Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap penyakit bulai pada jagung
adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan varietas tahan terhadap penyakit ini seperti Kalingga, Wijasa,
Bromo, Parikesit, dan jagung hibrida. 2.
Bila musim hujan datang, udara lembab, dan serangan bulai banyak maka tanaman yang terserang segera dicabut
3. Melakukan rotasi tanaman, dimaksudkan untuk memutus siklus hidup
penyakit 4.
Pengobatan benih dengan menggunakan Ridomil 35 SD atau Saromyl 35 SD, untuk pertanaman digunakan Ridomil Gold 350 EC
5. Pemupukan bersamaan saat tanam juga dapat membantu mencegah serangan
penyakit. Tanaman akan tumbuh sehat dan kokoh sehingga mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit
Semangun, 1993.
4. Penyakit Karat Daun
Puccinia sorghi Schw.
Sistematika jamur Puccinia sorghi Schw. menurut Dwidjoseputro 1978 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Myceteae
Divisio :
Eumycota Class
: Basidiomycetes
Ordo :
Uredinales Family
: Pucciniaceae
Genus :
Puccinia Species :
Puccinia sorghi Schw.
Universitas Sumatera Utara
Urediospora berbentuk bulat atau jorong, 24-29 μm x 22-29 µm,
berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus. Teliospora jorong, berbentuk tabung atau gada. Aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24 µm,
berdinding hialin Semangun, 1993.
Gambar 7. P. sorghi Schw., a : urediospora, b : teliospora Sumber : Shurtleff 1980
P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang- kadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya
epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak
ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit
karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun
Pangasara dan Rahmawati, 2007. Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak
mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. P. sorghi mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora yang
a b
Universitas Sumatera Utara
dibantu oleh tiupan angin dan tetap dapat hidup karena sporanya kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal Semangun, 1993.
Penyakit dapat berkembang pada suhu 16
o
C-23
o
C. Urediospora terdapat di udara paling banyak pada waktu siang, tengah hari, dan setelah tengah hari.
Infeksi terjadi melalui mulut kulit, yang umumnya dengan pembentukan apresorium Semangun, 1993.
P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang- kadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya
epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak
ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit
karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun
Pangasara dan Rahmawati, 2007. Tanaman jagung yang terserang jamur ini memperlihatkan gejala bercak
kuning kemerahan seperti karat pada daun, bunga, dan kelobot buah. Jika serangan berat maka tanaman dapat mengalami kematian Tjahjadi, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Gejala serangan Puccinia sorghi Sumber :Warisno 2007
Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan mengatur kelembaban pada areal tanam, menanam varietas unggul atau varietas tahan
terhadap penyakit, melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung, secara kimiawi dengan menggunakan pestisida seperti Daconil 75 WP, Difolatan 4
Pangasara dan Rahmawati, 2007.
Pengaruh Pemberian Pupuk N Terhadap Tanaman Jagung
Tanaman jagung agar bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal, maka perlu diberi pupuk secukupnya. Manfaat pupuk unsur Nitrogen N untuk tanaman
jagung ini adalah : a.
Unsur hara N merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan produksi
b. Tanaman jagung yang masih muda lebih banyak menyerap N dalam bentuk
amonium dan setelah tua menyerap nitrat c.
Unsur hara N diperlukan dari mulai tanaman muda sampai tanaman tua d.
Untuk jagung hibrida pupuk N yang dianjurkan adalah pupuk urea Warisno, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan atau pembentukan bagian-bagian
vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan bahkan mengundang hama dan
penyakit Sutejo, 1995. Kesehatan tanaman secara langsung berhubungan dengan serangan hama
dan penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama dan penyakit, sebaliknya pemupukan yang berlebihan juga akan memudahkan
tanaman terserang hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang berlebihan memberikan daya tarik bagi hama dan mendorong populasi hama berkembang
lebih besar, pertumbuhan tanaman akan berlebihan tetapi rapuh terhadap serangan hama Sutanto, 2002.
Pupuk itu harus disesuaikan dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Pemupukan dengan pupuk N dilakukan 3 kali, yaitu yang pertama pada saat
penanaman benih sebagai persediaan makanan di dalam tanah setelah berkecambah, yang kedua setelah tanaman kira-kira berumur 1 bulan dengan
tujuan memacu pertumbuhan tanaman, dan yang ketiga dilakukan setelah tanaman berumur kira-kira 2 bulan, terutama ditujukan untuk pengisian biji AAK, 2006.
Tanaman jagung mengambil N sepanjang hidupnya. Karena nitrogen dalam tanah sudah tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat
dianjurkan. Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji, sehingga tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus
menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji Patola, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein Indrana, 1994. Ada juga
bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung
tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat. Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai
proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses
nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih
menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat Anonimus, 2009.
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu,
kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah CN, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin.
Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat nitrogen tampak kecil, kering, tidak sukulen, dan sudut terhadap batang sangat runcing. Urea termasuk pupuk nitrogen
yang higroskopis. Urea termasuk pupuk yang higroskopis mudah menarik uap air. Pada kelembaban 73, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan
udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Urea mudah larut dalam air dan jika diberikan ke tanah maka mudah berubah
menjadi amoniak dan karbondioksida. Pemberian urea pada tanah bias
Universitas Sumatera Utara
dilakukan 2-3 kali lebih efisien dengan dosis yang tidak terlalu tinggi karena jika demikian akan mengakibatkan daun akan terbakar Anonimus, 2009.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Tia Irmayani “THE INFLUENCE OF N FERTILIZER TO THE LEAF DISEASE OF CORN
Zea mays L. IN THE FIELDS” with conselling
Mr. Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr, as a chief and Mrs. Ir. Zulnyati as a member.
This research aims to determine the influence of Nitrogen fertilizer on the incidence of disease on leaves of corn plants Zea mays L. in the field
This research was conducted at UPT-BBI Palawija Tanjung Slamet and Plant Disease Laboratorium, Faculty of Agriculture, University of North
Sumatera, Medan with location is at about 32 meters above sea level. This research starting in November 2008 until March 2009.
This research use randomized block design Factorial RAK by 2 factors which consist of N0 Controlwithout treatment, N1 4,63 grplant,
N2 6,93 grplant, N3 9,25 grplant, N4 11,57 grplant. The second factor is corn varieties that is V1Varietas Bisma,
V2 Varietas
NK22, V3 Varietas Pioneer 12. The parameters were observed the Intensity Attack of
Helminthosporium maydis Nisik., Helminthosporium turcicum Pass,
Puccinia sorghi Schw. ,
Percentage attack
of Peronosclerospora maydis Rac. Schaw. , and corn production tonha.
The result of this research showing in the last time supervision that the highest attack intensity of Helminthosporium maydis Nisik is N4V1 is 81,98
and the lowest is N2V3 is 65,09, Helminthosporium turcicum Pass the highest is N4V1 is 65,38 and the lowest is N2V3 is 61,88, Puccinia sorghi Schw. the
highest is N4V1 is 35,59 and the lowest is N2V3 is 29,40. The highest percentage attack of Peronosclerospora maydis Rac. Schaw is N4V2 is 5,56
and the lowest is N0V1 until N4V3 is 0. The highest production sequencely are V3 Pioneer 12 is 7,36 tonha, V2 NK 22 is 5,48 tonha and V1 Bisma is
4,83 tonha.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tia Irmayani “PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT DAUN TANAMAN JAGUNG
Zea mays L. PADA BEBERAPA VARIETAS DI LAPANGAN” Dengan
komisi pembimbing Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku ketua dan Ibu Ir. Zulnayati selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Nitrogen terhadap timbulnya penyakit pada daun tanaman jagung Zea mays L. di
lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di UPT-BBI Palawija Tanjung Slamet dan
Laboratotrium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 m di atas permukaan laut. Penelitian
ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai bulan Maret 2009.
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok RAK factorial dengan menggunakan 2 faktor yang terdiri dari N0 Kontroltanpa
perlakuan pupuk Nitrogen, N1 4,63 gr Ntan, N2 6,93 gr Ntan, N3 9,25 gr Ntan, N4 11,57 gr Ntan. Faktor kedua adalah varietas jagung yaitu V1
varietas Bisma, V2 varietas NK 22, V3 varietas Pioneer 12. Parameter yang diamati adalah Intensitas Serangan Helminthosporium myadis Nisik.,
Helminthosporium turcicum Pass., Puccinia sorghi Schw. , Persentase Serangan Peronosclerospora maydis Rac.Schaw , dan produksi jagung
TonHa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit Helminthosporium maydis Nisik. yang tertinggi pada pengamatan terakhir adalah
N4V1 yaitu 81,98, yang terendah adalah N2V3 yaitu 65,09, intensitas serangan Helminthosporium turcicum Pass. yang tertinggi adalah N4V1 yaitu
65,38, yang terendah adalah N2V3 yaitu 61,88, intensitas serangan Puccinia sorghi Schw. yang tertinggi adalah N4V1 yaitu 29,40 dan yang
terendah adalah N2V3 yaitu 35,47. Nilai persentase serangan penyakit Peronosclerospora maydis Rac.Schaw. yang tertinggi adalah N4V2 yaitu 5,56
dan yang terendah adalah N0V1 – N4V3 yaitu 0. Produksi tertinggi hingga terendah masing-masing adalah V3 Pioneer 12 yaitu 7,36 tonha, V2 NK 22
yaitu 5,48 tonha, V1 Bisma yaitu 4,83 tonha.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari
Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan
Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia
Wirawan dan wahab, 2007. Di Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah
Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung,
di daerah tersebut khususnya Madura jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok Warisno, 2007.
Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai bahan pangan
yang penting. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam untuk pakan ternak dan bahan baku industri Suprapto, 1999.
1
Universitas Sumatera Utara
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan mensubstitusi
beras sebab : 1.
Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung pada padi
2. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga
jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia
3. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering pun jagung masih dapat ditanam AAK, 2006.
Prospek usaha tani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan
peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hasil penelitian agroekonomi tahun 1981-
1986 menunjukkan bahwa permintaan terhadap jagung terus meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan konsumsi
perkapita, perubahan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan
benih Rukmana, 1997.
Penyakit bulai atau downy mildew pada jagung sejak lama dirasa menimbulkan kerugian yang sangat besar, sehingga banyak dikenal antara para
petani. Penyakit bulai adalah penyakit terpenting pada pertanian jagung di Indonesia. Kerugian karena penyakit ini dapat mencapai kerugian hingga 90,
Universitas Sumatera Utara
sehingga penyakit ini menyebabkan penanaman jagung mengandung resiko yang tinggi Silitonga, dkk., 2007. Penyakit bulai adalah penyakit yang paling merusak
pada tanaman jagung di Indonesia Sudjono, 1979 maupun di negara lain di dunia. Di Indonesia dilaporkan penyebaran penyakit bulai meliputi 25 provinsi.
Walaupun ada 5 species Peronosclerospora penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung telah dilaporkan Renfo, 1980 hanya ada 2 species yang telah
dilaporkan sampai saat ini di Indonesia yaitu P. maydis dan P. philippinensis Wakman, 2001.
Hawar daun termasuk penyakit penting tanaman jagung dan telah menyebar di banyak negara di Amerika, Asia, Afrika, dan Eropa. Penyakit ini
umumnya berkembang di negara subtropis. Di daerah tropis, penyakit hawar daun dapat berkembang di dataran tinggi. Di Indonesia, penyakit hawar daun jagung
pertama kali dilaporkan berjangkit di daerah dataran tinggi Sumatera Utara pada tahun 1917. Gejala penularannya ditandai oleh munculnya bercak daun yang
kemudian melebar hingga daun jagung mengering Wakman, 2004. Penyakit ini ditemukan di lapangan baik pada fase vegetatif maupun fase
generatif Pakki,et al., 1997 dan keberadaannya sangat berhubungan dengan iklim dan varietas. Pada iklim yang sesuai dan varietas yang rentan
perkembangannya sangat baik sedangkan pada daerah yang cekaman iklimny kurang menguntungkan perkembangan penyakit ini akan terhambat. Diketahui
faktor-faktor yang dominan seperti curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah berperan dalam fluktuasi intensitas serangan penyakit hawar daun
Pakki dan Muis, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an. Jamur yang diidentifikasi adalah jenis Puccinia sorghi Schweinitz.
Diberitakan bahwa pada waktu baru masuk di Afrika Puccinia sp. menimbulkan kerugian sampai sekitar 70 Hollyday 1980 dalam Semangun, 1993.
Salah satu kendala dalam meningkatkan dan mempertahankan produksi jagung adalah serangan penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
Helminthosporium sp. penyakit ini menyebabkan kehilangan hasil hingga 59, terutama bila infeksi terjadi sebelum bunga betina keluar. Species yang dominan
menyerang pertanaman
jagung di
dataran rendah
adalah Helminthosporium maydis Pakki, 2005.
Penyakit bakteri yang menyerang tanaman jagung dilaporkan ada sebanyak 7 jenis penyakit bakteri yang menginfeksi tanaman. Bakteri patogen
umumny bersel tunggal, berbentuk batang, tidak berspora dengan panjang mencapai 3 µm. Beberapa species mempunyai flagel satu sampai banyak untuk
bergerak. Salah satu jenis bakterinya adalah Pseudomonas adropogonis Smith yang berkembang di dalam tanaman menyebabkan kematian sel atau nekrosa,
pertumbuhan yang abnormal Wakman dan Burhanudin, 2009. Ada lebih dari 40 jenis virus pada tanaman jagung yang telah dilaporkan di
seluruh duniia. Namun demikian, persamaan gejala dari beberapa virus adanya strain virus, tanaman yang terinfeksi virus tunggal atau ganda, dan tidak adanya
karakterisasi yang membingungkan dalam mengidentifikasi virus di lapangan. Selain itu, gejala tanaman yang terjangkit virus sering dikacaukan oleh gejala
tanaman yang tertular mikoplasme atau gejala abnormal akibat kelainan genetik
Universitas Sumatera Utara
atau malnutrisi. Penyakit yang disebabkan virus antara lain penyakit virus kerdil klorotik Chlorotic Dwarf Virus = CDV, mosaik virus Mosaic Virus Disease =
MVD, virus
gores Streak
Virus Disease
= SVD
Wakman dan Burhanudin, 2009.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Nitrogen terhadap penyakit daun tanaman jagung Zea mays L.
pada beberapa varietas di lapangan.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pemberian pupuk Nitrogen terhadap perkembangan penyakit
pada daun tanaman jagung Zea mays L. di lapangan
Pemberian pupuk Nitrogen dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan penyakit pada daun tanaman jagung
Zea mays L. di lapangan
Kombinasi pemberian pupuk Nitrogen dan beberapa varietas jagung mempengaruhi perkembangan penyakit daun tanaman jagung Zea mays L.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan UPT-BBI Palawija Tanjung Slamet dan Laboratotrium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai bulan
Maret 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih jagung hibrida varietas NK 22, varietas Pioneer 12, varietas lokal Bisma, PDA, media agar daun
jagung, air, Saromyl 35 SD, pupuk Urea, pupuk TSP, dan pupuk KCL. Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, papan sampel, papan nama,
tugal, timbangan, mikroskop, meteran, erlenmeyer, alat-alat tulis, tali plastik, dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu :
Faktor 1 : Pupuk Nitrogen N
N0 = tanpa perlakuan pupuk Nitrogen
N1 = 4,63 gr Ureatan setara dengan 200 kg UreaHa atau 90 kg NHa
33
Universitas Sumatera Utara
N2 = 6,93 gr Ureatan setara dengan 300 kg UreaHa atau 135 kg NHa sesuai
anjuran N3
= 9,25 gr Ureatan setara dengan 400 kg UreaHa atau 180 kg NHa N4
= 11,57 gr Ureatan setara dengan 500 kg UreaHa atau 225 kg NHa Faktor 2
: Varietas jagung V1
= varietas Bisma V2
= varietas NK 22 V3
= varietas Pioneer 12 Kombinasi perlakuan
N0V1 N0V2
N0V3 NIV1
N1V2 N1V3
N2V1 N2V2
N2V3 N3V1
N3V2 N3V3
N4V1 N4V2
N4V3 Jumlah kombinasi perlakuan = 15
Jumlah ulangan = 3
t-1 r-1
≥ 15 15-1
r-1 ≥ 15
14 r-1
≥ 15 14
r ≥ 29
r ≥ 2,07
r ≥ 3 dibulatkan
Jumlah plot = 45 plot
Jumlah tanamanplot = 56 tanaman
Universitas Sumatera Utara
Jumlah sampel yang diamati = 6 tanamanplot Ukuran plot
= 4,8 m x 2,7 m Jarak antar ulangan
= 50 cm Parit antar plot
= 30 cm Parit keliling
= 100 cm Jarak tanam
= 70 cm x 30 cm sesuai anjuran Ukuran lahan seluruhnya
=17,4 m x 42,46 m = 738,8 m
2
Model linier yang digunakan adalah : Y
ijk
= μ + τ
i
+ β
j
+ τβ
ij
+ Σ
ijk
Dimana : Y
ijk
= respon tanaman yang diamati μ
= nilai tengah umum rataan τ
i
= pengaruh taraf ke i dari faktor A β
j
= pengaruh taraf k j dari faktor B τβ
ij
= pengaruh interaksi taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j dari faktor B Σ
ijk
= pengaruh galat percobaan taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j dari faktor B pada ulangan ke k
Sastrosupadi, 2000.
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dimulai dengan pembersihan areal lahan, setelah areal bersih dilakukan pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm, menghancurkan
Universitas Sumatera Utara
bongkahan tanah dan meratakan tanah yang telah dicangkul dan sekaligus membuat petak-petak percobaan dengan ukuran 4,8 m x 2,7 m sebanyak 45
petakan. Jarak antar petak 0,3 m dan jarak antar blok 0,5 m, kemudian dilakukan penggemburan tanah kembali.
Penanaman Benih dan Pemupukan Dasar
Benih yang ditanam adalah benih yang sehat dan seragam, sebelum dilakukan penanaman dibuat lubang tanam pada setiap plot dengan menggunakan
tugal. Kedalaman lubang tanam antara 3-5 cm dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm. Setiap lubang tanam diisi dengan 2 biji jagung lalu ditutupi dengan tanah dan
dilakukan pemupukan dasar yang bersamaan dengan pemupukan dasar yaitu urea yang sesuai dengan perlakuan yaitu
N0 = tanpa perlakuan pupuk Nitrogen
N1 = 4,63 gr Ureatan setara dengan 200 kg UreaHa atau 90 kg NHa
N2 = 6,93 gr Ureatan setara dengan 300 kg UreaHa atau 135 kg NHa sesuai
anjuran N3
= 9,25 gr Ureatan setara dengan 400 kg UreaHa atau 180 kg NHa N4
= 11,57 gr Ureatan setara dengan 500 kg UreaHa atau 225 kg NHa TSP 100 kgHa atau 2,32 grtan, KCL 50 kgHa atau 1,16 grtan. Pupuk Urea
diberikan
1 3
bagian, TSP dan KCL seluruhnya, yaitu 2,31 gr Ureatan, 2,32 gr TSPtan, 1,16 gr KCLtan dengan cara membuat lubang tugal di sebelah
utara dan selatan lubang benih dengan jarak ± 7 cm dengan kedalaman ± 10 cm lalu campuran pupuk dimasukkan ke dalam lubang. Sebelum dilakukan
penanaman benih, untuk benih lokal varietas Bisma diberikan perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Seed Treatment dengan menggunakan fungisida sistemik Saromyl 35 SD dengan dosis 1,5 gr8mlkg benih jagung dan ditambah 20 gr tepung talk.
Pemupukan Susulan
Pemupukan untuk pupuk Urea selanjutnya diberikan setelah tanaman berumur kira-kira satu bulan setelah tanam, diberikan bagian pupuk Urea lagi
yang 2,32 gr Ureatan yang dilakukan sama dengan pemupukan sebelumnya dengan jarak ± 15 cm dari lubang tanam. Untuk pemupukan yang terakhir pupuk
Urea diberikan setelah tanam berumur 8 minggu atau dua bulan setelah tanam diberikan
1 3
bagian Urea lagi, yaitu 2,32 gr Ureatan yang dilakukan sama dengan cara pemupukan yang kedua.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan. Penyiangan dapat dilakukan bila tumbuhan pengganggu mulai tumbuh dan menggangu tanaman utama.
Pembubunan dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan, karena saat itu tanaman sudah giat melakukan penyerapan hara.
Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari. Hal ini dilakukan apabila setiap lubang tanam, tanaman yang tumbuh lebih dari satu tanaman dan
tanaman yang dibiarkan tumbuh adalah tanaman yang pertumbuhannya lebih baik. Pengendalian hama dilakukan secara mekanis yaitu dengan mengutip
hama yang tampak dan mengumpulkannya kemudian dimatikan.
Universitas Sumatera Utara
Panen
Panen jagung dilakukan setelah tanaman jagung telah berumur ± 4 bulan. Ciri jagung yang siap panen adalah telah berumur 86-96 hari setelah tanam,
tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga dan biji kering dan mengkilat, apabila ditekan tidak
membekas.
Parameter Pengamatan Intensitas Serangan
Pengamatan intensitas serangan dilakukan untuk mengamati serangan penyakit Helminthosporium maydis Nisik, Helminthosporium turcicum Pass. dan
Puccinia sorghi dilakukan satu minggu setelah tanam setiap satu minggu sekali sebanyak 10 kali pengamatan, dengan mengikuti skoring dari Mayee dan Datar
1986 dalam Muis, dkk 1999 yaitu sebagai berikut : Skala
Keterangan tidak terdapat gejala serangan
1 1 -
≤ 15 luas permukaan terserang
3 15 -
≤ 25 luas permukaan terserang
5 25 -
≤ 50 luas permukaan terserang
7 50 -
≤ 75 luas permukaan terserang
9 75 -
≤ 100 luas permukaan terserang
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghitung nilai intensitas serangan hasil skoring dimasukkan dalam rumus :
IS
NxZ nixvi
x 100
Dimana : IS
= Intensitas
Serangan ni
= bagian tanaman sampel dengan skala kerusakan ke-i vi
= nilai skala kerusakan tanaman sampel ke-i N
= jumlah bagian tanaman sampel yang diamati Z
= nilai skala kerusakan tertinggi Perhitungan serangan penyakit Peronosclerospora maydis menggunakan
persentase serangan dengan rumus :
P N
a x 100
Dimana : P
= Persentase serangan a
= jumlah tanaman yang terserang N
= jumlah tanaman yang diamati
Universitas Sumatera Utara
Produksi
Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih jagung pipilan pada akhir masa percobaan per varietas, yang dikonversikan dalam tonha dengan
rumus : Y =
L X
x kg
m 1000
10000
2
Dimana : Y
= Produksi dalam tonha X
= Produksi dalam kgplot L
= Luas plot m
2
Sudarman dan Sudarsono, 1981.
Pengambilan Sampel
Tanaman yang dijadikan sampel adalah 6 tanaman yang berada dalam setiap plot perlakuan. Pengambilan data dilakukan setelah satu minggu setelah
tanam setiap satu minggu sekali sebanyak 10 kali.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.
Penyakit-penyakit pada daun tanaman jagung Zea mays L.
a. Bercak Daun Helminthosporium maydis Nisik.
Gejala serangan yang tampak di lapangan adalah adanya bercak- bercak yang berwarna coklat kekuning-kuningan, yang lama-kelamaan
berubah menjadi coklat tua, sesuai dengan yang terlihat pada gambar 17. Bentuk konidia dari jamur H. maydis seperti pada gambar 18 terlihat
seperti kurva atau perahu yang mempunyai ± 7 sekat.
Gambar 9. Gejala serangan H. maydis Nisik. Sumber : foto langsung
32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Konidia H.maydis Nisik. Sumber : foto langsung
Keterangan gambar : a. Konidia, b. Konidiofor b.
Bercak Daun Helminthosporium turcicum Pass. Gejala serangan yang terlihat di lapangan sesuai pada gambar 19
terdapat bercak-bercak yang berwarna berwarna agak kecoklatan yang berbentuk jorong dan lama-kelamaan bercak akan membesar dan
menyebabkan gejala seperti terbakar dan akhirnya mengakibatkan daun menjadi coklat dan kering.
a b
Gambar 11. Gejala serangan H. turcicum Pass Sumber : foto langsung
Keterangan gambar : a. Gejala awal, b. Gejala lanjutan a
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12. Konidia H. Turcicum Pass. Sumber : foto langsung
Keterangan gambar : a. Sekat, b. Konidia Konidia jamur H. turcicum pada gambar 20 tidak berbentuk seperti
kurva atau perahu seperti H. maydis, tetapi berbentuk lurus dan mempunyai ± 9 buah sekat.
c. Bulai Peronosclerospora maydis Rac. Shaw
Gambar 21 menunjukkan gejala serangan dari penyakit P. Maydis yang menyebabkan daun menjadi bergaris-garis yang berwarna putih.
Biasanya menyerang tanaman pada umur ± 3 minggu setelah tanam. Tanaman yang terinfeksi akan terhambat pertumbuhannya sehingga
menjadi kerdil dan tanaman akan mati. Gambar 22 menunjukkan bentuk sporangium jamur Peronosclerospora maydis bulat dan seragam seperti
jeruk nipis a
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Gejala serangan Peronosclerospora maydis Sumber : foto langsung
Gambar 14. Peronosclerospora maydis Sumber : foto langsung
Keterangan gambar : a. Sporangium, b. sporangiosfor d.
Karat Daun Puccinia sorghi Schw. Gambar 23 menunjukkan gejala serangan penyakit Puccinia sorghi
yang menyebebakan bercak-bercak yang berwarna kuning kemerahan a
b
Universitas Sumatera Utara
seperti karat. Jamur banyak membentuk urediospora pada daun dan kadang-kadang upih daun yang menyebabkan daun menjadi kasar dan
daun menjadi mengering. Gambar 24 menunjukkan urediospora jamur Puccinia sorghi yang berbentuk bulat hingga jorong.
Gambar 15. Gejala serangan Puccinia sorghi Sumber : foto langsung
Gambar 16. Urediospora Puccinia sorghi Sumber : foto langsung
Keterangan gambar : a. urediospora a
Universitas Sumatera Utara
2. Intensitas serangan