Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau

MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA
PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK
SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS
PLANTATION, SIAK, RIAU

RENE UGROSENO
A24080085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

: MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN
PASCA PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis

guineensis

Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA

INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, SIAK,
RIAU
Nama

: RENE UGROSENO

NIM

: A24080085

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP. 19550109 198003 1 008

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr

NIP 19611101 198703 1003

Tanggal Lulus :

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau
Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Siak
Estate, Minamas Plantation, Siak, Riau
Rene Ugroseno1, Ade Wachjar2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract
The apprentice was conducted in Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Riau from February
until May 2012. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and
work experience in palm oil plantation. The main purposes were to learn the management of
harvesting and post harvest handling of oil palm to obtain a quality crude palm oil (CPO). Crop
density in Teluk Siak Estate tend to be rather low, so not much fruits can be harvested. The
percentage density of crop ranging from 12% until 19%. Flooding and losses fruits is still the cause

of the production is not optimal. The percentage of unripe fruit was 0% (standard 0%), under ripe
fruit was 4.02% (standard < 5%), ripe fruit was 95.98% (standard > 95%), and empty bunch was 0%
(standard 0%). Harvesting of unripe fruits will reduce oil extraction rate (OER) value, and over ripe
fruits will be increase to free fatty acid (FFA) value.
Keywords: oil palm, harvesting, post harvest handling, management

RINGKASAN

RENE UGROSENO. Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Teluk Siak Estate PT Aneka
Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh ADE
WACHJAR)
Tujuan kegiatan magang adalah untuk meningkatkan pengetahuan, melatih
keterampilan penulis dan memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun
kelapa sawit. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari
manajemen pemanenan yang baik untuk mendapatkan rendemen minyak yang
tinggi dengan kualitas yang baik. Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak
Estate, PT Aneka Intipersada Minamas Plantation, Riau mulai bulan Februari
hingga Mei 2012.
Selama magang, penulis melaksanakan seluruh pekerjaan teknis lapangan

dan pekerjaan manajerial pada seluruh level manajemen. Pekerjaan teknis
lapangan yang dilaksanakan meliputi pengendalian gulma di piringan,
pembongkaran tumbuhan pengganggu, leaf sampling unit, pemupukan, sensus
ulat api, perawatan jalan, peat leveling, dan pemanenan tandan buah segar (TBS).
Pekerjaan manajerial meliputi pekerjaan - pekerjaan yang dilakukan mandor dan
asisten divisi.
Sistem panen di Teluk Siak Estate menggunakan sistem block harvesting
system (BHS), yaitu sistem panen yang terkonsentrasi pada satu seksi panen setiap
hari. Sistem BHS didukung dengan metode hancak tetap dalam aplikasi
pemanenannya sehingga setiap hari para pemanen sudah memiliki hancak masingmasing. Seorang mandor panen setiap hari melakukan pemeriksaan angka
kerapatan panen pada areal yang akan dipanen besok untuk memperkirakan tonase
(taksasi panen) TBS yang akan diperoleh. Hasil taksasi tersebut akan menentukan
kebutuhan tenaga panen harian dan transportasi pengangkut TBS. Kebutuhan
tenaga pemanen secara kuantitas sudah terpenuhi, akan tetapi dari kualitas tenaga
pemanen perlu ditingkatkan.
Keberhasilan kebun dalam mengelola tanaman diukur dari produksi yang
dihasilkan. Selama bulan November - Maret 2012 Divisi III tidak dapat mencapai
budget produksi karena beberapa areal yang tergenang akibat curah hujan cukup

tinggi. Dalam upaya meningkatkan produksi TBS di Divisi III sedang membuat

pintu air sebagai sistem drainase pada lahan rendahan dan pembuatan pasar pikul
mekanis untuk mempermudah pemanen dalam melakukan kegiatan potong buah
dan pengangkutan TBS. Secara umum, rotasi divisi III masih normal dan
terkendali kecuali pada areal tergenang.
Kriteria matang panen merupakan parameter dalam menentukan tingkat
kematangan buah sehingga dapat diketahui kelayakan buah tersebut untuk
dipanen. Hasil pengamatan mutu buah yang dilakukan penulis menunjukkan
bahwa persentase mutu buah panen sudah sesuai dengan standar perusahaan tetapi
persentase tersebut masih belum sesuai dengan target Strategic Operating Unit
(SOU 16) PT Aneka Intipersada dengan standar lebih dari 97% buah matang.
Strategic operating unit (SOU 16) merupakan wadah diskusi yang dilakukan oleh
seluruh staf PT Aneka Intipersada dalam menentukan strategi dan target bulanan
dan tahunan untuk meningkatkan hasil produksi yang berkualitas. Pemeriksaan
kandungan oil extraction rate (OER), kernel extraction rate (KER), dan free fatty
acid (FFA) dilakukan di Teluk Siak Factory. Berdasarkan pengamatan pada
kegiatan sounding, FFA crude palm oil (CPO) yang diperoleh Teluk Siak Factory
sudah sesuai standar perusahaan.

MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA
PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK

SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS
PLANTATION, SIAK, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Rene Ugroseno
A24080085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Manajemen
Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau dapat
terselesaikan dengan baik.
Pemilihan aspek pemanenan kelapa sawit dilatarbelakangi oleh pentingnya
manajemen pemanenan yang akan berpengaruh terhadap perolehan mutu minyak
kelapa sawit yang akan dihasilkan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan kelulusan Program Sarjana Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah mengajarkan arti kehidupan hingga
penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana ini.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS yang tidak pernah letih membimbing dan
memberikan saran kepada penulis.
3. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS dan Ibu Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MS sebagai
dosen penguji tugas akhir penulis.
4. Bapak Dr Ir Winarso D Widodo, MS atas bimbingannya sebagai pembimbing
akademik penulis selama menjalani proses perkuliahan.
5. Bapak Ir H Syahril. AS, MBA sebagai senior manager Teluk Siak Estate
yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.
6. Senior assistant Divisi III TSE dan seluruh karyawan Teluk Siak Estate yang
telah membimbing dan membantu penulis selama proses kegiatan magang.

Penulis berharap bahwa skripsi ini bisa bermanfaat bagi seluruh pihak
terutama bagi perusahaan tempat magang dilaksanakan.

Bogor, November 2012

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang dilahirkan di Desa
Sukamandijaya Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, pada tanggal 9 Juli 1990.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 2 Sukamandi dan dilanjutkan
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama di SLTP N 1 Ciasem. Penulis adalah
lulusan dari SMA Negeri 1 Ciasem pada tahun 2008 dan berhasil masuk IPB di
Departemen Agronomi dan Hortikultura melalui jalur USMI. Selama menjalani
perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis tidak hanya aktif dalam bangku
perkuliahan melainkan aktif juga di dua organisasi dan di beberapa kepanitiaan
besar.
Pada tahun 2009 penulis mulai aktif di Organisasi Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan langsung menduduki posisi sebagai

Kepala Departemen Pertanian. Pada periode selanjutnya tahun 2010, penulis aktif
di Organisasi Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD). Selain itu, penulis
juga aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan seperti Gebyar Pertanian 2010,
Organik 46, Festa 32, dan Saung Tani 46. Dalam bidang sosial juga penulis
pernah ikut dalam kegiatan IPB Goes to Field untuk ikut membantu masyarakat
Gunung Merapi pasca erupsi. Pada pelaksanaan magang penulis pernah menjadi
panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) PT Aneka Intipersada.
Pada tahun 2012 penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa dari Minamas
Plantation.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

viii


DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

ix

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan..............................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit ..............................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ..........................................................
Morfologi Kelapa Sawit ..................................................................
Perkembangan Bunga – Buah Matang ............................................
Perkembangbiakan Kelapa Sawit ....................................................
Persiapan Panen ...............................................................................

Pengaruh Kematangan TBS terhadap Mutu CPO ...........................

3
3
3
4
5
6
7
7

METODE MAGANG .................................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Metode Pelaksanaan ........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...............................................
Analisis Data dan Informasi ............................................................

9
9
9
9
11

KEADAAN UMUM ...................................................................................
Letak Wilayah Administrasi ............................................................
Keadaan Iklim dan Tanah ...............................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ....................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi .....................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................

12
12
12
13
13
15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ..............................................
Pengendalian Gulma .......................................................................
Pemupukan ......................................................................................
Sensus Ulat Api ...............................................................................
Leaf Sampling Unit..........................................................................
Penunasan ........................................................................................
Pembuatan Pasar Pikul Mekanis .....................................................
Peat Leveling ...................................................................................
Pemanenan Kelapa Sawit ................................................................
Aspek Manajerial ............................................................................

17
17
19
23
25
27
29
30
31
45

PEMBAHASAN .........................................................................................
Manajemen Panen Teluk Siak Estate ..............................................
Optimalisasi Produksi .....................................................................
Kebutuhan Tenaga Pemanen ...........................................................
Kualitas Mutu Buah Panen ..............................................................
Kerapatan dan Rotasi Panen ............................................................

48
48
49
51
53
54

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran ................................................................................................

56
56
56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

57

LAMPIRAN ................................................................................................

59

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Standar Kualitas Kandungan CPO Bermutu yang Dipasarkan .......

7

2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar di Divisi III
Teluk Siak Estate .............................................................................

14

3. Produksi TBS di Teluk Siak Estate Tahun 2006-2011 ...................

14

4. Perbandingan Produksi, Jumlah Pemanen, Rotasi, dan Curah
Hujan di Bulan November – Maret 2012 ........................................

15

5. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Teluk Siak Estate .............

16

6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit di Divsi III
Teluk Siak Estate .............................................................................

22

7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit..............................

22

8. Penurunan Produksi Berdasarkan Tingkat Serangan Ulat Api .......

24

9. Simbol Penandaan Kegiatan Leaf Sampling Unit ...........................

26

10. Persentase Hasil Pengamatan Mutu Penunasan ..............................

28

11. Luas Areal Kebun Kelapa Sawit yang Tergenang di Divisi III ......

32

12. Hasil Pengamatan Kebutuhan Tenaga Pemanen Harian
di Divisi III Teluk Siak Estate .........................................................

33

13. Luas Seksi Panen di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan
Februari – Mei 2012 ........................................................................

34

14. Kriteria Mutu Buah di Teluk Siak Estate ........................................

36

15. Pengamatan Mutu Buah Pemanen ..................................................

37

16. Hasil Pemeriksaan Mutu CPO Bulan Maret 2012 di Teluk Siak
Factory.............................................................................................

37

17. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Tahun Tanam di Divisi III
Teluk Siak Estate pada Bulan Februari-Mei 2012 ..........................

38

18. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Jenis Tanah di Divisi III
pada Bulan Februari-Mei 2012. ......................................................

39

19. Hasil Pemeriksaan Mutu Hancak Pemanen Bulan Februari – Mei
2012 .................................................................................................

40

20. Perhitungan Premi Pemanen di Teluk Siak Estate Tahun 2012 ......

41

21. Potensi Bahaya dalam Pelaksanaan Panen Kelapa Sawit ...............

44

22. Persentase Pemakaian APD Panen Kelapa Sawit Bulan Februari Mei 2012. ........................................................................................

44

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III
Teluk Siak Estate.............................................................................

19

2. Pemupukan Manual Muriate of Photash (MOP) dengan Metode
Setengah Lingkaran di Divisi III Teluk Siak Estate........................

21

3. Beneficial Plant yang ditanam di Teluk Siak Estate .......................

24

4. Pengambilan Sampel Daun Leaf Sampling Unit .............................

26

5. Proses Pembuatan Pasar Pikul Mekanis ..........................................

30

6. Proses Pengeboran Gambut pada Kegiatan Peat Leveling
di Divisi III Teluk Siak Estate.........................................................

30

7. Proses Pengawasan Panen TBS di Divisi III Teluk Siak Estate .....

32

8. Beberapa Karakter TBS di Divisi III Teluk Siak Estate .................

36

9. Prasarana Jalan di Divisi III Teluk Siak Estate ...............................

43

10. Hasil Akhir Pembuatan Pasar Pikul Mekanis dan Silt Pit
di Divisi III Teluk Siak Estate .........................................................

50

11. Pintu Pengatur Air (Watergate) di Divisi III Teluk Siak Estate ...

51

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas
di Divisi III Teluk Siak Estate .........................................................

60

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor
di Divisi III Teluk Siak Estate .........................................................

61

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten
di Divisi III Teluk Siak Estate .........................................................

62

4. Peta Areal Teluk Siak Estate 2012 ...................................................

65

5. Curah Hujan di Teluk Siak Estate Tahun 2002-2012.......................

66

6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate..............................................

67

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia
dalam menghasilkan devisa bagi negara. Saat ini Indonesia menjadi penghasil
minyak kelapa sawit utama di dunia. Alam Indonesia yang beriklim tropis dan
wilayah yang mendukung merupakan potensi besar negara Indonesia sebagai
produsen kelapa sawit dunia. Kebutuhan minyak nabati pun dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan baik dari pasar domestik maupun pasar luar negeri.
Perkembangan ekspor minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun masih
menunjukkan peningkatan dan memberikan peluang bisnis yang cerah pada masa
yang akan datang. Pangsa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 21.1%
dari ekspor minyak sawit dunia (Abidin, 2008).
Banyak produk yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit.
Salah satu manfaat utama kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati atau yang
biasa disebut palm oil. Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam
yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan
pemerasan yang dikenal sebagai minyak kasar atau crude palm oil (CPO) dan
minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm
kernel oil (Lubis, 1992).
Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku yang digunakan untuk
kelompok industri antara dan kelompok industri hilir. Kelompok industri antara
merupakan industri yang mengolah minyak sawit menjadi bahan setengah jadi
seperti olein, stearin, oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines,
methyl ester, glycerol). Produk dari industri antara berupa bahan setengah jadi
dapat digunakan industri hilir minyak kelapa sawit untuk dibuat produk pangan
seperti mentega, sabun, lilin, dan terutama untuk produk minyak makan. Selain
itu, minyak kelapa sawit juga digunakan dalam produk non pangan untuk industri
baja, kawat, radio, tekstil, bahan perekat, industri farmasi dan kosmetik. Minyak
kelapa sawit juga mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku utama produksi bio-diesel (Departemen Perindustrian, 2007).

2
Produksi CPO Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pada tahun 2003 luas lahan sawit Indonesia
tercatat seluas 5.28 juta ha dengan total produksi CPO sekitar 17.3 juta ton. Pada
tahun 2008 terjadi peningkatan luas lahan menjadi 7.3 juta ha dengan produksi
CPO mencapai 19.40 juta ton. Besarnya produksi kelapa sawit sangat bergantung
pada berbagai faktor, diantaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim, dan teknologi
yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat
mencapai 20-25 ton/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit (Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan
budidaya kelapa sawit. Permasalahan dalam pengelolaan panen adalah tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit harus dipanen tepat waktu dengan tingkat
kematangan yang cukup dan harus segera dilakukan pengangkutan menuju pabrik.
Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak
yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan memperoleh kandungan minyak
yang maksimal, tetapi pemanenan buah terlalu matang akan meningkatkan asam
lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan
minyak akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya,
pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak,
walaupun ALBnya rendah (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 2008). Tandan buah segar yang berkualitas adalah sesuai dengan
kriteria panen dan TBS yang optimal secara kuantitas adalah tidak ada losses di
lapangan. Oleh karena itu, kegiatan panen dan penanganan pasca panen menjadi
titik kritis yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit. Titik kritis tersebut
menentukan hasil dan kualitas minyak kelapa sawit yang akan diperoleh.

Tujuan
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, melatih
keterampilan penulis dan memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun
kelapa sawit. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari
manajemen pemanenan dan penanganan pasca panen kelapa sawit yang baik
untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas yang baik.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit
Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik
mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke
konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan
tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan organisasi menurut
(Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang bersama-sama menjadi
suatu sistem, melalui suatu hierarkhi jabatan dan pembagian kerja untuk berusaha
mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen suatu perusahaan baik, tetapi
organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan tersebut tidak akan sukses.
Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen jelek, maka akan timbul mismanajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari sembilan unsur
manajemen, yang meliputi pengelolaan sumberdaya manusia, pengelolaan modal,
pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin, pengelolaan teknis
lapangan,

pengelolaan

peluang

pasar,

pengelolaan

waktu,

pengelolaan

sumberdaya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi (Risza,
2010).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27 0C dengan
suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah hujan
yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 1 250 – 3 000 mm dengan
penyebaran merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari tiga
bulan) dan curah hujan optimal berkisar 1 750 – 2 500 mm. Curah hujan kurang
dari 1 250 mm dan jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor
pembatas yang berat. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah enam jam
per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit berkisar 50 – 90% (Sugiyono et
al., 2003). Sinar matahari dapat mendorong pertumbuhan vegetatif, pembentukan
bunga, dan produksi buah. Berkurangnya penyinaran matahari akan mengurangi
proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex

4
ratio) yang berakibat berkurangnya jumlah bunga betina. Selain itu, kelapa sawit
yang kurang mendapatkan sinar matahari, pertumbuhannya akan tinggi, kurus,
dan lemah, serta produksi daunnya sedikit (Risza, 2010).
Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai
berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 – 8 %. Tekstur tanah
yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung liat berdebu, lempung berliat
dan lempung liat berpasir (Sugiyono et al., 2003).

Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil berakar serabut. Jika aerasi
cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam
tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m. Keadaan
akar tersebut bergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi
tanah. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung.
Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa
(Sastrosayono, 2003).
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga
menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda
(seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal
pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua
sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung
daun (Sunarko, 2007).
Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada tanaman kelapa sawit
terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Akan tetapi,
seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan
(hermaprodit). Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah
ketika bunga tersebut matang. Tandan bunga yang masak akan memiliki bau yang
khas. Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit
dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah
sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Bunga betina terletak dalam tandan

5
bunga yang muncul pada ketiak daun. Letak bunga betina dan bunga jantan pada
satu pohon terpisah dan matangnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa
sawit biasanya menyerbuk silang. Penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau
oleh serangga.
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Pada satu
buah terdapat susunan kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), cangkang
(endocarp), dan inti (kernel, endosperm). Lama proses pembentukan buah, dari
saat terjadi penyerbukan sampai matang, dipengaruhi oleh keadaan iklim. Selama
buah masih muda, yaitu umur 3-4 bulan, buah kelapa sawit masih berwarna ungu
(sesuai dengan varietasnya). Setelah itu, warna kulit buah berubah dari ungu
secara berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan (Setyamidjaja, 2006)
Perkembangan Bunga – Buah Matang
Tandan bunga terletak pada ketiak daun dan mulai muncul setelah tanaman
berumur satu tahun di lapangan. Karena pada ketiak daun terdapat potensi untuk
menghasilkan bakal bunga, maka semua faktor yang mempengaruhi pembentukan
daun juga akan mempengaruhi potensi bakal bunga serta dapat juga
mempengaruhi perkembangan bunga. Bakal bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan
sebelum bunga mekar (anthesis), sedangkan pemisahan bunga jantan dan betina
terjadi sekitar 14 bulan sebelum anthesis (Breure dan Menendez, 1990).
Penentuan jenis kelamin bunga merupakan proses penting dalam rasio seks kelapa
sawit. Semakin tinggi rasio seks maka semakin banyak bunga betina, sehingga
peluang untuk mendapatkan produktivitas tandan yang tinggi akan semakin besar.
Akan tetapi, masih terdapat permasalahan kerawanan aborsi bunga betina ketika
berkembang. Penyebab aborsi bunga betina adalah karbohidrat yang kurang untuk
perkembangan bunga, kurangnya ketersediaan air, dan pengurangan daun yang
terlalu banyak sehingga tanaman mengalami cekaman. Kerawanan aborsi bunga
biasanya terjadi pada lima bulan sebelum bunga mekar (Corley, 1976).
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2.5 tahun setelah ditanam
di lapang dan buahnya masak pada umur 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah
yang telah matang akan lepas dari tandannya yang disebut dengan membrondol.
Keadaan tersebut digunakan sebagai tanda kematangan buah. Tandan buah segar

6
(TBS) dipanen saat kematangan buah ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah
lepas/kg TBS untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg dan 2 brondolan untuk
tandan yang beratnya kurang dari 10 kg (Fauzi et al., 2007). Menurut Naibaho
(1998) apabila dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol
sehingga buah mulai lepas dari tandan.

Perkembangbiakan Kelapa Sawit
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Tanaman tersebut
memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi
menjadi Dura, Psifera, dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin
pengolah, tetapi biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak
pertandannya berkisar 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal
dari Kebun Raya Bogor (Setyamidjaja, 2006). Psifera buahnya tidak memiliki
cangkang tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera merupakan persilangan antara Dura dan Psifera. Jenis tersebut dianggap
bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis, tetapi bunga betinanya tetap fertil. Beberapa varietas Tenera
unggul memiliki persentase daging 90% dan kandungan minyak pertandannya
dapat mencapai 28 persen.
Selain bahan tanam berbentuk benih, dewasa ini bahan tanam kelapa sawit
dapat diperoleh dalam bentuk bibit atau klon hasil pembiakan secara kultur
jaringan. Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan
pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan
Psifera yang memiliki sifat-sifat unggul, yakni produksi tinggi, pertumbuhan
vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan
atau ortet adalah menghasilkan produksi 7-9 ton minyak sawit/ha/tahun,
kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%, bebas penyakit tajuk, dan tinggi
pohon berkisar antara 40-55 cm/tahun (Setyamidjaja, 2006).

7
Persiapan Panen
Panen merupakan kegiatan pemotongan TBS kelapa sawit yang meliputi
pemotongan TBS dari pohon hingga diangkut menuju tempat penampungan hasil
(TPH) dan pengangkutan TBS kelapa sawit dari TPH menuju loading ramp di
pabrik. Dalam melakukan kegiatan panen diperlukan persiapan yang baik,
meliputi penentuan kebutuhan tenaga kerja, penyediaan peralatan penunjang
panen, transportasi pengangkutan hasil panen, pengetahuan kerapatan panen, dan
persiapan sarana panen. Kebutuhan tenaga kerja panen dapat dipengaruhi oleh
keadaan topografi lahan, kerapatan panen, dan umur tanaman. Peralatan yang
digunakan oleh para pemanen terdiri atas egrek, dodos, gancu, dan angkong.
Selain itu, pemanen juga perlu dibekali dengan alat pelindung diri, seperti helm,
sepatu, dan sarung egrek. Pengoptimalan panen juga dipengaruhi dari persiapan
sarana panen yang meliputi pengerasan jalan, pembuatan titi panen, pembuatan
jalan pikul, dan pembuatan tempat penampungan hasil (Fadli et al., 2006).

Pengaruh Kematangan TBS terhadap Mutu CPO
Indikator kualitas dalam menilai keunggulan crude palm oil (CPO) adalah
kandungan asam lemak bebas (ALB) di dalam minyak kelapa sawit. Selain ALB,
spesifikasi mutu minyak kelapa sawit agar dapat dipasarkan tercantum pada Tabel
1.
Tabel 1. Standar Kualitas Kandungan CPO Bermutu yang Dipasarkan
Parameter
Asam lemak bebas
Air
Kotoran
Bilangan peroksida (mek/kg)
Bilangan anisidine (mek/kg)
Deteoration of bleach ability index (DOBI)
Bilangan Iod
Fe (ppm)
Cu (ppm)

Standar (%)
≤3
≤ 0.1
≤ 0.02
≤ 5.0
≤ 5.0
≥ 2.5
≥ 51
≤5
≤ 0.3

Sumber : Naibaho (1998)

Tandan buah segar mampu menghasilkan CPO dengan asam lemak bebas
normal bila dipanen dengan keadaan tepat matang, tidak busuk atau terlalu

8
matang. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan
kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah. Menurut Djohar et al. (2004)
penyebab lain yang dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, adalah
suhu, waktu penyimpanan yang panjang, benturan atau buah yang luka, dan buah
yang sudah busuk. Setiap kenaikan satu persen buah busuk akan meningkatkan
0.064% asam lemak bebas. Hal tersebut dinyatakan dalam hubungan persamaan
linear sederhana (FFA = 2.605 + 0.064 × % buah busuk). Buah sawit yang busuk
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu panen yang terlambat sehingga buah busuk
di pohon dan buah sudah dipanen tetapi tidak terangkut ke pabrik sehingga
menginap di kebun (restan) dengan waktu lebih dari semalam. Selain di Kebun,
kenaikan asam lemak bebas juga dapat terjadi di pabrik akibat tandan buah segar
tidak segera dilakukan pengolahan. Minyak kelapa mengandung banyak enzim
lipase aktif yang dapat merusak minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol
ketika struktur sel pada buah rusak. Di dalam buah minyak dilindungi dari enzim
lipase di vakuola. Pengaruh suhu rendah dan penanganan teknis dapat
memecahkan vakoula (Hartley, 1977). Enzim dapat dihentikan dengan cara
pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Pada umumnya, enzim
tidak aktif lagi pada suhu 50 0C sehingga perebusan pada suhu 120 0C akan
menghentikan kegiatan enzim (Naibaho, 1998).

9

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Teluk Siak Estate, PT Aneka
Intipersada, Minamas Plantation, yang terletak di Kecamatan Tualang, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau, selama tiga bulan mulai dari bulan Februari sampai Mei
2012.

Metode Pelaksanaan
Metode yang dilakukan pada kegiatan magang adalah melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, baik aspek teknis di
lapangan maupun aspek manajemen di tingkat divisi. Selama melakukan magang
penulis melakukan pekerjaan dengan jenjang jabatan mulai dari karyawan harian
lepas (KHL) selama tiga minggu, kemudian sebagai pendamping mandor selama
tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten selama enam minggu.
Kegiatan

teknis

yang

dilakukan

meliputi

penyemprotan

piringan,

pembongkaran tumbuhan pengganggu, leaf sampling unit, pemupukan, sensus
ulat api, perawatan jalan, peat leveling, dan pemanenan. Sedangkan kegiatan
manajemen yang dilakukan penulis meliputi menjadi panitia persiapan Indonesian
Sustainable Palm Oil (ISPO), mengikuti rapat bulanan Strategic Operating Unit
(SOU 16), mengikuti kegiatan sounding di Teluk Siak Factory, melakukan
perencanaan kerja harian dan bulanan, mempelajari manajerial tingkat divisi, dan
membuat laporan harian asisten. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis
tercantum pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan secara langsung
melalui pengamatan di lapangan, wawancara atau diskusi dengan staf dan
karyawan kebun. Aspek yang diamati di lapangan dipusatkan pada kegiatan
panen, meliputi persiapan panen, pelaksanaan panen dan pasca panen. Persiapan

10
panen yang diamati meliputi sistem panen, kebutuhan jumlah tenaga kerja panen,
angka kerapatan panen (AKP), dan ketersediaan sarana dan prasarana panen.
Pelaksanaan panen yang diamati meliputi proses kegiatan panen, penggunaan alat
pelindung diri (APD) oleh pemanen dan kriteria matang panen yang diperoleh
pemanen. Sedangkan pasca panen yang diamati meliputi pemeriksaan kualitas
mutu hancak panen pemanen. Berikut rincian pengumpulan data primer yang
dilakukan oleh penulis:
1. Kebutuhan Tenaga Kerja Pemanen
Kebutuhan tenaga kerja pemanen dilakukan melalui pengamatan langsung di
lapangan, wawancara dengan mandor dan asisten kebun serta mengumpulkan
data jumlah absensi tenaga pemanen di lokasi.
2. Angka Kerapatan Panen
Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan pada tanaman dengan dua
tahun tanam yang berbeda dan dua jens tanah yang berbeda. Setiap blok
panen diamati sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan diambil tanaman
contoh sebesar 5% dari jumlah populasi tiap blok. Perbandingan angka
kerapatan panen diuji dengan uji t-student pada taraf 5 persen.
3. Pengamatan Mutu Buah Panen
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati terhadap tiga orang pemanen
dari tiga kemandoran terhadap mutu buah yang dihasilkan pemanen dan
disesuaikan dengan standar kriteria matang panen perusahaan.
4. Penggunaan APD Pemanen
Pengamatan dilakukan dengan mengamati kelengkapan pemakaian alat
pelindung diri seluruh pemanen dari tiga kemandoran. Wawancara terhadap
mandor dan asisten kebun terkait keselamatan para pekerja.
5. Pengamatan Mutu Hancak Pemanen
Pengamatan dilakukan dengan mengamati

tiga pemanen di setiap

kemandoran dan diamati hancak yang dipanen kemarin, berupa harvesting
bunch (HB), unharvesting bunch (UHB), dan losses fruits (LF), dan
penunasannya. Jumlah pohon yang diambil adalah sebanyak 40 pohon dengan
tiga ulangan.

11
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif
dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan perhitungan statistik
sederhana dengan menggunakan uji t-student dalam membandingkan setiap
pengamatan, regresi, dan korelasi.

12

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif
Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa
Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep
pengembangan perkebunan yang diterapkan dikenal dengan sebutan High
Conservation Value (HCV). Konsep pengembangan HCV mengintegrasikan
pemantauan areal dengan isu konservasi lingkungan, sosial dan budaya dalam
suatu unit pengelolaan perusahaan kelapa sawit sesuai prinsip Routable
Sustainable Palm Oil (RSPO) yang telah dimiliki oleh PT Aneka Intipersada.
PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan perusahaan yang memiliki tiga
estate dan satu pabrik kelapa sawit. Ketiga estate tersebut adalah Teluk Siak
Estate, Pinang Sebatang Estate dan Aneka Persada Estate. Sedangkan pabrik
kelapa sawit bernama Teluk Siak Factory. Garis lintang PT Aneka Intipersada
Teluk Siak Estate terletak pada 01052’30”-02004’25” LS dan 103019’46”103027’57” BT. Wilayah Teluk Siak Estate berbatasan dengan Pinang Sebatang
Estate yang masih dalam satu PT Aneka Intipersada (PT AIP), sebelah timur
berbatasan dengan Aneka Persada Estate (PT AIP), di bagian utara berbatasan
dengan Desa Gasip sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Surya Dumai
Group. Peta areal administratif Teluk Siak Estate terlampir pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2002-2012 Teluk Siak
Estate memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 185 mm/tahun dengan hari hujan
134 hari/tahun. Jumlah rata-rata bulan kering sebanyak 1 bulan/tahun dan bulan
basah 10 bulan/tahun pada 10 tahun terakhir. Berdasarkan klasifikasi SchmidthFerguson, Teluk Siak Estate termasuk tipe iklim A, yaitu tipe daerah sangat basah
dengan rata-rata 11 bulan basah per tahun. Data curah hujan selengkapnya
terlampir pada Lampiran 5. Pada saat penulis melakukan magang tidak diperoleh
data kelembaban udara dan suhu rata-rata harian.

13
Keadaan topografi di Teluk Siak Estate bervariasi, mulai dari keadaan datar
hingga keadaan curam. Jenis tanah mineral yang terdapat di Teluk Siak Estate
adalah Ultisol yang berasal dari bahan induk aluvial dengan tekstur liat berpasir
(sandy clay). Tanah mineral yang terdapat di Teluk Siak Estate seluas 2 080.6 ha
atau 73.77% dari luas areal yang dibudidayakan. Teluk Siak Estate juga memiliki
jenis tanah gambut. Jumlah luas lahan gambut yang dimiliki Teluk Siak Estate
adalah sekitar 739.60 ha atau 25.69% dari luas areal budidaya dengan tingkat
kematangan hemik hingga safrik.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas Teluk Siak Estate sekitar 3 321.20 ha yang terbagi dalam tiga divisi.
Total luas areal yang ditanami adalah seluas 2 879.20 ha dengan luas areal
tanaman menghasilkan (TM) sebesar 2 820.20 ha dan luas areal tanaman belum
menghasilkan (TBM) sebesar 59 ha. Luas areal prasarana meliputi emplasment,
jalan, jembatan dan parit adalah 216.88 ha. Teluk Siak Factory yang berlokasi di
kawasan Teluk Siak Estate memiliki areal seluas 20.9 ha. Selain itu, terdapat
lahan okupasi seluas 204.22 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Teluk Siak Estate ditanam mulai tahun 1994
hingga tahun 2004. Varietas yang ditanam adalah varietas Marihat, Socfindo dan
Guthrie. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate memiliki dua
tipe buah berdasarkan warna buah, yaitu nigrescens dan virescens. Tipe
nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda
dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah
virescens memiliki ciri berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah menjadi
jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap berwarna kehijau-hijauan ketika matang.
Jarak tanam yang digunakan berukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan
standar populasi pohon per hektar 136 pohon/ha. Pada kenyataannya di lapangan
jumlah pohon per hektar tidak sesuai dengan standar karena terdapat pohon yang
ditumbang untuk pembuatan emplasment, bentuk topografi lahan, luasan dalam
satu blok, adanya pohon ganda, dan pohon yang sengaja ditumbangkan karena

14
kelainan genetik dan tidak dapat menghasilkan buah. Populasi tanaman di
lapangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar di Divisi III Teluk Siak
Estate
Blok
I016
I017
I018
I019
I020
I021
G016
H017
H018
H019
H020
J022
J023
Jumlah
Rata-rata

Luas Areal
(ha)
49.34
87.96
98.86
78.05
85.04
109.15
69.87
74.55
76.67
72.12
51.42
35.43
46.12
934.57

Jumlah Pohon
(pohon)
6 267
11 802
13 079
10 336
11 176
14 055
8 921
9 948
9 957
9 152
6 647
4 396
6 317
112 105

Populasi per Hektar
(pohon/ha)
127
134
132
132
131
129
128
130
130
127
129
124
137
120

Sumber: Data Sensus Tanaman Kelapa Sawit Teluk Siak Estate (2011-2012)

Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit merupakan komponen
utama dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit. keberhasilan suatu kebun dalam
mengelola usahanya akan terlihat dari pencapaian produksi yang diperolehnya.
Setiap divisi per bulannya memiliki target produksi yang harus dicapai. Jumlah
produksi yang didapatkan oleh Teluk Siak Estate disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi TBS di Teluk Siak Estate Tahun 2006-2011
Tahun
Tanam
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2003
2004
Jumlah

Produksi
2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011
..................................(ton/tahun).......................................
11 134.8
12 465.9
11 907.7
10 902.2
12 000.8
1 405.0
1 559.9
1 300.3
1 193.4
1 521.2
15 211.5
16 425.5
15 042.5
15 153.9
18 646.2
7 330.1
8 124.6
7 695.0
7 654.0
9 181.6
9 259.7
10 519.7
8 851.0
8 484.6
11 604.6
915.3
933.4
831.1
804.3
1 576.9
451.7
611.8
527.1
503.0
633.4
1 124.2
1 337.0
1 245.5
1 248.5
1 848.4
794.2
890.7
1 339.2
900.6
1 595.5
147.6
251.9
238.7
365.9
577.7
47 774.1
53 120.4
48 978.1
47 210.4
59 186.3

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

15
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa produksi bersifat fluktuatif. Produksi
yang berfluktuatif tersebut dapat disebabkan oleh kondisi areal, iklim,
pemupukan, dan ketersediaan tenaga kerja.
Apabila dilihat pada bulan November-Maret 2012, produksi di Divisi III
Teluk Siak Estate tidak mencapai target produksi dan cenderung mengalami
penurunan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tenaga pemanen yang tidak dapat
memasuki hancak panen akibat banjir ketika curah hujan tinggi. Hasil produksi di
Divisi III bulan November – Maret 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Produksi, Jumlah Pemanen, Rotasi dan Curah Hujan
di Bulan November – Maret 2012
Bulan

November
Desember
Januari
Februari
Maret
Keterangan
Sumber

Produksi

Luas
TM
(ha)
934.57
934.57
934.57
934.57
934.57

Aktual Budget
........(ton)........
1 459
1 589
1 405
1 450
1 199
1 445
1 002
1 391
1 163
1 442

Jumlah Pemanen
Aktual Budget
........(orang).......
1 086
1 285
1 040
1 173
964
1 169
744
1 125
833
1 166

Rotasi
(kali/bulan)
3.51
3.75
4.00
4.17
4.77

Curah
Hujan
HH MM
19
20
6
15
14

292
286
100
154
208

: HH = Hari Hujan ; MM = milimeter
: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada
merupakan salah satu anak perusahaan dari unit usaha Minamas Plantation, Sime
Darby. Karyawan di Teluk Siak Estate terbagi menjadi dua, yaitu karyawan staf
dan karyawan non staf. Staf terdiri dari Estate manager, senior asisten (asisten
kepala), asisten divisi dan kelapa tata usaha. Karyawan tingkat non staf adalah tim
supervisi, meliputi mandor I, mandor panen, mandor perawatan, krani divisi dan
krani cek sawit. Sistem manajemen ditingkat divisi dipimpin oleh seorang asisten
divisi dan dibantu oleh seorang mandor I dan seorang krani divisi.
Estate manager bertugas memimpin, mengelola, dan mengendalikan seluruh
kegiatan operasional kebun untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan
mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Seluruh kegiatan di setiap divisi
harus diketahui dan disetujui oleh estate manager. Asisten divisi bertugas dan

16
bertanggung jawab kepada estate manager dalam pemeliharaan tanaman kelapa
sawit untuk mencapai budget produksi dan bertanggung jawab atas kehidupan
sosial masyarakat di divisinya.
Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah
karyawan staf di Teluk Siak Estate adalah 4 orang dan karyawan non staf
berjumlah 490 orang sampai bulan April 2012. Indeks tenaga kerja (ITK) di Teluk
Siak Estate sekitar 0.15. Hal tersebut masih belum memenuhi tingkat standar
tenaga kerja karena standar (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit berkisar antara
0.2 hingga 0.4. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf di Teluk Siak Estate
Tingkatan Karyawan
Karyawan Staf
Estate Manager
Senior Asisten
KTU
Asisten Divisi
Karyawan non Staf
SKU-B Kantor
SKU-B Traksi
SKU-B Divisi
SKU-B Keamanan
SKU- Harian
Jumlah Total
Indeks Tenaga Kerja
Standar ITK
Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Esate (2012)

Jumlah
(orang)
1
1
1
1
13
24
42
10
401
494
0.15
0.2-0.4

17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pencapaian produksi yang optimal dalam usaha budidaya kelapa sawit
diperlukan adanya suatu pengelolaan dalam merawat dan menjaga tanaman kelapa
sawit agar tumbuh secara normal. Dalam kegiatan magang ini penulis melakukan
kegiatan pengelolaan teknis budidaya kelapa sawit di lapangan seperti
pengendalian gulma, pemupukan, sensus ulat api, penunasan, leaf sampling unit,
pembuatan pasar pikul mekanis, peat leveling, dan pemanenan. Aspek manajerial
yang dilakukan penulis untuk dapat mengarahkan penulis mempelajari dan
menganalisis pengelolaan sumber daya manusia, material, metode, waktu, dan
informasi secara efisien. Berikut adalah aspek teknis dan aspek manajerial yang
dilakukan penulis selama kegiatan magang.

Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman dan
dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara dengan
tanaman yang dibudidayakan. Kompetisi tersebut dapat mengurangi hasil
produksi tanaman. Kegiatan pengendalian gulma dapat mempermudah kegiatan
pemeliharaan

lainnya,

yaitu

pemupukan,

pengendalian

hama

penyakit,

pengawasan panen, dan pengangkutan tandan buah segar ke tempat penampungan
hasil. Metode pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan dengan cara
manual dan kimia.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang
dan cangkul dodos (cados) untuk membersihkan gulma merambat dan
mendongkel gulma berkayu. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan
pembongkaran tumbuhan pengganggu di sekitar gawangan dan piringan. Setiap
pekerja diwajibkan memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan perusahaan,
yaitu sebesar 0.5 ha/HK yang dikerjakan mulai pukul 7.00 hingga pukul 14.00
WIB, sedangkan pada hari Jum’at pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga
pukul 12.00 WIB. Jenis gulma yang perlu dibersihkan meliputi alang-alang
(Imperata cylindrica), gulma berkayu yaitu Chromolaena odorata, Melastoma
malabathricum, dan Lantana camara. Selain itu terdapat paku-pakuan dan

18
kentosan yang perlu dikendalikan. Beberapa jenis paku-pakuan yang terdapat di
lahan kelapa sawit adalah pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), pakis udang
(Stenochlaena palustris), paku kembang (Lygodium flexuosum), Adiantum
tetraphyllum, dan Pteridium esculentum. Rotasi pengendalian gulma cara manual
dilakukan setiap enam bulan pada blok yang sama.
Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate menggunakan block
spraying system (BSS). Sistem tersebut merupakan penyemprotan gulma dengan
herbisida yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang
lebih baik dan pengawasan yang lebih efektif. Teluk Siak Estate memiliki satu
kelompok BSS yang bertugas untuk tiga divisi. Kelompok tersebut dilengkapi
dengan satu unit mobil semprot dengan dua tangki air, alat semprot lengkap, dan
alat pelindung diri (APD). Kelompok BSS terdiri atas seorang mandor semprot
rayon, seorang sopir, seorang kenek, dan anggota semprot. Setiap divisi
memperoleh jatah waktu 10 hari setiap bulan untuk melakukan kegiatan
penyemprotan di divisinya.
Sistem pengendalian gulma secara kimia terdiri atas kegiatan penyemprotan
piringan

dan

penyemprotan

gawangan.

Kegiatan

penyemprotan

harus

mempertimbangkan kondisi cuaca karena apabila berpotensi hujan maka kegiatan
penyemprotan harus dibatalkan. Hal tersebut untuk menghindari tercucinya
herbisida oleh air hujan yang berakibat t