HUBUNGAN JARINGAN KOMUNIKASI, PERUBAHAN TARAF PENGHIDUPAN DAN POLA PIKIR DALAM PEMBERDAYAAN
Sentralitas Global Sentralitas global merupakan derajat yang menunjukkan banyaknya jalur
yang harus dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat
menghubungi semua individu lain dalam sistem. Derajat sentralitas global dapat memberikan petunjuk mengenai siapa-siapa saja di dalam sebuah sistem yang
dapat menjadi kunci penyebar informasi. Selanjutnya, hubungan antara karakteristik individu pembudidaya ikan dengan sentralitas global dapat dilihat
pada Tabel 42 berikut ini.
Tabel 42. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Sentralitas Global
Karakteristik Personal Sentralitas Global
Umur -0.044
Pendidikan formal -0.076
Pendapatan -0.277
Tanggungan keluarga -0.039
Pengalaman berusaha 0.096
Luas Kolam -0.226
Curahan jam kerja -0.202
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Tabel 42 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara pendapatan pembudidaya ikan dengan sentralitas global dengan nilai
koefisien korelasi r = -0,277. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan individu pembudidaya ikan
maka semakin pendek “distance” yang harus dilalui individu pembudidaya ikan untuk menghubungi semua individu dalam
kelompoknya. Semakin rendah nilai sentralitas global menunjukkan semakin pendek “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam
lingkungannya sebaliknya, semakin tinggi nilai sentralitas global menunjukkan semakin panjang
“distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem Scott 2000.
Semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin pendek jarak atau
“distance” yang harus dilalui oleh pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem. Ini berarti, semakin tinggi
pendapatan pembudidaya ikan, maka semakin tinggi kemampuan pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh pembudidaya ikan lainnya. Hal ini
terjadi karena, pembudidaya ikan yang memiliki pendapatan lebih tinggi memiliki kemandirian dalam mengakses sumber informasi yang dibutuhkan. Mereka
mampu mengakses berbagai informasi yang mereka perlukan baik dengan lingkungan terdekatnya maupun di lingkungan yang lebih luas atau di luar sistem
sekalipun. Keadaan seperti ini memungkinkan bagi pembudidaya ikan memiliki
jarak atau “distance” yang singkat untuk menghubungi pembudidaya ikan lain, dengan artian makin singkatnya jarak untuk menghubungi seseorang maka
semakin mudah komunikasi dapat berlangsung dengan individu lain dalam lingkungannya.
Luas kolam berhubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai sentralitas global dimana, nilai koefisien korelasi r = -0,206
Artinya, semakin luas kolam ikan yang dimiliki pembudidaya ikan maka semakin pendek jarak yang diperlukan
oleh individu pembudidaya ikan untuk menghubungi individu lain dalam
lingkungan terdekatnya. Hal ini berkaitan dengan luasnya kolam ikan yang diusahakan pembudidaya ikan, memungkinkan untuk melakukan ujicoba berbagai
teknologi produksi baru pada kolamnya, sehingga mendorong individu tersebut untuk mandiri dan mengakses berbagai informasi. Keadaan seperti ini
memungkinkan bagi pembudidaya ikan memiliki jarak atau “distance” yang singkat untuk menghubungi pembudidaya ikan lain, dengan artian makin
singkatnya jarak untuk menghubungi seseorang maka semakin mudah komunikasi dapat berlangsung dengan individu lain dalam lingkungannya. Hal inilah yang
menjadikan pembudidaya ikan yang memiliki kolam yang luas dapat lebih mudah menghubungi individu pembudidaya ikan lainnya.
Tidak terdapat hubungan nyata antara umur, pendidikan formal, tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan curahan jam kerja dengan central
global . Ini berarti dekat atau jauhnya jarak untuk menghubungkan antara
pembudidaya ikan dalam mencari, memberi dan saling bertukar informasi tidak berhubungan secara nyata dengan umur, pendidikan, tanggungan keluarga,
pengalaman berusaha dan curahan jam kerja.
Kebersamaan Kebersamaan merupakan posisi individu tertentu terletak diantara
individu-individu lain pada suatu jaringan, dimana posisi tersebut menunjukkan kemampuannya untuk menjalin hubungan dengan klik atau kelompok lain dalam
suatu jaringan. Jika seseorang berada dalam suatu jalur komunikasi yang menghubungkan antar individu atau klik maka individu tersebut memiliki posisi
yang sentral.
Individu dengan nilai kebersamaan tinggi mempunyai potensi kendali komunikasi yang dapat memainkan potensi sebagai broker atau gatekeeper dalam
suatu jaringan. Individu lain akan menjadi tergantung kepadanya jika jalur yang menghubungkannya dengan orang lain harus melewati individu tersebut.
Tabel 43. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan Kebersamaan
Karakteristik Personal Kebersamaan
Umur 0.098
Pendidikan formal 0.066
Pendapatan 0.215
Tanggungan keluarga 0.128
Pengalaman berusaha -0.023
Luas Kolam 0.275
Curahan jam kerja 0.235
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman yang disajikan pada Tabel 43 terlihat bahwa terdapat hubungan nyata dan positif antara pendapatan
pembudidaya ikan dengan nilai kebersamaan, dengan nilai koefisien dimana r = 0,215. Ini berarti semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan semakin tinggi
kebersamaannya. Dengan kata lain semakin tingginya pendapatan
pembudidaya maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk membuat hubungan dan menjadi
penghubung dengan berbagai pihak. Pembudidaya ikan dengan pendapatan yang
tinggi akan mampu membangun jaringan komunikasi untuk menghubungi dan dihubungi pembudidaya lain guna mencari dan membagi informasi. Pendapatan
yang tinggi akan memudahkan pembudidaya ikan untuk menguasai sumber- sumber ekonomi dan informasi sehingga mereka mampu mengendalikan interaksi
dan komunikasi dalam lingkungannya atau di luar lingkungannya. Semakin tinggi pendapatan pembudidaya akan semakin memungkinkan dirinya berperan sebagai
gate keeper dan broker dalam sistem jaringan komunikasi.
Luas kolam juga memiliki hubungan nyata dengan kebersamaan dengan nilai koefisien korelasi r =
0.275
, hal ini menjelaskan bahwa semakin luas kolam yang dimiliki pembudidaya ikan semakin tinggi tingkat kebersamaannya dalam
lingkungannya. Luas kolam akan memungkin pembudidaya ikan menggunakan teknologi produksi yang baru, jumlah benih yang banyak, biaya produksi yang
tinggi, dan hasil panen yang lebih banyak. Hal ini menjadikan pembudidaya ikan lebih mandiri, mampu menguasai informasi, aktif dalam kelompok sehingga
mereka memungkin mereka mampu memegang kendali dalam lingkungannya.
Curahan jam kerja pembudidaya ikan juga memiliki hubungan yang nyata dengan kebersamaan dengan nilai koefisien korelasi r =
0.235
, ini berarti semakin tinggi curahan jam kerja pembudidaya ikan maka semakin tinggi
kebersamaannya. Pembudidaya ikan dengan curahan jam kerja yang tinggi biasanya memungkin mereka menjadi pembudidaya yang paling berhasil
menjalankan usahanya, karena mereka benar-benar fokus dalam pekerjaannya. Sehingga mereka adalah individu yang memiliki karakter pembudidaya ikan
sejati, dan tempat mencontoh bagi individu lain, hal inilah yang menjadikan mereka sebagai kendali informasi diantara anggota dalam lingkungannya.
Keterhubungan
Hubungan connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem berhubungan dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness
diukur dengan membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi. Jika ada berbagai jalur yang
berbeda yang menghubungkan dua individu maka, mereka memiliki
“konektivitas” yang tinggi dalam arti bahwa ada beberapa cara untuk mencapai dari satu individu ke individu yang lain. Konektivitas dapat menjadi ukuran yang
berguna untuk mendapatkan pengertian tentang ketergantungan dan kerentanan individu, Hanneman Riddle 2005.
Tabel 44. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Personal dengan
Keterhubungan
Karakteristik Personal Keterhubungan
Umur 0.06
Pendidikan formal 0.078
Pendapatan 0.311
Tanggungan keluarga 0.186
Pengalaman berusaha 0.117
Luas Kolam 0.328
Curahan jam kerja 0.187
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Berdasarkan Tabel 44 dijelaskan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara pendapatan dengan keterhubungan dengan nilai koefisien korelasi r =
0.0311 ini berarti, semakin tinggi pendapatan pembudidaya ikan akan semakin
tinggi tingkat keterhubungannya dengan individu lainnya. Maksudnya adalah
pembudidaya ikan dengan pendapatan yang tinggi adalah orang yang paling dominan dalam lingkungannya dan membuat individu pembudidaya ikan lain
bergantung padanya. Pendapatan yang tinggi memungkinkan pembudidaya ikan akan mengusai berbagai sumber informasi, sumber ekonomi, kemampuan
melakukan kegiatan budidaya perikanan dengan skala yang lebih luas, kemampuan berinteraksi untuk berpergian ke berbagai sumber informasi dan
berbagai aktifitas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan pembudidaya ikan memiliki pendapatan yang tinggi akan menjadi individu yang dominan dalam
lingkungannya.
Luas kolam juga memiliki hubungan nyata dengan keterhubungan dengan nilai koefisien korelasi r =
0.328
, hal ini menjelaskan bahwa semakin luas kolam yang dimiliki pembudidaya ikan semakin tinggi tingkat keterhubungan dalam
lingkungannya. Luas kolam akan memungkin pembudidaya ikan menggunakan teknologi produksi yang baru, jumlah benih yang banyak, biaya produksi yang
tinggi, dan hasil panen yang lebih banyak. Selanjutnya akan memungkinkan juga menjadi pembudidaya ikan yang berhasil diantara pembudidaya ikan lainnya. Hal
ini menjadikan pembudidaya ikan lebih aktif, mandiri, dan mampu menguasai informasi dalam kelompoknya sehingga memungkin menjadi orang yang paling
dominan dalam lingkungannya.
Hubungan persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi
Hubungan persepsi terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi yang dianalisis adalah hubungan dengan persepsi kinerja pendamping
swadaya dan pendamping pemda. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel persepsi pembudidaya ikan
terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi
Indikator Sentralitas
lokal Sentralitas
Global Kebersamaan
Keterhubungan Persepsi terhadap pendamping
swadaya mengenai produksi 0.114
0.002 0.061
0.065 Persepsi terhadap pendamping
swadaya mengenai pemasaran 0.129
-0.123 0.146
0.106 Persepsi terhadap pendamping
pemda mengenai produksi 0.051
-0.032 0.093
0.103 Persepsi terhadap pendamping
pemda mengenai pemasaran -0.173
0.058 0.002
-0.058 Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Hasil uji korelasi rank spearman pada Tabel 45, menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara persepsi dengan central lokal, central global,
kebersamaan dan keterhubungan. Artinya jaringan komunikasi yang terjadi antara pembudidaya ikan tidak dipengaruhi secara nyata oleh persepsi mereka. Ini dapat
dijelaskan bahwa persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu pengalaman yang dirasakan sehingga belum tentu mempengaruhi tindakannya.
Pendapat ini berdasarkan penjelasan menurut Robbins 2008 persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera
dalam rangka memberikan makna kepada lingkungannya. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif.
Hubungan Fasilitas Bantuan dengan jaringan komunikasi
Hubungan fasilitas bantuan yang diterima pembudidaya ikan dengan jaringan komunikasi yang dianalisis adalah hubungan dengan fasilitas bantuan
yang diterima dari pemerintah daerah dan PT.Telkom. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 46.
Tabel 46. Hasil Uji Korelasi Spearman variabel fasilitas bantuan dengan jaringan komunikasi
Indikator Sentralitas
lokal Sentralitas
Global Kebersamaan
Keterhubungan Fasilitas bantuan
dari Pemda -0.063
0.224 -0.204
-0.238 Fasilitas bantuan
dari PT. Telkom -0.149
-0.024 0.050
0.017
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Hasil uji korelasi rank spearman pada tabel 46, menjelaskan bahwa terdapat hubungan nyata bernilai positif antara fasilitas bantuan pemda dengan
central global dengan nilai koefisien korelasi r = 0.224. Artinya semakin banyak bantuan yang diterima oleh pembudidaya ikan maka akan semakin banyak jarak
yang diperlukan untuk menghubungi individu lain dalam sistem. Ini menjelaskan bahwa pembudidaya ikan yang paling banyak mendapat fasilitas bantuan pemda
adalah pembudidaya yang sulit melakukan hubungan komunikasi dengan pembudidaya lain dalam sistem, individu ini memerlukan jarak yang banyak
untuk dapat menghubungi individu lain dalam sistemnya.
Pembudidaya ikan yang banyak mendapat bantuan fasilitas bantuan dari pemda adalah pembudidaya ikan yang memiliki karateristik, sebagai pembudidaya
ikan yang belum mandiri, berpendapatan rendah, failitas produksi rendah, luas kolam yang kecil dan secara pengalaman usaha masih baru. Sehingga keadaan ini
memungkinkan mereka bukan sebagai sumber informasi untuk pengembangan usaha budidaya perikanan melainkan mereka yang mencari informasi untuk
pengembangan usaha mereka kepada individu lain dalam kelompok terutama pendamping swadaya, pengurus kelompok dan pembudidaya ikan yang lebih
mandiri.
Terdapat hubungan nyata antara fasilitas bantuan pemda dengan keterhubungan bernilai negatif, dengan nilai koefisien korelasi r = -0.238 artinya
adalah semakin sedikit bantuan yang diterima pembudidaya ikan dari pemerintah daerah maka semakin dominan keberadaannya dalam melakukan hubungan
komunikasi dengan individu lain dalam sistem. Ini dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan yang paling dominan dan rentan kebergantungan pembudidaya
ikan lain kepadanya adalah pembudidaya ikan yang paling mandiri tidak bergantung dengan fasilitas bantuan dari pemerintah daerah. Keadaan ini
menjelaskan bahwa individu pembudidaya ikan ini memiliki karateristik sebagai pembudidaya ikan yang paling berpengaruh, memiliki karateristik kemandirian
yang lebih baik, pendapatan yang tinggi dan lebih lama berpengalaman dalam usaha budidaya perikanan. Sehingga individu ini menjadi pusat informasi dan
pengendali dalam lingkungannya.
Gambar 12. Hubungan Karakteristik, persepsi dan fasilitas produksi dengan jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemasaran usaha aquakultur
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perubahan Taraf penghidupan dan Pola Pikir dalam Pemberdayaan Pembudidaya Ikan
Pembudidaya ikan patin Desa Koto Mesjid membentuk jaringan komunikasi dengan sesamanya guna memenuhi kebutuhan informasi dalam
rangka peningkatan kuantitas dan kualitas usaha budidaya perikanan yang dijalankan. Peningkatan kuantitas dan kualitas ini dapat dicapai dengan
melakukan kegiatan produksi dan pemasaran dengan benar dan baik. Selain itu, juga diperlukan ketersediaan sumber informasi mengenai produksi dan pemasaran
yang memadai agar pembudidaya ikan mendapatkan informasi yang handal dan terpercaya.
Jaringan komunikasi yang terbentuk akan membantu anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan informasi mengenai produksi dan pemasaran.
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara jaringan komunikasi pembudidaya ikan patin Desa Koto Mesjid dengan perubahan taraf
penghidupan dan pola pikir. Pengukuran jaringan komunikasi dalam penelitian ini menggunakan empat jenis pengukuran yaitu sentralitas lokal dan sentralitas
global, kebersamaan betweeness dan keterhubungan connectedness. Pengujian hubungan antara variabel jaringan komunikasi dengan perubahan taraf
penghidupan dan pola pikir menggunakan korelasi rank spearman.
JARINGAN KOMUNIKASI
Sentralitas Lokal
Sentralitas Global
kebersamaan Keterhubungan
Pengalaman berusaha
KARAKTERISTIK PEMBUDIDAYA IKAN
Umur pendidikan
Luas Kolam Curahan jam
kerja Pendapatan
Tanggungan keluarga
PERSEPSI TERHADAP KINERJA PENDAMPING
Pendamping swadaya
Pendamping pemda
FASILITAS PRODUKSI
Bantuan Pemda
Bantuan Swasta
Tabel 47. Hasil uji korelasi spearman variabel hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan
Livelihood.
Indikator
Taraf Penghidupan Livelihood
Pendapatan Kesempatan
Kerja Konsumsi
Pangan Sanitasi dan
Kebersihan Sentralitas lokal
0.276 -0.153
-0.072 -0.122
Sentralitas Global -0.277
0.117 0.064
-0.257 Kebersamaan
0.215 -0.142
-0.097 0.314
Keterhubungan 0.311
0.031 0.116
0.119
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman pada Tabel 47 terdapat hubungan nyata antara jaringan komunikasi yaitu sentral lokal dengan
pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r = 0.276 Ini berarti semakin banyak
pembudidaya ikan memiliki ikatanhubungan dengan pembudidaya ikan lain atau terhubung dengan berbagai sumber informasi maka semakin tinggi
pendapatannya.
Sentralitas lokal menunjukkan banyaknya jumlah individu yang terhubung dengan pembudidaya ikan pembudidaya ikan lain sehingga pembudidaya ikan
yang memiliki ikatanhubungan yang banyak dapat dikategorikan sebagai pembudidaya ikan yang aktif dalam mencari dan menyebarkan informasi serta
memungkinkan dirinya menjadi star dalam jaringan kelompoknya karena banyak individu yang menghubungi dan dihubunginya, bahkan pembudidaya ikan
tersebut dapat menjadi sumber informasi karena banyak memperoleh pengetahuan informasi hasil interaksi dengan berbagai pihak. Tingkat hubungan seseorang
dengan banyak individu lain memungkinkan terjadinya proses pertukaran informasi dalam peristiwa komunikasi yang jauh lebih sering dibandingkan
dengan orang yang hanya berhubungan dengan sedikit individu.
Frekuensi pertukaran informasi yang dialami oleh seseorang dalam proses komunikasi menjadikan seseorang memiliki pengetahuan dalan kegiatannya
sehingga semakin sering pembudidaya ikan melakukan pertukaran informasi dengan pembudidaya ikan lainnya di dalam sistem maka semakin banyak
informasi yang ia terima, sehingga semakin tinggi pengetahuannya dalam usaha budidaya perikanan yang diusahakannya. Oleh karena itu pembudidaya ikan yang
memiliki ikatan hubungan dengan banyak individu terutama dengan sumber informasi akan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang usahanya
sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperolehnya.
Terdapat hubungan nyata antara sentral global dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r=
0.277 dan
sanitasi kebersihan r =
-0.257
dengan hubungan bernilai negatif, artinya semakin singkat jarak yang ditempuh oleh
pembudidaya ikan dalam melakukan komunikasi dengan individu lainnya maka semakin tinggi pendapatan dan semakin baik kualitas sanitasi dan kebersihan
rumah tangga pembudidaya ikan.
Sentralitas global merupakan derajat kemampuan individu untuk mengakses seluruh anggota jaringan. Dalam arti lain, semakin singkat jarak yang
ditempuh pembudidaya ikan tersebut untuk menghubungi seluruh pembudidaya ikan lainnya dalam sistem maka, semakin tinggi pendapatan dan semakin baik
kualitas sanitasi dan kebersihan pada rumah tangga pembudidaya ikan. Sentralitas global merupakan kemampuan konektivitas individu dengan individu lain dalam
satuan sistem tertentu sehingga dapat berperan sebagai kunci penyebar informasi. Individu yang berperan sebagai kunci penyebar informasi adalah orang yang
memiliki keberdayaan informasi yang dapat disebarluaskan kepada individu lain.
Terdapat hubungan nyata antara kebersamaan dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r= 0,215, sanitasi kebersihan dengan nilai koefisien
korelasi r = 0,314 bernilai positif, artinya semakin tinggi nilai kebersamaan pembudidaya ikan dalam lingkungannya maka semakin tinggi tingkat pendapatan,
dan semakin baik sanitasi kebersihan dalam rumah tangga pembudidaya ikan. Ini dapat dijelaskan bahwa pembudidaya ikan yang memiliki kebersamaan tinggi
dengan lingkungannya akan memungkin melakukan banyak interaksi dan pertukaran informasi. Keadaan ini mampu menjadikan individu tersebut sebagi
gate keeper
dan broker pemegang kendali berbagai informasi dalam lingkungannya, sehingga memiliki kemampuan dan kemandirian dalam
melakukan usahanya dan pada akhirnya berpengaruh nyata dengan pendapatan dan sanitasi kebersihan rumah tangganya.
Terdapat hubungan nyata antara keterhubungan dengan pendapatan dengan nilai koefisien korelasi r = 0,311, artinya semakin tinggi nilai
kebersamaan maka akan semakin berpengaruh terhadap tingginya pendapatan yang diterima pembudidaya ikan. Ini menjelaskan bahwa semakin dominan
keberadaanya dalam lingkungannya, atau semakin rentan kebergantungan individu lain terhadapnya, maka akan memberikan pengaruh terhadap
pendapatannya. Individu yang banyak berperan dan dominan dalam lingkungannya merupakan individu yang aktif dan mandiri. Keadaan ini
menjadikan seseorang memiliki kemampuan dalam menguasai informasi dan pengetahuan tentang usaha budidaya perikanan semakin baik, sehingga
berpengaruh baik terhadap pendapatan yang diterima dari usaha budidaya perikanan yang dilakukannya.
Tabel 48. Hasil uji korelasi spearman variabel hubungan jaringan komunikasi
dengan perubahan pola pikir Mindset.
Indikator
Pola Pikir Mindset
Aktifitas di kelompok
Tingkat adopsi
teknologi Kebiasaan
menabung Percaya
Diri Orientasi
Pendidikan Anak
Pengarus utamaan
Jender Praktek
Bisnis
Sentralitas lokal 0,034
0,220 0,015
0,102 -0,073
0,138 -0,080
Sentralitas Global -0,054
-0,243 0,004
-0,097 0,060
-0,094 0,101
Kebersamaan 0,040
0,214 0,013
0,085 -0,027
0,110 -0,051
Keterhubungan -0,006
0,224 0,058
-0,036 -0,049
0,018 0,092
Keterangan : berhubungan nyata pada P0,05 dan berhubungan nyata pada P0,01
Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman pada Tabel 48 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan nyata antara sentral lokal, kebersamaan dan
keterhubungan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya perikanan dengan nilai koefisien korelasi masing-masing r = 0,220
, 0,214 , 0,224
. Artinya semakin tinggi nilai sentralitas lokal, kebersamaan dan keterhubungan maka semakin
tinggi pula tingkat adopsi teknologi budidaya perikanan oleh pembudidaya ikan dalam usaha yang dilakukannya.
Terdapat hubungan nyata juga dengan sentral global dengan nilai koefisen korelasi r = -0,243 bernilai negatif, artinya semakin pendek atau singkatnya jarak
yang ditempuh pembudidaya ikan dalam interaksi dengan lingkungannya maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi. Keadaan ini memungkin individu dengan
mudah menghubungi individu lainnya untuk melakukan interaksi, hal ini
menjadikan pembudidaya ikan dengan mudah mendapatkan informasi dan berbagai pengetahuan, yang menyebabkan makin tingginya tingkat adopsi
teknologi produksi budidaya perikanan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa, jaringan komunikasi sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan dan keterhubungan memiliki hubungan
yang nyata dengan perubahan pola pikir pembudidaya ikan dalam hal tingkat adopsi teknologi dalam usaha budidaya perikanan yang mereka jalankan. Artinya
semakin banyak interaksi komunikasi, singkatnya jarak yang ditempuh, semakin mampu mengendalikan informasi dan semakin dominan individu dalam jaringan
komunikasi, maka akan semakin tinggi tingkat perubahan pola pikir individu tersebut dalam hal adopsi teknologi budidaya.
Gambar 13. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dan pemberdayaan
Deskripsi hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan
Livelihood dan Mindset pada pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid
Pada kelompok pembudidaya ikan Desa Koto Mesjid, individu yang paling banyak berinteraksi, yang mudah melakukan komunikasi, dan yang
menjadi kunci penyebar informasi serta yang paling dominan keberadaannya dalam kelompoknya adalah Bapak SH yang menjabat sebagai ketua kelompok
mitra binaan, merupakan pembudidaya ikan yang sering terlibat dalam arus pertukaran informasi yang terjadi dalam sistem jaringan komunikasi. Individu ini
memiliki kemampuan untuk menghubungi seluruh anggota kelompoknya dengan cepat sehingga informasi apapun yang berkenaan dengan usaha budidaya
perikanan dapat tersampaikan kepada seluruh anggota kelompoknya. Bapak SH
adalah seorang pembudidaya ikan yang memiliki karakteristik berpendidikan tinggi, memiliki asset kolam yang luas, pendapatan yang tinggi, sanitasi
kebersihan yang lebih baik dan memiliki teknologi budidaya yang lebih maju dari pembudidaya ikan yang lainnya.
Karateristik individu dan fasilitas produksi yang diterima pembudidaya ikan dalam usaha budidaya perikanan dapat dijadikan sebagai alat analisis dalam
melihat terjadinya interaksi jaringan komunikasi antar sesama pembudidaya ikan dalam usahanya memenuhi keperluan sehari dalam lingkungannya. Individu yang
memiliki pendapatan yang tinggi, lebih berpendidikan dan memiliki asset yang banyak dapat menjadi sentral dan individu yang berpengaruh, ia akan memainkan
banyak peran jaringan komunikasi dalam lingkungannya.
Jaringan komunikasi memiliki hubungan yang nyata dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, terutama pada perubahan
pendapatan, sanitasi dan kebersihan serta adopsi teknologi. Tiga indikator taraf penghidupan dan pola pikir ini merupakan indikator yang dapat dijadikan sebagai
indikator utama terjadinya perubahan pada individu pembudidaya ikan. Meningkatnya pendapatan akan menyebabkan perubahan pada banyak sistem
dalam rumah tangga pembudidaya ikan, seperti peningkatan fasilitas rumah tangga termasuk sanitasi dan kebersihan rumah, pola dan kualitas konsumsi
pangan, pendidikan anggota keluarga serta adopsi teknologi budidaya perikanan terutama untuk lebih meningkatan pendapatan dan efisiensi produksi.
Hubungan yang ditunjukan antara jaringan komunikasi dan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid ini,
menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pembudidaya ikan dapat dijadikan sebagai suatu hubungan atau interaksi yang
membawa pada perubahan taraf penghidupan dan pola pikir individu dalam lingkungannya. Artinya, jaringan komunikasi sentralitas lokal, sentralitas global,
kebersamaan dan keterhubungan dapat dijadikan sebagai peubah yang berperan dalam perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai
akibat dari interaksi yang terjadi dalam lingkungannya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halim 2013 bahwa jaringan komunikasi
sentralitas memiliki hubungan nyata dengan kegiatan produksi peternakan dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan.
Jaringan komunikasi berperan dalam membentuk perspektif pengetahuan individu, karena antar individu dalam suatu komunitas terjadi interaksi. Jaringan
komunikasi tidak dapat dipisahkan dalam aktifitas pembudidaya ikan di Desa Koto mesjid. Perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan tidak
hanya disebabkan oleh kesungguhan pembudidaya dalam aktifitas teknis produksi dan pemasaran akan tetapi juga ditentukan oleh jaringan komunikasi yang terjadi
pada pembudidaya ikan dalam memenuhi keperluan-keperluan usahanya.
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Rogers 2003 menyatakan
bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu
bangsa. Komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial ekonomi. Pemberdayaan dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi adalah
dasar untuk adanya perubahan yang diharapkan dari suatu tujuan kegiatan pemberdayaan.
Jaringan komunikasi merupakan sebagai alat terjadinya perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pada pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid, lebih
jauh dari itu jaringan komunikasi dapat berperan dalam melihat fenomena sosial yang terjadi pada pembudidaya ikan, diantaranya peran dan struktur individu
melihat kerentanan dan ketergantungan individu dalam lingkungannya. Hasil ini didukung oleh Lubis 2000 bahwa jaringan komunikasi hanyalah alat, bukan
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian jaringan. Hasil yang diperoleh dalam analisis jaringan komunikasi berupa struktur dan pola komunikasi dalam
suatu sistem. Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi ketidakpastian yang mereka hadapi.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan nyata beberapa karakteristik personal pembudidaya ikan yaitu pendidikan, pendapatan, tanggungan keluarga, luas kolam dan curahan
jam kerja dengan jaringan komunikasi mengenai produksi dan pemesaran usaha budidaya perikanan dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa
Koto Mesjid.
2. Tidak terdapat hubungan nyata antara persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dengan jaringan komunikasi dalam pemberdayaan
pembudidaya ikan. 3. Terdapat hubungan nyata antara fasilitas bantuan produksi dari pemda dengan
jaringan komunikasi dalam usaha budidaya perikanan yang berbanding terbalik, yaitu pembudidaya ikan yang paling lemah atau kurang mandiri
merupakan pembudidaya ikan yang paling banyak mendapatkan bantuan pemda. Mereka adalah invidu yang lemah dalam interaksi menjalin
komunikasi dengan individu lain dalam lingkungannya.
4. Terdapat hubungan nyata jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai akibat kegiatan
pemberdayaan pembudidaya ikan yang dijalankan. Hubungan nyata tersebut ada pada indikator pendapatan, sanitasi kebersihan dan tingkat adopsi
teknologi dalam usaha budidaya perikanan. Artinya semakin banyak peran jaringan komunikasi individu pembudidaya ikan dalam lingkungannya maka
akan semakin tinggi tingkat perubahan taraf penghidupan dan pola pikir individu tersebut dalam lingkungannya.
5. Hubungan yang ditunjukan antara jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid,
menjelaskan bahwa jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pembudidaya ikan dapat dijadikan sebagai peubah yang berperan dalam
perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan sebagai akibat dari interaksi yang terjadi dalam lingkungannya.