Pendahuluan Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36: kajian faktor usia dan jenis kelamin di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

1

1. Pendahuluan

Hipertensi dikenal sebagai kenaikan tekanan darah yang meningkat terus menerus. Jantung selalu berdetak, memompa darah ke pembuluh darah dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Tekanan darah terjadi karena adanya dorongan kekuatan terhadap dinding pembuluh darah arteri yang dipompa jantung. Semakin tinggi tekanan, maka semakin berat pula kerja jantung. Tekanan darah dewasa normal adalah 120 mmHg untuk sistolik jantung kontraksi dan tekanan darah diastolik jantung berelaksasi 80 mmHg. Ketika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg tekanan darah dianggap naik WHO, 2015. Pada tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan danatau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5 Kemenkes RI, 2013. Hasil Rikesdas provinsi DIY memiliki kasus hipertensi sebanyak 35. Di Puskesmas di DIY tahun 2012 sebanyak 29,546 kasus dan berada pada urutan ke tiga Depkes, 2012. Presentasi tertinggi adalah Kota Yogyakarta yaitu 28, urutan kedua adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo masing-masing 14 Dinkes Yogyakarta, 2008. Prevalensi hipertensi berdasarkan Rikesdas 2013 menyatakan bahwa perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. Presentasi prevalensi untuk laki-laki adalah 22,8 dan untuk perempuan adalah 28,8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nwankwo 2013 pada tahun 2011-2012, prevalensi hipertensi meningkat 32 pada usia 40-59 dan 65 pada usia lebih dari 60. Responden usia 40-59 tahun yang sadar hipertensi sebanyak 83, yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 73,7 dan yang terkontrol tekanan darahnya sebanyak 57,8. Responden usia60 tahun yang sadar hipertensi sebanyak 86,1, yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 82,2 dan yang terkontrol tekanan darahnya sebanyak 50,5. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh umur terhadap perkembangan hipertensi. Perempuan yang sadar hipertensi sebanyak 85,4, yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 80,6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 dan yang terkontrol tekanan darahnya sebanyak 55,2. Laki-laki yang sadar hipertensi sebanyak 80,2, yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 70,9 dan yang terkontrol tekanan darahnya sebanyak 49,3. Hasil penelitian yang dilakukan Susilo 2015 menyatakan proporsi prevalensi responden yang menderita hipertensi di Kecamatan Kalasan sebanyak 43,9, sadar akan hipertensi sebanyak 25,5, terapi hipertensi secara rutin sebanyak 49,5, dan responden hipertensi yang mengendalikan tekanan darahnya sebanyak 8,9. Berdasarkan penelitian ini, proporsi prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan tergolong tinggi, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kualitas hidup responden hipertensi. Kesadaran melakukan terapi hipertensi sangat rendah, di Indonesia dari 15 penderita hipertensi hanya sekitar 4 yang melakukan terapi secara rutin dan control secara rutin Bustan, 2007. Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Selain terapi farmakologi, penderita hipertensi harus memodifikasi gaya hidup dengan mengatur pola makan dengan baik, contohnya mengkonsumsi buah-buahan serta sayur dan menghindari makanan berlemak serta melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam sehari Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008. Kasus hipertensi yang tinggi di Yogyakarta maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kualitas hidup pasien hipertensi. Presentasi kualitas hidup penduduk yang baik pada umur kurang 64 tahun adalah sebanyak 72,2, sedangkan pada golongan umur lebih dari 64 tahun sebesar 24,5 Pradono, 2007. Penyakit hipertensi paling banyak diderita oleh kelompok umur 31-55 tahun dan pada saat usia 40 tahun ke atas penyakit ini akan berkembang, hal yang sama juga terjadi pada yang berusia 60 tahun ke atas Krummel, 2004. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner SF-36 versi Indonesia yang telah divalidasi sebelumnya. Kuesioner ini terdiri dari 8 aspek yaitu aspek fisik, aspek emosi, aspek sosial, aspek kesehatan fisik, aspek 3 kesehatan emosi, aspek nyeri, aspek kelelahan fatigue dan aspek kesehatan umum Perwitasari, 2012. Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas hidup responden hipertensi pada laki-laki dan perempuan usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melihat evaluasi kualitas hidup Kecamatan Kalasan oleh pemerintah Kabupaten Sleman.

2. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan tingkat penghasilan).

0 0 113

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis kelamin).

0 0 67

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Ketaatan terapi responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen morisky di kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY (kajian usia dan aspek gaya hidup).

0 0 76

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY (kajian usia dan pendidikan).

0 1 66

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36:kajian faktor usia dan tingkat penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 66

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis pekerjaan).

0 1 85

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan body mass index).

0 0 90

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 (kajian usia dan tingkat pendidikan) di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 77

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36 : kajian faktor usia dan body mass index di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 60