Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

40 hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank” Jelaslah disini bahwa Bank Indonesia sebagai Bank sentral diantara bank-bank lainnya mempunyai kewenangan untuk memberikan informasi kepada pihak penyidik apabila berkaitan mengenai adanya tindak pidana yang menyangkut bidang Perbankan. Walaupun kerahasiaan bank adalah suatu hal yang penting sekali dalam hal menjaga kerahasiaan dari orang-orang yang mepercayakan uangnya kepada bank.

2. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Menurut ketentuan apsal 1 angka 16 UU No. 7 tahun 1992,yang dimadsud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lainnya darinasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Berkaitan dengan itu,ketentuan pasal 40 ayat1 menentukan bahwa bank dilarang memberikan keterangan yang dicatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya,yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan,kecuali dalam hal sebagaimana dimadsud dalam pasal 41,pasal 42, pasal 43, dan pasal 44. Berdasarkan ketentuan diatas,dapat dikemukakan bahwa makna yang terkandung didalam pengertian rahasia bank adalah larangan-larangan bagi perbankan untuk memberi keterangan atau informasi kepada siapa pun juga mengenai keadaan keuangan dan hal-hal lainnya, untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan dari bank itu sendiri. Selanjutnya ketentuan pasal 1 Universitas Sumatera Utara 41 angka 16 tersebut diubah menjadi pasal 1 angka 28 UU No. 10 tahun 1998,yang mengemukakan bahwa yang dimadsud dengan yrahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Sedangkan pasal 40 ayat 1 UU No.10 tahun 1998,yang mengemukakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,kecuali dalam hal sebagaimana dimadsud dalam pasal 41,41A,pasal 42,pasal 43,pasal 44 dan pasal 44 A. Berdasarkan ketentuan diatas,menunjukkan bahwa pengertian dan ruang lingkup mengenai rahasia bank yang diatur dalam UU No.10 tahun 1992 dan UU No.10 tahun 1998 adalah berbeda. Dalam UU No. 7 tahun 1992 ketentuan rahsia bank lebih luas,karena berlaku bagi setiap nasabah dengan tidak membedakan antara nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. Sedangkan ketentuan rahasia bank yang ditentukan dalam UU No. 10 tahun 1998 lebih sempit karena hanya berlaku bagi nasabah penyimpan dan simpanannya saja. 3.Undang-Undang 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Hubungan antara bank dengan nasabahnya tidaklah sebatas hubungan kontraktual biasa,tapi dalam hubungan tersebut terdapata pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku 14 14 Adrian Sutedi,Hukum dan Perbankan suatu tinjauan Pencucian Uang,merger,likuidasi dan kepailitan,Jakarta:Sinar Grafika,2008,halaman 5 Universitas Sumatera Utara 42 Menurut pasal 1 angka 14 Undang-Undang Perbankan Syariah, yang dimadsud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan megenai nasabah penyimpan dan simpanannya serta nasabah investor dan investasinya. Dari pengertian yang diberikan pasal 1 ayat 14 dan pasal lainnya,dapat ditarik unsur-unsur dari rahasia bank itu sendiri antara lain: 1. Rahasia Bank tersebut dengan keterangan mengenai nasabah penyimpasn dan simpanannya 2. Hal tersebut wajib dirahasiakan oleh bank,kecuali termasuk ke dalam kategori berdasarkan prosedur peraturan, peraturan perundang-undangan dan yang berlaku 3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah bank itu sendiri danatau pihak terafiliasi 15 .yang dimadsaud pihak terafiliasi antara lain: a. Komisaris,Direksi,atau Kuasanya,Pejabat,dan Karyawan Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS b. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank syariah atau UUS,antara lain Dewan Pengawas Syariah,Akuntan Publik,Penilai,Konsultan Hukum; dan atau c. Pihak yang menurut penilaian bank Indonesia serta mempengaruhi pengelolaan bank syariah atau UUS,baik langsung maupun tidak 15 Pasal 1 angka 15 UU Perbankan Syariah no.21 tahun 2008 Universitas Sumatera Utara 43 langsung ,antara lain pengendali bank,pemegang saham dan keluarganya,keluarga komisaris dan keluarga direksi. Beberapa pengaturan mengenai rahasia bank dalam UU Perbankan Syariah yang agak berlainan dengan UU Perbankan konvensional, antara lain: 1 Tidak diaturnya pengecualian rahasia bank untuk kepentingan piutang yang sudah diserahkan kepada BUPLNPUPN, seperti halnya yang diatur dalam UU Perbankan konvensional. Dengandemikian pengecualian rahasia bank yang dapat dimintakan izinnya ke BI terbatas hanyauntuk kepentingan perpajakan, dan kepentingan peradilanndalam perkara pidana. Disamping itu terdapat pengecualian lainnya yang tidak memerlukan izin dari BI, yaitu dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, dan atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah, serta bagi ahli waris yang sah dalam hal nasabah telah meninggal dunia. 2 Pengaturan mengenai penyidik diperluas, tidak hanya terbatas pada jaksa atau polisi, tetapi berlaku juga bagi penyidik lain yang diberi wewenang berdasarkan UU Pasal 43.Dengan demikian para penyidik di luar polisi atau jaksa dapat meminta keterangan mengenai rahasia bank, namun permintaan tersebut tetap diajukan oleh pimpinan instansidepartemen atau setingkat menteri. Hal tersebut menunjukkan sikap masih dipertahankannya sifat kerahasiaan bank, walaupun diperluas kepada Universitas Sumatera Utara 44 penyidik diluar polisi atau jaksa, tetapi hanya tingkat pimpinan instansidepartemen yang dapat mengajukan permintaan izin dimaksud. 4.Peraturan Bank Indonesia nomor 219PBI2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Ijin Tertulis Membuka Rahasia Bank Ketentuan mengenai rahasia bank diatur dalam UU Perbankan dan kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 219PBI2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Ijin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Berdasarkan ketentuan tersebut ,pada prinsipnya setiap bank dan afiliasinya wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Sedangkan keterangan mengenai nasabah selain sebagai nasabah penyimpan, tidak wajib dirahasiakan. Terhadap rahasia bank dapat disimpangi dengan izin terlebih dahulu dari pimpinan Bank Indonesia untuk kepentingan perpajakan,penyelesaian piutang oleh BUPNPUPLN dan kepentingan peradilan perkara pidana dimana status nasabah penyimpan yamg akan dibuka rahasia bank harus tersangka atau terdakwa. Terhadap rahasia bank dapat juga disimpangi tanpa ijin terlebih dahulu dari Pimpinan Bank Indonesia yakni untuk kepentingan perkara perdata antara bank dengan nasabahnya,tukar menukar informasi antar bank,atas permintaanpersetujuan dari nasabah dan untuk kepentingan ahli waris yang sah. Dalam hal diperlukan pemblokiran dan atau penyitaan simpanan atas nama seorang nasabah penyimpan yang telah dinyatakan sebagai tersangka atau terdakwa oleh pihak aparat penegak hukum,berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,berdasarkan ketentuan pasal 12 ayat 1 PBI Rahasia Universitas Sumatera Utara 45 bank,dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa memerlukan ijin terlebih dahulu dari Pimpinan Bank Indonesia. Namun demikian untuk memperoleh keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanan nasabah yang diblokir dan atau disita pada bank, menurut Pasal 12 ayat 2 PBI Rahasia bank ,tetap berlaku ketentuan mengenai pembukaan Rahasia Bank dimana memerlukan ijin terlebih dahulu dari Pimpinan Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara 46

BAB III BADAN-BADAN PENYIDIK YANG BERWENANG DALAM