PENDAHULUAN Social Security System Masyarakat Nelayan (Kasus Masyarakat Nelayan Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten)

Perubahan struktur kelembagaan penopang sosial dapat saja terjadi. Perubahan tersebut dapat berupa kelembagaan lama yang didasarkan pada ikatan- ikatan asli yang telah melembaga disandingkan dengan kelembagaan baru atau yang terjadi justru peluruhan kelembagaan lama sementara kelembagaan baru mengalami disfungsionalitas peran. Kalau yang terjadi hal yang kedua maka adanya perubahan kelembagaan justru bermakna pada meningkatnya livelihood insecurity yang dirasakan masyarakat nelayan. Maknanya bahwa transformasi masyarakat yang disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang berinteraksi dengan introduksi pasar baik yang berorientasi ekonomi maupun orientasi sosial cenderung mempengaruhi mekanisme social security. Hingga saat ini belum ada pendeskripsian secara jelas tentang mekanisme ekonomi bertahan hidup masyarakat nelayan tersebut, sehingga penting untuk melakukan penelitian yang menyeluruh tentang social security system masyarakat nelayan. Sebuah mekanisme ekonomi masyarakat akan bekerja ditopang oleh institusi ekonomi yang konstruksinya berakar dari aspek kultural Geertz. 1983, Scott. 1989 dan menentukan aspek tindakan ekonomi Weber.1958, Geertz.1983, Grannovetter 2001. Dalam rangka mendalami konstruksi social security system yang ada pada masyarakat nelayan, maka penelitian ini akan mendalami dimensi perubahan dalam sistem sosial ekonomi nelayan, yaitu dimensi perubahan moralitas ekonomi, institusi dan tindakan ekonomi. Pemilihan fokus penelitian pada ketiga aspek tersebut karena diyakini bahwa dimensi kultural dan institusi merupakan akar dari tindakan ekonomi bertahan hidup dari para nelayan. Dalam hal ini tindakan ekonomi bertahan hidup memiliki karakter dan mekanisme tertentu karena terlekat pada institusi yang bekerja sesuai dengan orientasi nilai kultural yang diproduksi dan direproduksi pada tataran idiil. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan mekanisme social security system masyarakat nelayan Ujung Kulon dalam kerangka transformasi masyarakat yang terjadi dalam pengaruh penetrasi kapitalismepasar. Berdasarkan hal di atas maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pasarkapitalisme mempengaruhi transformasi masyarakat nelayan ? 2. Bagaimana perubahan mekanisme social security system nelayan dalam kerangka transformasi masyarakat nelayan ? Tujuan Penelitian Sejalan dengan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh pasarkapitalisme terhadap transformasi masyarakat nelayan 2. Menganalisis dan mendeskripsikan perubahan mekanisme social security system nelayan dalam kerangka transformasi masyarakat nelayan Kegunaan Penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan kegunaan dengan sumbangan pemahaman penting baik dalam tataran teoritis maupun implikasi kebijakan. Pada tataran teoritis, penulis berharap penelitian ini memperkaya khasanah penelitian tentang masyarakat nelayan, khususnya menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam social security system masyarakat nelayan dilatarbelakangi oleh transformasi masyarakat nelayan atas pengaruh pembangunan berorientasi kapitalisme pasar. Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pemahaman kita terhadap sistem penghidupan masyarakat nelayan. Pada tataran implikasi kebijakan, temuan-temuan dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang berharga bagi pengambil kebijakan tentang upaya meningkatkan jaminan atas pencapaian kesejahteraan nelayan, khususnya terkait dengan kebijakan supporting social security system yang diperuntukkan bagi masyarakat nelayan. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan pada : 1. Pendalaman terhadap pengaruh negara dan pasar terhadap proses transformasi masyarakat nelayan 2. Pendalaman terhadap mekanisme social security system masyarakat nelayan dari dimensi perubahan budaya, institusi dan tindakan ekonomi dalam kerangka transformasi masyarakat atas pengaruh kapitalismepasar. Berdasarkan ruang lingkup tersebut, maka penulis menyusun kerangka disertasi sebagai berikut : Pendahuluan Kerangka Teoritis dan Konseptual Metodologi Penelitian Negara, Pembangunan Perikanan dan Masyarakat Nelayan Transformasi Masyarakat Nelayan Krisis dan Ketidakpastian Ekonomi Nelayan Pasar dan Social Security System Masyarakat Nelayan Simpulan dan Implikasi Penelitian Kebaruan Disertasi Novelty Kebaruan atau novelty dari penelitian ini adalah temuan yang menjelaskan tentang social security system masyarakat nelayan yang dikonstruksi secara sosial untuk mempertahankan sistem sosial tetap secure. Kebaruan penelitian ini dapat dikemukakan dengan mempelajari perkembangan penelitian-penelitian terdahulu, khususnya terkait dengan topik tentang social security system masyarakat nelayan. Kebaruan novelty dari penelitian ini dapat dikemukakan dalam hal : 1 fokus pendalaman tentang social security system, 2 aspek yang didalami terkait fenomena social security system, 2 paradigma penelitian dan epistemologi yang digunakan, 4 hasil penelitian. Pertama, Fokus pendalaman penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian lain tentang social security system masyarakat seringkali dilihat dari fokus bagaimana negara mengkonstruksi mekanisme penjaminan warga negara untuk dapat bertahan dan lepas dari situasi krisis dalam penghidupan. Pemaknaan tentang social security system lebih pada cara-cara negara melaksanakan kewajibannya untuk menjamin kehidupan warga negara dari krisis sehingga dapat mencapai kehidupan yang sejahtera Lindenthal. 2004, Wisnu. 2012. Sementara pada penelitian ini lebih mendalami bagaimana social security system yang dikonstruksikan secara sosial oleh masyarakat masyarakat nelayan untuk bertahan dari situasi krisis dan ketidakpastian ekonomi yang menjadi ciri khas perekonomian nelayan. Social Security System masyarakat nelayan didalami dalam kerangka transformasi masyarakat sehingga penggalian menjadi luas dan mendalam. Tujuannya adalah untuk dapat dipahami secara mendalam mekanisme apa yang dilakukan individu dan masyarakat untuk mempertahankan sistem sosial tetap secure apapun perubahan atau transformasi masyarakat yang terjadi. Kedua, Fenomena social security system yang dikonstruksikan secara sosial oleh masyarakat nelayan didalami dengan penggalian dimensi moralitas ekonomi, institusi dan tindakan ekonomi dalam kerangka transformasi masyarakat dikaitkan dengan perubahan social security system masyarakat. Pendalaman fenomena ini menjadi unik dan menyeluruh oleh karena penelitian-penelitian yang telah dilakukan hanya mendalami aspek-aspek tertentu saja misalnya aspek budaya nelayan dikaitkan dengan kemiskinan nelayan Kusnadi. 2003, Imron, 2003, Retnowati. 2011, aspek institusi ekonomi nelayan Lenggono. 2011, Nasution. 2013, dan penggalian aspek tindakan ekonomi nelayan dikaitkan dengan kemiskinan Iskandar. 2012. Ketiga , terkait dengan paradigma dan epistemologi penelitian. Penelitian ini konsisten menggunakan paradigma konstruktivis dengan epistemologi Weberian. Proses berpikir dalam keseluruhan penelitian menempatkan verstehen atau “pemaknaan” di lapangan gagasan individu, sehingga pemahaman tentang social security system dari sistem gagasan idiil yang menjadi acuan tindakan untuk mengkonstruksi perangkat kehidupan. Inilah kekhasankeunikan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya yang seringkali menggunakan Epistemologi Durkheimian dan Parsonian yang lebih memiliki pandangan struktural Fajar. 2009, Nasution. 2012, Subair. 2013. Keempat , terkait hasil penelitian. Penelitian ini menghasilkan pandangan baru bahwa masuknya norma pasar menentukan perubahan yang terjadi dalam mekanisme social security system. Norma pasar mengurangi jaminan social security system tradisonal terhadap nelayan kecil, namun disisi lain menumbuhkan norma ekonomi yang berguna untuk mempertahankan keberlanjutan, mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi nelayan pemodal. Norma pasar mengubah basis moralitas ekonomi yang mendasari mekanisme institusi patronase, sehingga hubunganrelasi sosial dan mekanisme ekonomi masyarakat yang menjadi penyusun kekuatan dari social security juga berubah. Basis norma moralitas yang menentukan social security system fungsional di tingkat komunitas menjadi menipis, sehingga mekanisme social security system yang semula fungsional dan bertumpu pada level komunitas menjadi bertumpu pada tindakan ekonomi individu dan rumah tangga. Mekanisme social security masyarakat nelayan Ujung Kulon saat ini melepaskan sebagian masyarakat dari krisis sekaligus memajukan ekonomi, namun membuat sebagian masyarakat lainnya persisten dengan krisis dan kemiskinan itu sendiri.

BAB 2 KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

Pemaknaan Konsep Social Security System Istilah social security system sebenarnya di adopsi dari mekanisme penjaminan sosial ekonomi oleh negara-negara kesejahteraan Welfare State yang disebut sebagai sistem jaminan sosial. Definisi dari istilah ini begitu beragam dan sangat tergantung dengan program, kebijakan, kondisi sosial ekonomi dan pandangan dari institusi, organisasi maupun negara yang menggunakannya. Istilah social security system juga seringkali disejajarkan dengan istilah social protection perlindungan sosial, walaupun hingga saat ini kedua istilah ini memiliki berbagai macam definisi dan seringkali overlap satu sama lain. Beragam definisi dari banyak definisi yang digunakan oleh institusi dan negara antara lain definisi World Bank 1991 mendefinisikan social security system secara luas sebagai tindakan publik yang dilakukan oleh negara dan masyarakat untuk melindungi kaum miskin dan lemah dari perubahan yang merugikan dalam standar hidup, sehingga mereka memiliki standar hidup yang dapat diterima. World Bank 2001 juga mendefinisikan social protection sebagai intervensi publik untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mengelola risiko yang memberikan dukungan kepada kaum miskin public interventions to assist individuals, households and communities to manage risk better and that provide support to the critically poor . Jika dilihat dari definisi social protection dan social security system yang dikemukakan World Bank, tampak kedua istilah tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada pembatas yang jelas diantara keduanya. Pada tahun 2001 World Bank juga menerbitkan istilah social risk management yang juga terkait kedua istilah di atas dan memperluas konsep perlindungan sosial termasuk program jaring pengaman yang berfokus pada program pengelolaan risiko. Istilah social risk management didefinisikan sebagai tindakan kolektif publik untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam mengelola risiko dalam rangka mengurangi kerentanan, meningkatkan konsumsi dan meningkatkan kontribusi kepada pembangunan ekonomi a collection of public measures intended to assist individuals, households and communities in managing risks in order to reduce vulnerability, improve consumption smoothing and enhance equity while contributing to economic development . Asian Development Bank ADB 2004 mengkaitkan definisi social protection dengan social development. Social protection didefinisikan sebagai kumpulan kebijakan dan program yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan dengan mempromosikan pasar tenaga kerja yang efisien, mengurangi paparan masyarakat terhadap risiko dan meningkatkan kapasitas mereka untuk melindungi diri terhadap bahaya dan gangguanhilangnya pendapatan. Perlindungan sosial terdiri dari lima elemen utama: a pasar tenaga kerja labor market, b asuransi sosial social insurance, c bantuan sosial social assistance, d skema proteksi masyarakat berbasis mikro dan area micro and area based schemes to protect communities , e perlindungan anak child protection. Social development didefinisikan sebagai pendekatan lintas sektoral untuk pembangunan yang mempromosikan kebijakan dan institusi untuk: a mendukung peningkatan kesetaraan akses terhadap layanan, sumber daya dan peluang, b pemberdayaan kelompok miskin dan terpinggirkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, c peningkatan jaminan security untuk mengatasi risiko kronis atau tiba-tiba untuk kalangan miskin dan terpinggirkan. Dari definisi ADB dapat disimpulkan bahwa social development termasuk bagian dari social protection, sedangkan social security system merupakan bagian dari program yang dicanangkan dalam social development. Japan international cooperation of agency JICA 2009 mensejajarkan maksud istilah social protection dengan social security. Social protection menurut JICA difokuskan pada kalangan rentan vulnerable group dengan tiga area yang berbeda yaitu a social insurance and welfare, b dukungan untuk para penyandang cacat support for people with disabilities, c tenaga kerja dan kesempatan kerja labor and employment. Social security menurut JICA merupakan penyediaan pendapatan dan jasa oleh pemerintah dan lembaga-lembaga publik untuk individu untuk mengatasi masalah hidup yang mereka tidak dapat mengatasi melalui usaha mereka sendiri, termasuk penyakit, usia tua, cacat, dan pengangguran. International Labor Organization ILO 2003 mengemukakan program decent work for all sebagai pengejewantahan dari konsep social security. Konsep ini berarti peluang untuk pekerjaan produktif dan memberikan pendapatan yang adil, adanya jaminan security di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi keluarga, prospek yang lebih baik untuk pengembangan pribadi dan integrasi sosial, kebebasan bagi masyarakat untuk mengekspresikan pandangan, mengorganisir dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan, mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang setara bagi semua perempuan dan laki-laki. ILO 2002 mengemukakan definisi dari social security yaitu merupakan bentuk perlindungan protection yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia ataupun kematian. Social security tersebut terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds dan program kompensasi lainnya. Definisi social security ini tidak jauh berbeda dengan definisi social protection yang dikemukakan oleh Devereux and Sabates-Wheeler 2004, dimana social protection didefinisikan sebagai inisiatif, baik formal maupun informal, yang memberikan bantuan sosial social assistence kepada individu dan rumah tangga sangat miskin, pelayanan sosial social services kepada kelompok yang membutuhkan perawatan khusus atau kalangan rentan dan memiliki risiko dalam penghidupan, asuransi sosial social insurance untuk melindungi individu dari risiko dan konsekuensi penghidupan yang diskriminatif. Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammernarbeit GTZ 2007, mempublikasikan beberapa dokumen social protection dengan fokus pada asuransi kesehatan sosial dan skema jaminan sosial social security scheme. Tahun 2007 prioritas social protection Jerman ada lima bidang yaitu kesehatan, perlindungan sosial dasar seperti cash transfer, analisis kemiskinan dan dampak sosial poverty and social impact analysis , asuransi mikro microinsurance, dan para penyandang cacat persons with disabilities, namun dalam hal risk mitigation tidak terbatas pada kelompok-kelompok rentan vulnerable group. Pada tahun 2002 The Federal Ministry for Economic Cooperation and Development BMZ Jerman mempublikasikan Executive Summary of The Promotion of Social Protection and Social Security Systems . Dokumen ini mencantumkan tujuh fokus kerja social protection yaitu human rights and core labor rights, security of income, perlindungan kesehatan safeguarding health, perlindungan sosial perempuan dan anak social protection of women and children, jaminan hari tua old age security, kesejahteraan sosial bagi kelompok sangat miskin social welfare for particularly needy groups, melindungi kelompok miskin dalam kasus bencana alam protection of the poor in cases of natural disaster. BMZ dan GTZ mendefinisikan social protection sebagai Sistem yang mendukung suatu kerangka kerja institusional yang membantu masyarakat untuk mengatasi risiko hidup dan konsekuensinya. Sistem dapat berupa sistem informal berbasis pada hubungan keluarga atau hubungan sosial lainnya, termasuk keanggotaan kelompok swadaya atau asosiasi misal : kelompok asuransi mikro, asuransi swasta jiwa dan asuransi properti. Sistem formal diselenggarakan negara dengan berbagai bentuk asuransi sosial. Dalam hal ini BMZ dan GTZ menempatkan istilah social security dan social protection terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan secara nyata dalam pelaksanaan program peningkatan dan perlindungan kesehatan masyarakat. United Nations Development Program UNDP 2006 mengemukakan pandangan bahwa social protection bukan hanya diperuntukkan bagi kalangan miskin, marginal dan vulnerable, tapi lebih pada semua pihak yang membutuhkan perlindungan dan bantuan. Social protection didefinisikan sebagai perlindungan sosial yang melibatkan intervensi dari publik, swasta, organisasi sukarela, dan jaringan sosial social networks, untuk mendukung individu, rumah tangga dan masyarakat mencegah, mengelola, dan mengatasi bahaya hazards, risiko risk dan tekanan stresses yang mengancam kesejahteraan sekarang dan di masa depan. Sedangkan Europe Aid European Union and The European Commission2007 berpendapat bahwa social protection adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pencegahan dan reaksi terhadap defisit sosial social deficits termasuk dalam hal ketenagakerjaan, akses terhadap kredit mikro dan asuransi mikro serta layanan untuk mencukupi kebutuhan dasar basic need dan pengurangan kemiskinan Barrietos and Shepherd 2003, menjelaskan bahwa konsep social security lebih sempit dibandingkan konsep social protection. Jaminan sosial umumnya terkait dengan program kesejahteraan yang bersifat perlindungan dari situasi krisis dalam hal basic needs yang sudah lazim di negara-negara maju yang merupakan negara welfare state. Di negara tersebut social security diartikan sebagai sistem jaminan sosial yang menyediakan perlindungan sosial social protection yang diimplementasikan dalam program asuransi sosial yang bertujuan memberikan perlindungan sosial dari kondisi-kondisi kemiskinan, ketuaan old age, cacat disability, pengangguran unemployment dan lain-lain. Social security system dilaksanakan berupa 1 asuransi sosial social insurance, dimana layanan penjaminan didapatkan dengan berkontribusi pada program asuransi, meliputi kondisi-kondisi pensiun, cacat disability insurance, keselamatan asuransi keselamatan dan pengangguran, 2 pemeliharaan penghasilan income maintenance , dimana layanan ini berupa distribusi uang tunai pada saat terdapat gangguan pekerjaan PHK, termasuk pensiun, cacat dan pengangguran. Pemeliharaan Penghasilan dilaksanakan sebagai mekanisme jaminan agar warga tetap mendapatkan penghasilan yang mencukupi standar kebutuhan hidup, 3 layanan lain terkait dengan jaminan atas basic security keamanan dasar, dimana ada jaminan kepada warga untuk memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan medis. Kurien dan Paul 2001 mengemukakan bahwa pengertian social security berbeda-beda tergantung konteks di mana mereka diterapkan. Di negara maju, ketidak-amanan secara ekonomi economic insecurity adalah fenomena didorong oleh kemiskinan dengan kondisi tertentu contingent poverty. Ini disebabkan oleh gangguan sementara atau hilangnya daya produktif dalam situasi sosial seperti pengangguran, siklus hidup atau usia tua, sakit atau kecacatan. Social security dirancang oleh negara berbentuk skema asuransi sosial yang mengatasi gangguan pendapatan. Mekanisme ini memungkinkan karena sistem penggajian tenaga kerja secara teraturrutin regular salary, sehingga dapat dilakukan mekanisme pay roll deductions dan pemotongan pajak taxes. Sebaliknya di negara berkembang economic insecurity bersumber kemiskinan yang meluas dan kronik widespread and chronic poverty . Sistem penggajian tenaga kerja tidak semua teratur karena sebagian besar dari pekerja merupakan wiraswasta yang berkecimpung di sektor pertanian dan sektor lainnya yang belum terorganisir dengan baik sehingga belum sepenuhnya dapat diterapkan mekanisme pemotongan pajak. Selain itu, peranan negara dalam memberikan jaminan kepada masyarakat terbatas pada anggaran yang tidak mencukupi, sehingga penyelenggara social security tidak semata-mata tanggung jawab negara, melainkan juga tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan. Secara konseptual, Saefuddin 2003 menganalogikan istilah social security system dengan sistem keterjaminan sosial yaitu kemampuan masyarakat secara mandiri untuk terus berkembang serta mewaspadai, mencegah dan mengatasi terjadinya krisis yang bersumber dari faktor internal maupun eksternal sehingga dapat terwujud suatu kesejahteraan. Sejarah mengungkapkan bahwa semua bangsa di dunia ini pernah mengalami krisis dan ketidakpastian yang disebabkan kemiskinan, sakit, cacat, usia tua. Dalam dunia ekonomi, kondisi-kondisi ini hampir tidak terhindarkan. Di masa lalu, Bangsa Yunani kuno membuat sekuriti sosial dengan melakukan penyimpanan minyak zaitun karena dianggap sumber makanan bergizi yang bisa disimpan dalam waktu lama. Menimbun minyak zaitun merupakan bentuk tindakan yang menjamin keamanan ekonomi. Eropa pada masa abad pertengahan, sistem feodal adalah sebuah sosial sekuriti tradisional yang memberi jaminan atas keamanan ekonomi. Tuan feodal bertanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan ekonomi dari budak pekerja perkebunan, sementara budak memberikan keamanan ekonomi bagi feodal dengan jaminan pasokan tenaga kerja. Pada abad pertengahan juga muncul idea of charity sebagai sebuah mekanisme yang berfungsi sebagai social security. Pada umumnya social security dilekatkan pada pertalian kekerabatan darah dan perkawinan. Anggota kerabat bertanggung jawab satu sama lain jika anggota keluarganya ada yang mengalami krisis. Pola ini lazim terdapat pada masyarakat yang memiliki sistem ekonomi pertanian dan tanah menjadi sumberdaya penting dalam menjamin penghidupan sosial. Sehingga yang menjadi sumber ekonomi tradisional untuk sistem jaminan sosial adalah asset berupa tanah, tenaga kerja, keluarga dan amal charity. Di negara berkembang, menurut Jutting 1999 keberadaan social security system tidak hanya berwujud pada sistem formal layaknya sistem penjaminan sosial negara-negara kesejahteraan, akan tetapi berwujud pula pada sistem non formal atau sistem tradisional. Tieleman Leliveld 1989 mengemukakan traditional social security system is defined as the set of traditional institution that based on a principle economic solidarity, redistribute factors of production andor money, goods, services between households in order to decrease up in to certain extent differences in consumption andor productivity levels and functions within of networks of social relationship. Dalam hal ini social security system tradisional adalah suatu set institusi tradisional yang berbasis pada solidaritas ekonomi. Dalam sistem ini menyediakan transferpertukaran faktor produksi, barang dan uang yang dapat memenuhi kebutuhan subsisten yang tidak bisa dicapai dikarenakan ketidakmampuan, kesakitan, kematian, tidak memiliki pekerjaan, kekurangan faktor produksi dan lain-lain. Cara ini menjamin survival ekonomi rumah tangga. Set dari institusi tradisional ini tidak hanya berfungsi di dalam rumah tangga, melainkan juga antar rumah tangga keluarga. Pada banyak kasus institusi didasarkan pada kin relationships relasi kekeluargaan atau relasi lain yang berbasis pada prinsip aliansi, pertemanan atau hubungan yang saling menguntungkan. Menurut Fuchs 1984, social security system tradisional di negara-negara berkembang sangat terkait dengan keberlangsungan aktifitas mata pencaharian yang ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam hal ini tentu saja sistem ini merupakan komplek dari tindakan-tindakan sosial pada unit-unit-unit ekonomi yang berbasis pada kolektivitas traditional social security system is adressed the whole complex of social actions at level of economic unit, which is constituted by the various agreements within units as well as through collective arrangements... Kata tradisional memiliki makna pengaturan “informal” dan juga mengindikasikan bahwa struktur dan institusi merupakan institusi asli dari masyarakat. Sementara prinsip kolektivitas didasari oleh solidaritas ekonomi yang terbentuk berdasarkan kekerabatan kinship, aliansi biasanya melalui perkawinan, terlibat dalam organisasi dengan prinsip saling menguntungkan dan relasi pertemanan friendship relationships Elwert. 1980 Kuper 1965 meneliti masyarakat Swaziland di Afrika mengemukakan bahwa Lilima merupakan social security system tradisional, dimana ada pengaturan kerjasama co-operative tenaga kerja yang dihimpun di dalam suku tertentu dengan imbalan bir. Mereka menganggap bekerja bersama-sama seperti berpesta dengan dengan adanya bir yang disediakan kepada para pekerja, dan hal ini memacu semangat dan meningkatkan produktivitas mereka dalam bekerja dan tentu saja Lilima juga menguatkan solidaritas ekonomi di antara mereka. Marwick 1966 membedakan tiga bentuk dari Lilima, yaitu Lilima Letshwala imbalan kerjasama dengan bir, Lilima lenyama imbalan kerjasama dengan makanan, Lilima lenkomoimbalan kerjasama dengan bir dan makanan. Pada masyarakat sederhana seperti masyarakat Baduy juga mengenal mekanisme penjaminan kecukupan pangan dengan adanya lumbung padi yang disebut Leuit dengan segala perangkat kelembagaannya yang tidak memperbolehkan adanya jual beli padi. Padi hasil panen harus dikumpulkan pada lumbung padi leuit dan dijadikan persediaan pangan sehingga orang Baduy selalu terjaga dari krisis kekurangan pangan. Leuit dan perangkat kelembagaan pada suku Baduy dapat dikatakan sebagai social security sistem tradisional masyarakat Baduy. Pada masyarakat Papua Nugini mengenal Wantok System, sistem ini merupakan social security tradisional, yang memberikan proteksi pada sistem penghidupan masyarakat setempat. Sistem wantok pada dasarnya menjalin solidaritas antara mereka yang memiliki bahasa kesukuan yang sama. Sistem ini dinamakan Wantok dari bahasa Inggris “one talk”, yang berarti satu bahasa. Siapa yang berbicara satu bahasa, akan saling mendukung melawan apa pun yang datang dari luar, termasuk dalam persoalan ekonomi. Wantok