individu lain dalam sistem. Ini dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan yang paling dominan dan rentan kebergantungan pembudidaya ikan lain kepadanya adalah pembudidaya ikan yang paling mandiri tidak bergantung dengan fasilitas bantuan dari pemerintah daerah. Keadaan ini menjelaskan bahwa individu pembudidaya ikan ini memiliki karateristik sebagai pembudidaya ikan yang paling berpengaruh, memiliki karateristik kemandirian yang lebih baik, pendapatan yang tinggi dan lebih lama berpengalaman dalam usaha budidaya perikanan. Sehingga individu ini menjadi pusat informasi dan pengendali dalam lingkungannya. Gambar 12. Hubungan Karakteristik, persepsi dan fasilitas produksi dengan jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran usaha aquakultur Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perubahan Taraf penghidupan dan Pola Pikir dalam Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Pembudidaya ikan patin Desa Koto Mesjid membentuk jaringan komunikasi dengan sesamanya guna memenuhi kebutuhan informasi dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas usaha budidaya perikanan yang dijalankan. Peningkatan kuantitas dan kualitas ini dapat dicapai dengan melakukan kegiatan produksi dan pemasaran dengan benar dan baik. Selain itu, juga diperlukan ketersediaan sumber informasi mengenai produksi dan pemasaran yang memadai agar pembudidaya ikan mendapatkan informasi yang handal dan terpercaya. Jaringan komunikasi yang terbentuk akan membantu anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan informasi mengenai produksi dan pemasaran. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara jaringan komunikasi pembudidaya ikan patin Desa Koto Mesjid dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir. Pengukuran jaringan komunikasi dalam penelitian ini menggunakan empat jenis pengukuran yaitu sentralitas lokal dan sentralitas global, kebersamaan betweeness dan keterhubungan connectedness. Pengujian hubungan antara variabel jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir menggunakan korelasi rank spearman. JARINGAN KOMUNIKASI Sentralitas Lokal Sentralitas Global kebersamaan Keterhubungan Pengalaman berusaha KARAKTERISTIK PEMBUDIDAYA IKAN Umur pendidikan Luas Kolam Curahan jam kerja Pendapatan Tanggungan keluarga PERSEPSI TERHADAP KINERJA PENDAMPING Pendamping swadaya Pendamping pemda FASILITAS PRODUKSI Bantuan Pemda Bantuan Swasta Tabel 47. Hasil uji korelasi spearman variabel hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan Livelihood. Indikator Taraf Penghidupan Livelihood Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan Sentralitas lokal 0.276 -0.153 -0.072 -0.122 Sentralitas Global -0.277 0.117 0.064 -0.257 Kebersamaan 0.215 -0.142 -0.097 0.314 Keterhubungan 0.311 0.031 0.116 0.119 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman pada Tabel 47 terdapat hubungan nyata antara jaringan komunikasi yaitu sentral lokal dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.276 Ini berarti semakin banyak pembudidaya ikan memiliki ikatanhubungan dengan pembudidaya ikan lain atau terhubung dengan berbagai sumber informasi maka semakin tinggi pendapatannya. Sentralitas lokal menunjukkan banyaknya jumlah individu yang terhubung dengan pembudidaya ikan pembudidaya ikan lain sehingga pembudidaya ikan yang memiliki ikatanhubungan yang banyak dapat dikategorikan sebagai pembudidaya ikan yang aktif dalam mencari dan menyebarkan informasi serta memungkinkan dirinya menjadi star dalam jaringan kelompoknya karena banyak individu yang menghubungi dan dihubunginya, bahkan pembudidaya ikan tersebut dapat menjadi sumber informasi karena banyak memperoleh pengetahuan informasi hasil interaksi dengan berbagai pihak. Tingkat hubungan seseorang dengan banyak individu lain memungkinkan terjadinya proses pertukaran informasi dalam peristiwa komunikasi yang jauh lebih sering dibandingkan dengan orang yang hanya berhubungan dengan sedikit individu. Frekuensi pertukaran informasi yang dialami oleh seseorang dalam proses komunikasi menjadikan seseorang memiliki pengetahuan dalan kegiatannya sehingga semakin sering pembudidaya ikan melakukan pertukaran informasi dengan pembudidaya ikan lainnya di dalam sistem maka semakin banyak informasi yang ia terima, sehingga semakin tinggi pengetahuannya dalam usaha budidaya perikanan yang diusahakannya. Oleh karena itu pembudidaya ikan yang memiliki ikatan hubungan dengan banyak individu terutama dengan sumber informasi akan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang usahanya sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperolehnya. Terdapat hubungan nyata antara sentral global dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r= 0.277 dan sanitasi kebersihan r = -0.257 dengan hubungan bernilai negatif, artinya semakin singkat jarak yang ditempuh oleh pembudidaya ikan dalam melakukan komunikasi dengan individu lainnya maka semakin tinggi pendapatan dan semakin baik kualitas sanitasi dan kebersihan rumah tangga pembudidaya ikan. Sentralitas global merupakan derajat kemampuan individu untuk mengakses seluruh anggota jaringan. Dalam arti lain, semakin singkat jarak yang ditempuh pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh pembudidaya ikan lainnya dalam sistem maka, semakin tinggi pendapatan dan semakin baik kualitas sanitasi dan kebersihan pada rumah tangga pembudidaya ikan. Sentralitas global merupakan kemampuan konektivitas individu dengan individu lain dalam satuan sistem tertentu sehingga dapat berperan sebagai kunci penyebar informasi. Individu yang berperan sebagai kunci penyebar informasi adalah orang yang memiliki keberdayaan informasi yang dapat disebarluaskan kepada individu lain. Terdapat hubungan nyata antara kebersamaan dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r= 0,215, sanitasi kebersihan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,314 bernilai positif, artinya semakin tinggi nilai kebersamaan pembudidaya ikan dalam lingkungannya maka semakin tinggi tingkat pendapatan, dan semakin baik sanitasi kebersihan dalam rumah tangga pembudidaya ikan. Ini dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan yang memiliki kebersamaan tinggi dengan lingkungannya akan memungkin melakukan banyak interaksi dan pertukaran informasi. Keadaan ini mampu menjadikan individu tersebut sebagi gate keeper dan broker pemegang kendali berbagai informasi dalam lingkungannya, sehingga memiliki kemampuan dan kemandirian dalam melakukan usahanya dan pada akhirnya berpengaruh nyata dengan pendapatan dan sanitasi kebersihan rumah tangganya. Terdapat hubungan nyata antara keterhubungan dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,311, artinya semakin tinggi nilai kebersamaan maka akan semakin berpengaruh terhadap tingginya pendapatan yang diterima pembudidaya ikan. Ini menjelaskan bahwa semakin dominan keberadaanya dalam lingkungannya, atau semakin rentan kebergantungan individu lain terhadapnya, maka akan memberikan pengaruh terhadap pendapatannya. Individu yang banyak berperan dan dominan dalam lingkungannya merupakan individu yang aktif dan mandiri. Keadaan ini menjadikan seseorang memiliki kemampuan dalam menguasai informasi dan pengetahuan tentang usaha budidaya perikanan semakin baik, sehingga berpengaruh baik terhadap pendapatan yang diterima dari usaha budidaya perikanan yang dilakukannya. Tabel 48. Hasil uji korelasi spearman variabel hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan pola pikir Mindset. Indikator Pola Pikir Mindset Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi teknologi Kebiasaan menabung Percaya Diri Orientasi Pendidikan Anak Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis Sentralitas lokal 0,034 0,220 0,015 0,102 -0,073 0,138 -0,080 Sentralitas Global -0,054 -0,243 0,004 -0,097 0,060 -0,094 0,101 Kebersamaan 0,040 0,214 0,013 0,085 -0,027 0,110 -0,051 Keterhubungan -0,006 0,224 0,058 -0,036 -0,049 0,018 0,092 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01 Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman pada Tabel 48 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan nyata antara sentral lokal, kebersamaan dan keterhubungan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya perikanan dengan nilai koefisien korelasi masing-masing r = 0,220 , 0,214 , 0,224 . Artinya semakin tinggi nilai sentralitas lokal, kebersamaan dan keterhubungan maka semakin tinggi pula tingkat adopsi teknologi budidaya perikanan oleh pembudidaya ikan dalam usaha yang dilakukannya. Terdapat hubungan nyata juga dengan sentral global dengan nilai koefisen korelasi r = -0,243 bernilai negatif, artinya semakin pendek atau singkatnya jarak yang ditempuh pembudidaya ikan dalam interaksi dengan lingkungannya maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi. Keadaan ini memungkin individu dengan mudah menghubungi individu lainnya untuk melakukan interaksi, hal ini menjadikan pembudidaya ikan dengan mudah mendapatkan informasi dan berbagai pengetahuan, yang menyebabkan makin tingginya tingkat adopsi teknologi produksi budidaya perikanan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa, jaringan komunikasi sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan memiliki hubungan yang nyata dengan perubahan pola pikir pembudidaya ikan dalam hal tingkat adopsi teknologi dalam usaha budidaya perikanan yang mereka jalankan. Artinya semakin banyak interaksi komunikasi, singkatnya jarak yang ditempuh, semakin mampu mengendalikan informasi dan semakin dominan individu dalam jaringan komunikasi, maka akan semakin tinggi tingkat perubahan pola pikir individu tersebut dalam hal adopsi teknologi budidaya. Gambar 13. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dan pemberdayaan Deskripsi hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan Livelihood dan Mindset pada pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid Pada kelompok pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid, individu yang paling banyak berinteraksi, yang mudah melakukan komunikasi, dan yang menjadi kunci penyebar informasi serta yang paling dominan keberadaannya dalam kelompoknya adalah Bapak SH yang menjabat sebagai ketua kelompok mitra binaan, merupakan pembudidaya ikan yang sering terlibat dalam arus pertukaran informasi yang terjadi dalam sistem jaringan komunikasi. Individu ini memiliki kemampuan untuk menghubungi seluruh anggota kelompoknya dengan cepat sehingga informasi apapun yang berkenaan dengan usaha budidaya perikanan dapat tersampaikan kepada seluruh anggota kelompoknya. Bapak SH adalah seorang pembudidaya ikan yang memiliki karakteristik berpendidikan tinggi, memiliki asset kolam yang luas, pendapatan yang tinggi, sanitasi kebersihan yang lebih baik dan memiliki teknologi budidaya yang lebih maju dari pembudidaya ikan yang lainnya. Karateristik individu dan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan dalam usaha budidaya perikanan dapat dijadikan sebagai alat analisis dalam melihat terjadinya interaksi jaringan komunikasi antar sesama pembudidaya ikan dalam usahanya memenuhi keperluan sehari dalam lingkungannya. Individu yang memiliki pendapatan yang tinggi, lebih berpendidikan dan memiliki asset yang banyak dapat menjadi sentral dan individu yang berpengaruh, ia akan memainkan banyak peran jaringan komunikasi dalam lingkungannya. Jaringan komunikasi memiliki hubungan yang nyata dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, terutama pada perubahan pendapatan, sanitasi dan kebersihan serta adopsi teknologi. Tiga indikator taraf penghidupan dan pola pikir ini merupakan indikator yang dapat dijadikan sebagai indikator utama terjadinya perubahan pada individu pembudidaya ikan. Meningkatnya pendapatan akan menyebabkan perubahan pada banyak sistem dalam rumah tangga pembudidaya ikan, seperti peningkatan fasilitas rumah tangga termasuk sanitasi dan kebersihan rumah, pola dan kualitas konsumsi pangan, pendidikan anggota keluarga serta adopsi teknologi budidaya perikanan terutama untuk lebih meningkatan pendapatan dan efisiensi produksi. Hubungan yang ditunjukan antara jaringan komunikasi dan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid ini, menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pembudidaya ikan dapat dijadikan sebagai suatu hubungan atau interaksi yang membawa pada perubahan taraf penghidupan dan pola pikir individu dalam lingkungannya. Artinya, jaringan komunikasi sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan dapat dijadikan sebagai peubah yang berperan dalam perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai akibat dari interaksi yang terjadi dalam lingkungannya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halim 2013 bahwa jaringan komunikasi sentralitas memiliki hubungan nyata dengan kegiatan produksi peternakan dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan. Jaringan komunikasi berperan dalam membentuk perspektif pengetahuan individu, karena antar individu dalam suatu komunitas terjadi interaksi. Jaringan komunikasi tidak dapat dipisahkan dalam aktifitas pembudidaya ikan di Desa Koto mesjid. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan tidak hanya disebabkan oleh kesungguhan pembudidaya dalam aktifitas teknis produksi dan pemasaran akan tetapi juga ditentukan oleh jaringan komunikasi yang terjadi pada pembudidaya ikan dalam memenuhi keperluan-keperluan usahanya. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Rogers 2003 menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial ekonomi. Pemberdayaan dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi adalah dasar untuk adanya perubahan yang diharapkan dari suatu tujuan kegiatan pemberdayaan. Jaringan komunikasi merupakan sebagai alat terjadinya perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pada pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, lebih jauh dari itu jaringan komunikasi dapat berperan dalam melihat fenomena sosial yang terjadi pada pembudidaya ikan, diantaranya peran dan struktur individu melihat kerentanan dan ketergantungan individu dalam lingkungannya. Hasil ini didukung oleh Lubis 2000 bahwa jaringan komunikasi hanyalah alat, bukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian jaringan. Hasil yang diperoleh dalam analisis jaringan komunikasi berupa struktur dan pola komunikasi dalam suatu sistem. Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi ketidakpastian yang mereka hadapi. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan nyata beberapa karakteristik personal pembudidaya ikan yaitu pendidikan, pendapatan, tanggungan keluarga, luas kolam dan curahan jam kerja dengan jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemesaran usaha budidaya perikanan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. 2. Tidak terdapat hubungan nyata antara persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan. 3. Terdapat hubungan nyata antara fasilitas bantuan produksi dari pemda dengan jaringan komunikasi dalam usaha budidaya perikanan yang berbanding terbalik, yaitu pembudidaya ikan yang paling lemah atau kurang mandiri merupakan pembudidaya ikan yang paling banyak mendapatkan bantuan pemda. Mereka adalah invidu yang lemah dalam interaksi menjalin komunikasi dengan individu lain dalam lingkungannya. 4. Terdapat hubungan nyata jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai akibat kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan yang dijalankan. Hubungan nyata tersebut ada pada indikator pendapatan, sanitasi kebersihan dan tingkat adopsi teknologi dalam usaha budidaya perikanan. Artinya semakin banyak peran jaringan komunikasi individu pembudidaya ikan dalam lingkungannya maka akan semakin tinggi tingkat perubahan taraf penghidupan dan pola pikir individu tersebut dalam lingkungannya. 5. Hubungan yang ditunjukan antara jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pembudidaya ikan dapat dijadikan sebagai peubah yang berperan dalam perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai akibat dari interaksi yang terjadi dalam lingkungannya.

8. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN

Abstrak Perbaikan terhadap kualitas kehidupan pembudidaya ikan di pedesaan merupakan wujud dari terjadinya pemberdayaan. Hal ini ditandai dengan kemampuan dan kemandirian pembudidaya ikan menjalankan usahanya. Untuk itu telah dilakukan penelitian dengan tujuan merumuskan strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran budidaya perikanan. Penyusunan dan perancangan strategi disusun berdasarkan analisis kondisi yang terjadi pada kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Rancangan strategi komunikasi yang diajukan adalah strategi komunikasi partisipatif dengan penguatan kelembagaan ekonomi dan dukungan dari pemerintah daerah. Kata kunci : Strategi, komunikasi, pemberdayaan, pembudidaya ikan. Pendahuluan Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan planning dan manajemen management untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya Effendy 1990. Pada kenyataanya definisi strategi sangat banyak, tergantung pada konteks kondisi dan pelaku yang memainkan strategi tersebut. Sampai saat ini belum satu bukupun yang memberikan sebuah definisi yang baku tentang strategi. Namun dalam dunia bisnis strategi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manajemen menetapkan arah bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar. Dengan kata lain, definisi strategi mengandung dua komponen yaitu: 1 Future Intentions atau tujuan jangka panjang dan 2 competitive advantage atau keunggulan bersaing Dirgantoro 2001. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan panduan perencanaan komunikasi communication planning dengan manajemen komunikasi communication management untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatan approach bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi Effendy, 1990. Secara sederhana, strategi komunikasi dapat dirumuskan dengan mengkaji secara mendalam teori Lasswell yang mencakup: Who? Says what? ln which channel? To whom? With what effect? Untuk berkomunikasi secara tepat sesuai dengan media yang ada, dapat digunakan komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan media. Komunikasi tatap muka berperan dalam mengubah tingkah laku, dan komunikasi bermedia untuk komunikasi informatif Muhammad 2004. Strategi komunikasi saat ini telah menjadi perhatian yang cukup serius oleh berbagai kalangan, dalam rangka mendorong pembangunan masyarakat baik daerah, nasional maupun internasional. Strategi komunikasi pembangunan akan berdampak positif apabila tujuan program pembangunan dapat tercapai dan perubahan perilaku khalayak sasaran sebagai tujuan akhir dapat diamati dan diukur. Pencapaian tujuan tersebut, menurut Hubies et al. 1995 harus dicirikan dengan : 1 timbulnya kesadaran masyarakat untuk memahami manfaat inovasi, 2 perwujudan tindakan kongkret masyarakat dalam bentuk mengadopsi inovasi tersebut, dan 3 timbulnya sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai akibat adopsi inovasi. Kriteria keberhasilan beragam strategi komunikasi pembangunan perlu dikaitkan dengan kekhasan tiap inovasi pembangunan. Kriteria keberhasilan strategi komunikasi pembangunan dari sudut khalayak sasaran dicirikan oleh hal- hal sebagai berikut Hubeis et al. 1995 : 1 adanya unsur pemahaman, kepedulian, dan kemampuan masyarakat dalam menyeleksi dan menerapkan beragam inovasi, 2 komitmen dan kesepakatan aktif untuk meningkatkan kesuksesan beragam dimensi program pembangunan, dan 3 kehidupan yang lebih baik. Menurut Melkote 2006, pakar komunikasi Rogers memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan komunikasi pembangunan pertanian melalui berbagai penelitian tentang difusi inovasi, partisipasi, pemberdayaan, dan perubahan sosial masyarakat. Pemberdayaan petani dan masyarakat pada lingkungan sosial, ekonomi, dan realitas politik berkaitan dengan pendidikan keahlian untuk mengembangkan komunikasi antarpekerja atau petani termasuk pembudidaya ikan. Menurut Chambers 1995 pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses perubahan sosial yang direncanakan, tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat agar dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada kepentingan dan kebutuhan rakyat yang mengarah pada kemandirian masyarakat, partispasi jaringan kerja dan keadilan Hikmat 2004 Dalam upaya pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid perlu dirancang strategi komunikasi bagi pembudidaya ikan yang tepat dalam kegiatan produksi dan pemasaran, agar usaha yang dilakukan dapat berkembang dan berkemampuan. Kemampuan yang menjadikan pembudidaya ikan mandiri dan sejahtera. Sehingga tujuan pembangunan nasional dapat dicapai. Berdasarkan penjelasan tersebut, diajukanlah sebuah masalah yaitu bagaimana strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid?, maka untuk menjawab hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan tujuan merancang alternatif strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2013 sampai dengan September 2014, yang mengambil lokasi di kawasan sentra budidaya ikan patin Pangasius hypopthalmus dalam kolam, tepatnya di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan karena, wilayah ini merupakan terpilih sebagai kawasan percontohan sentra produksi budidaya perikanan di Provinsi Riau. Tempat dijalankannya kegiatan pemberdayaan pembudidaya ikan dari pemerintah dan PT. Telkom. Ditetapkan sebagai wilayah program Corporate Social Responsibility CSR dan sebagai nominasi CSR Award tahun 2011. Metode untuk menetapkan strategi dirancang berdasarkan hasil analisis perilaku komunikasi pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran di lingkup sekitar pembudidaya ikan, akses dan kontrol informasi, perilaku produksi dan pemasaran, opini dari informan kunci, pendamping, dan pembudidaya ikan sebagai pengurus mitra binaan PT Telkom. Untuk memudahkan maka rancangan strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats SWOT. Analisis SWOT dilanjutkan dengan penyusunan skala prioritas untuk mencapai tujuan. Penelitian ini dianalisa secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara perorangan dan secara kelompok kepada pembudidaya ikan. Selain itu, untuk menganalisa lebih lanjut dari temuan penelitian, dilakukan wawancara mendalam depth interview dengan tokoh masyarakat, aparat desa, Dinas perikanan, pendamping, dan pembudidaya ikan sebagai pengurus mitra binaan PT Telkom, sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen dan pustaka dari berbagai sumber yang terkait. Hasil dan Pembahasan Pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dilaksanakan melalui bantuan akses pengembangan modal usaha, penyediaan input produksi dan pengembangan infrastruktur pendukung lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar dan PT. Telkom sebagai suatu cara dalam mengembangkan ekonomi lokal di tingkat desa dengan maksud memberikan percepatan berupa stimulan yang dapat menggerakkan pengembangan ekonomi lokal sehingga diharapkan terjadi penguatan modal sosial yang ada di masyarakat. Modal sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum world view, kepercayaan trust, pertukaran reciprocity, pertukaran ekonomi dan informasi informational and economic exchange , kelompok-kelompok formal dan informal formal and informal groups , serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya fisik, manusiawi, budaya sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Colleta Cullen 2000. Pemberdayaan pembudidaya ikan dimaknai sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik yang ditujukan untuk mentransformasi perilaku pembudidaya ikan agar berpengetahuan tinggi, bersikap positif, terampil dan mandiri dalam menjalankan usahanya, sehingga mampu menjadikan usahanya tersebut berkelanjutan. Berkelanjutan berarti usaha terus berkembang tanpa pengabaian terhadap kelestarian lingkungan hidup, dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga atau masyarakat pembudidaya ikan itu sendiri. Upaya pemberdayaan pembudidaya ikan dapat dikembangkan dengan menciptakan iklim yang kondusif dan kerjasama yang sinergis antar berbagai pihak yang terkait dalam pembangunan akuakultur, yaitu pendamping atau penyuluh, pembudidaya ikan, dan kelembagaan agribisnis yang memfasilitasi usaha akuakultur, seperti lembaga keuangan yang menyediakan modal usaha, lembaga penyedia input produksi, lembaga penyedia informasi, dan lembaga yang memasarkan ikan. Dalam hal ini, peran kelembagaan yang ada bagi pembudidaya ikan sangat penting untuk meningkatkan keberdayaan pembudidaya ikan dengan memanfaatkan potensi dan fungsi berbagai pihak tersebut Fatchiya 2010. Analisis keadaan usaha pembudidaya ikan Situasi yang ada di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar memperlihatkan, tingkat sosial ekonomi masyarakat pembudidaya sudah mengalami pengembangan ke arah yang lebih baik, yang diindikasikan dari tingginya tingkat pendapatan dan kepemilikan asset dalam usaha budidaya perikanan. Mayoritas pembudidaya ikan dalam memenuhi kebutuhan input produksinya sudah memadai hal ini dilihatkan dari aktifitas produksi, tersedianya benih, pakan, pupuk dan obat-obatan dalam kegiatan pembesaran ikan patin segar. Akan tetapi keberadaan ini belum merata pada setiap pembudidaya ikan. Input produksi dikuasai oleh para pembudidaya ikan yang memiliki modal besar, pendapatan yang tinggi dan berkedudukan terpandang dalam masyarakatnya. Dalam analisis jaringan komunikasi diketahui beberapa pembudidaya ikan yang paling sedikit menjalin interaksi komunikasi dalam lingkungannya adalah mereka yang berpendapatan rendah dan sulit melakukan hubungan dengan lingkungannya. Jaringan komunikasi yang terbentuk dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid bersifat memusat interlock karena adanya peran dominan beberapa individu dalam lingkungannya. Peran dominan ini menyebabkan ketergantungan dan sulitnya anggota kelompok untuk berkembang mendapatkan informasi terhadap banyak individu dalam menjalankan usahanya. Pembudidaya ikan sebagai anggota kelompok akan mendapatkan beberapa kendala apabila individu sentral dalam lingkungan berhalangan untuk dihubungi sehingga berdampak kepada kegiatan budidaya perikanan yang mereka jalankan. Dukungan beberapa lembaga pemerintahan dan swasta dalam pengembangan agribisnis terhadap usaha pembudidaya ikan baru sebatas menjalankan program atau proyek. Dengan demikian kegiatan pemberdayaan yang dilakukan belum sesuai dengan harapan dan tujuan pemberdayaan itu sendiri. Pemberdayaan pembudidaya ikan belum intensif dilakukan hal ini terlihat dari persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping pemerintah masih rendah, penguasaan penyediaan input produksi dominasi terhadap beberapa orang saja, akses pemasaran yang masih tergantung pada pedagang pengumpul, dan ketergantungan terhadap informasi kepada pengurus kelompok dan individu yang berpengaruh dalam lingkungannya. Rendahnya kemampuan dan posisi tawar dalam kegiatan pemasaran hasil produksi usaha budidaya perikanan, sehingga permasalahan pemasaran masih dijumpai, diantaranya, ketergantungan dengan harga pasar, tingginya harga pakan pabrik sehingga menyebabkan rendahnya keuntungan usaha, masih rendahnya kemampuan merencanakan dan mengevaluasi usaha. Secara umum untuk mengetahui kondisi kekinian pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Berhentinya perguliran bantuan akses bantuan modal pengembangan usaha yang diperoleh dari PT. Telkom dikarenakan beberapa pembudidaya ikan tidak dapat memenuhi kewajiban pelunasan pembiayaan kepada PT.Telkom. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tuan G menjelaskan: “semenjak tingginya harga pakan di pasaran untuk produksi perikanan, tingginya biaya hidup saat ini, semenjak itu pula terjadi penunggakan pelunasan pembiayaan akses modal dari PT.Telkom. walau kata orang pembudidaya ikan disini banyak duit ” 2 Ketersediaan input produksi budidaya perikanan sudah memadai, akan tetapi untuk meningkatkan skala usaha perlu peningkatan pembiayaan dan luas kolam yang memadai. sampai saat ini, hal ini masih belum merata diantara pembudidaya ikan. Wawancara dengan Bapak W. menjelaskan : “para pembudidaya ikan memerlukan peningkatan skala usaha agar pendapatan dan keuntungan dapat lebih dicapai, tapi saat ini kami rata-rata pembudidaya ikan masih memiliki modal yang masih relatif belum bisa berkembang lebih tinggi, luas kolam juga masih terbatas, dari PT.Telkom kami maksimal hanya dapat bantuan maksimal tujuh puluh juta per pembudidaya ikan. Kami mencoba mengajukan pinjaman ke Bank, Alhamdulillah Bank Nagari sudah membuka peluang untuk kami”. 3 Masih rendahnya kinerja pendamping yang ditugaskan oleh pemerintah baik yang berstatus Pegawai Negeri maupun pendamping kontrak. Wawancara dengan Bapak SH menjelaskan: “kami sebenarnya tidak terlalu mengetahui keberadaan pendamping yang ditunjuk oleh pemerintah, seperti petugas PPL, mereka jarang sekali ada di desa ini, jadi kami, ya, sulit juga kalau mengatakan mereka itu bekerja. Kok ado, adolah, kok indak indak lah ”. 4 Masih terdapat individu pembudidaya ikan yang berpendapatan rendah, dan pengalaman rendah serta paling sedikit berinteraksi dengan sesama pembudidaya ikan dalam lingkungannya, sehingga menyebabkan lemahnya kemampuan dalam mengakses informasi produksi dan pemasaran dalam mengusahakan usaha budidaya perikanan yang ditekuninya. 5 Pendidikan formal pembudidaya ikan pada umumnya masih pada kategori sedang, hal ini menyebabkan ketergantungan pengetahuan dan informasi produksi dan pemasaran kepada pembudidaya yang berpendidikan tinggi dan pengurus kelompok pembudidaya ikan. 6 Masih sedikitnya pelaksanaan kegiatan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan, seperti pelatihan Cara Budidaya Ikan yang Baik CBIB dan pelatihan pengelolaan keuangan dan sistem penanganan hasil perikanan. 7 Ketergantungan terhadap benih ikan kepada hanya seorang individu penyedia benih merupakan kendala tersendiri, terutama jika pesanan melimpah atau jika produksi benih mengalami kendala. Maka untuk penebaran benih pada kolam ikan juga akan mengalami masalah. artinya ketersediaan benih masih bergantung kepada beberapa individu lain diantara pembudidaya ikan. Wawancara dengan Bapak W menyatakan : “keterikatan pembudidaya ikan dengan penyedia benih seperti Bapak SH di wilayah ini, belum ada yang mampu menandinginya, kualitas benih yang dihasilkan berkualitas baik dan cukup menampung kebutuhan kami para pembudidaya ikan”. 8 Kemampuan teknis pembenihan ikan, khususnya ikan patin memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga pada umumnya pembudidaya ikan di wilayah ini belum mampu melakukan pembenihan secara mandiri. 9 Pakan ikan juga merupakan kendala yang selalu dihadapi pembudidaya ikan terutama fluktuasi harga. Harga sering mengalami peningkatan sehingga pembudidaya ikan mengalami penurunan keuntungan dari hasil produksinya. Pakan buatan telah diusahakan oleh pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid tetapi masih dalam bentuk teknologi tradisional sehingga kualitas pakan belum terjamin. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap kualitas produksi ikan yang dihasilkan. Wawancara dengan Tuan G menyatakan : “pada pertengahan 2012 hingga akhir 2013 pembudidaya ikan dihadapkan tingginya harga pakan, pakan buatan yang ada kurang mampu mencukupi keperluan produksi, belum lagi kualitasnya agak sedikit rendah dari pellet pabrik. sehingga berpengaruh dengan produksi, alhamdulillah sejak awal 2104 kemaren produk pakan buatan makin baik dan harga ikanpun meningkat sehingga mampu menggunakan pellet pabrik” 10 Kualitas air dan penyakit ikan juga menjadi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya ikan, pembudidaya ikan sering menghadapi keadaan diluar kondisi kebiasaan, apabila pertukaran musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. 11 Pemasaran hasil usaha budidaya perikanan sampai saat ini masih tergantung kepada pedagang pegumpul dari luar daerah dan pedagang pengumpul lokal. Ketergantungan ini menyebabkan pembudidaya ikan belum memiliki pasar perikanan yang memiliki akses yang lebih luas jangkuannya. Keadaan ini menyebabkan keuntungan yang didapat oleh pembudidaya ikan lebih kecil daripada keuntungan yang didapat oleh pedagang pengumpul baik lokal atau dari luar daerah. 12 Pembudidaya ikan belum memiliki usaha bersama dalam menjalankan aktifitas budidaya perikanan. Terutama penampung hasil usaha, penyedia sarana dan prasarana produksi. Keadaan menyebabkan ketergantungan pada individu penyedia benih, pupuk dan saprodi lainnya. Ketiadaan kelembagaan ini menjadikan keadaan pembudidaya ikan walaupun menjadi kelompok mitra binaan tapi masih berusaha secara sendiri-sendiri. 13 Lemahnya posisi tawar pembudidaya ikan dalam menentukan harga produksi ikan segar, karena ikan produksi budidaya perikanan di wilayah ini masih dijual oleh masing-masing individu ke pedagang pengumpul lokal dan pedagang pengumpul dari luar daerah sehingga harga ikan masih ditentukan oleh pedagang pengumpul, berdasarkan harga pasaran yang ada. Sehingga sulit sekali bagi pembudidaya ikan mampu mengatur harga. Wawancara dengan Bapak D, menyatakan: “hasil panen ikan patin segar di wilayah kami ini, dijual kepada pedagang kepada pedagang pengumpul dalam desa ini dan pedagang pengumpul dari luar daerah yang setiap hari keluar masuk ke Desa. Khusus pedagan pengumpul yang di Desa ini, beliau mengolahnya menjadi ikan salai. Delapan puluh persen hasil panen ikan patin kami, dibeli oleh pedagang pengumpul lokal, sedangkan yang dari luar selebihnya”. 14 Pembudidaya ikan belum mampu memperluas jaringan komunikasinya ke beberapa individu lain terutama diluar lingkungannya. Kelemahan hubungan kepada peneliti, pendamping pemerintah, instansi dinas dan media massa merupakan masalah yang masih dihadapi pembudidaya ikan. Rendahnya intensitas interaksi dengan pihak-pihak tersebut dan kurangnya teknologi inovatif yang ditawarkan dikarenakan pembudidaya ikan masih mengandalkan keberadaan jaringan dalam lingkungannya. Informasi produksi dan informasi pemasaran lebih banyak diperoleh dari sesama pembudidaya ikan, ketua kelompok, dan pedagang pengumpul. 15 Rendahnya kinerja pendampingan pemda. Keadaan ini dikarenakan kompetensi pendamping yang rendah, kesiapan penyediaan pendamping hanya sebatas proyek dan tidak menjalankan pendampingan berdasarkan standar kerja pendampingan. Pengetahuan pendamping tentang teknis budidaya perikanan masih rendah, seringkali mengakibatkan pendamping tidak mampu membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pembudidaya ikan. 16 Peran pemimpin kelompok sekaligus pendamping masih memiliki dinamika yang rendah. Keadaan ini menyebabkan kelompok belum menjadi wahana interaktif yang efektif dalam proses pembelajaran atau untuk memperkuat posisi tawar. Seharusnya pemimpin kelompok mampu mendorong pembudidaya ikan agar menjadi kelompok yang dinamis, untuk melaksanakan kegiatan kelompok yang sifatnya rutin atau berkala, menghubungkan kelompok dengan stakeholders, peneliti, teknisi budidaya perikanan dan mampu memotivasi agar berkembang dan maju. 17 Keadaan wilayah dan potensi kelayakan usaha baik secara ekonomi dan ekologi memiliki peluang keberlanjutan usaha yang cukup baik, antara lain ditandai oleh: tingginya produksi dan produktivitas ikan, tingginya pendapatan pembudidaya ikan, keberadaan kelompok, keuntungan yang diperoleh, ketersediaan asset produksi seperti kolam dan wilayah yang luas. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tersebut dapat dilakukan suatu analisis untuk menyusun strategi komunikasi dalam menetapkan tujuan pembangunan usaha budidaya perikanan seperti yang diharapkan pemerintah dengan mengupayakan pengembangan kawasan minapolitan. Tujuan pembangunan masyarakat pembudidaya ikan tersebut dirumuskan melalui strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dengan di dasarkan pada potensi sumberdaya perikanan budidaya ikan akuakultur, karakteristik sosial ekonomi pelaku usaha perikanan, jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran, dan iklim usaha yang meliputi kelembagaan keuangan, input produksi, informasi, maupun pemasaran di Kabupaten Kampar. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penerapan strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid disusun dan dirancang menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yang dirancang ini merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang didasarkan atas logika untuk merumuskan strategi komunikasi sebagai program. Analisis ini diperoleh dengan memaksimalkan faktor pendukung namun secara bersamaan dapat meminimalkan faktor penghambat. Tabel 49. Analisis SWOT strategi komunikasi pemberdayaan pembudidaya ikan dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar Faktor Internal Faktor Eksternal Strenght S 1. Pendapatan yang memadai 2. Ketersediaan input produksi 3. Potensi dan kesesuaian lahan yang tersedia 4. Usia produktif pembudidaya ikan 5. Kinerja pendamping swadaya yang aktif 6. Kesadaran pembudidaya ikan terhadap teknologi produksi baru yang modern 7. Kuatnya ikatan jaringan komunikasi antar pembudidaya ikan 8. Taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan semakin baik Weakness W 1. Lahan belum optimal dimanfaatkan 2. Kemandirian pembudidaya ikan yang masih bergantung pada keberadaan pendamping swadaya 3. Rendahnya kinerja petugas pendampingPPL dari pemerintah 4. Teknologi produksi dan pemasaran masih sederhana 5. Lemahnya kemampuan distribusi pemasaran yang hanya kepada pedagang pengumpul 6. Masih terbatasnya institusi ekonomi pendukung pemasaran produk perikanan 7. Koperasi belum berkembang 8. Kurangnya dukungan pemerintah untuk merangsang dan mempermudah akses pasar Opportunitiy O 1. Lingkungan alam dan sumberdaya alam lain yang mendukung 2. Semakin membaiknya sarana teknologi , informasi dan transportasi yang mendukung berkembangnya usaha. 3. Iklim yang memungkin untuk pengembangan produk 4. Tingginya minat masyarakat konsumsi produk 5. Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung berkembangnya usaha budidaya perikanan Strategi SO 1. Pemberdayaan partispatif pembudidaya ikan 2. Kemitraan usaha budidaya perikanan 3. Peningkatan akses asset produktif, teknologi dan manajemen 4. Pendampingan usaha untuk meningkatkan kesempatan Kerja 5. Pembinaan dan pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan bagi kelompok usaha bersama Strategi WO 1. Pelatihan, pembinaan dan penyuluhan dalam rangka meningkatkan kemandirian pembudidaya ikan. 2. Optimalisasi kinerja pendampinganPPL dari pemerintah 3. Peningkatan dan pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan 4. Peningkatan dan perluasan akses pasar dan dibantu oleh pemerintah daerah 5. Pembentukan kelembagaan sosial ekonomi seperti koperasi pembudidaya ikan Threat T 1. Berubahnya kualitas air dan serangan terhadap penyakit ikan secara tiba-tiba 2. Pembentukan kelompok pembudidaya ikan yang belum partispatif dan masih terkesan dipaksakan, sehingga proses penguatan kelembagaan kurang berjalan. 3. Ketergantungan kepada penyedia input produksi dan pedagang pengumpul 4. Kenaikan biaya produksi dari tahun ke tahun yang meningkat 5. Harga hasil produksi yang masih rendah karena tergantung pedagang pengumpul dan pasar Strategi ST 1. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan inovasi teknologi budidaya 2. Pembentukan kelompok usaha bersama secara partisipatif. 3. Melakukan pendampingan pada usaha pemasaran hasil usaha masyarakat 4. Peningkatan dan pengembangan teknologi produksi untuk menekan biaya produksi 5. Peningkatan manajemen dan mutu produk melalui pelatihan produksi dan pemasaran produk Strategi WT 1. Peningkatan kinerja pendampingan yang partispatif dan bertanggung jawab 2. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan berupa koperasi pembudidaya ikan dalam hal produksi dan pemasaran produk perikanan 3. Peningkatan program kemitraan melalui kelembagaan pembudidaya ikan dengan pihak perbankan 4. Pengembangan dan penguatan sistem kelembagaan ekonomi desa melalui kerjasama pembudidaya ikan dan fasilitasi pemerintah daerah. Berdasarkan penyusunan analisis SWOT yang telah dilakukan dapat dirancang beberapa strategi sebagai bentuk rekomendasi dan rumusan untuk mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan yang mengacu pada strategi yang baik akan memberikan nilai tambah dan terhadap perbaikan program dan pencapaian hasil pemberdayaan yang lebih baik. Pemberdayaan pembudidaya ikan dari sudut pendekatan sistem dapat dilakukan dengan mengacu situasi yang ada dalam masyarakat pembudidaya ikan. Selanjutnya, program dapat diterapkan dari input yang tersedia, seperti: organisasi pembudidaya ikan, pemerintah, pendampingpenyuluh perikanan, peneliti, dan lembaga pendukung agribisnis. Berdasarkan pada input yang ada, dilakukan suatu proses pendampingan yang partisipatif untuk menghasilkan output atau luaran sesuai dengan yang diharapkan. Out put yang diharapkan atas proses pendampingan yang dilakukan adalah terwujudnya pemberdayaan pembudidaya ikan. Pada akhirnya, outcome dampak dari luaran ini adalah munculnya usaha yang berkelanjutan, yaitu usaha berkembang tanpa mengabaikan kondisi lingkungan hidup, dan kesejahteraan meningkat. Strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan Strategi komunikasi merupakan manajemen perencanaan menyeluruh komunikasi untuk mencapai efek komunikasi yang diinginkan. Efek komunikasi dalam pembangunan didefenisikan sebagai situasi komunikasi yang memungkinkan munculnya partisipasi masyarakat secara sadar, kritis, sukarela, murni dan bertanggung jawab Hamijoyo 2001. Perumusan strategi komunikasi tidak terlepas dari pemahaman unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi. Kemacetan dan sumbatan-sumbatan dalam proses komunikasi menunjukkan strategi komunikasi yang digunakan tidak tepat. Berdasarkan keadaan umum dan permasalahan yang terdapat dalam jaringan kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan, dalam mewujudkan pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, maka disusun strategi komunikasi yaitu : Strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai Strategi komunikasi partisipatif menekankan arus komunikasi dua arah yang seimbang antara komunikan dan komunikator dalam hal ini adalah pembudidaya ikan. paradigma komunikasi partisipatif menjelaskan bahwa semua masyarakat diundang untuk lebih berpartisipasi dalam proses komunikasi hingga pengambilan keputusan. Komunikasi pendukung pembangunan dilaksanakan dalam model komunikasi horisontal, interaksi komunikasi dilakukan secara lebih demokratis. Dalam proses komunikasi, tidak hanya ada sumber atau penerima saja. Sumber juga penerima, penerima juga sumber dalam kedudukan yang sama dan dalam level yang sederajat. Karena itu kegiatan komunikasi bukan kegiatan memberi dan menerima melainkan “berbagi” atau “berdialog”. Isi komunikasi bukan la gi “pesan” yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dikodifikasikan menjadi “tema”. Dan tema inilah yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka yang terlibat dalam model komuni kasi ini bukan lagi “sumber dan penerima” melainkan partisi pan” yang satu dengan yang lain Wibowo 1994. Strategi komunikasi partisipatif merupakan pendekatan baru dalam komunikasi pembangunan. Pendekatan partisipatif berlandaskan semangat kebersamaan dalam mengartikulasikan dan mempersepsikan sesuatu dalam pikiran, sikap dan tindakan termasuk cara-cara memcahkan masalah bersama. Konsepsi kebersamaan tersebut menentukan tujuan proses komunikasi sehingga semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan mempertukarkan dan memperundingkan makna pesan menuju keselarasan dan keserasian makna bersama. Karena aktifitas komunikasi berlangsung dalam ruang publik, maka memungkinkan setiap orang dapat melakukan akses informasi dan dialog terbuka secara merata Dilla 2007. Strategi komunikasi dalam upaya pemberdayaan pembudidaya ikan yang dinilai layak dikembangkan adalah strategi komunikasi partisipatif yang menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori pertukaran exchange theory melalui jalur kelembagaan yang mapan didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi transaksional yang efektif, baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sosial ekonomi perikanan. Strategi komunikasi paritisipatif yang dimaksud adalah pengembangan kelembagaan dan organisasi pembudidaya ikan untuk membentuk pola kemitraan yang berorientasi nilai yang meliputi kebersamaan, keadilan dan bertanggung jawab. Salah satu bentuk kelembagaan yang sesuai adalah kelembagaan koperasi. Kelembagaan ini dapat dijadikan wadah yang berpihak kepada pola kemitraan untuk mendukung kepentingan anggotanya. Untuk membangun kelembagaan yang efektif dan efisien, model koperasi perikanan dengan komoditas unggulan ikan patin salah satu alternatif yang dapat dikembangkan, dalam mempercepat pembangunan perikanan modern dengan dukungan sistem informasi komunikasi perikanan. Kelembagaan pembudidaya ikan yang berorientasi pada keberdayaan, kesejahteraan, kemandirian dan berkeadilan, akan mampu mendorong munculnya kelembagaan yang handal dalam pembangunan. Berdasarkan analisis SWOT dan penjelasan tersebut, diajukan rancangan kebijakan strategi komunikasi partisipatif yang berorientasi nilai dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, yaitu : 1 Memanfaatkan kekuatan jaringan komunikasi dalam upaya pembentukan kelembagaan sosial ekonomi yang memiliki prinsip kebersamaan untuk mewujudkan pembudidaya ikan yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan. 2 Peningkatan kapasitas karateristik pembudidaya ikan melalui pelatihan dan kegiatan pendampingan yang profesional bagi pembudidaya ikan. 3 Melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan dengan memanfaatkan kerjasama jaringan komunikasi, fasilitas produksi dan teknologi tepat guna yang berkelanjutan. 4 Peningkatan kemampuan dan optimasi kinerja pendamping lapangan yang profesional, untuk memfasilitasi kerjasama jaringan komunikasi pembudidaya ikan yang lebih terbuka, merata, berkeadilan dan bertanggung jawab. 5 Peningkatan jaringan komunikasi dalam upaya membangun akses informasi produksi dan pemasaran yang luas, agar pembudidaya ikan memiliki posisi tawar terhadap harga produk dan berkelanjutan dengan dukungan pemerintah. 6 Melaksanakan evaluasi dan monitoring jaringan komunikasi dalam kegiatan produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan agar terwujud pemerataan manfaat dan pemberdayaan pembudidaya ikan.