Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau.

(1)

PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,

SIAK, RIAU

RUDY RYANTO

A24080153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG

ESTATE,PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, MAREDAN, RIAU

Management Fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Pinang Sebatang Estate, PT.Aneka Intipersada,PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau

Rudy Ryanto1 dan Ahmad Junaedi2

1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract

The internships was conducted in Pinang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation within 3 months commencing on February 13, 2012 until May 13, 2012. Internship activities include all activities undertaken in the field consisted of technical aspects and managerial aspects, both in the field and in the office. Technical aspects were follow and implement the prosess of fertilization from the start of repackage fertilizer stage in storage until sowing fertilizer, the process of harvesting fresh fruit bunches (FFB) in the field until the sorting process at the mill, field maintenance processes like weeds control with herbicide applications and planting host plants for predator (beneficial plant). The author had the opportunity to follow the seeding process starts from the preparation area nurseries, sorting seeds to planting seeds into the baby bag. The author also perform managerial aspects such as helping krani division to entry the data all the work in Division IV PSE with applications on line using the System, Application and Products (SAP), assist staff in the preparation of auditor training Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), follow and assist the organization of supervision before leaving for work in the morning meeting. Based on the observation, generally, implementation of fertilization has been going according to Standard Operational Procedure (SOP) and has fulfilled the accuracy of fertilization.


(3)

RUDY RYANTO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI).

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya.

Kegiatan magang ini dilakukan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation dalam waktu 3 bulan terhitung mulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang mencakup kegiatan aspek teknis dan manajerial, baik di lapangan maupun di kantor. Aspek teknis yang penulis lakukan antara lain mengikuti dan melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di lapangan hingga proses penyortiran di pabrik, proses pemeliharaan lapangan seperti pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida dan menanam tanaman inang untuk predator (tumbuhan yang bermanfaat). Penulis memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan pembibitan mulai dari tahap seleksi bibit hingga penanaman bibit di baby bag.

Penulis juga melakukan aspek manajerial seperti membantu krani divisi memasukkan data semua pekerjaan di Divisi IV PSE secara on line menggunakan aplikasi System, Application and Product (SAP), membantu staf dalam persiapan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Penulis membantu Asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan seluruh arsip yang diminta oleh pihak auditor.

Penulis mengamati manajemen pemupukan di PSE dan membandingkan pengorganisasiannya dengan Gunung Sari Estate (GSE). Berdasarkan data di GSE didapatkan hasil dalam jarak tempuh 603 m maka penabur dapat menabur 128


(4)

(BMS) di PSE dapat digolongkan tidak efisien karena seorang penabur harus mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan karyawan penabur pupuk di GSE.

Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, dosis, cara, dan waktu aplikasi. Kebun PSE menggunakan pupuk tunggal seperti Urea, MOP dan RP. Penggunaan pupuk tunggal merupakan keputusan yang tepat karena lebih efisien dari segi ekonomi. Pada pengamatan tepat dosis kebun PSE sudah tergolong tepat dosis karena penggunaan sistem untilan yang dapat mengontrol ketepatan dosis, namun perlu diadakan penyesuaian takaran untilan untuk pemupukan yang lebih efisien. Cara penaburan pupuk di kebun PSE pada awalnya kurang tepat dimana penaburan pupuk tidak mencapai daerah belakang pokok sedangkan akar aktif juga terdapat disana. Pengarahan oleh penulis mampu meningkatkan ketepatan cara penaburan pupuk namun prestasi kerja menurun. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki sistem kerja penaburan pupuk di PSE. Pemupukan di PSE masih belum memenuhi kriteria tepat waktu dimana pada semester 2 pemupukan MOP dilakukan 2 kali karena pupuk MOP semester 1 belum diaplikasi. Kriteria tepat waktu menjadi penting karena terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Keterlambatan pemupukan dapat terjadi antara lain karena keterlambatan datangnya pupuk dan curah hujan yang tinggi di bulan Oktober hingga Desember.

Penulis juga melakukan pengamatan terhadap aplikasi pupuk organik. Pengaplikasian janjang kosong di PSE mampu meningkatkan total produksi per ha setiap blok. Meningkatnya sumber unsur hara pada setiap pokok belum diikuti dengan penurunan dosis aplikasi sehingga biaya pemeliharaan per satuan luas lahan bertambah tinggi.


(5)

PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,

SIAK, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RUDY RYANTO

A24080153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(6)

ESTATE

,

PT. ANEKA INTIPERSADA,

PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU

Nama

: RUDY RYANTO

NIM

: A24080153

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003


(7)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1990. Penulis merupkan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Baeni dan ibu Triyatmi. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 04 Kalisari, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 179 Jakarta. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 39 Jakarta. Penulis kemudian diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.

Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan sebagai wakil ketua umum Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2009/2010 dan kemudian menjadi ketua umum Himagron pada tahun 2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia pada tahun 2009 – 2011. Pada kegiatan akademik penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi (AGH 200) dan Manajemen Air dan Hara Tanaman (AGH 322) pada tahun 2011.

Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik sejak tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan beasiswa dari perusahaan Minamas Plantation, Sime Darby Group.


(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Triyatmi dan Bapak Baeni serta keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama menjalankan studi di IPB.

2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menimba ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr.Ir. Sudradjat, MS dan Dr.Ir. Hariyadi, MS, selaku dosen penguji, atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Saudara Topan dan Aris, Bapak Supriadi, Egianta, Waldi, Bayu, Rahmat serta seluruh karyawan Pinang Sebatang Estate yang telah membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung.

5. Minamas Plantation atas segala dukungan untuk pengembangan diri penulis.

6. Keluarga HATORI : Shely, Iput, Taufiq, Pungki, Pandu, Hafizh serta Keluarga NIU : Salman, Andi, Priyo, Mitha, Nita, Shella, Widya, Ucha, Nadia serta Jundana yang telah mengisi hari-hari penulis.

7. Kawan-kawan mahasiswa Agronomi IPB maupun Indonesia yang telah banyak bertukar pikiran dengan penulis.

Bogor, September 2012 Penulis


(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Pemupukan ... 4

Konsep Empat Tepat ... 6

METODE MAGANG ... 8

Tempat dan Waktu ... 8

Metode Pelaksanaan ... 8

Pengumpulan Data dan Informasi ... 9

Analisis Data dan Informasi ... 10

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 11

Letak Geografis dan Administratif ... 11

Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan ... 11

Keadaan Tanah dan Iklim ... 12

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 14

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 17

Aspek Teknis ... 17

Aspek Manajerial ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

Pengorganisasian Pemupukan ... 45

Efektivitas Pemupukan... 47

Defisiensi Unsur Hara Tanaman ... 54

Aplikasi Pupuk Organik ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58


(10)

(11)

Nomor Halaman

1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar ... 5

2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate.. ... 12

3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate ... 14

4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate. ... 14

5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi ... 19

6. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk MOP. ... 49

7. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk Urea ... 51

8. Perbandingan Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Pupuk Tersedia per Pasar dengan Bobot Untilan yang Berbeda. ... 51

9. Pengamatan Prestasi Kerja Sebelum dan Setelah Pengarahan Penulis 52

10. Curah Hujan Juli 2011 – Januari 2012. ... 53

11. Waktu Kedatangan Pupuk, Waktu Aplikasi Rekomendasi serta Waktu Realisasi Pemupukan ... 54

12. Pengamatan Visual Defisiensi Hara. ... 54


(12)

Nomor Halaman

1. Suasana Antrian Pagi Supervisi Panen terhadap Karyawan Panen ... 17

2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan ... 25

3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan Mandoran B ... 29

4. Rumah Blok Spraying System ... 30

5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu ... 31

6. Beneficial Plant ... 32

7. Proses Pembibitan ... 33

8. Pengambilan Leaf Sampling Unit ... 35

9. Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk Pinang Sebatang Estate. ... 38

10. (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk , (c) Pemuatan Pupuk ... 39

11. (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk ... 40

12. Area Buffer Zone ... 41

13. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Gunung Sari Estate ... 45

14. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Pinang Sebatang Estate. ... 46


(13)

Nomor Halaman 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka

Intipersada, PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau. ... 61

2. Peta Areal Statement Kebun Pinang Sebatang... 66

3. Curah Hujan di Pinang Sebatang Estate tahun 2002 – 2011. ... 67

4.Struktur Organisasi di Pinang Sebatang Estate. ... 68

5. Jumlah Karyawan Staf dan non Staf. ... 69

6. Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun 2005-2011 di Pinang Sebatang Estate. ... 70


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi minyak nabati dunia pada tahun 1981 mencapai 41 895 000 metrik ton, di antaranya 5 185 000 metrik ton (12.5%) berasal dari minyak sawit dan minyak inti sawit (Setyamidjaja, 2006). Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Ditjenbun, 2010).

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia tidak lagi mengandalkan perluasan lahan karena lahan-lahan kelas S1 untuk kelapa sawit sudah dioptimalkan. Peningkatan produktivitas menjadi alternatif cara untuk mengembangkan produksi kelapa sawit Indonesia. Produktivitas kelapa sawit Indonesia dapat dioptimalkan dengan cara memperbaiki cara pemeliharaan kelapa sawit (Depkominfo, 2010).

Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi masam sampai agak masam. Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisiknya umumnya cukup baik (Poeloengan

et al., 2003). Pemupukan secara berkesinambungan menjadi satu keharusan utuk mendukung produktivitas tanaman yang cukup tinggi mengingat kelapa sawit tergolong tanaman yang sangat konsumtif terhadap unsur hara. Tercapainya produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003).

Pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Winarna et al., 2003). Perkembangan teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit sangat pesat. Perkembangan teknologi tersebut dapat terlihat dari beragamnya jenis atau tipe pupuk, usaha perbaikan metode penetapan dosis pupuk, pemilihan metode pemupukan yang tepat, dan penentuan waktu dan frekuensi dalam aplikasi pupuk


(15)

(Winarna et al., 2003). Manajemen pemupukan yang menerapkan berbagai teknologi pemupukan diharapkan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit dengan memahami dan menghayati proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit secara nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang ini adalah untuk mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang terdapat di Pinang Sebatang Estate, PT. Minamas Plantation, Riau.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies-spesies liar yang ada di Amerika diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman prasejarah (Pahan, 2006).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Areraceae

Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E. gueneensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi 15 - 18 m. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon kelapa sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat 40 – 50 pelepah daun (Setyamidjaja, 2006).


(17)

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan di atas 2 000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai kolerasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik). Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono, 2003).

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan an organik. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh daun dan tanah bertujuan untuk memperoleh data tentang kandungan unsur-unsur hara dalam daun dan tanah melalui analisis laboratorium. Pengambilan contoh daun harus mewakili kondisi hara tanaman dalam satu leaf sampling unit (LSU). Menurut Sutarta et al. (2003) pohon-pohon yang akan digunakan sebagai pohon contoh harus memiliki berbagai persyaratan antara lain :

1. Pohon-pohon contoh adalah pohon-pohon normal, pohon sakit dihindarkan dan sebagai gantinya dipilih pohon berikutnya,

2. Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan parit dihindarkan, sebagai gantinya pilih 3 pohon berikutnya,


(18)

4. Pohon contoh terpilih diberi tanda dengan menggunakan cat pada batangnya

Sebaran pohon contoh harus disesuaikan dengan luas satu LSU. Penentuan pohon contoh dengan sistem tersebar dapat disusun dengan interval pemilihan pohon yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Luas

(ha)

Jumlah Pohon

Jumlah Pohon Contoh Cara penentuan pohon

Pohon %

5 7 15 28 4 setiap 5 pohon selang 5 baris

10 1 430 29 2 setiap 5 pohon selang 10 baris 15 2 135 30 1.43 setiap 5 pohon selang 10 baris 20 2 860 28 1 setiap 10 pohon selang 10 baris 25 3 575 29 0.83 setiap 10 pohon selang 12 baris 30 5 290 30 0.59 setiap 10 pohon selang 15 baris 35 6 000 31 0.5 setiap 10 pohon selang 16 baris Sumber : Buku Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (Sutarta, 2003)

Pengambilan contoh daun harus menggambarkan keadaan unsur hara pohon sawit. Menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling sesuai. Jika karena suatu keadaan daun ke 17 rusak pada suatu tanaman maka diambil daun ke 9 pada seluruh pohon contoh dalam LSU tersebut. Dari daun contoh diambil sebanyak 8 sampai 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah kiri dan 4 atau 6 buah dari sebelah kanan). Anak daun yang diambil adalah bagian tengah 10-20 cm lalu dibersihkan dengan kapas atau kain yang sudah dicelupkan ke dalam aquadest. Tulang anak daun/lidi dibuang (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh tanah kesuburan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara dalam tanah pada lapis olah (berkisar 0-20 cm) untuk mendukung penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit. Contoh tanah untuk kesuburan tersebut diambil dari dalam dan luar piringan tanaman kelapa sawit. Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar pohon Leaf Sampling Unit (LSU). Jumlah contoh tanah mencakup sekitar 25-50% dari jumlah LSU. Menurut Sutarta

et al. (2003) contoh tanah diambil dari setiap tahun yang sama, jika tahun sama : a. Diambil satu contoh tanah untuk setiap tahun tanam

b. Satu contoh tanah diambil gabungan beberapa tahun tanam yang umurnya tidak jauh berbeda.


(19)

Konsep Empat Tepat

Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi (Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS).

Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan dari segi teknis dan ekonomis. Menurut Poeloengan et al. (2003), beberapa dasar pertimbangan dalam penentuan jenis pupuk antara lain umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga pupuk. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah serta dimana pupuk akan diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan.

Dosis didapat dari hasil analisis daun dan tanah. Pengambilan sampel daun biasanya pada daun ke-17 karena daun ke-17 merupakan daun paling peka yang menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K (Chapman dan Gray, 1949). Kebutuhan tanaman terhadap pupuk berbeda-beda tiap umur tanaman. Tanaman muda umumnya lebih responsif terhadap pemupukan bila dibandingkan tanaman tua. Menurut Lubis (1992), kebutuhan tanaman akan pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) lebih besar dibandingkan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) karena sebagian besar energi pada TM digunakan untuk generatif sedangkan pada TBM digunakan untuk pertumbuhan.

Hakim (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pemupukan yang biasa digunakan:

a) Suface application (Top dressing; broadcast atau disebar di atas tanah langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi sedikit)


(20)

Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan. Selain itu juga ditentukan oleh sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara. Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 1 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).


(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Riau. Magang dilaksanakan selama tiga bulan dimulai tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan mengikuti kegiatan praktek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Jurnal kegiatan magang disajikan pada Lampiran 1. Aspek teknis yang penulis lakukan selama kegiatan magang berlangsung yaitu mengikuti dan melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di kebun hingga proses sortir di pabrik, proses pemeliharaan kebun mulai dari pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida, penanaman tanaman inang predator (beneficial plant) hingga tunas pasar serta penulis berkesempatan mengikuti proses pembibitan dimulai dari persiapan areal pembibitan, sortir bibit hingga penanaman bibit ke baby bag. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan mengikuti waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh Asisten Divisi IV PSE.

Penulis juga melakukan aspek manajerial diantaranya membantu krani divisi untuk menginput data seluruh kegiatan di Divisi IV PSE secara on line

menggunakan aplikasi System, Aplication and Product (SAP), mengikuti dan membantu staff PT Aneka Intipersada dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), serta mengikuti dan membantu pengorganisasian supervisi sebelum berangkat bekerja dalam apel pagi.

Aspek khusus yang penulis lakukan adalah mengamati pengelolaan pemupukan di PSE terutama di Divisi IV. Divisi IV PSE menjadi tempat yang penulis pilih untuk pengambilan data dan informasi pengelolaan pemupukan karena seluruh manajemen pemupukan PSE terdapat di Divisi IV.


(22)

Pengumpulan Data dan Informasi

Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengambil data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama berada di lapangan. Kegiatan ini meliputi ketepatan jenis dan dosis pupuk, ketepatan waktu dan cara aplikasi pemupukan, proses penetapan dosis aplikasi untuk leaf sampling unit (LSU), jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, dan gejala defisiensi hara tanaman, serta dilakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kepala kantor kebun dan dari studi pustaka. Penulis juga mengambil data sekunder seperti data curah hujan, kondisi tanaman, data produksi dan produktifitas serta data yang terkait dengan pemupukan, struktur organisasi, dan ketenagakerjaan.

Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan aspek pemupukan antara lain :

1. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dari pengamatan terhadap 4 orang penabur pupuk pada satu blok. Setiap penabur pupuk penulis mengamati penabur pupuk hingga pasar tengah atau sekitar 32 pokok. 2. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh dari penggunaan jenis pupuk

di PSE kemudian dibandingkan kelebihan dan kekurangan jika menggunakan jenis pupuk yang lain.

3. Ketepatan waktu pemupukan. Penulis mengamati data kebun terkait waktu kedatangan pupuk dan curah hujan kemudian penulis mengaitkan dengan realisasi waktu pemupukan di PSE.

4. Ketepatan cara pemupukan. Penulis mengamati cara penaburan pupuk dan metode pemupukan yang dilakukan di PSE kemudian penulis membandingkan dengan standar penaburan pupuk serta dengan metode penaburan pupuk di kebun yang lain.

5. Defisiensi unsur hara. Penulis melakukan pengamatan secara visual terhadap 3 blok di Divisi IV PSE yaitu blok D24, D25 dan C26.


(23)

6. Aplikasi janjang kosong. Penulis mengamati produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi.

Analisis Data dan Informasi

Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan ketepatan dosis, jenis, waktu, serta cara aplikasi pemupukan untuk dibandingkan dengan studi pustaka. Penulis juga membandingkan metode penaburan pupuk di PSE dengan kebun lain yang masih dalam manajemen Minamas Plantation. Penulis juga membandingkan produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi janjang kosong.


(24)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis dan Administratif

Pinang Sebatang Estate berada di Desa Maredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pinang Sebatang Estate merupakan bagian dari PT Aneka Intipersada yang memiliki 3 kebun dengan 1 pabrik kelapa sawit. PT Aneka Intipersada merupakan kebun Minamas Plantation yang paling dekat dengan ibukota provinsi yaitu sekitar ± 40 km. Letak geografis PT Aneka Intipersada berada di koordinat 0° 32' 25" - 0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30" - 101° 39' 21" LU. Ketinggian tempat Pinang Sebatang Estate sekitar ± 52 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 28° - 32° C.

Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan

PT Aneka Intipersada mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) pada tahun 1994 seluas 11 134 ha. Pinang Sebatang Estate memiliki luas areal yang diusahakan seluas 3 246.8 ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 860 ha. Jumlah areal Pinang Sebatang Estate yang ditanami tanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan (TM) seluas 3 216.8 ha dan areal yang ditanami tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 30 ha. Luasan areal yang digunakan untuk prasarana seluas 119.74 ha. Pinang Sebatang Estate terbagi menjadi 4 divisi. Luas areal yang ditanami pada Divisi I seluas 758.33 ha, Divisi II seluas 741.62, Divisi III seluas 882.89 ha, dan Divisi IV seluas 863.96 ha. Peta Areal Statement Pinang Sebatang Estate disajikan pada Lampiran 2.

Pinang Sebatang Estate memiliki penomoran blok lama dan baru. Penomoran blok baru digunakan untuk meminimimalkan nomor blok. Divisi I PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B0 – B1, C0 – C9, D0 – D8, dan E4 – E8, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi I PSE terdiri dari C001 – C006 dan D002 – D005. Divisi II PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok A2 – A12, B3 – B11, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi II PSE terdiri dari A001 – A006 dan B003 – B006. Divisi III PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok A13 – A27, B13 – B20, sedangkan pada penomoran blok baru


(25)

Divisi III PSE terdiri dari A007 – A013 dan B007 – B010. Divisi IV PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B21 – B26, C14 – C26, D15 – D26, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi IV PSE terdiri dari B011 – B013, C008 – C013, dan D009 – D013.

Keadaan Tanah dan Iklim

Curah hujan rata-rata di PSE dari tahun 2002 sampai 2011 adalah 2 128 mm/tahun. Data curah hujan PSE tahun 2002 – 2011 disajikan pada Lampiran 3. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232 mm/bulan. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang Sebatang Estate termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah karena dengan rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) 1 bulan maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada ketetapan Schmidth-Ferguson adalah 0.5% – 14.3%.

Keadaan topografi dan jenis tanah di PSE disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tanah di PSE didominasi tanah mineral yang mencapai 95.29%. Topografi berbukit di PSE mencapai 94.55%. Tanah gambut di PSE terdapat di Divisi I PSE.

Tabel 2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate

Uraian ha

Luas Areal % Topografi

Berbukit 3 068 94.55

Datar 126 3.88

Bergelombang 51 1.57

Total 3 245 100

Jenis Tanah

Mineral 3 092 95.29

Gambut 153 4.71

Total 3 245 100


(26)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dengan tugas umum sebagai berikut :

1 Mengelola seluruh kegiatan, aset dan sumberdaya yang berada di bawah pengawasannya.

2 Mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

3 Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi : pengembangan areal baru sesuai dengan jadwal pemeIiharaan tanaman dan non-tanaman serta panen sehingga dicapai biaya yang ekonomis.

4 Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang merugikan perusahaan. 5 Menciptakan dan menumbuhkan sense of belonging seluruh personil

terhadap perusahaan.

Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dibantu oleh satu orang Senior Asisten, tiga orang Asisten dan satu orang Kepala Administrasi (Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap administrasi kebun. Kepala Administrasi membawahi seluruh pegawai kantor besar dan gudang sentral. Kasie bekerjasama dengan senior asisten maupun asisten menyediakan segala kebutuhan kebun maupun traksi. Struktur Organisasi PSE disajikan pada Lampiran 4.

Senior Asisten di PSE bertanggung jawab atas Divisi III, traksi, serta bekerjasama dengan Kepala Administrasi mengelola gudang. Senior Asisten juga bertugas mengkoordinasikan seluruh asisten divisi. Senior Asisten menjadi penanggungjawab sementara (PJS) kebun jika Senior Manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi memiliki tugas umum mengelola seluruh kegiatan operasional di divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM). Pelatihan terhadap karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi. Status karyawan di PSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi SKU B dan SKU Harian. Jumlah karyawan PSE disajikan pada Lampiran 5.


(27)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman Kelapa sawit yang terdapat di PSE berasal dari 4 varietas yaitu varietas Marihat, Lonsum, Socfindo serta Guthrie. Varietas marihat mendominasi populasi yang terdapat di PSE. Tanaman kelapa sawit di PSE ditanam dengan menggunakan pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam rata-rata 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan rata-rata jumlah populasi per ha sejumlah 137 pohon. Tahun tanam di PSE beragam mulai dari tahun tanam 1993 hingga 2001 namun pada Divisi IV PSE hanya terdapat satu tahun tanam yaitu 1994. Jumlah populasi tanaman berdasarkan jarak tanam dapat terlihat pada Tabel 3. Pada Tabel 4 disajikan produksi dan produktivitas di PSE pada tahun 2008 hingga Februari 2012.

Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate

Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012

Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate Tahun Luas (ha) Produksi

(ton)

Produktivitas (ton/ha/tahun)

Berat Janjang Rata-rata (kg)

2008 -2009 3 283 64 257 19.57 15.03

2009 -2010 3 245 58 869 18.14 15.60

2010 -2011 3 219 67 474 20.96 17.11

2011 - Februari 2012 3 217 46 840 - 17.47

Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012

Tahun Tanam

Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV

Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman Luas (ha) Jumlah Tanaman

1993 - - 67.73 8 756 -

- - -

1994 135.14 18 463 179.42 24 023 492.38 66 420 833.96 108 849

1995 - - 94.26 12 408 390.51 54 628 - -

1996 89.45 11 932 62.65 8 582 - - - -

1997 183.93 25 180 268.04 39 093 - - - -

1998 154.21 21 772 - - - -

1999 69.38 9 268 69.52 10 669 - - - -

2001 126.22 19 408 - - - - - -


(28)

Pada Tabel 4 terlihat berat janjang rata-rata buah sawit di PSE meningkat secara konsisten setiap tahunnya. Pada tahun 2010 – 2011 produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat hingga mencapai 20.96 ton/ha. Luas areal PSE mengalami penurunan hal ini dikarenakan sebagian wilayah PSE beralih fungsi menjadi plot tanaman mother plant Minamas Research Center (MRC).

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Pinang Sebatang Estate (PSE) memberikan fasilitas kepada karyawan seperti perumahan karyawan. Perumahan karyawan PSE saat ini terdapat di 3 pondok yaitu pondok 1 untuk karyawan Divisi I dan II, pondok 3 untuk karyawan Divisi III dan IV serta emplasmen untuk karyawa traksi, kantor serta beberapa karyawan Divisi IV. Perumahan karyawan PSE saat di emplasment merupakan perumahan baru dengan lantai keramik dan sudah permanen sedangkan untuk pondok 1 dan pondok 2 masih semi permanen dengan dinding kayu. Perumahan karyawan di PSE seluruhnya akan di renovasi menjadi permanen secara bertahap.

Fasilitas pendidikan yang terdapat di lokasi PSE adalah Sekolah Dasar (SD) yang terdapat di emplasmen dan juga Taman Kanak-kanak yang terdapat di pondok 1 dan 2. Bis sekolah juga disediakan untuk mengantar dan menjemput anak-anak karyawan bersekolah. Fasilitas olah raga juga diberikan kepada karyawan untuk menjaga kesehatan dan menjadi hiburan karyawan di kebun. Fasilitas seperti lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis juga terdapat di lokasi perumahan karyawan. PSE juga mengadakan lomba-lomba olah raga maupun lomba untuk anak-anak yang bertujuan untuk menjaga dinamikan kehidupan di kebun sehingga karyawan tidak mudah jenuh.

Fasilitas beribadah disediakan oleh PSE seperti masjid dan gereja. Bilal juga disediakan oleh perusahaan untuk mengajak dan mengingatkan karyawan untuk tetap menjaga keimanan, menjaga kebersihan tempat ibadah dan memberi pendidikan agama kepada anak karyawan. Fasilitas air dan listrik diberikan kepada karyawan dan dikelola oleh masing-masing pondok. Perumahan pondok 1 dan 3 diberi fasilitas listrik terbatas hanya 7 jam namun pada emplasment fasilitas listrik diberikan 24 jam karena aliran listrik menjadi satu dengan kantor besar dan emplasment utama dimana alat-alat di kantor besar membutuhkan listrik 24 jam.


(29)

Kebun PSE memiliki 1 kantor besar dan 4 kantor divisi. Poliklinik hanya terdapat di Aneka Persada Estate (APE) sedangkan di PSE hanya ada tempat untuk beristirahat. Karyawan yang mendapatkan izin sakit harus berobat ke poliklinik di APE lalu kembali ke PSE untuk beristirahat total di ruang kesehatan hingga jam kerja selesai. Karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan gratis, tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU), tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok karyawan SKU sudah sesuai dengan upah minimum regional dimana upah pokok karyawan SKU sebesar Rp 1 133 500,- / bulan. Setiap karyawan juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).


(30)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin. Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul 05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota masing-masing (Gambar 1).

Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1 menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika antrian pagi.


(31)

Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai

chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong, hingga pengambilan sampel daun.

Panen

Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3 divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3.

Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual

Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Kriteria matang panen akan mempengaruhi kadar ekstraksi minyak (OER) dan


(32)

kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa proses perebusan dan pemipilan.

Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar 10 000 rupiah kepada pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS. Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi 25 000 rupiah.

Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi

Kriteria Batas Toleransi

Unripe (mentah) 0 %

(1-4 brondolan yang lepas per janjang)

Under ripe (kurang matang) < 5 %


(33)

Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan)

Kriteria Batas Toleransi

Ripe (matang) < 95 %

( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)

Empty bunch (janjang kosong) 0 %

(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)

Longstalk (gagang panjang) 0 %

(panjang gagang lebih dari 5 cm)

Old bunch (buah restan) 0 %

(lebih dari 48 jam)

Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008)

Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : 18 + 10% karyawan panen, namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan Februari adalah 834 ha / 20 ha/HK = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/HK + (10 % Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = 46 + 5 = 51 karyawan panen. Jumlah karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar 11 – 12 hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret yaitu 9 hari.


(34)

Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu 2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak, goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu, tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan penggunaan dan spesifikasinya :

1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm. Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 – 8 tahun dengan lebar mata ukuran 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20 cm.

2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm sudut lengkung dihitung pada sumbu 135° dan berat pisau 0.5 kg, dengan panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung hingga mencapai 9 meter.

3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian lebih dari 9 m (umur >8 tahun).

4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam blok ke TPH.

5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport.

6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH. 7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada

pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi pemanen yang memotong buah tersebut.


(35)

Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan, (boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road)merupakan jalan penghubung antar

collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur - barat , jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara – selatan, jalan bantu yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal – areal sulit untuk mendukung pengumpulan produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur.

Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road

menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm).

2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual. Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan. 3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk

menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke TPH.


(36)

4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan.

Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya.

Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok.

Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah 10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok.

Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate

menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok telah selesai.

Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan secara sempurna, tandan buah segar (TBS) yang dipanen terpusat di collection


(37)

road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang sama.

Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap asisten.

Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah

Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen.

Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing

kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin. Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70 janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya.

Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh “U” di

kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf “U” mempunyai

tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir kehilangan pupuk akibat aliran air hujan karena pupuk akan tertahan di bawah


(38)

pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif mencari unsur hara tersedia di tanah.

Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada potongan gagang panjang (Gambar 2).

(a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan

Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah, kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF (brondolan). Mandor panen segera kembali ke kantor divisi untuk mengisi buku


(39)

kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada hari tersebut.

Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan harinya.

Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi setiap anggota pada tutup buku.

Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada hari itu pemanen dapat memotong 1 300 kg sehingga pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 13 500,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong lebih dari 1 300 kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp 45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau 2 600 kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 27 000,- dan bobot lebih dari basis 1 300 kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg.

Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor (mandor panen), mantri tanaman, mandor 1, asisten divisi hingga senior manager. Pengawasan yang dilakukan mandor panen merupakan kegiatan rutin setiap harinya dimana mandor panen mengawasi karyawan panen bekerja di lapangan dan mengecek 3 orang pemanen yang ditentukan secara acak setiap harinya. Mandor panen dibantu buku pemeriksaan mutu buah dimana kriteria mutu hancak yang di cek adalah buah tiggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, under pruning, susunan pelepah. Mutu tandan buah segar (TBS) juga dicek


(40)

menggunakan buku pemeriksaan buah dengan kriteria buah mentah, kurang matang, janjang kosong, gagang panjang, alas brondolan serta stempel.

Pengendalian Gulma

Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan hasilnya diinginkan oleh manusia. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma merugikan karena dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Gulma mudah tumbuh baik di lingkungan yang kaya akan unsur hara hingga miskin hara.

Pengendalian gulma pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan gulma. Tanaman pokok harus memiliki keunggulan yang terus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya atau hidup berdampingan dengan tanaman pokok pada waktu yang sama. Pengendalian gulma harus memperhatikan konsep ambang ekonomi dimana kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersbut harus lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya (Pahan, 2010).

Metode pengendalian gulma yang dilakukan di PSE adalah Blok Spraying System (BSS). BSS merupakan sistem pengendalian gulma yang dilakukan secara terencana dan terorganisir sehingga tercipta pengendalian gulma yang efektif, efisien dan aman dari blok ke blok lainnya. Pengendalian gulma di PSE menerapkan sistem rayon dimana hanya dikelola oleh satu divisi yaitu Divisi II PSE. Tim pengendalian gulma dibagi menjadi 2 kelompok atau biasa disebut geng. Geng semprot mandoran A merupakan tim pengendalian gulma menggunakan alat Micron Herbi Sprayer (MHS) sedangkan sprayer manual digunakan oleh geng semprot mandoran B.

Mandoran A. Mandoran A menggunakan alat MHS dimana larutan yang disemprotkan berbentuk embun sehingga lebih cepat masuk ke dalam jaringan tanaman. Mandoran A bertugas untuk pengendalian gulma di piringan, pasar rintis serta TPH. Piringan merupakan daerah di sekililing tanaman kelapa sawit yang merupakan tempat penaburan pupuk dimana daerah tersebut merupakan daerah


(41)

perakaran yang aktif menyerap unsur hara sehingga harus bersih dari gulma. Pasar rintis merupakan jalan diantara barisan kelapa sawit dimana jalan tersebut digunakan untuk transportasi buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun kegiatan lainnya. TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen di samping collection road yang akan dimuat oleh truck ke pabrik kelapa sawit.

Mandoran A menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek Prima Up dengan Dejavu. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif

Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 4% dimana dalam 200 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air. Dejavu mengandung bahan aktif fluroksipir dengan konsentrasi 1% dimana dalam 50 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Eleusine indica, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum conjugatum, dan Ageratum conyzoides.

Keunggulan alat MHS yaitu butiran akan berbentuk embun yang seragam yaitu 250 mikron sehingga mudah menyerap ke dalam jaringan tanaman. Karyawan juga tidak perlu memompa seperti di alat semprot punggung semi otomatis karena MHS menggunakan baterai atapun accu sebagai sumber daya untuk mengalirkan larutan dan mengeluarkannya. Namun, alat MHS memiliki kelemahan dimana alat ini mudah rusak baik di sumber daya maupun bagian lainnya sehingga mandor semprot harus paham mengenai rangkaian sumber daya pada alat MHS sehingga ketika terjadi kerusakan karyawan langsung menemui mandor untuk mengganti dengan alat cadangan ketika alat yang rusak diperbaiki oleh sang mandor.

Mandoran B. Mandoran B menggunakan alat semprot punggung semi otomatis RB-15. Tim semprot mandoran B bertugas untuk mengendalikan gulma di gawangan. Gawangan merupakan areal yang berada di luar piringan dan pasar rintis. Gulma yang terdapat di gawangan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma yang dikendalikan adalah anak kayu, kentosan serta kerisan.

Mandoran B menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek Prima Up dengan Meta Prima. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif

Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 0.8% dimana dalam 120 cc herbisida dicampur dengan 15 litter air. Meta Prima mengandung bahan aktif


(42)

dicampur dengan 15 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania micrantha dan gulma berkayu lainnya.

Fasilitas truck semprot juga diberikan oleh perusahaan untuk mendukung kinerja tim semprot. Truck berisikan air yang digunakan sebagai pelarut dari herbisida yang digunakan. Tim semprot mandoran A terdiri dari 16 orang karyawan semprot dengan prestasi kerja 3.7 ha/HK. Tim Semprot Mandoran B terdiri dari 12 karyawan dengan prestasi kerja antara 1.5 – 2 ha/HK

Sistem kerja karyawan semprot di PSE adalah menyemprot piringan di setiap pokok dari collection road A hingga tembus ke collection road B dan masuk di pasar selanjutnya hingga kembali ke collection road A. Sistem kerja tim semprot dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B

Kebun PSE sangat peduli terhadap keamanan dan keselamatan kerja karyawan semprot. Alat Pelindung diri wajib dikenakan karyawan semprot ketika bekerja. Alat pelindung diri (APD) tersebut berupa apron, masker hidung, pelindung mata dan muka, sarung tangan karet, baju lengan panjang dan celana panjang serta sepatu boot. Fasilitas rumah BSS juga disediakan pihak kebun dimana fungsi dari rumah tersebut adalah meningkatkan keselamatan dan kemanan karyawan semprot.

Rumah BSS digunakan pada pagi hari dimana sebelum berangkat kerja karyawan diwajibkan berganti pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri dan menyimpan pakaian yang dikenakan dari rumah di loker. Setelah karyawan mengenakan pakaian lengkap dengan APD maka karyawan segera berangkat


(43)

menuju blok yang akan disemprot menggunakan truck semprot. Setelah selesai bekerja karyawan kembali ke rumah BSS melalui pintu belakang dan langsung mandi membersihkan diri dari kemungkinan zat kimia yang masih menempel di tubuh. Setelah berganti pakaian dengan pakaian bersih yang ada di loker karyawan baru boleh kembali ke rumah. Pakaian dinas yang kotor dikumpulkan menjadi satu karena ketika karyawan bekerja di lapangan petugas rumah BSS mencuci baju dinas karyawan semprot yang kotor. Rumah BSS dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rumah Blok Spraying System

Pengendalian Hama

Pengendalian hama di kebun PSE memprioritaskan pemanfaatan

biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida, agar produk yang

dihasilkan berwawasan “clean and healthy food”. Pelaksanaan Early Warning

System untuk deteksi hama secara dini, merupakan tindakan yang mendukung pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest Management (IPM) (Manual Referensi Agronomi, 2008). Deteksi hama dilakukan dengan monitoring atau pengamatan secara rutin. Pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama tersebut). Pengelolaan hama di PSE dilakukan dengan 2 metode yaitu pemanfaatan biological control serta penggunaan pestisida.

Pemanfaatan agen biologi untuk mengendalikan hama merupakan prioritas utama PSE. Kebun PSE menggunakan burung hantu dan ular sebagai musuh alami tikus. Burung hantu diberikan kandang pemikat sebagai tempat pengembangan burung hantu. Metode ini memanfaatkan sifat burung hantu yang


(44)

mempunyai kebiasaan untuk selalu berkumpul di satu tempat pada saat sebelum dan sesudah mencari makan (berburu tikus) sambil berteriak-teriak satu sama lainnya. Pengamatan terhadap perilaku burung hantu di lapangan menunjukkan bahwa sebelum berkumpul, biasanya satu atau lebih burung hantu berteriak-teriak sehingga dalam selang waktu tidak lama kemudian akan datang burung hantu lainnya untuk ikut bergabung bersama-sama sambil berteriak-teriak sehingga populasi burung hantu akan semakin meningkat. Nest Box atau kandang burung hantu telah disiapkan sebelumnya. Nest box yang dipasang di kawasan tersebut diusahakan posisinya pada lokasi-lokasi dengan ketinggian tanah puncak (tertinggi) dan pada awalnya sebagian nest box (2 – 3 unit) dipasang berdekatan (jarak 10 – 50 m) dengan kandang pemikat burung hantu. Nest box dipasang di sekitar kandang pemikat burung hantu dalam kawasan radius 500 – 2.000 m. Burung hantu dan nest box dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Burung Hantu (Tyto alba) (b) Nest Box

Gambar 5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu

Divisi IV PSE merupakan salah satu divisi yang mengalami serangan ulat api (Setora nitens). Hal ini terjadi karena letak Divisi IV PSE yang strategis dimana seluruh truck pengangkut TBS dari seluruh divisi melewati main road Divisi IV sehingga penyebaran ulat api semakin berkembang. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menanam tanaman bermanfaat (beneficial plant) terutama di pinggir main road karena populasi ulat api di pinggir main road tergolong banyak. Jenis tanaman bermanfaat yang ditanam di PSE adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata. dan Antigonon leptopus. Tanaman bermanfaat tersebut digunakan sebagai inang musuh alami dari ulat api seperti Sycanus sp dan

Eocanthecona furcellata. Beneficial plant yang terdapat di PSE disajikan pada Gambar 6.


(45)

(a) Antigonon leptosus (b) Turnera subulata (c) Cassia cobanensis

Gambar 6. Beneficial Plant

Pengendalian ulat api di Divisi IV PSE juga menggunakan aplikasi pestisida kimiawi. Pengendalian kimiawi yang dilakukan adalah menggunakan metode penyemprotan pestisida dengan fogging atau pengasapan. Pestisida yang digunakan adalah merek Matador dengan bahan aktif Lamda sihalotrin 25 g/l. Dosis yang digunakan adalah 0.2 l/ha dengan konsentrasi 2 ml/L dan volume semprot 100 l/ha. Pengendalian dengan metode fogging dilakukan malam hari oleh 3 karyawan PSE dengan prestasi kerja 5.5 ha/HK.

Pembibitan

Pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang akan digunakan untuk penanaman kembali (replanting) tanaman yang sudah menurun produksinya. Areal pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang dibuat untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bibit PT Aneka Intipersada. Lokasi pembibitan di PSE terdapat di Divisi II PSE dimana topografi areal pembibitan relatif datar dan terletak di tengah kebun. Kebutuhan air melimpah karena di lokasi pembibitan sudah disiapkan embung air.

Luas total areal pembibitan di PSE adalah 13.96 ha. Bedengan untuk pembibitan pre nursery dibuat memanjang dari barat ke timur dengan lebar bedengan 1.2 m dan jarak antar bedengan 1 m. Tepi bedengan diberi palang berupa papan kayu sehingga baby bag dapat tersusun rapi, padat dan teratur. Media tanam bibit berupa tanah top soil dicampur dengan pupuk SP-36 dengan dosis 12.5 g/baby bag. Tanah top soil sudah diayak dengan ayakan 1 cm sehingga terpisah dengan akar atau kerikil.

Penulis mengikuti kegiatan pembibitan pre nursery di PSE mulai dari kedatangan bibit, penyortiran, hingga penanaman bibit ke dalam baby bag. Bibit


(46)

yang digunakan adalah bibit dari Socfindo pada tahap 1 dan PPKS pada tahap 2 dan 3. Pada saat bibit datang tahap 1 lokasi pembibitan masih belum siap untuk dilakukan penanaman karena baby bag belum seluruhnya terisi media sehingga bibit harus disimpan di ruangan dengan suhu terjaga tetap rendah sehingga aktifitas fisiologis bibit tidak cepat terjadi.

Penanaman bibit dilakukan dengan tahapan seleksi bibit terlebih dahulu. Bibit diseleksi dengan kriteria bibit afkir, double tun dan normal. Bibit normal dan double tun dapat ditanam sedangkan bibit afkir dimasukkan kembali ke dalam plastik dan box. Bibit afkir mencakup bibit abnormal dimaana bibit tersebut berbentuk garputala, tongkat berkait, kecambah terhambat dan kecambah mati sedangkan bibit double tun adalah bibit yang memiliki 2 hingga 3 kecambah dalam satu bibit namun bibit double tun dijaga hanya 2 kecambah yang dipekenankan ditanam sehingga bibit yang memiliki 3 kecambah harus di matikan satu kecambah. Seleksi dilakukan oleh karyawan yang telah diberi pengarahan tentang kriteria bibit abnormal, normal dan double tun didampingi oleh mandor yang mencatat dan membantu menentukan kriteria bibit jika karyawan menemukan kendala untuk menentukan kriteria bibit tersebut. Penulis bertindak sebagai mandor dalam seleksi bibit. Setelah seleksi bibit langsung dikirim ke bedengan untuk segera ditanam oleh karyawan. Data jumlah bibit yang didapatkan pada saat seleksi harus sama dengan jumlah baby bag yang telah ditanami bibit. Bibit ditanam di baby bag dengan lubang tanam yang dibuat menggunakan jari sekitar 2.5 cm kemudian ditutup kembali sekitar 1.5 cm. Posisi kecambah sangat diperhatikan dimana akar mengarah ke bawah atau ke dalam tanah dan pucuk harus mengarah ke atas atau ke luar tanah. Proses pembibitan di PSE disajikan pada Gambar 7.

(a) Seleksi (b) Penanaman Bibit (c) Bibit di Pre Nursery Gambar 7. Proses Pembibitan


(47)

Pengambilan Leaf Sampling Unit

Penentuan dosis rekomendasi pemupukan pada Minamas Plantation dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) dengan berbagai pertimbangan antara lain analisis Leaf Sampling Unit (LSU), historis status hara daun, produksi, umur tanaman, jenis tanah atau tingkat kesuburan tanah, pengamatan visual atau field visit, dan nilai ekonomis. LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil sekali dalam satu tahun untuk menentukan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Minamas Plantation khususnya Pinang Sebatang Estate memulai periode baru setiap tahunnya pada bulan Juli, sehingga untuk pengambilan sample daun setiap tahunnya dilaksanakan 2 bulan sebelum periode baru dimulai sekitar akhir bulan April atau awal bulan Mei.

MRC mengeluarkan buku saku prosedur pengambilan sampel daun yang berguna untuk mengingatkan cara pengambilan sampel daun yang benar. Menurut buku prosedur pengambilan sampel daun suatu LSU harus mencerminkan keseragaman dari segi umur tanaman, jenis tanah, kultur teknis, topografi dan drainase. Luasan areal LSU berkisar antara 20-30 ha. LSU disarankan agar tidak kurang dari 10 ha karena akan menyulitkan dalam aplikasi pemupukan dan efisiensi biaya analisa daun. Sampel daun yang digunakan oleh Minamas Research Center adalah daun ke – 17.

Pengambilan LSU di Pinang Sebatang Estate khususnya Divisi IV dibagi menjadi 3 tim. Setiap tim memiliki tugas mengambil LSU dan melakukan pengamatan visual defisiensi hara pada satu blok kecil setiap harinya. Satu tim dibagi menjadi 2 petugas dimana petugas pertama membawa gunting, plastik, blanko LSU, alat tulis, serta label LSU. Petugas pertama bertugas mengamati secara visual kondisi tanaman yang di sensus, mencatat data pada blanko yang sudah tersedia, memotong daun, memisahkan daun dengan lidinya dan menyimpan daun dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Petugas kedua memegang egrek, cat, dan kuas serta bertugas menentukan daun ke –17, memotong daun ke –17, serta memberi label menggunakan cat pada pokok.

Pengambilan LSU di Minamas Plantation menggunakan sistem yang ditentukan oleh MRC. Sistem LSU merupakan pengaturan cara menghitung jumlah baris dan pokok serta jumlah sampel yang harus diambil. Sistem pada


(48)

setiap blok berbeda sesuai dengan populasi tanaman ataupun luas blok. Pada blok D 25 Divisi IV PSE menggunakan sistem 8 x 10 sedangkan pada blok D 24 menggunakan sistem 8 x 11. Pada sistem 8 x 10, angka 8 memiliki arti sampel yang diambil setiap baris ke 8, sedangkan angka 10 memiliki arti sampel yang diambil setiap pokok ke 10. Pengambilan LSU di Divisi IV PSE disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengambilan Leaf Sampling Unit

Pemupukan Organik

Pemupukan organik di Divisi IV Pinang Sebatang Estate hanya dilakukan aplikasi janjang kosong. Lokasi kebun Pinang Sebatang Estate jauh dari pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi wet decanter solid (WDS) maupun palm oil mill effluent (POME). Aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah diberikan satu mandoran untuk menangani aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE.

Janjang kosong merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit dengan perbandingan dengan bobot TBS sekitar 23%. Aplikasi janjang kosong diharapkan dapat menambah masukan unsur hara yang dapat diserap tanaman terutama unsur nitrogen dan P2O5. Satu ton janjang kosong meimiliki kandungan hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg Kieserite. Aplikasi janjang kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa organik sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki struktur tanah karena meningkatnya KTK (kapasitas tukar kation) tanah sehingga pupuk yang diaplikasikan mempunyai efisiensi yang tinggi. Pelapukan janjang kosong juga


(49)

dapat meningkatkan penyimpanan air di tanah sehingga memacu pertumbuhan dan perkembangan Nephrolepsis sp. Aplikasi janjang kosong di areal berbukit seperti PSE dapat bermanfaat untuk mencegah erosi tanah dan potensial pupuk hilang akibat aliran air hujan (run off).

Janjang kosong diangkut dari pabrik menggunakan dump truck kebun yang mengirim buah ke PKS sehingga ketika kembali ke kebun dum truck tidak kosong namun berisi JJK. Janjang kosong kemudian diturunkan di collection yang telah ditentukan oleh mandor JJK dan telah diketahui oleh mandor 1. Bobot janjang kosong yang diletakkan oleh satu dump truck sekitar 4 - 5 ton. Mandor janjang kosong akan memeriksa janjang kosong yang baru datang dari pabrik untuk mengecek janjang kosong yang mogol atau janjang kosong yang masih terdapat buah keras menempel pada janjang kosong. Buah mogol terjadi akibat perebusan yang kurang maksimal sehingga hasil evaluasi buah mogol akan diserahkan kepada pabrik untuk memperbaiki kinerja perebusan di pabrik.

Janjang kosong yang sudah diturunkan di collection segera diaplikasi ke pokok oleh mandoran janjang kosong. Setiap pokok mendapatkan dosis 250 kg janjang kosong. Janjang kosong kemudian diletakkan diantara pokok dalam barisan tanaman serta diletakkan satu lapis. Peletakkan janjang kosong satu lapis untuk mempercepat proses pelapukan dan mencegah perkembangan hama Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk).

Pemupukan Anorganik

Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan yang membutuhkan biaya paling tinggi yaitu sekitar 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga ketepatan atau ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh MRC untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan.

Manajemen pemupukan merupakan suatu metode pemupukan yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perencanaan pemupukan


(1)

66


(2)

67

Lampiran 3. Curah Hujan di Pinang Sebatang

Estate

tahun 2002

2011.

Q = Total BK/BB x 100% = 10/100 x100% = 10%

Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson Pinang Sebatang

Estate

termasuk tipe iklim A sangat basah

Tipe iklim A = 0.5% - 14.3%

BB = Bulan Basah (>100 mm)

BK = Bulan Kering (<60 mm)


(3)

68

Lampiran 4. Struktur Organisasi di Pinang Sebatang

Estate.

Senior

Manager

Senior Asisten & Asisten Divisi

Kepala

Administrasi

Kerani Divisi Mantri Buah Mandor I

Security Karyawan Kantor

Karyawan

Gudang Guru


(4)

69

Lampiran 5. Jumlah Karyawan Staf dan non Staf.

Sumber Data: Kantor Besar Gunung Sari

Estate

(Mei, 2012)

Staf

Jumlah

Non Staf

Jumlah

Karyawan

Ratio /

ha

1. Sr. Manager

1

1. SKU-B Kantor/Satpam/Guru

21

0.01

2. Pjs.SrAsisten

1

2. SKU-B Traksi

29

0.01

3. Asisten

3

3. SKU-B Afdeling

49

0.02

4. KTU

0

4. SKU-Harian

411

0.13

5. Kasi

1


(5)

70

Lampiran 6.

Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun 2005-2011 di Pinang Sebatang Estate

Tahun Uraian Satuan

Jenis Pupuk

Total

Urea KCl/MOP HGFB RP Kieserite Dolomit NK Blend

Green Feed

2005 Rekomendasi kg 941 936 1 099 334 35 724 417 066 117 898 388 648 3 000 606

Aktual kg 706 158 1 097 198 35 724 417 066 117 945 388 607 2 762 698

Pencapaian % 75 100 100 100 100 100 96

2006 Rekomendasi kg 898 440 1 142 398 45 546 57 447 280 988 553 802 2 978 621

Aktual kg 897 415 973 210 45 466 57 448 275 754 552 641 2 801 934

Pencapaian % 100 85 100 100 98 100 97

2007 Rekomendasi kg 841 620 1 547 655 33 514 178 052 4 820 460 656 3 066 317

Aktual kg 839 704 1 546 244 33 510 178 019 1 853 463 366 3 062 696

Pencapaian % 100 100 100 100 38 101 90

2008 Sd

Juni Rekomendasi kg 1 093 855 1 184 481 2 416 201 751 496 928 2 979 431

Aktual kg 350 579 80 700 347 498 778 777

Pencapaian % 0 30 0 40 70 28

2008 - 2009 Rekomendasi kg 8 606 500 5 323 500 2 069 000 2 169 500 1 707 500 1 242 500 21 118 500

Aktual kg 9 214 550 4 491 250 2 104 500 2 456 180 2 219 500 1 215 000 21 700 980

Pencapaian % 107 84 102 113 130 107

2009 - 2010 Rekomendasi kg 953 34 744 35 585 745 300 595 723 1 993 160 3 405 465

Aktual kg 953 33 797 35 297 739 496 590 218 1 989 541 3 389 302

Pencapaian % 100 97 99 99 99 100 99

2010 - 2011 Rekomendasi kg 48 499 967 307 720 562 18 962 2 233 404 12 284 4 001 018

Aktual kg 48 499 943 887 720 562 18 962 2 167 693 12 284 3 911 887


(6)

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 25 72

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

1 29 212

Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Aneka Intipersada Pinang Sebatang Estate, Kabupaten Siak , Privinsi Riau

1 7 181

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

1 9 169

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Siak, Riau

0 5 152

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau

0 11 73

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau

1 14 58

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

0 4 50

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Mandah Estate, Pt Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 5 55