Perbedaan Perilaku Cuci Tangan Antara Anak SD Perkotaan Dengan Anak SD Pedesaan

(1)

Oleh :

FINA FADILA MAYASARI 090100185

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ABSTRAK

Pendahuluan: Cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas dab flu burung. Perilaku cuci tangan pakai sabun yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun kebawah. Karena anak usia tersebut sangat rentan terhadap penyakit. Maka dibutuhkan kesadaran bahwa pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tanggal 15 Oktober 2009 melanjutkan kesuksesan perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia tahun sebelumnya, praktik cuci tangan pakai sabun meningkat di lingkungan sekolah. Penelitan ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling dengan jumlah sampel 358 orang untuk masing-masing sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner secara terpimpin kepada siswa siswi SD Negeri 064975 (perkotaan) dan SD Negeri 067264 (pedesaan). Lalu data dianalisa dengan

menggunakan T Independent test dan hasil dikatakan bermakna jika nilai p ≤ 0,05.

Hasil: Dari jumlah sampel penelitian 358 orang untuk masing-masing sekolah diperoleh bahwa nilai rata-rata tingkat pengetahuan untuk SD perkotaan (10,90) dan SD pedesaan (6,34). Nilai rata-rata tingkat perilaku untuk SD perkotaan (12,58) dan SD pedesaan (7,28) (p= 0,001)

Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan. dimana tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD perkotaan lebih baik dari anak SD pedesaan.


(3)

ABSTRACT

Introduction: Handwashing with soap is one of the healthy behaviour and scientifically proven to prevent infectious diseases such as diarrhea, upper respiratory tract infections and avian influenza. The wrong method of handwashing with soap is still obtained in high numbers for the age lower than 10 years old. Because the children is subject to certain diseases, handwashing with

soap awarness is fundamental in daily life. On october 15th 2009, continouing the

successness of the previous Global Handwashing Day, the practice of handwashing with soap is increased in the school environment. The study has the aim to determine the difference between students of urban school and rural school.

Method: This is an analytical study with cross sectional design. The samples are obtained with simple random sampling of 358 observations from each school. This study is excuted by giving leaded questionnaire to the students of SD Negeri 064975 (urban) and SD Negeri 067264 (rural). The data is analyzed with T

Independent test and the result is significant if the p value ≤ 0,05.

Result: From the 358 observations from each school it is obtained that the mean of the knowledge level for urban school (10,90) and rural school (6,34). The mean of the behaviour level for urban school (12,58) and rural school (7,28) (p=0,001)

Discussion: There is a difference between the knowledge about the handwashing with soap of the urban students and rural students. The knowledge level and behaviour about handwashing with soap of the urban students are higher than the rural students.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah yang berjudul “Perbedaan Perilaku Cuci Tangan antara Anak SD Perkotaan dengan Anak SD Pedesaan”. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai

rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Jadi, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M), Sp.A (K)

selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH selaku dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Lily Irsa, Sp.A (K) selaku dosen pembimbing penulis yang telah

banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr. Surya Husada, Sp.KJ dan dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S (K)

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Kedua orangtua penulis, Sulistiawan Ady Purna, SE dan Vortuna yang

telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan dan penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.

6. Kedua adik penulis, Vibiolla Almira dan M. Hafiz Al-Farizi yang telah

membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera yang telah mendukung dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.


(5)

8. Kepada teman satu kelompok dosen pembimbing yakni Muhammad Syakur dan Heru Pranata yang tetap menjaga kekompakan dalam meneylesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Kepada pihak SD Negeri 064975 dan SD Negeri 067264 yang telah

memberikan izin menggunakan lokasi penelitian. Terima kasih kepada seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaa karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 15 Januari 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 4

2 .1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 5

2.2. Perilaku ... 6

2.2.1. Definisi Perilaku... 6

2.2.2. Bentuk Perilaku ... 7

2.2.3. Determinan Perilaku ... 7

2.3. Definisi Anak ... 7

2.4. Pengertian Cuci Tangan ... 8


(7)

2.4.2. Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan ... 10

2.4.3. Cara Mencuci Tangan yang Baik ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 14

3.2. Definisi Operasional ... 14

3.3. Hipotesis ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 16

4.1. Rancangan Penelitian ... 16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.4.1. Validitas dan Reliabilitas ... 19

4.5. Pengolahan Data danAnalisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 26

5.1.4. Hasil Analisis Data Kuesioner ... 34

5.2. Pembahasan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.2. Definisi Operasional ... 14

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 19

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelas dan

Umur ... 22

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 24

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Perilaku ... 25

Tabel 5.4. Perbedaan Rata rata Tingkat Pengetahuan antara Siswa Siswi di SD

Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975 ... 26

Tabel 5.5. Perbedaan Rata rata Tingkat Perilaku antara Siswa Siswi di SD Negeri

067264 dengan SD Negeri 064975 ... 27

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Cuci Tangan Masing-masing di SD Perkotaan dan Pedesaan ... 28 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap

Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Cuci Tangan Masing-masing di SD Perkotaan dan Pedesaan ... 29 Tabel 5.8. Perbedaan Rata rata Pengetahuan Siswa Siswi SD Negeri 067264

(Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan) Berdasarkan

Pertanyaan yang Berhubungan dengan Pengetahuan ... 34 Tabel 5.9. Perbedaan Rata rata Pengetahuan Siswa Siswi SD Negeri 067264

(Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan) Berdasarkan


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1.1. Riset Kesehatan, DepKes, 2007 ... 1

Gambar 1.1.2. Presentase Usia Dengan Perilaku CTPS yang Benar ... 2


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2. Lembar Penjelasan dan Persetujuan Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Ethical Clearance

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian SD Negeri 064975 Lampiran 6. Surat Izin Penelitian SD Negeri 067264

Lampiran 7. Surat Penyataan Telah Melakukan Penelitian SD Negeri 064975 Lampiran 8. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian SD Negeri 067264 Lampiran 9. Data Induk


(11)

DAFTAR SINGKATAN

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

HCTPS : Hari Cuci Tangan Pakai Sabun

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas

SD : Sekolah Dasar


(12)

ABSTRAK

Pendahuluan: Cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas dab flu burung. Perilaku cuci tangan pakai sabun yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun kebawah. Karena anak usia tersebut sangat rentan terhadap penyakit. Maka dibutuhkan kesadaran bahwa pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tanggal 15 Oktober 2009 melanjutkan kesuksesan perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia tahun sebelumnya, praktik cuci tangan pakai sabun meningkat di lingkungan sekolah. Penelitan ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling dengan jumlah sampel 358 orang untuk masing-masing sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner secara terpimpin kepada siswa siswi SD Negeri 064975 (perkotaan) dan SD Negeri 067264 (pedesaan). Lalu data dianalisa dengan

menggunakan T Independent test dan hasil dikatakan bermakna jika nilai p ≤ 0,05.

Hasil: Dari jumlah sampel penelitian 358 orang untuk masing-masing sekolah diperoleh bahwa nilai rata-rata tingkat pengetahuan untuk SD perkotaan (10,90) dan SD pedesaan (6,34). Nilai rata-rata tingkat perilaku untuk SD perkotaan (12,58) dan SD pedesaan (7,28) (p= 0,001)

Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan. dimana tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD perkotaan lebih baik dari anak SD pedesaan.


(13)

ABSTRACT

Introduction: Handwashing with soap is one of the healthy behaviour and scientifically proven to prevent infectious diseases such as diarrhea, upper respiratory tract infections and avian influenza. The wrong method of handwashing with soap is still obtained in high numbers for the age lower than 10 years old. Because the children is subject to certain diseases, handwashing with

soap awarness is fundamental in daily life. On october 15th 2009, continouing the

successness of the previous Global Handwashing Day, the practice of handwashing with soap is increased in the school environment. The study has the aim to determine the difference between students of urban school and rural school.

Method: This is an analytical study with cross sectional design. The samples are obtained with simple random sampling of 358 observations from each school. This study is excuted by giving leaded questionnaire to the students of SD Negeri 064975 (urban) and SD Negeri 067264 (rural). The data is analyzed with T

Independent test and the result is significant if the p value ≤ 0,05.

Result: From the 358 observations from each school it is obtained that the mean of the knowledge level for urban school (10,90) and rural school (6,34). The mean of the behaviour level for urban school (12,58) and rural school (7,28) (p=0,001)

Discussion: There is a difference between the knowledge about the handwashing with soap of the urban students and rural students. The knowledge level and behaviour about handwashing with soap of the urban students are higher than the rural students.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, Infekai Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai survey di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut di atas, setelah diintervensi dengan CTPS. (Panduan CTPS DepKes RI,2009)

Gambar 1.1.1. Riset Kessehatan Dasar, Depkes, 2007

Namun demikian, pentingnya perilaku sehat cuci tangan pakai sabun (CTPS) untuk mencegah penyakit-penyakit menular masih belum dipahami masyarakat secara luas dan praktiknya pun masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa ISPA dan diare masih ditemukan dengan persentase tertinggi pada anak usia dibawah lima tahun masing-masing 43% dan 16%. Demikian pula perilaku CTPS yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun ke bawah. Karena anak pada


(15)

usia-usia tersebut sangat aktif dan rentan terhadap penyakit, maka dibutuhkan kesadaran dari mereka bahwa pentingnya perilaku sehat cuci tangan pakai sabun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Panduan CTPS DepKes RI, 2008)

Gambar 1.1.2. Presentase Usia dengan Perilaku CTPS yang Benar

Penelitian pada siswa SDN Keburuhan Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian infeksi cacing (Wisnungsih,2004). Penelitian selanjutnya menemukan bahwa ada perbedaan kejadian infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar di desa tertinggal dan non tertinggal Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar dan menunjukkan bahwa ada hubungan antara mencuci tangan sebelum makan terhadapa kejadian infeksi cacing (Widyaningsih,2004).

Pada tanggal 15 Oktober 2009 melanjutkan kesuksesan perayaan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS) tahun sebelumnya yang melibatkan 70 negara dan 120 anak di seluruh dunia, maka pelaksanaan di tahun kedua ini bertujuan untuk meningkatkan praktik CTPS di lingkungan sekolah. (Panduan CTPS DepKes RI, 2009)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :


(16)

Bagaimana perbedaan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku sehat cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan.

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus antara lain : 1. Mengetahui pengetahuan anak tentang cuci tangan.

2. Mengetahui perilaku anak terhadap cuci tangan.

3. Mengetahui fasilitas cuci tangan yang dimiliki oleh sekolah-sekolah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk bidang-bidang sebagai berikut :

1. Bidang akademik

Penelitian ini dapat menjadi suatu pendahuluan dan bahan rujukan bila ada topik serupa yang ingin diteliti peneliti lainnya.

2. Bidang pelayanan kesehatan masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi pelayanan kesehatan masyarakat untuk terus memberikan pengajaran perilaku sehat cuci tangan pada masyarakat khususnya anak-anak dan menyediakan fasilitas untuk mendukung program tersebut.

3. Bidang Pemerintahan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi pemerintah mengenai apakah program mereka sudah terlaksana dengan baik atau tidak.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar “tahu” yaitu paham, maklum, mengerti. Selanjutnya Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang hanya menjawab “apa” misalnya apa itu air, apa itu manusia dan sebagainya. Tafsir (2004), mengatakan bahwa pengetahuan adalah semua yang diketahui. Dari segi motif pengetahuan dapat diperoleh melalui dua cara yaitu pertama, pengetahuan diperoleh begitu saja, tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan, dan tanpa usaha. Kedua, pengetahuan diperoleh karena diusahakan, biasanya karena belajar.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo,2003), yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan terendah.

2. Memahami (comprehension)’

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Pada timgkatan ini orang dapat menjelaskan, menyimpulkan, memberikan contoh, dll.


(18)

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.


(19)

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, surat kabar, dan buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Perilaku

2.2.1. Definisi Perilaku

Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologis, mengatakan bahwa perilaku merupakan merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan) dari luar. Menurut Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.


(20)

2.2.2. Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi terhadap stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain

2.2.3. Determinan Perilaku

Dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Determinan Internal

Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dll.

2. Determinan Eksternal

Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang.

2.3.Definisi Anak

Department of Child and Adolescent Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun. Dan menurut Undang-undang No. 23 Tahun


(21)

2009, pasal 1 disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

2.4 Pengertian Cuci Tangan

Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (2006) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi dari penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung pada kematian.

Kusnoputranto, (1997) mengatakan bahwa kebersihan perorangan (hygiene) adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan adalah usaha pengedalian dari semua factor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan hal - hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sederhana, yang membutuhkan pelatihan yang minim dan tidak membutuhkan peralatan. Selain itu, mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk menghindari sakit. Kebiasaan sederhana ini hanya membutuhkan sabun dan air. Mencuci tangan yang baik dan sehat membutuhkan beberapa peralatan sebagai berikut di bawah ini :

1. Sabun / antiseptik. 2. Air bersih.

3. Lap / tisu kering bersih

2.4.1 Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun

Erman (2007) yang mengatakan bahwa, untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan. Dewan kota Franklin di New Jersey,


(22)

Amerika sudah mengesahkan peraturan tentang cuci tangan melalui system voting dengan suara bulat, untuk membantu kesehatan masyarakat di kota tersebut. Peraturan Dewan kota Franklin tentang cuci tangan diantaranya adalah pada semua kamar mandi harus dalam kondisi bersih/sehat secara terus menerus, menyediakan air panas dan air dingin, dan penyediaan tissue WC juga sabun tangan beserta alat-alat pengeringan tangan. Peraturan ini sebagai sarana pendidikan pedagang eceran pinggir jalan di dalam praktek penyediaan WC yang bersih.

Anggota Dewan, Shirley Eberle, sebagai salah satu anggota Badan Penasihat dari Bidang Kesehatan, mengatakan, bahwa peraturan ini akan membantu kota menjadi sehat dan mengatakan bahwa WC umum yang sudah terdapat sabun akan mendorong orang-orang untuk mencuci tangan mereka. Menurut Pusat-pusat Pencegahan dan Kendali Penyakit (Centers for Disease Control / CDC), cuci tangan adalah tindakan paling utama dan menjadi satu-satunya cara mencegah serangan dari penyakit. Cuci tangan adalah murah, mudah, dan untuk mencegah penyakit. Dan pencegahan penyakit adalah yang paling penting dari itu semua. (Journal of Environmental Health, 2006).

Di tingkat nasional, DepKes RI bersama Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk cuci tangan pakai sabun, untuk :

1. Mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dari organisasi terkait kesehatan anak dan program CTPS, baik dari pemerintah maupun swasta yang menunjukkan minat untuk bergabung dalam HCTPS. 2. Mengundang para pemangku kepentingan untuk memperkenalkan

HCTPS dan membangun kesepakatan kerjasama dalam mendukung HCTPS.

3. Bekerjasama dengan para mitra tersebut untuk menentukan kegiatan, kelompok sasaran yang dituju serta lokasi untuk ditunjukkan pada HCTPS 2009.

4. Membagi informasi dengan pengelola HCTPS pada tingkat global mengenai HCTPS yang dilakukan di Indonesia.


(23)

Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif. (Carl A Osborne, 2008). Kebersihan tangan yang tidak memenuhi syarat juga berkontribusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti Salmonella dan infeksi E. Coli. Menurut data CDC and The American Society for Microbiology (2005).

Menurut Iswara (2007), mencuci tangan dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari:

1. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan lingkungan.

2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan. 3. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum.

4. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna.

2.4.2 Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan

Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak orang tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke kamar mandi. Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh mereka atau dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E.coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, diare. (Lestari, 2008).

Menurut Dr. Handrawan Nadesul ada sekitar 20 jenis penyakit yang bisa hinggap di tubuh akibat tidak mencuci tangan dengan baik dan benar. Beberapa


(24)

penyakit yang dapat disebabkan karena kurang pedulinya terhadap kegiatan cuci tangan pakai sabun, diantaranya :

1. Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini.

Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor.

Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).

2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

ISPA adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah:

1. Dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan.

2. Dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat


(25)

mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 persen.

3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit.

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.

2.4.3 Cara Mencuci Tangan Yang Baik

Menurut World Health Organization (WHO) 2005 berikut langkah-langkah cuci tangan yang benar :

1. Basahi terlebih dahulu kedua tangan dengan air mengalir. 2. Tuangkan sabun secukupnya.

3. Ratakan dengan kedua telapak tangan.

4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.

5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

6. Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan, tangan kiri ke kanan dan begitu sebaliknya.

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.

8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan lakukan sebaliknya.

9. Bilas kedua tangan dengan air.

10.Keringkan dengan handuk atau tissue sekali pakai sampai benar-benar kering.


(26)

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Anak SD Anak yang berumur

antar 8 tahun hingga 12 tahun yang sedang menempuh pendidikan sekolah dasar

2. Tingkat

pengetahuan dan

Responden mengetahui apa saja mengenai cuci

Terdiri dari 20

pertanyaan. Ordinal

Perkotaan

Tingkat pengetahuan dan

perilaku anak terhadap cuci

tangan

Pedesaan Anak Sekolah


(28)

perilaku anak terhadap cuci tangan

tangan, seperti pengertian cuci tangan, cuci tangan merupakan program pemerintah, pentingnya cuci tangan, penyakit yang bisa dicegah dengan cuci tangan, kapan saja waktu mencuci tangan dan bisa

Poin 1-13 Jawaban : Ya : 1 Tidak : 0 Poin 14-19 Jawaban : Ya: 2 Tidak : 0 Poin 20 Jawaban : A : 2 B : 0

Kategori : Tinggi : 8-13 Rendah: 0-7

Kategori : Tinggi : 8-14 Rendah : 0-6

3.3. Hipotesis

3.3.1. Hipotesis Awal

Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan.


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional, untuk mengetahui perbandingan perilaku cuci tangan pada anak antara SD di perkotaan dengan SD di pedesaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 064975 Medan dan SD Negeri 067264 Desa Marelan. Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan September 2012 hingga November 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah anak-anak mulai dari kelas 3 hingga kelas 6, yang berumur 8 tahun hingga 12 tahun, yang bersekolah di SD Negeri 064975 Medan dan SD Negeri 067264 Desa Marelan. Jumlah anak mulai dari kelas 3 hingga kelas 6 berdasarkan data yang diperoleh adalah SD Negeri 064975 sejumlah 365 orang dan SD Negeri 067264 sejumlah 450 orang.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah anak-anak yang berumur 8 tahun hingga 12 tahun, mulai dari kelas 3 hingga kelas 6 yang sudah mendapatkan pengajaran cuci tangan dan bersekolah di SD Negeri 064975 Medan dan SD Negeri 067264 Desa Marelan. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi, menolak menjadi responden dan tidak menyelesaikan jawaban dari pertanyaan pada kuesioner.


(30)

Penentuan perkiraan besar sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

= Besar sampel minimum

= Nilai distribusi normal baku pada tertentu, 1,96 (tingkat kesalahan H0 5%)

= Nilai distribusi normal baku pada tertentu, 1,282 (tingkat tidak beda padahal beda 10%)

P = ½ (P1+P2)

P1 = Proporsi di populasi, 0,5 atau 50% (proporsi standar)

P2 = Perkiraan proporsi di populasi, 0,4 atau 40 % (beda klinis dianggap penting 10%, P1-10%)


(31)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan pihak sekolah, dimana nanti saat pengisian kuesioner akan dipimpin oleh peneliti. Sehingga nanti akan dilakukan pengisian kuesioner secara terpimpin. Setiap responden diharuskan menjawab 20 pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan metode simple random sampling. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup untuk mengumpulkan data pengetahuan dan perilaku dari responden penelitian. Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji tersebut dilakukan terhadap 20 orang responden yang memenuhi kriteria yang telah dilakukan sebelumnya.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk, berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang hendak diukur.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang sudah memiliki validitas.


(32)

4.4.1. Validitas dan Reliabilitas

Tabel 4.4.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel

No. Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,561 Valid 0,838 Reliabel

2 0,561 Valid Reliabel

3 0,912 Valid Reliabel

4 0,815 Valid Reliabel

5 0,675 Valid Reliabel

6 0,605 Valid Reliabel

7 0,815 Valid Reliabel

8 0,5 Valid Reliabel

9 0,912 Valid Reliabel

10 0,605 Valid Reliabel

11 0,715 Valid Reliabel

12 0,585 Valid Reliabel

13 0,56 Valid Reliabel

Perilaku 14 0,797 Valid Reliabel

15 0,543 Valid Reliabel

16 0,543 Valid Reliabel

17 0,782 Valid Reliabel

18 0,854 Valid Reliabel

19 0,608 Valid Reliabel

20 0,797 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan.

Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : A. Editing

Adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah lengkap atau belim sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.


(33)

B. Coding

Adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban responden atau pertanyaan yang ada pada kuesioner yang nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.

C. Entry Data

Memasukkan data menggunakan program komputer dengan perangkat lunak pengolah data statistik.

D. Cleaning

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan program SPSS serta dilakukan pengelompokan dan validasi. Hasil pengamatan akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan metode T Independent test. Dimana nilai p akan bermakna jika p ≤ 0,05 (p = 0,001).


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh data-data seperti di bawah ini :

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Untuk daerah pedesaan penelitian ini dilakukan di SD Negeri 067264 yang berlokasi di jalan Young Panah Hijau, Kelurahan Labuhan Batu Kecamatan Desa Marelan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. SD ini terletak didaerah pinggir laut, dengan luas tanah 1.423 m2. Dengan jumlah murid 680 siswa yang terbagi dalam 12 kelas. Yang terdiri dari 2 kelas I, 2 kelas II, 2 kelas III, 2 kelas IV, 2 kelas V dan 2 kelas VI. Kegiatan belajar mengajar terbagi dua yaitu, kelas I, II, IV A pagi dan kelas III, IV, V B siang. Sekolah ini pernah mengadakan kegiatan cuci tangan pada tanggal 17 Oktober 2011. Sekolah ini memiliki empat keran air mengalir yang berfungsi dengan baik. Sekolah ini berbatasan dengan paluh di bagian belakangnya yang ditumbuhi nipah disekitarnya dan berbatasan langsung dengan rumah penduduk. Bahagian depan dari sekolah berseberangan dengan sungai dibatasi oleh jalan dan bebukitan.

Untuk daerah perkotaan penelitian ini dilakukan di SD Negeri 064975 yang berlokasi di jalan Tuba IV No. 41, Kecamatan Medan Denai. Sekolah ini terletak di daerah perkotaan di medan. Luas tanah sekolah ini 1.500 m2. Dengan jumlah murid 555 murid yang terbagi ke dalam dalam 12 kelas. Yang masing masing terdiri dari 2 kelas I, 2 kelas II, 2 kelas III, 2 kelas IV, 2 kelas V dan 2 kelas VI. Jadwal belajar mengajar terbagi dua, yaitu kelas I, II, V dan VI pagi dan kelas III dan IV siang. Sekolah ini menjadi pusat kegiatan Hari Cuci Tangan Sedunia yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2011 dan beberapa sekolah di kota Medan


(35)

ikut serta dalam kegiatan ini. Sekolah ini memilki lima keran air mengalir yang berfungsi dengan baik.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden di dalam penelitian ini meliputi siswa-siswi SD Negeri 067264 dan SD Negeri 064975 yang telah dipilih secara simple random sampling atau dipilih secara acak oleh peneliti dengan jumlah 358 orang sampel untuk masing masing sekolah. Dari keseluruhan responden penelitian yang ada, diperoleh karakteristik yang meliputi jenis kelamin murid dan tingkatan kelas di masing masing sekolah. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, kelas dan umur

Perkotaan Pedesaan Kota dan Desa

N % N % N %

Jenis Kelamin

190 53,1 183 51,1

Laki-laki 373 52,1

Perempuan 168 46,9 175 48,9 343 47,9

Kelas

III 50 14 50 14 100 14

IV 109 30,4 109 30,4 218 30,4

V 95 26,5 94 26,3 189 26,4

VI 104 29,1 105 29,3 209 29,2

Umur

7 7 2 7 2 14 2

8 35 9,8 35 9,8 70 9,8

9 67 18,7 67 18,7 134 18,7

10 101 28,2 102 28,5 203 28,4

11 91 25,4 91 25,4 182 25,4

12 57 15,9 56 15,6 113 15,8


(36)

Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa di SD perkotaan responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 190 siswa (53,1%) diikuti dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 168 siswi (46,9%). Di SD pedesaan memiliki karakteristik responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 183 siswa (51,1%) diikuti dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 175 siswi (48,9%). Untuk perkotaan dan pedesaan responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 373 siswa (52,1%) diikuti dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 343 siswi (47,9%).

Berdasarkan kelas menunjukkan bahwa di SD perkotaan responden terbanyak adalah kelas IV dengan 109 siswa (30,4%) lalu kelas VI dengan 104 siswa (29,1%) lalu kelas V dengan 95 siswa (26,5%) dan terakhir kelas III dengan 50 siswa (14,0%). Di SD pedesaan responden terbanyak adalah kelas IV dengan 109 siswa (30,4%) lalu kelas VI dengan 105 siswa (29,3%) lalu kelas V dengan 94 siswa (26,3%) dan kelas III dengan 50 siswa (14,0%). Untuk perkotaan dan pedesaan responden terbanyak adalah kelas IV dengan 218 siswa (30,4%) lalu kelas VI dengan 209 siswa (29,2%) lalu kelas V dengan 189 siswa (26,4%) dan kelas III dengan 100 siswa (14,0%).

Berdasarkan umur responden menunjukkan bahwa di SD perkotaan responden terbanyak adalah umur 10 tahun dengan 101 siswa (28,2%) lalu umur 11 tahun dengan 91 siswa (25,4%) lalu umur 9 tahun dengan 67 siswa (18,7%) lalu umur 12 tahun dengan 57 siswa (15,9%) lalu umur 8 tahun dengan 35 siswa (9,8%) dan terakhir umur 7 tahun dengan 7 siswa (2%). Di SD pedesaan responden terbanyak adalah umur 10 tahun dengan 102 siswa (28,5%) lalu umur 11 tahun dengan 91 siswa (25,4%) lalu umur 9 tahun dengan 67 siswa (18,7%) lalu umur 12 tahun dengan 56 siswa (15,6%) lalu umur 8 tahun dengan 35 siswa (9,8%) dan terakhir umur 7 tahun dengan 7 siswa (2%). Untuk perkotaan dan pedesaan responden terbanyak adalah umur 10 tahun dengan 203 siswa (28,4%)


(37)

lalu umur 11 tahun dengan 182 siswa (25,4%) lalu umur 9 tahun dengan 134 siswa (18,7%) lalu umur 12 tahun dengan 113 siswa (15,8%) lalu umur 8 tahun dengan 70 siswa (9,8%) dan terakhir umur 7 tahun dengan 14 siswa (2%).

Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Perkotaan Pedesaan Kota dan Desa N % N % N %

Buruk 36 10,1 319 89,1 355 49,6

Baik 322 89,9 39 10,9 361 50,4

Total 358 100 358 100 716 100

Berdasarkan tabel 5.2. di atas menunjukkan bahwa di SD perkotaan mayoritas tingkat pengetahuan baik paling banyak ditemukan dengan jumlah 322 murid (89,9%) dan tingkat pengetahuan buruk dengan jumlah 36 murid (10,1%). Dan di SD pedesaan mayoritas tingkat pengetahuan buruk paling banyak ditemukan dengan jumlah 319 murid (89,1%) dan tingkat pengetahuan baik dengan jumlah 39 murid (10,9%).

Secara keseluruhan mayoritas tingkat pengetahuan baik ditemukan dengan jumlah 361 murid (50,4% ) dan tingkat pengetahuan buruk dengan jumlah 355 murid (49,6%).


(38)

Tabel 5.3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat perilaku

Berdasarkan tabel 5.3. di atas menunjukkan bahwa di SD perkotaan mayoritas tingkat perilaku baik paling banyak ditemukan dengan jumlah 343 murid (95,8%) dan tingkat perilaku buruk dengan jumlah 15 murid (4,2%). Dan di SD pedesaan mayoritas tingkat perilaku buruk paling banyak ditemukan dengan jumlah 233 murid (65,1%) dan tingkat perilaku baik dengan jumlah 125 murid (34,9%).

Secara keseluruhan mayoritas tingkat perilaku baik ditemukan dengan jumlah 468 murid (65,4% ) dan tingkat perilaku buruk dengan jumlah 248 murid (34,6%).

Perkotaan Pedesaan Kota dan Desa N % N % N %

Buruk 15 4,2 233 65,1 248 34,6

Baik 343 95,8 125 34,9 468 65,4


(39)

5.1.3 Hasil Analisis Data

a. Rata-rata Perbedaan Tingkat Pengetahuan antara Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan)

Berikut adalah rata-rata perbedaan tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975

Tabel 5.4. Perbedaan rata rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975

Nama Sekolah Jumlah Murid Rerata Tingkat Pengetahuan

SD Negeri 067264 (Pedesaan) 358 6,34

SD Negeri 064975 (Perkotaan) 358 10,90 p= 0,001

Berdasarkan tabel 5.4. yang melihat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan rata rata antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan). Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 6,34 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 10,90.


(40)

b. Rata-rata Perbedaan Tingkat Perilaku antara Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan)

Berikut adalah rata-rata perbedaan tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975.

Tabel 5.5. Perbedaan rata rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975

Nama Sekolah Jumlah Murid Rerata Tingkat Perilaku

SD Negeri 067264 (Pedesaan) 358 7,28

SD Negeri 064975 (Perkotaan) 358 12,58 P= 0,001

Berdasarkan tabel 5.5. yang melihat perbedaan rata-rata tingkat perilaku rata rata antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan). Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 8,51 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 12,45.


(41)

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentasi pengetahuan responden tiap pertanyaan pengetahuan mengenai cuci tangan masing-masing di SD perkotaan dan pedesaan

NO. Item Pengetahuan

PENGETAHUAN

PERKOTAAN PEDESAAN

BENAR SALAH BENAR SALAH

N (%) N (%) N (%) N (%)

1 Apakah adik mengetahui pengertian dari cuci tangan ?

339 94,7 19 5,3 259 72,3 99 27,7

2 Apakah adik mengetahui kalau cuci tangan merupakan program pemerintah ?

278 77,7 80 22,3 115 32,1 243 67,9

3 Menurut adik penting atau tidak cuci tangan itu ?

339 94,7 19 5,3 327 91,3 31 8,7

4 Apakah di rumah orangtua ada mengajarkan pada adik mencuci tangan ?

325 90,8 33 9,2 72 20,1 286 79,9

5 Ketika dilakukan program cuci tangan di sekolah apakah adik suka dengan kegiatan tersebut ?

340 95 18 5 354 98,9 4 1,1

6 Disekolah disediain tempat untuk cuci tangan ?

334 93,3 24 6,7 354 98,9 4 1,1

7 Apakah adik masih ingat bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar ?

342 95,5 16 4,5 221 61,7 137 38,3

8 Apakah adik bisa menirukan cara mencuci tangan yang baik dan benar ?


(42)

9 Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena diare ?

278 77,7 80 22,3 95 26,5 263 73,5

10 Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena flu ?

264 73,7 94 26,3 64 17,9 294 82,1

11 Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena kecacingan ?

256 71,5 102 28,5 62 17,3 296 82,7

12 Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena infeksi saluran

pernafasan ?

239 66,8 119 33,2 73 20,4 285 79,6

13 Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena infeksi kulit ?

249 69,6 109 30,4 77 21,5 281 78,5

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentasi perilaku responden tiap pertanyaan perilaku mengenai cuci tangan masing-masing di SD perkotaan dan pedesaan

NO. Item Perilaku

PERILAKU

PERKOTAAN PEDESAAN

BENAR SALAH BENAR SALAH

N (%) N (%) N (%) N (%)

14 Setelah diberikan pengajaran cuci tangan, apakah adik masih melakukannya setiap hari ?

336 93,9 22 6,1 197 55 161 45

15 Apakah adik selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah makan ?


(43)

16 Apakah adik selalu mencuci tangan setelah buang air kecil atau besar ?

335 93,6 23 6,4 196 54,7 162 45,3

17 Apakah adik selalu mencuci tangan setiap selesai bermain ?

319 89,1 39 10,9 143 39,9 215 60,1

18 Apakah adik selalu mencuci tangan setelah memegang hewan ?

322 89,9 36 10,1 179 50 179 50

19 Apakah adik ada mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan ?

279 77,9 79 22,1 89 24,9 269 75,1

20 Menurut adik mencuci tangan yang benar itu bagaimana ?

323 90,2 35 9,8 214 59,8 144 40,2

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SMP pedesaan tentang pengertian cuci tangan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 259 orang (72,3%) dan yang salah 99 orang (27,7%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 339 (94,7%) dan yang salah 19 (5,3%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SMP pedesaan tentang tahu cuci tangan merupakan program pemerintah. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 115 orang (732,1%) dan yang salah 243 orang (67,9%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 278 (77,7%) dan yang salah 80 (22,3%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SMP pedesaan tentang penting atau tidak cuci tangan itu. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 327 orang (91,3%) dan yang salah 31 orang (8,7%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 339 (94,7%) dan yang salah 19 (5,3%).


(44)

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang orangtua mengajarkan cuci tangan atau tidak. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 72 orang (20,1%) dan yang salah 286 orang (79,9%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 325 (90,8%) dan yang salah 33 (9,2%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan suka atau tidak dengan program cuci tangan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 354 orang (98,9%) dan yang salah 4 orang (1,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 340 (95%) dan yang salah 18 (5%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang di sekolah disediakan tempat cuci tangan atau tidak. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 354 orang (98,9%) dan yang salah 4 orang (1,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 384 (93,3%) dan yang salah 24 (0,7%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang masih ingat cara mencuci tangan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 221 orang (61,7%) dan yang salah 137 orang (38,3%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 342 (95,5%) dan yang salah 16 (4,5%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang bisa menirukan cuci tangan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 200 orang (55,9%) dan yang salah 158 orang (44,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 321 (89,7%) dan yang salah 37 (10,3%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang tahu cuci tangan itu bisa mencegah diare. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 95 orang (26,5%) dan yang


(45)

salah 263 orang (73,5%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 278 (77,7%) dan yang salah 80 (22,3%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang tahu cuci tangan bisa mencegah flu. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 64 orang (17,9%) dan yang salah 294 orang (82,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 264 (73,7%) dan yang salah 94 (26,3%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang tahu cuci tangan bisa mencegah kecacingan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 62 orang (17,3%) dan yang salah 296 orang (82,7%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 256 (71,5%) dan yang salah 102 (28,5%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang tahu cuci tangan bisa mencegah ISPA. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 73 orang (20,4%) dan yang salah 285 orang (79,6%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 239 (66,8%) dan yang salah 119 (33,2%).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat dan dibandingkan pengetahuan siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang tahu cuci tangan bisa mencegah infeksi kulit. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 77 orang (21,5%) dan yang salah 281 orang (78,5%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 249 (69,6%) dan yang salah 109 (30,4%).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang masih melakukan cuci tangan setiap hari . Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 197 orang (55,0%) dan yang salah 161 orang (45%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 336 (93,9%) dan yang salah 22 (6,1%).


(46)

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang cuci tangan sebelum atau sesudah makan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 286 orang (79,9%) dan yang salah 72 orang (20,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 339 (94,7%) dan yang salah 19 (5,3%).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang cuci tangan setelah buang air kecil atau besar . Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 196 orang (54,7%) dan yang salah 162 orang (45,3%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 335 (93,6%) dan yang salah 23 (6,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pada SD perkotaan sudah lebih banyak yang melakukan cuci tangan selesai buang air kecil atau besar.

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang cuci tangan selesai bermain . Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 143 orang (39,9%) dan yang salah 215 orang (60,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 319 (89,1%) dan yang salah 39 (10,9%).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang cuci tangan selesai memegang hewan. Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 179 orang (50%) dan yang salah 179 orang (50%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 322 (89,9%) dan yang salah 36 (10,1%).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang mengingatkan orang lain cuci tangan . Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 89 orang (24,9%) dan yang salah 269 orang (75,1%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 279 (77,9%) dan yang salah 79 (22,1%).


(47)

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat dan dibandingkan perilaku siswa SD perkotaan dan SD pedesaan tentang cuci tangan menggunakan air saja atau sabun . Pada SD 067264 yang menjawab benar adalah adalah 214 orang (59,8%) dan yang salah 144 orang (40,2%). Dan pada SD Negeri 064975 yang menjawab benar adalah 323 (90,2%) dan yang salah 35 (9,8%).

5.1.4 Hasil Analisis Data Kuesioner

a. Rata-rata Perbedaan Tingkat Pengetahuan antara Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan) Berdasarkan Pertanyaan

Berikut adalah rata-rata perbedaan tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975 untuk beberapa pertanyaan Tabel 5.8. Perbedaan rata rata pengetahuan siswa siswi SD Negeri 007264 (pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (perkotaan) berdasarkan pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan

Perkotaan Pedesaan p

Pengertian Cuci Tangan 0,95 0,72 0,001

Mengetahui Cuci Tangan Merupakan Program Pemerintah

0,78 0,32 0,001 Bisa Menirukan Cuci Tangan yang Baik dan

Benar 0,90 0,56 0,001

Cuci Tangan Bisa Mencegah Diare 0,78 0,27 0,001

Cuci Tangan Bisa Mencegah Flu 0,74 0,18 0,001

Cuci Tangan Bisa Mencegah Kecacingan 0,72 0,17 0,001 Cuci Tangan Bisa Mencegah ISPA 0,67 0,20 0,001 Cuci Tangan Bisa Mencegah Infeksi Kulit 0,70 0,22 0,001


(48)

Berdasarkan tabel 5.8. yang melihat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang pengertian cuci tangan. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,72 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,95.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan merupakan program pemerintah. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,32 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,78.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang bisa menirukan cara cuci tangan yang baik dan benar. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,56 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,90.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah diare. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,27 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,78.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah flu. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,18 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,74.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah kecacingan. Dari 358 murid SD Negeri


(49)

067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,17 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,72

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah ISPA. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,20 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,67.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah infeksi kulit. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,22 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan 0,70.

b. Rata-rata Perbedaan Tingkat Perilaku antara Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan) Berdasarkan Pertanyaan

Berikut adalah rata-rata perbedaan tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 067264 dengan SD Negeri 064975 untuk beberapa pertanyaan

Pada tabel 5.9. yang melihat perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang masih melakukan cuci tangan setiap hari. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,10 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,88.


(50)

Tabel 5.9. Perbedaan rata rata perilaku siswa siswi SD Negeri 067264 (pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (perkotaan) berdasarkan pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku

Perkotaan Pedesaan p

Masih Melakukan Cuci Tangan Setiap Hari 1,88 1,10 0,001 Mencuci Tangan Sebelum atau Sesudah Makan 1,89 1,60 0,001 Mencuci Tangan Setelah Buang Air Kecil atau

Besar 1,87 1,09 0,001

Mencuci Tangan Setiap Selesai Bermain 1,78 0,80 0,001 Mencuci Tangan Setelah Memegang Hewan 1,80 1,00 0,001 Mengingatkan Orang Lain untuk Mencuci Tangan 1,56 1,50 0,001 Mencuci Tangan dengan Air Saja atau Sabun 1,80 1,20 0,001

Pada tabel 5.9. yang melihat perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang masih melakukan cuci tangan setiap hari. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,10 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,88.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mencuci tangan sebelum atau sesudah makan. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,60 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,89.


(51)

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mencuci tangan setelah buang air kecil atau besar. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,09 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,87.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mencuci tangan setiap selesai bermain. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 0,80 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,78.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mencuci tangan setelah memegang hewan. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,00 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,80.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 0,50 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,56.

Untuk perbedaan rata-rata tingkat perilaku antara siswa siswi di SD Negeri 064975 (perkotaan) dengan SD Negeri 067264 (pedesaan) tentang mencuci tangan yang benar dengan air saja atau sabun. Dari 358 murid SD Negeri 067264 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,20 dan dari 358 murid SD Negeri 064975 didapatkan nilai rata-rata tingkat perilaku 1,80.


(52)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri 064975 (perkotaan) dan SD Negeri 067264 dengan cara membagikan kuesioner kepada 358 responden di masing-masing sekolah, didapati data-data penelitian yang dijadikan pedoman untuk pembahasan.

5.2.1. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan)

Pada penelitian ini didapati nilai p = 0.001 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan anak SD 064975 (perkotaan) dengan anak SD 067264 (pedesaan) (tabel 5.4). Jika dicermati kembali kedua sekolah ini telah mendapatkan pengajaran tentang cuci tangan dan peserta kegiatan ini juga hampir sama banyaknya yaitu 340 orang untuk SD perkotaan dan 358 orang untuk SD pedesaan (tabel 5.9). Namun demikian, ternyata anak SD perkotaan lebih baik pengetahuannya tentang cuci tangan daripada anak SD pedesaan.

Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

7. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

8. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

9. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(53)

Didapati perbedaan tingkat pengetahuan antara anak SD 064975 (perkotaan) dengan anak SD 067264 (pedesaan). Terdapat perbedaan bermakna tentang pengertian cuci tangan, dimana nilai p = 0.001. Kemudian didapati perbedaan bermakna tentang mengetahui cuci tangan merupakan program pemerintah, dimana nilai p = 0.001. Didapati juga perbedaan bermakna tentang bisa menirukan cuci tangan yang baik dan benar dengan nilai p = 0.001. Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan, perubahan tersebut mencakup emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan dari individu (Machfoed, 2005). Dalam hal ini walaupun kedua sekolah sama-sama telah mendapatkan pendidikan kesehatan berupa kegiatan cuci tangan tetapi SD perkotaan lebih paham dan ingat daripada anak SD pedesaan.

Kemudian terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan tentang mengetahui cuci tangan bisa mencegah diare, flu, kecacingan, ISPA dan infeksi kulit, dimana masing-masing didapati nilai p = 0.001. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik dari individu (Purwanto, 1999). Dalam hal ini walaupun kedua sekolah telah mendapatkan pengetahuan dari kegiatan cuci tangan tersebut, anak SD perkotaan lebih berkembang pengetahuannya daripada anak SD pedesaan.

5.2.2. Perbedaan Tingkat Perilaku Siswa Siswi di SD Negeri 067264 (Pedesaan) dengan SD Negeri 064975 (Perkotaan)

Pada penelitian ini didapati nilai p = 0.001 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara perilaku anak SD 064975 (perkotaan) dengan anak SD 067264 (pedesaan) (tabel 5.5). Jika dicermati kembali kedua sekolah ini telah mendapatkan pengajaran tentang cuci tangan dan peserta kegiatan ini juga hampi sama banyaknya yaitu 340 orang untuk SD perkotaan dan 358 orang untuk SD pedesaan (tabel 5.9). Namun demikian, ternyata anak SD perkotaan lebih baik perilakunya tentang cuci tangan daripada anak SD pedesaan.


(54)

Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu masukan, proses dan keluaran. Masukan dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaraqn belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan latar belakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Sedangkan keluaran merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan perilaku sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)

Kemudian didapati perbedaan tingkat perilaku cuci tangan antara anak SD 064975 (perkotaan) dengan anak SD 067264 (pedesaan). Perilaku anak tentang masih melakukan cuci tangan setiap hari, didapati nila p = 0.001 yang berarti terdapat perbedaan perilaku antara anak SD`perkotaan dengan anak SD pedesaan. Kemudian untuk perilaku mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, setelah buang air kecil atau besar, selesai bermain dan selesai memegang hewan masing-masing didapati nilai p = 0.001. Untuk perilaku mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan juga terdapat perbedaan dengan nilai p = 0.001. dan terakhir untuk perilaku mencuci tangan yang benar dengan air saja atau sabun didapati nilai p = 0.001. Untuk beberapa perilaku di atas didapati anak SD perkotaan lebih banyak yang menerapkan perilaku cuci tangan di kehidupan sehari-hari daripada anak SD pedesaan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu, faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat. Faktor predisposisi meliputi pendidikan, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respons yang lebih rasional terhadap informasi yang datang. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi perilaku, semakin tinggi ekonomi keluarga akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan fasilitas pendukung perilaku. Hubungan sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Faktor pendukung, mencakup ketersediaan sumber dan fasilitas yang memadai. Faktor pendukung ada dua macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik misalnya sarana kesehatan. Sedangkan fasilitas umum misalnya media massa.


(55)

Faktor penguat meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan panutan untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2000).


(1)

UI

c o o

=o =of

cr

tU

L

o

an

o

I

b 6 a

P8

op 96

EE

Fo)

s€

s

rr)

o,

L

oo

o

f

(\ c\,t

o, ct

co (o

o

;

o J

er

oo

NN

q)

o c

(I)

L (} E

C)

L

o b

tIJ

I, a

o) o)

$$

oo

o o c

(t)

L 0,

L-c

o o

(O (o oct C\IN

E o

,6

I

N .d,

a

clo

oo oo

E'

vo (o

l'- tq

-o

(o

lr)

F

o, o)

oo <od

L

o

6 h o

fl;E

_o E 6

of'E

E,flS

o J

o, a

I

o o

TL

ro (f)

s

@ F* F

oaD (I)0,

P

P.,

o(U!P .E.EF

sE

s;

E5

CE

,flft,fE

lo

c

o

.U

c

(tr

Eo (L at

o o

.c

CL

E

GI

o

c o E c o

q.

o

1'c

o

.9

o

IE

(t) CL

:'

o o

c

o o

L

o L

ut o a

YT\ olt oo

c

.9

o o

o u o

qr(9 \fO $co

c

(U

o

9rg

qq

z

oo

to lo (r) c)

o a

]i)t t*(o o)N t l'-(o(o oo

oo o)(D oo

zz

oo

@u)

ro c o

(U

E o

to n


(2)

o

C

(u

o o

=(u

J (t

tu

L

o o o

I

b

(E

z

P8

L

()g)

EE

8E

Fo)

s5

s

lr)

o,

L

o

o-f

NN

o) o,

qoq

o

3

o J

rr

(o(o @(o

o o c E

0)

ts i5

L

o b

ul 1'

U)

9' rr)

o

lr) o

o o c

0)

L

(l)

E

o

c

o o

l.-

F-F- F.

|*

F-1'

-9 '6

I

c!

.d,

o oo oo oo

E ilr@ rN t-@

o

ol

lo

6l

c\l

6l

(.i c{

+l

c\l

(')

o

s:$

r=--o E o3'E 6 E6-r0

3

o, c)

I

oo

tL

f-@

ro

o;

$

o

F

o o

Po

69

g;

an

O(E

a*

fiP

aD

@

o

c o

'E !r

t9

(tr= r_@

fi8

(o c $

(E

c

o Eo (L o

o

F

o -ge

E

G'

ltt

tr

o E o

CL

o t

g

6 o

.9

(u

o

CL

5 e o

c

o o o

L L

lu d a

N tt)

oo

c

.9 .q

o o

E

U)

rF-oo)

1q

c

(U

o

F- O,

oqq

z

00@ lo r, G' (f'

o

U)

to !+

t"- (o

o) C\l

t|-@(o oo .E 'E

oo cn (,)

oo

zz

oo

(na

(o r

c

o o

c q

L

o


(3)

o o o

.9

CL

E

G

a

t,

c

o o o EI

t

ru L

o

UI

o

I

o e

P8

orI

c6

L F

€E

Eo)

s:

so

lr)

o,

L

o

o. o. l

to I

v o

:

L

o

;

o J

(f) (o

(o(o

(D@

o o

c

o

L

o E

6

L

o L

lU

o a

(o(o

oo

o o c

c,

c,

s

i:

c

(U

o

fi, (f,

OEr

O, o,

o g o

I

N .ri,

@

90

oc) oo

T'

$o, (o

F- Gl

d o

(o

NN

oo o.-o

@@

g

o

EFE

-.9 a!- 6 oi'c c6-(tr

o

J

.9 g)

I

o q

tl.

@

F

q

ol rt

oo oo

(,C'

E

EF

hq

kE

>g>6F 95(!d

,flH,fE

i.-E

o o

c

o

E

o

o_

c

o o

L

o

E tu t a

(f) c{

(o rr)

qq

c

.9

G

't

o

o

E

U) lsf

c\to @o,

c

o o

@o F-@

z

aa trrlr) (e) (v,

o a

1()t l- (O

O,N sfN

(o(o

oo

LL

oq) o(,) rt, o

zz

oo

au)

|.-c

G

o

c

o E

o

n

o

.9

U'

:tr

ru

(r,

o. t o o


(4)

o o

F

o

g

CL

E

.U U,

U'

c

o o o

=(g

3

cr u

L

o o o

E a

P8

L

oP

8E

gE

=o

8=

so

lr)

o,

L

o

o-f

N o) N

O)

L

o

;

o J

@@

F- F..

(o(o

o

(,

C

oL

(1) E

o

L

o

t

u

E

c)

NN <0(o oo

o o

c

o)

L

o

i5

c

G

o

=

o) c',

o, o)

\\

E

g

N I

N

.si, U)

oo oo oo

!, YA

l'- $

d

@ 1r)

rtr,

(o-ol

N

lf) G) (D

oi

o

HEE

tr.>9

_.t,

E

k of'E c Er -tg

o

J

(,

a

I

oo

l!

o

t-F

o,

N (o

U'O o6,

P

Po

6do

EE E;

E5

E8

,fH

'fP

@

c

(U (E

c

o

Eo

(L

c

o o

=!

o

L L

tu

!,

a

(o|r)

qq

c

.e

o

0,

o

E

U)

N

oo

qq

c

o

o)

=

oo

qq

z

coo ()1r} (')(f)

o

U)

to\f f*(o (DN tFt @@

oo

LL

oo

o) o)

oo

zz

oo

aa

@

F c o

(U

c o o

o-o

.9

o

.!

o

CL

e o


(5)

o c

(U

o

=o E(U I

t

UJ

L

o o o

I

o

c

o

6

a qo ao (,g)

P"E

ok

oo

c o

o

s

ro

O)

o

o o-f,

(o (0

roo I:

rr

L

o = o J

f.- (o

l.-co

qq

oo

C

o)

o i5

L

o

L L

uJ

ro

a

(f) (.)

(o(o

qq

(l,

o

c

(t,

L

c)

i5 E

(E

o

(o

q

(o

q

lC

o '6 N .d,

U)

oo oo qq

o

v(f)

@

f'- ir

oi

F.

$--F. (o

tt-(o

L

o

E3$

r=--0,E6

0)i'E

cs-o

(l)

J

.d,

a

@

F-q

TL

a (o

OU'

oo

P PE

6 dq

FE

E

H

E5

Effi

,flf iP

o)

c

o

([

c

G

E

o

at

o o

F

o -9

CL

E

ag

o

c o !,

E

o

CL

o

It

s

o

(,

o

Itl

a

c

(u

o

=L

o

L L

IIJ

r,

o

rt r.t

oo

c o

.q

o

o u a

F(O cf,(o

oq oq

c

G

o

= @o

qq

z

oo

tolo (f) fi)

o

U)

lot N@

o) c{

{

l.-@(o oo

L!

oo

o, cD

oo

zz

oo

(D A)

O)

c

o

G

c

(U

to n


(6)

o c o

{.)

=o =o fq

IIJ

L

o o o

I

o z

P8

orQ 9dL F

3E

Eo

o:

o;

so

|r)

L

o

o-f

ww NN

N

I'-L

o

=

o J

oo

o) o)

aa

o o c o

L

(t)

6

L

o

t

tU

ri

U)

(o@ oo

o o

c

c)

!

(,

6

c $

(l)

o) o)

oo (o(o

T' g

(U

N

.si,

a oc) oo qq

a,

It- !t

(o i-O

F-@

to

ro io

(f) (Y)

oo oci

r

L

o

p3E

r=e

-U,E6c)='E cr-o

o J

o) a

o o

c

TL

CD c\l (f)

ct)

o,

$ oo od,

H

HE

EE

E

H

E5

ES

,flH,iP

o

N

c

o o

c

o E

c)

(L c

(U

o

L

I

[rJ

d

U)

-N

(.)

|r)

oo

c

o o o

o

E

a

[) c\t

Or@

qq

c

o o

=

99

qry

z

@ro rf, lo

(f, (o

o

U)

ro$ F-(o o)N

$l-(o(o oc)

oo o, o,

oo

oo

aa

o

N c

N

G

c o Eo

(L

o o

F

o

-go.

E

G CI'

tr o Ec o

CL

o t,c

o o

.9

.E

a) IL =

o

L

o