Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

(1)

INTISARI

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta untuk mengevaluasi perbedaan faktor usia dan jenis kelmain terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 813 responden pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan melakukan uji t tidak berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi responden dengan tekanan darah ≥140 mmHg sebesar 43,9%, sadar hipertensi 25,5%, melakukan terapi 12,6%, dan yang mengendalikan tekanan darah 1,1%.

Faktor usia mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan nilai OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77 tetapi tidak mempengaruhi kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah. Faktor jenis kelamin mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) dan nilai p=0,03. Responden laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140 mmHg.

Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Usia dan Jenis Kelamin.


(2)

ABSTRACT

Hypertension is on the third rank as one of the cause of death in Indonesia. The high prevalence of hypertension in Indonesia creats health problems in the society. The aim of this study is to find the proportion of prevalence, awareness, therapy and blood pressure control and to evaluate the differences of age and gender factor againts prevalence, awareness, therapy and blood pressure control of respondents within the age of 40-75 in Kalasan, Sleman, DIY.

The type the research is observational research with cross-sectional approach. The total research respondents is 813 from 6 hamlets in Kalasan. Normality test was conducted using Kolmogorov-Smirnov test, then continued with independent t test and Chi Square test. Result of the research show the prevalence of respondents with blood pressure ≥140 mmHg is 43,9%, 25,5% is aware of hypertension, 12,6% do the therapy, and 1,1% control their blood pressure.

The age factor affects at the prevalence of hypertension with an OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77, but does not affect awareness, therapy and control of blood pressure. The gender factor affects the prevalence of hypertension with an OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) and p value=0,03. Male respondents have greater risk to experience blood pressure ≥140 mmHg.

Keywords: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Blood Pressure Control, Age Factor, Gender Factor.


(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Tika Desi Indriyani

NIM : 128114092

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Tika Desi Indriyani

NIM : 128114092

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii


(6)

iii


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN “Percaya dengan kemampuan sendiri”

Jika aku percaya bahwa aku tak bisa melakukan sesuatu, maka hal itu membuatku tak mampu melakukannya. Namun, ketika

aku yakin bahwa aku bisa, aku mendapatkan kemampuan untuk melakukannya, bahkan meski awalnya aku tidak

memiliki kemampuan itu Mahatma Gandhi

Berusahalah untuk menjadi diri sendiri, jangan selalu menjadi orang lain, karena awal dari kesuksesan adalah dari diri kita

sendiri Bob Sadino

Untuk:

Ayah Ir. Kaca Widagdo Adik Novita Wulandari Para Sahabat Terbaikku


(8)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


(9)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih serta Penyayangdan atas semua rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Pada Tahun 2015 (Kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin). Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah, Ibu dan adik yang tidak bosan-bosannya memberikan dorongan semangat dan doa setiap saat.

3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk selalu membimbing, memberikan semangat, dan motivasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. 5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, dorongan serta saran demi terselesaikannya skripsi ini.


(10)

vii

8. Pemerintah Kabupaten Sleman, BAPPEDA, Camat Kecamatn Kalasan, Kepala Desa dan Padukuhan setempat yang telah memberikan izin dalam penelitian sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar.

9. Segenap Masyarakat di Padukuhan setempat yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Teman-teman seperjuangan skripsi payung Nonitha, Venny, Monik, Sina, Ella, Tiwi dan Edo atas kesabaran, pengertian, kebersamaan dan perjuangannya dari awal perencanaan hingga akhir pengerjaan skripsi ini.

11.Sahabat tersayang Gita, Prita, Cindya, Kristy, Lisa, Tata, Nuri, Noven, Tiwi dan Dara yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran dan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini. 12.Sahabat terhebat Angga Hakim Permana Putra yang selalu mendengarkan

semua keluh kesah dari awal hingga akhir pengerjaan skripsi ini. Teman yang selalu memberikan semangatnya, motivasi, kesabaran, perhatian yang tidak lelah dan terbatas dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat FSM C dan FKK B yang telah menemani dalam suka duka perkuliahan dari semester awal hingga akhir.

14.Sahabat-sahabat selama bersekolah di SMP N 6 DIY Ririn, Vidya, Danik, Adis, Chika, Risty dan Idham yang selalu membawa keceriaan yang dapat meningkatkan mood dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

15.Sahabat- sahabat selama bersekolah di SMA N 6 DIY Tunjung, Nusa, Effine, Kemal, Nonik, Mareth, Vita, Asri, dan semua sahabat yang tidak dapat


(11)

viii

disebutkan satu persatu. Para sahabat yang selalu memotivasi, menyemangati, serta membawa keceriaan dalam proses pembuatan skripsi ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam proses perkuliahan, pengambilan data dan penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.


(12)

ix


(13)

x INTISARI

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta untuk mengevaluasi perbedaan faktor usia dan jenis kelmain terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 813 responden pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan melakukan uji t tidak berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi responden dengan tekanan darah ≥140 mmHg sebesar 43,9%, sadar hipertensi 25,5%, melakukan terapi 12,6%, dan yang mengendalikan tekanan darah 1,1%.

Faktor usia mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan nilai OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77 tetapi tidak mempengaruhi kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah. Faktor jenis kelamin mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) dan nilai p=0,03. Responden laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140 mmHg.

Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Usia dan Jenis Kelamin.


(14)

xi ABSTRACT

Hypertension is on the third rank as one of the cause of death in Indonesia. The high prevalence of hypertension in Indonesia creats health problems in the society. The aim of this study is to find the proportion of prevalence, awareness, therapy and blood pressure control and to evaluate the differences of age and gender factor againts prevalence, awareness, therapy and blood pressure control of respondents within the age of 40-75 in Kalasan, Sleman, DIY.

The type the research is observational research with cross-sectional approach. The total research respondents is 813 from 6 hamlets in Kalasan. Normality test was conducted using Kolmogorov-Smirnov test, then continued with independent t test and Chi Square test. Result of the research show the prevalence of respondents with blood pressure ≥140 mmHg is 43,9%, 25,5% is aware of hypertension, 12,6% do the therapy, and 1,1% control their blood pressure.

The age factor affects at the prevalence of hypertension with an OR 2,76 (95% CI) 2,01-3,77, but does not affect awareness, therapy and control of blood pressure. The gender factor affects the prevalence of hypertension with an OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) and p value=0,03. Male respondents have greater risk to experience blood pressure ≥140 mmHg.

Keywords: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Blood Pressure Control, Age Factor, Gender Factor.


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi ... 9

B. Kesadaran Hipertensi ... 11

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi ... 12

1. Terapi non-farmakologi ... 12

2. Terapi farmakologi ... 13


(16)

xiii

E. The Rule of Halves ... 16

F. Pengukuran Tekanan Darah ... 17

G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi ... 18

1. Faktor Umur ... 19

2. Jenis Kelamin ... 20

H. Landasan Teori ... 22

I. Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

1. Variabel bebas ... 25

2. Variabel tergantung ... 25

3. Variabel pengacau ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

D. Subyek Penelitian ... 30

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 32

H. Instrumen Penelitian ... 33

I. Tata Cara Penelitian ... 34

1. Observasi awal ... 34

2. Permohonan ijin dan kerjasama ... 34

3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh ... 34

4. Pembuatan Case Report Form dan Inform Consent ... 35

5. Pengujian validitas dan realibilitas instrument penelitian ... 35

6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian ... 37

7. Pengukuran tekanan darah ... 37

8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden ... 38

9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian ... 38

J. Analisis Data Penelitian ... 39


(17)

xiv

L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 41

1. Kesulitan Penelitian ... 41

2. Kelemahan Penelitian ... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 52

B. Perbedaan Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 55

1. Prevalensi Hipertensi ... 57

2. Kesadaran Hipertensi ... 59

3. Terapi Hipertensi ... 60

4. Pengendalian Hipertensi ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 70


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Keaslian Penelitian ... 5

Tabel II. Penyebab Hipertensi yang Dapat Diidentifikasi ... 10

Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Berdasarkan ESH/ESC ... 11

Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi ... 13

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian... 26

Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan ... 44

Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan ... 46

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di Kecamatan Kalasan ... 48

Tabel IX. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik (TDS). Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di Kecamatan Kalasan ... 50

Tabel X. Terapi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan ... 53

Tabel XI. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ... 56

Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ... 56

Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ... 59

Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Terapi Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ... 61


(19)

xvi

Tabel XV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ... 62


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Perhitungan Besar Sampel Menggunakan

Rumus Prevalensi Tidak Diketahui ... 31

Gambar 2. Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan ... 31

Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian ... 34

Gambar 4. Pembuktian Hipotesis ... 41

Gambar 5. Bagan Proporsi Responden Hipertensi Berdasarkan “Rule of Halves” ... 52


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 70

Lampiran 2. Ethical Clearance ... 71

Lampiran 3. Inform Consent ... 72

Lampiran 4. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 77

Lampiran 5. Validasi Timbangan Berat Badan ... 81

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah ... 89


(22)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dengan 6,7% dari populasi kematian pada semua usia di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 yang menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2010).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi penurunan prevalensi hipertensi dari 31,7 persen pada tahun 2007 menjadi 25,8 persen pada tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tekanan darah yang berbeda hingga pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke berbagai fasilitas kesehatan. Namun responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang mengkonsumsi obat antihipertensi sebesar 0,7 persen maka prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2012 ditemukan penyakit hipertensi sebanyak 29.546 kasus yang masuk dalam urutan ketiga dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas. Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup serta terpengaruh efek modernisasi maka membuat masalah


(23)

penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa provinsi DIY masuk ke dalam kelompok lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Sedangkan pada hasil Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di provinsi DIY mencapai 35,8% yang berada diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7% (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa DIY, 2013). Prevalensi hipertensi di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebesar 39,65% pada orang berusia lanjut/tua, data diperoleh dari data kesehatan puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2015, Kecamatan Kalasan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki jumlah kasus hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain terutama yang terjadi pada lansia dengan usia 40-80 tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015). Tingginya prevalensi tersebut diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan pemeliharaan kesehatan mereka dan keluarganya. Jauhnya jarak puskesmas juga merupakan salah satu kurangnya upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini yang dapat memicu kurangnya kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terhadap hipertensi dan penanggulangannya. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan yang diharapkan dapat memprediksi lebih awal dalam mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di masyarakat.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi dengan usia ≥18 tahun berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan


(24)

dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur, prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi (perempuan sebesar 28,8% dan laki-laki sebesar 22,8%) daripada laki-laki di perkotaan. Terdapat dua kelompok faktor risiko yang dapat memicu munculnya hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa contoh dari faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain keturunan atau riwayat hipertensi di dalam keluarga, apabila riwayat hipertensi tersebut diperoleh dari kedua orang tua kandung, maka kemungkinan besar mengalami hipertensi. Dilihat dari faktor jenis kelamin, laki-laki cenderung lebih mudah terserang hipertensi hal tersebut kemungkinan terjadi karena laki-laki memiliki lebih banyak faktor pendorong terjadinya hipertensi, contohnya stress, kelelahan dan pola makan yang tidak terkontrol. Namun ketika perempuan mengalami menopause (sekitar 45 tahun) risiko peningkatan terjadinya hipertensi bertambah. Pada umumnya, laki-laki pada usia di atas 31 tahun lebih rentan terserang hipertensi, sedangkan pada perempuan terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).

Beberapa faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan/obesitas yang telah terbukti bahwa memiliki hubungan erat dengan terjadinya hipertensi di waktu yang akan datang karena daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang tinggi dibanding dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal. Membatasi konsumsi garam secara berlebih karena garam memiliki sifat menahan air dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah, diet garam dan tidak mengkonsumsi makanan yang telah diasinkan. Melakukan olahraga secara rutin dan aktif dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan


(25)

darah. Olahraga dapat menurunkan berat badan melalui proses pembakaran lemak serta dapat menurunkan kadar garam dalam tubuh, karena garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Konsumsi alkohol secara berlebihan berkaitan dengan hipertensi. Pada orang yang menderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan konsumsi alkohol. Stres memiliki hubungan dengan hipertensi, apabila seseorang stres maka tekanan darahnya akan naik dalam jangka waktu pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan darah secara otomatis (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?

b. Apakah perbedaan usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi perbedaan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?

2. Keaslian penelitian

Sepanjang penelusuran peneliti, judul penelitian ini belum pernah diteliti. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah dengan kajian faktor umur dan jenis kelamin yang telah dipublikasikan antara lain:


(26)

Tabel I. Keaslian penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

Rahajeng dan Tuminah, 2009

Prevalensi hipertensi secara nasional sebesar 28,3%. Proporsi pada

usia ≥45-54 tahun lebih tinggi dari kontrol. Pada

usia ≥75 tahun memiliki peningkatan risiko dengan seiring bertambahnya usia. Proporsi laki-laki bermakna memiliki risiko hipertensi 1,25 kali daripada

perempuan.

Penelitian ini

menggunakan metode analisis cross – sectional, tekanan darah >140/90 mmHg. Menggunakan variabel bebas seperti umur, jenis kelamin, merokok, mengkonsumsi

alkohol, aktivitas fisik, diet (garam), BMI, pendidikan, pekerjaan.

Pada penelitian ini menggunakan data responden berumur >18 tahun ang berjumlah 567.530 orang. Menggunakan metode analisis kasus kontrol untuk mengetahui faktor yang berisiko terhadap hipertensi. meneliti variabel tentang status ekonomi serta tipe daerah (kota/desa). Rahayu,

2012

Jumlah responden yang menderita hipertensi (33,7%) lebih sedikit daripada jumlah responden yang tidak hipertensi (66,3%), umur rata-rata penderita hipertensi 49,21 tahun. Berdasarkan jenis kelamin di dapat presentase hipertensi pada perempuan lebih besar daripada laki-laki

Menggunakan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini menganalisis hubungan antara umur, jenis kelamin, genetik, mengkonsumsi makanan asin, BMI, merokok, olahraga.. Penelitian ini sampel diambil secara acak menggunakan simple random sampling. Menggunakan tekanan darah >140/90 mmHg sebagai kategori hipertensi.

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Dalam mengumpulkan data penelitian ini menggunakan kuisioner. Bersmin, et al., 2009 Prevalensi pada

perempuan dan laki-laki sebesar 10%,

ketidaksadaran

responden sebesar 65% dan yang menggunakan terapi sebesar 71%.

Menggunakan desain analisis cross-sectional. Prevalensi hipertensi dilaporkan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah. Variabel sosiodemografi yang digunakan antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan.

Menggunakan rentang umur 25-84 tahun. Dalam mengumpulkan data digunakan kuisioner. Variabel

sosiodemografi yang digunakan bahasa pokok sewaktu dirumah dan status asuransi kesehatan.


(27)

Lanjutan..

Hasil Persamaan Perbedaan

Gu, Reynolds, Wu,Chen ,Duan,M untner,et al., 2002 Prevalensi hipertensi pada laki-laki usia 45-54 sebesar 28,2%; usia 64-74 sebesar 47,3%, prevalensi pada perempuan usia 45-54 sebesar 26,8%; usia 64-74 sebesar 50,2%. Kesadaran responden hipertensi sebesar 44,7%, menerima terapi sebesar 28,2% dan yang mengontrol hipertensinya sebesar 8,1%. Menggunakan desain analisis cross-sectional, Teknik sampling multistage cluster, tekanan darah

≥140/90 mmHg sebagai kategori hipertensi. Variabel yang digunakan usia dan jenis kelamin.

Tempat penelitian berbeda dan rentang usia yang digunakan berbeda yaitu 35-74 tahun.

Greta, 2014

Prevalensi hipertensi sebesar 55,8% dengan proporsi laki-laki sebesar 44,6% dan perempuan 55,4%. Responden yang sadar menderita hipertensi 29,1%, yang melakukan terapi secara rutin 2,6% dan yang jarang

melakukan terapi 14,7%. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan kesamaan variabel antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, merokok, pola makan, BMI,

konsumsi alkohol dan riwayat penyakit. Dalam penelitian ini juga dilaporkan hasil prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi dan menggunakan teori Rule of Halves.

Pada penelitian ini menggunakan responden dengan

umur ≥ 40 tahun dan

teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-random dengan jumlah responden penelitian 265 orang.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat melihat pengaruh antara faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian responden hipertensi.


(28)

b. Manfaat praktis.

Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai tekanan darah responden sehinga responden dapat melakukan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan setelah mengetahui tekanan darahnya. Penelitan juga diharapkan dapat memberikan Informasi terkait faktor risiko kesehatan kepada penderita hipertensi sehingga dapat membantu masyarakat, peneliti selanjutnya atau institusi dibidang kesehatan seperti puskesmas dalam menurunkan tingkat prevalensi hipertensi, meningkatkan kesadaran hipertensi, meningkatkan terapi hipertensi dan dapat mengendalikan tekanan darah responden di Kabupaten Sleman, DIY.

B. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015.

b. Tujuan khusus.

1. Menghitung berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah yang ada pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.


(29)

2. Melakukan evaluasi perbedaan usia dan jenis kelamin terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.


(30)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

Sekitar sepertiga dari orang dewasa di sebagian besar masyarakat negara maju dan berkembang di dunia mengalami hipertensi. Oleh sebab itu hipertensi adalah kondisi kronis yang paling sering ditangani oleh dokter, keperawatan dan praktisi kesehatan lain. Ada hubungan yang erat antara tingkat tekanan darah dan risiko kejadian kardiovaskular, stroke dan penyakit ginjal (Weber, et al., 2014).

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik seseorang berada pada nilai ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik menunjukkan nilai ≥ 90 mmHg dan/atau sedang mengkonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah tingginya (Ostchega, et al., 2008). Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang umumnya tekanan darah tersebut akan naik atau bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Chobaniam, et al., 2003). Awalnya kebanyakan dari penderita tekanan darah tinggi mengalami tahap tekanan darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis hipertensi, serta banyak diagnosis hipertensi terjadi pada umur antara dekade ketiga dan kelima. Hingga umur 55 tahun, lebih banyak laki-laki yang menderita hipertensi dibanding dengan perempuan. Umur 55 – 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding dengan laki-laki yang menderita hipertensi sedangkan pada populasi lansia dengan umur ≥60 tahun, prevalensi hipertensinya sebesar 65,4% ( Prodjosudjadi, 2000).

Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada banyak pasien tidak diketahui faktor penyebab terjadinya hipertensi mereka (essensial atau hipertensi


(31)

primer). Sementara itu hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Sebagian kecil dari pasien memiliki faktor penyebab hipertensi mereka yang spesifik (hipertensi sekunder) dan apabila penyebab hipertensi sekunder ini dapat diidentifikasi maka hipertensi pada pasien tersebut dapat berpotensi untuk disembuhkan (Dipiro, et al., 2005). Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi primer (Chobaniam, et al., 2003). Kurang dari 10% dari penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder dimana dapat dikarenakan penyakit dan pengonsumsian obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dalam tabel dibawah ini merupakan penyakit dan obat-obatan yang memiliki efek meningkatkan tekanan darah:

Tabel II. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi

Penyakit Obat

Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH Hiperaldosteronisme primer Estrogen ( pil KB dengan kadar

estrogen yang tinggi) Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 inhibitor

Sindroma Cushing Fenilpropanolamine dan analog Pheochromocytoma Cyclosporin dan tacrolimus

Koarktasi aorta Eritropoetin

Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin

Antidepresan ( terutama venlafaxine) NSAID: non-steroid-anti-inflamatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik hormon

(Depkes RI, 2006)

Menurut European Society of Hypertension (ESH) and European Society of Cardiology (ESC) Guidelines 2013 mengklasifikasikan tingkat tekanan darah, sebagai berikut:


(32)

Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg) Berdasarkan ESH/ESC

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal <120 dan <90

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal kategori tinggi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi kelas 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi kelas 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi kelas 3 ≥180 dan/atau ≥110 Hipertensi isolasi sistolik ≥140 dan <90

(Mancia, et al., 2013) B. Kesadaran Hipertensi

Kesadaran tentang hipertensi dapat diartikan sebagai orang yang telah diberitahu oleh dokter atau paramedis bahwa ia memiliki hipertensi dan menanyakan lebih lanjut tentang pengobatan yang harus mereka dapatkan (Kiau, et al., 2013). Apabila dibandingkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, maka dapat dilihat adanya penurunan prevalensi dari 31,7% menjadi 25,8% secara nasional dan hal ini cukup menggembirakan. Namun hal yang masih perlu mendapatkan perhatian adalah adanya ketidaksadaran masyarakat jika dirinya ternyata menderita hipertensi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena masih sangat banyak masyarakat yang kurang menyadari jika dirinya mengidap hipertensi yang setiap saat bisa mengancam jiwa mereka karena stroke atau penyakit jantung.

Tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini salah satunya dapat dikarenakan oleh seringnya perempuan mengunjungi pusat kesehatan atau pratik dokter, antara lain dalam konsultasi kehamilan, pengendalian kelahiran dan konsultasi tentang anak-anak mereka contohnya imunisasi atau kegiatan posyandu, sehingga secara tidak langsung, para perempuan atau ibu ini


(33)

juga ikut memeriksakan kesehatan mereka termasuk pemeriksaan tekanan darah (Pereira, et al., 2009).

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan umum dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas yang terkait hipertensi dan mortalitas. Morbiditas dan mortilitas ini terkait dengan target kerusakan organ akibat hipertensi, misalnya, kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal (Dipiro, et al, 2005). Mengurangi risiko yang masih dapat dikendalikan sebagai penyebab hipertensi sebagai contoh merokok, mengurangi konsumsi garam dengan program diet, BMI, olahraga, dan faktor stress.

Terapi yang dapat diterapkan pada pasien hipertensi dapat dibedakan sebagai terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi:

1. Terapi non-farmakologi

Perubahan gaya hidup merupakan dasar bagi pencegahan tingkat kejadian hipertensi. Efek dari perubahan gaya hidup dengan menargetkan penurunan tekanan darah dapat setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal obat hipertensi, meskipun kelemahannya adalah tingkat kepatuhan yang sewaktu – waktu dapat berubah. Perubahan gaya hidup dapat menunda dan mencegah terjadinya hipertensi pada subyek yang belum terdiagnosis hipertensi secara aman dan efektif.

Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2006:


(34)

Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Kira-kira

penurunan tekanan darah (range) Penurunan berat

badan (BB)

Pelihara berat badan normal (BMI :

18.5-24.9)

5-20 mmHg/10 kg penurunan berat

badan Adopsi pola makan

DASH

Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah

lemak

8-14 mmHg

Diet rendah sodium Mengurangi sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g

sodium atau 6 g sodium klorida)

2-8 mmHg

Aktifitas fisik Aktifitas fisik reguler seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa

hari/minggu

4-9 mmHg

Mengurangi konsumsi alkohol

Batas minum alkohol tidak lebih dari 2/hari ( 30 mL etanol, misal 720 mL beer, 300 mL wine) untuk laki-laki

dan 1/hari untuk perempuan

2-4 mmHg

Keterangan: BMI, Body Mass Index ; BB, Berat Badan ; DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension.

2. Terapi farmakologi

Pemilihan obat untuk hipertensi dipengaruhi oleh usia, etnis/ras, dan karakteristik klinis lain dari pasien. Pilihan obat juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lain terkait hipertensi, misalnya, diabetes dan penyakit koroner. Obat yang dikonsumsi sekali sehari (long-acting) lebih diminati oleh pasien karena lebih sederhana dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsinya dibanding ketika mereka mendapat terapi rejimen yang terdiri lebih dari 1 jenis obat. Obat tunggal dapat dikonsumsi pada pagi hari


(35)

atau malam hari sebelum tidur (Weber, et al., 2014). Pilihan obat hipertensi dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain:

a. Angiotensi Receptor Blocker (ARB)

ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) karena angiotensin II tidak berikatan dengan AT1 maka akan berikatan dengan AT2. Stimulasi reseptor AT2 akan menyebabkan vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel akan tetap terjadi ketika ARB digunakan (Dipiro, et al., 2009). Contoh obatnya antara lain candesartan, losartan, valsartan, irbesartan, olmesartan, dan telmisartan (DIH, 2007). b. Angiotensin Converting Enzim inhibitor (ACEi)

ACE inhibitor memblokir ACE, sehingga menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Dengan menghalangi ACE, vasodilatasi dan penurunan aldosteron terjadi. Sebagai akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal meningkat (Dipiro, et al., 2009). Contoh obatnya antara lain, benazepril, captopril dan enalapril (DIH, 2007).

c. Calcium Chanel Blockers (CCB)

CCB bekerja dengan menghambat masuknya kalsium melewati membran sel atau respon vaskuler terhadap angiotensin. Contoh obat golongan CCB anatara lain amlodipine dan nifedipine (DIH, 2007).


(36)

d. Diuretik

Obat-obatan golongan diuretik bekerja dengan mengeluakan cairan tubuh (melalui air kencing), sehingga menyebabkan cairan dari dalam tubuh berkurang, dengan demikian daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada penurunan tekanan darah. Obat golongan diuretik digunakan sebagai pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit penyerta lain, contohnya adalah hidroclorotiazid (Depkes RI, 2006).

D. Pengendalian Tekanan Darah

Hipertensi merupakan peyebab utama dari kejadian penyakit jantung dan stroke, hal ini merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh lembaga-lembaga kesehatan pemerintah dan para praktisi medis untuk dapat mengendalikan hipertensi, baik pada satu individu pasien maupun pada tingkat populasi di masyarakat (Singh, et al., 2000). Hingga saat ini masih terdapat banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan bahkan jumlahnya terus meningkat. Apabila pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan pula kejadian stroke, peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal. Hipertensi yang dapat dikendalikan maka akan mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga, masyarakat, pemerintah terhadap yang diakibatkannya (Sofia, 2014).

Kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang telah minum obat hipertensi masih rendah yaitu 24,2%, hal ini menunjukkan 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan. Analisis lebih lanjut pun menunjukkan hanya sekitar 18% mempunyai tekanan darah yang terkontrol dari yang telah terdiagnosis (Turana, 2007). Terdapat pergeseran pola makan di


(37)

Indonesia yang mengarah pada makanan cepat saji dan makanan yang diawetkan serta mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat yang mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Maka Indonesian Society of Hypertension melalui berbagai kesempatan selalu mempromosikan dan mengedukasi masyarakat untuk melakukan gaya hidup sehat, diet sehat dengan mengkonsumsi makanan tinggi buah, sayur, rendah lemak jenuh dan kolesterol, rendah garam serta produk susu rendah lemak, aktivitas fisik secara teratur, mempertahankan berat badan ideal, lingkar pinggang ideal dan berada di lingkungan yang bebas asap rokok.

Meskipun pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh pengobatan, bukan hal yang tidak mungkin untuk memisahkan sampai sejauh mana perbedaan dalam pengendalian tekanan darah apakah dari perbedaan dalam pengobatan menggunakan obat anti hipertensi atau dari faktor lain. Pada faktor jenis kelamin, perempuan merupakan indikator yang kuat dari keberhasilan pengendalian hipertensi (Pereira, et al., 2009).

E. The Rule of Halves

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu faktor risiko kardiovaskular yang paling sering terjadi dan dapat diobati. Menurut beberapa penelitian “Rule of Halves” berlaku di negara berkembang (Panesar, et al., 2013). Secara sederhana kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi dapat ditunjukan melalui “Rule of Halves” yaitu setengah dari responden menderita hipertensi, setengah dari penderita hipertensi sadar, setengah dari penderita hipertensi yang sadar menerima terapi dan setengah dari penderita hipertensi yang mendapatkan


(38)

terapi mengontrol tekanan darah mereka (Danon-Hersch, et al., 2009). “Rule of Halves” untuk keadaan hipertensi adalah setengah orang-orang dengan tekanan darah tinggi tidak diketahui (“rule 1”), setengah dari mereka diketahui tidak terobati (“rule 2”) dan setengah dari mereka yang terobati tidak mengontrolnya (“rule 3”) (Janus, et al., 2008).

F. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Agency for Healthcare Research and Quality, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi medis yang serius. Hal ini terjadi ketika kekuatan memompa darah melalui arteri terlalu kuat. Adanya kesadaran tentang pentingnya tekanan darah bagi kesehatan, maka pasti akan paham betapa pentingnya memeriksa atau mengecek tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dapat dilakikan sendiri maupun meminta petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan) untuk mengukurnya. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat yang disebut sphygmomanometer. Dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan sphygmomanometer manual maupun digital. Penggunaan spghmomanometer hingga saat ini dianggap cara yang paling baik karena ketepatannya dalam mengukur tekanan darah. Apabila ingin mengukur tekanan darah secara mandiri di rumah, saat ini sudah beredar alat pengukur tekanan darah digital (tanpa air raksa namun menggunakan baterai) yang mudah dan praktis cara penggunaannya (Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2012).

Pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur tekanan darah yaitu spghmomanometer akan menghasilkan dua angka hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistole dan diastole. Angka yang ditunjukkan pertama yang lebih besar


(39)

nilainya, menunjukkan tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil nilainya, menunjukkan tekanan darah diastole. Sistole adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung kontraksi). Diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah dari seluruh tubuh kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong (Yeni, Djananh, dan Solikhah, 2010).

G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu jenis dari Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius, hipertensi disebut sebagai the silent killer. Apabila hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyerang target organ lain, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Beberapa faktor risiko yang saling terkait dengan hipertensi yang harus diperhatikan antara lain usia, obesitas, aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi garam, konsumsi alkohol dan merokok (Thawornchaisit, et al., 2013). Menurut Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, terdapat 2 kelompok faktor risiko penyakit hipertensi, yaitu:

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain umur, jenis kelamin dan faktor genetik.

b. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktivitas gerak, kelebihan berat badan, konsumsi alkohol, stres dan konsumsi garam berlebih.


(40)

1. Faktor umur

Tingkat prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Adanya peningkatan prevalensi seiring dengan bertambahnya umur, dari 7,3% yang berumur 18-39, menjadi 32,4% yang berumur 40-59 dan 65,0% di antara yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, terjadi peningkatan kesadaran seiring bertambahnya umur. Kesadaran hipertensi diantara yang berumur 18-39 tahun sebesar 61,8%, kesadaran hipertensi yang berumur 40-59 tahun sebesar 83,0% dan pada umur ≥60 tahun sebesar 86,1%. Penggunaan terapi obat untuk menurunkan tekanan darah juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, 44,5% yang berumur 18-39 tahun, 73,7% yang berumur 40-59 tahun dan 82,2% yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, pada umur 18-39 tahun (34,4%) cenderung kurang memiliki tekanan darah yang terkontrol dibandingkan yang berumur 40-59 tahun (57,8%) atau pada umur ≥60 tahun sebesar 50,5% (Nwankwo, et al., 2013).

Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. dengan seiring bertambahnya umur, maka risiko terkena hipertensi juga menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan mortalitas sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Tingginya hipertensi berjalan seiring dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dari pembuluh darah besar, sehingga


(41)

lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi peningkatan pembuluh darah sistolik (Depkes RI, 2006). 2. Faktor jenis kelamin

Keberhasilan dari upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan terjadinya peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH). Terjadinya peningkatan UHH maka akan menambah jumlah lansia yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi akan cenderung mengalami peningkatan (Zuraidah, et al., 2012).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain faktor yang telah melekat atau tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin, umur dan genetik. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipetensi, di mana laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat terjadi karena diduga laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Namun, setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006).

Sesuai dengan teori medis dan berdasarkan hasil penelitian nasional (Riskesdas tahun 2007) menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki pada usia muda. Namun prevalensi


(42)

hipertensi pada perempuan mulai lebih tinggi dari laki-laki saat mendekati umur 35 tahun. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat melindungi perempuan terhadap hipertensi. Kadar estrogen akan menurun saat menopause (Isfandari, 2015). Penggunaan kontrasepsi hormonal diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan kanker, serta dapat mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologis pada perempuan (Isfandari, 2015). Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006), penggunaan obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi akan meningkat dengan lamanya penggunaan. Perempuan yang menggunakan obat konrasepsi oral harus memeriksakan tekanan darahnya secara teratur.

Adanya hubungan distress emosional, jenis kelamin dan status ekonomi yang sangat jelas. Perempuan memiliki insiden kesehatan mental yang buruk dua kali lebih tinggi, dan masalah mental meningkat seiring dengan penurunan pendapatan. Bahkan dalam jaminan keamanan pada pekerjaan yaitu adanya pekerjaan sementara tanpa jaminan asuransi dan gaji teratur, laki-laki memiliki posisi yang lebih baik di lapangan atau industri, sedangkan perempuan bekerja di sektor unskilled. Pendapatan perempuan 40% lebih rendah daripada laki-laki. Selain bekerja, perempuan juga memiliki tanggung jawab keluarga. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi distress emosional pada perempuan dengan umur 15 tahun keatas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, hal ini menjadi kontributor terjadinya kejadian hipertensi pada perempuan lebih dini.


(43)

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi khususnya pada laki-laki, faktor-faktor tersebut antara lain umur, riwayat keluarga dengan hipertensi, obesitas, asupan garam yang terlalu tinggi, merokok dan kebiasaan mengkonsumsi kopi. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun. Pada kelompok penduduk umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang cukup tinggi yaitu 54,5%. Setiap harinya dapat menghisap lebih dari satu pak rokok per orangnya, karena kebiasaan merokok ini menjadikan dua kali lebih rentan terhadap hipertensi daripada mereka yang tidak merokok. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya hipertensi pada laki-laki. Kebiasaan merokok dan konsumsi kopi merupakan gaya hidup yang dilakukan oleh laki-laki. Kopi adalah suatu bahan minuman yang biasa dikonsumsi yang mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada jantung. Kandungan pada kopi yaitu kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga jantung dipacu untuk mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Setiap satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga apabila minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Wahyuni, 2013).

H. Landasan Teori

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Anies, 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,


(44)

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Banyak orang yang meninggal dikarenakan hipertensi karena mereka tidak menyadari menderita hipertensi sehingga terlambat untuk mencegah atau mengobati hipertensi (Depkes RI, 2009). Terapi terhadap pasien hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan dapat dilakukan, namun mengurangi tekanan darah tersebut tidak menjamin bahwa kerusakan organ tidak terjadi (Dipiro, et al., 2005). Apabila pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan pula kejadian stroke, peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal (Indonesian Society of Hypertension, 2014).

Prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hampir setengah dari orang tua yang berusia 60-64 tahun mengalami hipertensi. hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka kemungkinan akan terjadinya hipertensi juga akan meningkat. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan edukasi tentang kesehatan dan pentingnya tekanan darah bagi kesehatan serta adanya intervensi untuk pengendalian dan pencegahan hipertensi dikalangan lanjut usia. Bagi penduduk dengan usia kurang dari 50 tahun, laki-laki memiliki tingkat hipertensi lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi pada perempuan yang mendekati atau memasuki masa menopause pada usia 50 tahun keatas akan memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi daripada laki-laki dengan usia diatas 50 tahun, hal ini karena perempuan kehilangan peran estradiol endogen yang berperan sebagai pelindungan dari tekanan darah tinggi (Wang, et al., 2013).


(45)

Menurut penelitian The National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) di kalangan penduduk Amerika pada tahun 2007-2008 menunjukka bahwa pengobatan, kesadaran dan kontrol hipertensi memiliki presentase sebesar 80,6%, 73,7% dan 30,3%. Hasil dari penelitian Wang, et al, (2013) menunjukkan bahwa kesadaran hipertensi dan pengobatan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yang sering ditemui baik di negara maju maupun berkembang. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki sangat jarang mengunjungi dokter, memiliki waktu yang lebih singkat ketika sedang berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau dokter dan cenderung mengunjungi dokter setelah mereka terkena suatu penyakit. Pengaruh sosial dan komprehensif pada perempuan dan laki-laki dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan faktor kepribadian, maka hal ini dapat memperjelas mengapa perempuan memiliki kesadaran, pengobatan dan kontrol hipertensi yang lebih tinggi.

“Rule of Halves” pada hipertensi ditunjukkan dengan setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui layanan kesehatannya, setengah dari mereka diketahui hipertensi/tidak menerima terapi dan setengah dari mereka yang menerima terapi dan terkontrol (Kutnikar, et al., 2014).

I. Hipotesis

Adanya perbedaan faktor umur dan jenis kelamin yang dapat berpengaruh terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.


(46)

25 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observasional, pada penelitian ini tidak dilakukan manipulasi atau intervensi pada subyek yang diteliti. Penelitian dilakukan dengan hanya melakukan pengamatan (observasi) saja pada subyek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dengan rancangan penelitian cross-sectional yang dirancang untuk meneliti beberapa fenomena dengan cara mengukur dalam satu waktu. Dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung yang terstruktur menggunakan panduan pertanyaan dalam bentuk Case Report Form (CRF).

Case Report Form (CRF) merupakan suatu dokumen khusus yang digunakan dalam sebuah penelitian klinis. CRF harus sesuai dengan aturan dalam penelitian yang memiliki isi yang kuat dan mencakup materi sesuai dengan data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian (Bellary, Krishnankutty and Latha, 2014). Selain menggunakan panduan pertanyaan yang terdapat di CRF, dalam pengumpulan data dilakukan juga pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan serta pengukuran tinggi badan.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Umur

b. Jenis kelamin. 2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.


(47)

3. Variabel pengacau Gaya hidup dan hormonal

C. Definisi Operasional

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

Umur Responden penelitian

adalah penduduk di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang berusia 40 – 75 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dari wawancara sebelumnya. Pengelompokan umur dilakukan berdasarkan Nwankwo (2013).

Kategorikal 1. 60-75 tahun

2. 40-59 tahun

Jenis Kelamin Responden penelitian

adalah penduduk laki-laki dan perempuan.

Pengelompokan jenis kelamin dilakukan berdasarkan

Thawomchaisit, et al (2013).

Kategorikal 1. Laki-laki

2. Perempuan

Aktivitas Fisik Responden penelitian melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara rutin. Dapat dikatan rutin berolahraga apabila

melakukan olahraga berupa jalan kaki atau lari minimal 1 kali seminggu. Dapat dikatakan tidak rutin apabila tidak pernah melakukan olahraga. Pengelompokan pengaturan aktivitas fisik dilakukan berdasarkan AHA (2014).

Kategorikal 1. Tidak Rutin


(48)

Lanjutan...

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Penilaian

Merokok Responden penelitian setiap

hari merokok atau dahulu pernah merokok, dalam satu rumah ada yang merokok dan ditempat kerja ada yang merokok (perokok pasif). Pengelompokan merokok berdasarkan CDC (2015).

Kategorikal 1. Merokok

2. Tidak

Merokok

Pengaturan Diet Pengukuran pengaturan diet responsen penelitian yaitu responden setiap hari mengatur konsumsi garamnya saat masak sehingga tidak berlebihan, jarang mengkonsumsi jeroan, daging berlemak atau bergajih, santan, mie atau makanan instan, kecap, saus, gorengan, dan

seberapa sering dalam mengkonsumsi buah, sayur dan susu rendah lemak setiap harinya.

Pengelompokan pengaturan diet dilakukan berdasarkan U.S Departement of Health and Human Services (2006).

Kategorikal 1. Tidak

Mengatur Diet 2. Mengatur Diet

BMI (Body Mass Index)

BMI dihitung dengan rumus:

BMI=

Berat badan (kg) Tinggi badan (m2) Pengelompokan BMI dilakukan berdasarkan WHO (2004).

Kategorikal 1. ≥23 kg/m2


(49)

Lanjutan...

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Penilaian

Pendidikan Pendidikan terakhir yang

telah ditempuh oleh responden penelitian. pengelompokan pendidikan dilakukan berdasarkan Zhang, et al (2013).

Kategorikal 1. ≤SMP

2. >SMP

Akivitas dalam bekerja

Kegiatan aktif yang dilakukan oleh responden penelitian untuk

mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok jenis pekerjaan yang banyak melakukan aktivitas fisik (buruh,petani) dan kelompok jenis

pekerjaan yang kurang menggunakan aktivitas fisik (pekerja kantoran).

Pengelompokan jenis pekerjaan dilakukan berdasarkan Muhammadun (2010).

Kategorikal 1. Jenis

pekerjaan yang kurang melakukan aktivitas fisik 2. Jenis pekerjaan yang banyak melakukan aktivitas fisik.

Penghasilan Penghasilan yang diperoleh

responden selama satu bulan bekerja dengan batas UMR adalah

Rp.1.200.000,00. Bagi responden yang sudah berkeluarga batas UMR adalah Rp.2.400.000,00. Pengelompokan

penghasilan dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DIY (2015).

Kategorikal 1. ≤UMR


(50)

Lanjutan...

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Penilaian

Prevalensi Presentase responden

penelitian yang hipertensi dan yang tidak hipertensi. Standar pengukuran tekanan darah pada penelitian ini adalah berdasarkan klasifikasi menurut ESH dan ESC Guidelines 2013.

Kategorikal 1. Hipertensi

(Tekanan darah ≥140/90 mmHg) 2. Tidak hipertensi (Tekanan darah <140/90 mmHg)

Kesadaran Kesadaran masyarakat akan

hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur menggunakan CRF, apakah responden pernah

melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap hipertensi.

Kategorikal 1. Sadar

hipertensi 2. Tidak sadar

hipertensi

Terapi Responden yang

mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi dan yang melakukan terapi baik dengan obat

(farmakologi) maupun tidak menggunakan obat (non-farmakologi).

Kategorikal 1. Terapi (Rutin terapi secara farmakologi maupun non-farmakologi) 2. Tidak Terapi (Tidak pernah terapi secara farmakologi maupun non-farmakologi).

Pengendalian Tekanan darah yang

dikendalikan

< 140 mmHg sesuai target menurut ESC/ ESH Guidelines 2013.

Kategorikal 1. Terkendali

2. Tidak terkendali


(51)

D. Subyek Penelitian

Responden merupakan subjek yang dijadikan target pada penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang berumur 40-75 tahun di Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Dhuri, Sambirejo, dan Surokerten di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kriteria inklusi adalah semua penduduk yang berumur 40 - 75 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia mengisi Inform consent dan responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya. Responden penelitian dari Padukuhan Pundung dan Surokerten sampling dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat yang berusia 40-75 tahun di satu tempat. Responden penelitian dari Padukuhan Dhuri, Jetis, Grumbulgude dan Sambirejo sampling dilakukan secara door to door. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui prevalensinya, rumus yang digunakan adalah:

� = �� � � �� = ,9 ,� , � , = 9 , ∗ dibulatkan menjadi

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan Z = Derajat kepercayaan

P1 = Proporsi yang melakukan terapi

P2 = (1-p) = Proporsi yang tidak melakukan terapi d = Limit eror atau presisi absolut

(Dahlan, 2013). Berdasarkan perhitungan besar sampel “Rule of Halves” jumlah 100 sampel tersebut diharapkan terdapat pada responden yang menjalani terapi hipertensi, sehingga dapat diperoleh jumlah sampel pada responden yang sadar hipertensi dan prevalensi, sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 800 responden. Pada


(52)

penelitian ini responden yang masuk kriteria inklusi sebanyak 813 responden dan yang termasuk kriteria eksklusi sebanyak 3 responden.

*Hasil didapatkan berdasar rumus prevalensitidak diketahui untuk menentukan proporsi responden

Gambar 1. Bagan perhitungan besar sampel menggunakan rumus prevalensi tidak diketahui

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 6 Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yaitu Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Dhuri, Padukuhan Sambirejo dan Padukuhan Surokerten. Penelitian berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2015.

Gambar 2. Bagan lokasi penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kabupaten

Sleman

Kecamatan Kalasan

Desa Tritomartani

Padukuhan Jetis Padukuhan

Pundung Padukuhan Dhuri

Desa Selomartani

Padukuhan Grumbulgede

Padukuhan Surokerten Padukuhan


(53)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Demografi)”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 8 orang. Pada setiap padukuhan diteliti oleh 8 orang yang sesuai dengan faktor yang diteliti antara lain umur, jenis kelamin, BMI, pengaturan diet, merokok, olahraga, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Fokus peneliti hanya pada faktor umur dan jenis kelamin.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan untuk memilih lokasi penelitian dilakukan dengan multistage random sampling. Multistage random sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan unit sampel yang lebih kecil dan lebih kecil lagi pada setiap tahapnya. Sampel dapat dikatakan baik apabila sampel tersebut representatif, yang dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. Menurut Kerlinger dan Lee (2000) besar sampel sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal sampel dalam penelitian kuantitatif dan jumlah tersebut dapat memperkecil resiko sampel tidak representatif. Jumlah tersebut juga telah memenuhi batas minimum 30 sampel sebagai pertimbangan untuk pengolahan statistik.


(54)

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan jika populasi penelitian heterogen. Cluster random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara berkelompok (Budiarto, 2002).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Case report Form (CRF), Inform consent, dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah responden berupa sphygmomanometer digital, timbangan dan alat pengukur tinggi badan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka alat yang digunakan harus akurat dan telah dikalibrasi maupun diorientasi. Sphygmomanometer digital sebelum digunakan dilakukan orientasi dengan sphygmomanometer raksa untuk melihat perbedaan angka pengecekan pada subjek yang sama dan waktu yang sama. Apabila pengukuran tekanan pertama dan kedua memiliki selisih >10 mmHg dilakukan pengukuran sekali lagi pada lengan yang berbeda. Meteran dan timbangan sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu di Badan Metrologi DIY. Sebelum sphygmomanometer digital digunakan dilakukan uji realibiltas terlebih dahulu pada 3 probandus dengan melakukan 3 kali pengukuran dan hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki realibilitas yang baik.


(55)

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode multistage random sampling.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Dilakukan permohonan ijin yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada DIY untuk mendapatkan ethical clearence. Permohonan ijin ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan hasil pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan.

3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh

Permohonan ijin dan kerjasama diajukan kepada Kesatuan Bangsa, BAPPEDA, Kecamatan Kalasan, Kepala Desa Selomartani dan

Penentuan Lokasi Penelitian

Permohonan ijin dan kerjasama kepada Komisi Etik

dan Kepala Dukuh

Penyusunan Casee

Report Form dan InForm Consent

Pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian Penetapan dan

seleksi pada calon responden penelitian Pengamatan dengan

mengukur tekanan darah responden

Penjelasan tentang hasil pengukuran dan

wawancara terhadap responden Pengumpulan dan pengolahan data responden penelitian


(56)

Tirtomartani serta Kepala Dukuh dari Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Surokerten, Sambirejo, dan Dhuri di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

4. Pembuatan Case Report Form dan Inform consent

Inform consent yang dibuat harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedoteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Case report Form (CRF) merupakan selembar kertas dengan ukuran A4 yang berisikan kolom-kolom pertanyaan sebagai sumber Informasi data penelitian untuk pengambilan hasil wawancara responden.

5. Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Pada sebuah penelitian dapat meminimalkan kesalahan dengan memaksimalkan reliabilitas (kepercayaan) dan validitas (kesahihan) hasil penelitian. Alat ukur atau instrumen yang baik harus dapat mengukur dengan benar (valid) dan konsisten (reliabel). Dengan pemilihan desain penelitian yang tepat akan maka akan menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya (reliable) dan sahih (valid). Instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dapat dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) ≤5%. Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen yang digunkan pada saat penelitian. Validitas penelitian adalah derajat kebenaran (keabsahan) kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian, yang dinilai berdasarkan melalui metode yang digunakan, keterwakilan sampel, dan sifat populasi asal sampel (Last,


(57)

2001). Reliabilitas adalah dimana tingkat ketepatan suatu instrumen mengukur apa yang harus diukur.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer digital. Sphygmomanometer digital menggunakan sensor tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri (MHRA, 2013). Dalam sejumlah survei di beberapa negara secara cross-sectional, perangkat sphygmomanometer digital telah menggantikan perangkat merkuri untuk mengukur tekanan darah (Ostchega, 2012). Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan jeda waktu 5 menit pada setiap pengukurannya pada 3 probandus menggunakan sphygmomanometer digital dan raksa kemudian masing-masing hasil dari pengukuran tersebut dihitung nilai coefficient of variation (CV).

Validasi instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah 3 probandus yang dilakukan sebanyak 2 sampai 3 kali dengan jeda waktu 2 menit menggunakan sphygmomanometer digital dan sphygmomanometer raksa. Setalah pengukuran dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji t-berpasangan dan instrumen dinyatakan valid apabila p>0.05. Instrumen untuk menimbang berat badan responden berupa timbangan berat badan dilakukan penaraan di Balai Metrologi, DIY.


(58)

6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian

Setelah mendapat ijin dari enam Kepala Dukuh maka dilakukan penetapan responden penelitian yang dilakukan secara door to door atau dari rumah ke rumah. Setelah bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian kepada calon responden. Bagi responden yang telah bersedia mengikuti beberapa tahap penelitian maka segera dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Pertanyaan wawancara sesuai dengan isi CRF setelah semua pengukuran selesai dilakukan. Setelah semua pengukuran dan wawancara selesai, responden penelitian diminta untuk menandatangani Inform consent. 7. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden penelitian dilakukan setelah peneliti menyatakan tujuan dan meminta persetujuan dari responden serta sedikit menanyakan kegiatan fisik apa yang dilakukan responden sebelum dilakukan pengukuran seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30 menit sebelum dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan posisi duduk. Lengan kiri responden diletakkan diatas meja sehingga manset yang akan dipasang dapat sejajar dengan posisi jantung responden. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer digital OMRON® HEM -7203. Pada saat akan dilakukan pengukuran tekanan darah, lengan baju yang panjang sebaiknya disingsingkan sehingga tidak menghambat aliran darah di daerah lengan dan meminta responden untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran.


(59)

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak antara dua pengukuran antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan. Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua terdapat selisih >10 mmHg maka pengukuran diulangi untuk ketiga kalinya setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset dari lengan. Kemudian hasil pengukuran dicatat dan nilai yang paling mendekati dihitung rata-ratanya.

8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden

Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, selanjutnya hasil pengukuran akan dijelaskan oleh peneliti kepada responden. Pemberian informasi mengenai pencegahan hipertensi dilakukan apabila responden memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Wawancara berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada CRF dilakukan disela-sela memberikan penjelasan kepada responden. Informasi yang telah didapatkan akan dikelompokkan sebagai data analisis.

9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian

Setelah dilakukan pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur pada CRF, data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori kemudian diolah secara manual dengan bantuan komputer untuk mengubah data tersebut menjadi sebuah informasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pengolahan data diawali dengan proses editing yaitu dengan memeriksa kelengkapan data yang dibutuhkan. Entry dilakukan dengan memasukkan data yang telah didapatkan berdasarkan CRF kedalam Program Excel. Coding merupakan


(60)

proses dimana data diklasifikasikan menurut masing-masing kategori dengan memberikan kode 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan 2 untuk jenis kelamin perempuan. Proses terakhir cleaning yaitu dilakukan pengecekan data yang telah dimasukkan untuk memeriksa kembali agar data yang dimasukkan tidak ada yang salah.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer. Data yang dianalisis tersebut sudah merupakan data yang memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian data antara lain, analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel bebas (umur dan jenis kelamin) dan variabel tergantung (tekanan darah). Uji univariat berfungsi untuk mengetahui apakah data yang digunakan tersebut sudah layak dan melihat apakah data yang didapatkan telah optimal jika digunakan untuk analisis berikutnya (Umar, 2002).

Data yang telah dikelompokkan lalu diolah menggunakan uji normalitas untuk melihat dan mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menganalisis data setiap variabel penelitian karena jumlah responden penelitian ≥50 orang. Apabila data memiliki nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal (Dahlan, 2014). Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan Mann Whitney apabila data tidak terdistribusi normal. Uji t tidak berpasangan yaitu untuk mengetahui perbedaan rerata antarkelompok. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata antara kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap


(61)

kelompok umur 40-59 tahun. Untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor umur dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah dari data penelitian dilakukan Uji Chi Square. Dengan dilakukan Uji Chi Square dapat melihat ada tidaknya pengaruh kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden.

Apabila distribusi data normal maka digunakan mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Apabila distribusi data tidak normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran (Dahlan, 2014). Dinyatakan secara statistik apabila ukuran sampel semakin besar diharapkan dapat memberikan hasil yang semakin baik. Dengan menggunakan sampel yang besar, mean dan standar deviasi yang akan diperoleh akan memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyerupai mean dan standar deviasi populasi. Menurut Agung (2006), terdapat suatu teorema tentang variabel tunggal atau univariat, yaitu teorema limit sentral yang menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel yang mendekati tak terhingga. Dalam praktek, teorema limit sentral telah dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30.

K. Pembuktian Hipotesis

Hipotesis (H) yaitu pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang harus dijawab secara empiris. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menunjukkan tidak ada perbedaan antarkelompok atau tidak ada hubungan antarvariabel. H1 merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan.


(62)

Apabila Ho ditolak maka H1 diterima, atau dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap variabel tergantung yang diukur.

Gambar 4. Pembuktian Hipotesis

Ho : P1 = P2

H1,2,3,4 : P1≠P2 ; <0.05

P1 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 60-75 tahun atau berjenis kelamin laki-laki.

P2 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 40-59 tahun atau berjenis kelamin perempuan.

L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian

a. Adanya ketidakterbukaan responden mengenai Informasi yang diberikan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden.

Faktor Umur

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

Pengendalian (H4) Faktor Jenis Kelamin


(63)

b. Beberapa responden penelitian sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah baru saja menyelesaikan beberapa kegiatan fisik seperti bertani atau mencari pakan ternak sebaiknya beristirahat terlebih dahulu selama 5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah.

c. Beberapa responden yang sudah mengetahui mengalami tekanan darah tinggi dahulu pernah mengkonsumsi obat antihipertensi namun terkadang lupa untuk membelinya lagi ke apotek bahkan lupa dengan nama obat tersebut sehingga target terapi tidak tercapai.

2. Kelemahan Penelitian

Prevalensi hipertensi yang diwakili oleh responden yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg dilakukan pada waktu yang berbeda-beda yaitu pada pagi, siang dan malam hari. Perbedaan waktu pengukuran tekanan darah responden berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang masih dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik responden.


(64)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dengan judul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY dengan kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin” merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan pada enam padukuhan yang terdapat pada Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY melalui metode multistage random sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara langsung terstruktur dan pengukuran tekanan darah, tinggi badan serta berat badan. Dalam analisis data dilakukan analisis univariat yang merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan penjelasan secara kualitatif.

Hipertensi dapat menjadi penyebab dari komplikasi penyakit. Menurut World Health Organization (WHO) hipertensi ditetapkan sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian di dunia. Faktor pemicu utama dari stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung adalah hipertensi. Hasil survey kesehatan daerah pada tahun 2007 di Daerah Istimewa DIY (DIY) menunjukkan bahwa DIY merupakan provinsi dengan penderita hipertensi tertinggi ke lima di Indonesia. Presentase penderita hipertensi di DIY mencapai 35,80%. Berdasarkan Profile Kesehatan Sleman Tahun 2013, terdapat 63.377 kasus hipertensi primer di Kabupaten Sleman, kasus ini berada di peringkat kedua setelah kasus Common Cold. Pada penelitian ini dipilih Kecamatan Kalasan dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014 berdasarkan Data Hasil Konsolidasi dan


(65)

Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY dengan jumlah laki-laki sebanyak 39.455 jiwa dan perempuan 38.452.

Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015

Variabel n(%) p

Total Responden 813 (100%)

Umur (tahun) 40-59 60-75 581 (71,5%) 232 (28,5%) <0,01* Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 335 (41,2%) 478 (58,8%) <0,01* Body Mass Index (BMI)

≥23 kg/m2 <23 kg/m2

428 (52,6%) 385 (47,4%)

0,13 Mengatur pola makan

Ya Tidak 181 (22,3%) 632 (77,7%) <0,01* Merokok Ya Tidak 429 (52,8%) 384 (47,4%) 0,11 Mengatur Aktivitas Fisik

Rutin Tidak Rutin 315 (38,7%) 498 (62,3%) <0,01* Pendidikan ≤SMP >SMP 506 (62,2%) 307 (37,8%) <0,01* Penghasilan ≤UMR >UMR 610 (75,0%) 203 (25,0%) <0,01* Pekerjaan Fisik (aktif)

Pikiran (tidak aktif)

279 (34,3%) 534 (65,7%)

<0,01* *Nilai p<0,05 menunjukkan perbedaan bermakana

Berdasarkan tabel profil responden penelitian, total responden yang didapat sebanyak 813. Untuk melihat proporsi, presentase(%) dan nilai p (tabel


(1)

87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

89

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah

SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007), standar operasional pengukuran (SOP) tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital, antara lain:

1. Sebelum menggunakan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindari aktivitas fisik seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran.

2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stress. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenag serta posisi duduk.

3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehingga manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden. 4. Singsingkan lengan baju bagian kanan dan meminta responden untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat melakukan pengukuran tekanan darah. responden yang menggunakan baju berlengan panjang dapat disingsingkan lengan bajunya keatas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan.

5. Biarkan lengan dalm posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset.


(4)

6. Persiapkan manset, perhatikan bahwa manset diambil dengan cara yang benar dengan mengangkat secara keseluruhan (tidak ditarik salah saty bagiannya). 7. Pasang manset pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus/lembut

ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan, masukkan ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung bawah manset terletak kira-kira 1-2 cm diatas siku. Posisi pipa manset harus terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks. 8. Tarik manset dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. tekan kain

perekat secara benar pada kain bagian luar manset. Pastikan manset terpasang secara nyaman pada lengan kanan atas responden.

9. Tekan tombol “start” pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol.

10.Semua simbol gambar hati akan berkedip-kedip sampai denyut jantung tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam manset berkurang, angka sistolik, diastolik, dan denyut nadi akan muncul.

11.Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuan tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan

12.Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan.

13.Apabila pengukuran kedua terdapat selisih >10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat 10 menit dengan melepas manset pada lengan.

14.Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.


(5)

91

Lampiran 7. Case Repot Form (CRF)


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Tika Desi Indriyani, lahir di Indragiri Hilir, Riau pada tanggal 22 Desember 1993 dari pasangan Bapak Ir. Kaca Widagdo dan Ibu Siti Juwariyah. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu TK Aisyah Bustanul Akfal Temanggung (1998-2000), SD Negeri Jampiroso 2 Temanggung (2000-2005), SD Negeri Sagan DIY (2005-2006), SMP Negeri 6 DIY (2006-2009), SMA Negeri 6 DIY (2009-2012), dan mulai tahun 2012 mengikuti Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY sampai sekarang. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY, peneliti menjadi Koordinator Divisi Konsumsi acara Pelepasan Wisuda Oktober 2014 dan acara Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) 2014, anggota Divisi P3K dalam Acara Pharmacy Performance tahun 2012, anggota Divisi P3K dalam acara pengobatan gratis 2013, anggota Divisi Hubungan Masyarakat dalam acara pengobatan gratis dalam rangka Dies Natalis Fakultas Farmasi 2014, Anggota Divisi Hubungan Masyarakat dalam acara Pengabdian Masyarakat 2014.


Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101