Hubungan CEO Gender dan Manajemen Laba

24 dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang praktik manajemen laba dilakukan agar kinerja mereka terlihat maksimal bagi pengguna laporan keuangan. Praktik manajemen laba dapat dilakukan melalui penggunaan keputusan tertentu dari manajemen. Menurut Healy dan Wahlen 1999, manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mempengaruhi hasil kontrak menggunakan angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba menggunakan fleksibilitas dalam prinsip akuntansi yang memperbolehkan manajer untuk mempengaruhi pelaporan laba sehingga menyebabkan pendapatan menjadi lebih besar atau lebih kecil Lakhal et al, 2015. Prinsip akuntansi yang berlaku saat ini dapat memiliki keterkaitan dengan praktik manajemen laba. “Selain kebebasan dalam memilih dan mengganti metode akuntansi, prinsip akuntansi juga memberikan kebebasan pemakainya untuk menentukan nilai estimasi yang digunakannya” Sulistyanto, 2008. Hal tersebut membuat CEO yang merupakan pimpinan tertinggi perusahaan memiliki kebebasan menentukan suatu kebijakan dalam penggunaan metode akuntansi atau nilai estimasi yang digunakan perusahaan. Pengambilan keputusan dalam penggunaan kebijakan untuk perusahaan yang dilakukan oleh CEO dapat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Gavious, et al 2012 menyatakan bahwa CEO perempuan lebih risk averse dibandingkan CEO laki-laki. Perbedaan mengenai gender dapat menyebabkan pengambilan keputusan dan 25 kebijakan yang dilakukan oleh CEO untuk perusahaan dapat berbeda. Hal tersebut dikarenakan perempuan dan laki-laki bertindak secara berbeda dalam menghadapi kondisi yang sama, misalnya dalam hal gaya kepemimpinan, gaya berkomunikasi, konservatisme, menghindari risiko, dan pengambilan keputusan Peni dan Vahaama, 2010. Perbedaan gender pada CEO tersebut dapat berkaitan dengan praktik manajemen laba yang dilakukan.

F. Penelitian Terdahulu

Peni dan Vahamaa 2010 melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara manajemen laba dan gender dari eksekutif perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan SP 500 perusahaan dengan tahun fiskal 2003 - 2007. Penelitian tersebut menggunakan Dechow dan Dichev model DD model dan modified Dechow dan Dichev modified DD model. Hasil penelitian menyatakan bahwa CEO gender tidak memiliki hubungan dengan manajemen laba. Santosa 2013 melakukan penelitian mengenai hubungan karakteristik CEO dan manajemen laba. Variabel independent yang digunakan yaitu tenur jabatan, usia, gender, dan status sebagai keluarga pendiri perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan sampel cross-sectional sebanyak 265 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa CEO dengan tenur yang lebih pendek, usia yang lebih tua, dan bertindak sebagai keluarga pendiri perusahaan melaporkan absolute discretionary accruals lebih rendah dibanding CEO dengan tenur yang lebih panjang, usia yang lebih muda, dan 26 bertindak bukan sebagai keluarga pendiri perusahaan. Variabel gender dalam penelitian tersebut tidak mampu menjelaskan hubungan secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. CEO perempuan terhitung hanya 6 dari total seluruh sampel dapat menjadi alasan dibalik kekurangan variabel dari signifikansi. Penelitian yang dilakukan oleh Gavious, et al 2012 menguji pengaruh manajemen laba oleh kehadiran direktur perempuan pada struktur dewan direktur dan pada komite audit. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan analisis univariate dan multivariate untuk memeriksa hubungan antara direktur perempuan dan manajemen laba pada perusahaan yang berteknologi tinggi. Hasil penelitian tersebut menemukan bukti bahwa manajemen laba lebih rendah ketika CEO atau CFO adalah perempuan. Lakhal, et al 2015 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh keberagaman gender pada boardroom dan posisi manajemen puncak dalam manajemen laba pada French-listed firms. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 170 perusahaan selama 4 tahun. Model dalam menghitung manajemen laba pada penelitian tersebut menggunakan Modified Jones Model. Kehadiran CEO perempuan dalam penelitian tersebut sebesar 0,078. Penelitian tersebut menemukan bahwa perempuan yang menempati posisi sebagai CEO dan CFO tidak memiliki pengaruh pada manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Belot dan Serve 2015 meneliti pengaruh dari keputusan CEO gender untuk terlibat dalam manajemen laba. Penelitian tersebut menggunakan discretionary accruals sebagai proksi untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 kualitas laba. Penelitian yang dilakukan oleh Belot dan Serve 2015 menemukan bahwa memiliki CEO perempuan mengurangi sejumlah 0,008 dalam discretionary accruals atau mengurangi lebih dari 8,5 12,9 dari nilai rata-rata median. Penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang dijalankan oleh CEO perempuan secara signifikan terlibat dalam manajemen laba lebih sedikit daripada perusahaan yang dijalankan oleh CEO laki-laki.

G. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan CEO gender dengan manajemen laba. Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut. Gambar I. Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan CEO gender dengan manajemen laba. Perbedaan gender menyebabkan perbedaan perilaku CEO dalam memimpin perusahaan. Perbedaan perilaku CEO dalam memimpin perusahaan dapat terjadi karena laki-laki dan perempuan memiliki perilaku dan cara berpikir yang berbeda. Perbedaan yang terjadi antara CEO laki-laki dan perempuan dapat berdampak pada kebijakan dan pertimbangan yang CEO Gender Manajemen Laba PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI