Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

26

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemberdayaan 2.2.1.1 Konsep Pemberdayaan Pada dasarnya pemberdayaan merupakan suatu posisi yang menempatkan kreativitas dan prakarsa masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa elemen penting dari pemberdayaan adalah partisipasi. Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses lembaga dan mekanisme dimana mereka menegakkan kontrol secara efektif. Menurut Surjono dan Nugroho 2008 : 26 pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat khususnya yang kurang memiliki akses kepada sumber daya pembangunan didorong untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Menurut Adi 2003 : 53 pemberdayaan adalah suatu upaya pemberdayaan masyarakat bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka baik pada tingkat individu, keluarga, kelompok atau komunitas adalah upaya memberdayakan mengembangkan dari tidak atau kurang berdaya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. 27 Menurut Dwidjowijoto 2007 : 76 Pemberdayaan masyarakat merupakan bukan semata-mata konsep ekonomi tetapi menyangkut masalah penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan kedalam sumber-sumber informasi, serta ketrampilan manajemen. Dimana pelaku utama adalah masyarakat, sedangkan yang motori yakni pemerintah yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang menunjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses dimana seseorang yang kurang memiliki penguasaan teknologi, akses atau ketrampilan, kepemilikan modal, untuk berupaya diberdayakan dalam meningkatkan kemandirian. 2.2.1.2 Tahap Pemberdayaan Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 2007 : 2-6 tahapan dalam pemberdayaan yaitu : 1. Penyadaran Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai “sesuatu”. 2. Pengkapasitasan Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau dalam bahasa yang lebih sederhana yaitu memampukan atau enabling. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks 28 individu maupun kelompok yaitu dengan training pelatihan, workshop loka latih, seminar dan sejenisnya. 3. Pemberian Daya Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang. 2.2.1.3 Tujuan Pemberdayaan Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Abipraja 2002 : 68 pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai keberhasilan dalam : 1. Mengurangi jumlah penduduk miskin. 2. Mengembangkan usaha meningkatkan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya tersedia. 3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungan. 4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat. 29 Dalam analisis Kritisnya, Jamasy 2004 : 42 menyatakan bahwa pemberdayaan yang merupakan prasat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan memiliki tujuan : 1. Menekan perasaan ketidakberdayaan impotensi masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur sosial politis. Langkah konkretnya adalah meningkatkan kesadaran kritis pada posisinya. 2. Memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu dilakukan bila terjadi reformasi sosial, budaya dan politik artinya biarkan kesadaran kritis orang miskin muncul dan biarkan pula melakukan reorganissasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya. 3. Tertanam rasa persamaan egalitarian dan berkaitan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan kontruksi sosial. 4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat-masyarakat miskin secara penuh ini hanya bisa tercapai kalau komunikasi politik antara pemegang kekuasaan dengan kelompok-kelompok dan person-person startegis dan masyarakat miskin tidak mengalami distorsi. 30 5. Pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin seperti perencanaann hidup, perubahan kebiasaan hidup, peningkatan produktivitas kerja dan kualitas kerja. 6. Distribusi infrastruktur yang lebih merata. 2.2.1.4 Indikator Pemberdayaan Menurut Suhendra 2006 : 86 adapun yang menyertai konsep pemberdayaan masyarakat melekat indikator-indikator, antara lain : 1. Mempunyai kemampuan menyiapkan dan menggunakan pranata dan sumber-sumber yang ada di masyarakat. 2. Dapat berjalaannya batton up planning 3. Kemampuan dan aktivitas ekonomi 4. Kemampuan menyiapkan hari depan keluarga 5. Kemampuan menyampaikan pendapat dan aspirasi tanpa adanya tekanan. 2.2.1.5 Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat yang berdaya akan mampu dan kuat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, mampu mengawasi jalannya pembangunan dan juga menikmati hasil pembangunan. Adapun unsur- unsur pemberdayaan masyarakat menurut Suhendra 2006 : 87 antara lain adalah : 1. Kemauan politik yang mendukung. 31 2. Suasana kondusif untuk mengembangkan potensi secara menyeluruh. 3. Motivasi. 4. Potensi masyarakat. 5. Peluang yang tersedia. 6. Kerelaan mengalihkan wewenang. 7. Perlindungan. 8. Awarness Kesadaran. 2.2.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Strategi manusia tidak bisa disulap dengan ukuran kecepatan waktu dan tempat, melainkan harus dengan proses yang berkesinambungan dalam bentuk peningkatan kualitas partisipasi aktif dari semua unsur stakeholders. Pemberdayaan manusia membawa misi dan amanat untuk meningkatkan kualitas partisipasi dan pemberdayaan dengan tujuan fungsional yang lebih terpadu, lebih menyeluruh dan mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap upaya untuk menanamkan kekuatan tambahan kepada pihak yang diberdayakan, sehingga ketika pemberdayaan diarahkan kepada keinginan kuat untuk mengentaskan kemiskinan. Maka sama artinya dengan upaya terpadu untuk menanamkan kekuatan tambahan kemampuan lebih kepada masyarakat miskin, baik pemberdayaan pada aspek sosial, ekonomi, material dan fisik, intelektual 32 sumber daya manusia, dan sampai pada aspek manajerial atau pengelolaannya. Untuk meraih keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat tersebut, diupayakan upaya pemberdayaan masyarakat menurut Basyid 1998 : 58 : 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat empowering 3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi protecting. Hal-hal yang berkaitan dengan upaya tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Enabling Enabling adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat yang sama sekali tanpa daya. memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. 33 2. Empowering Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat empowering. Dalam langkah ini diperlukan langkah-langkah positif, selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan input, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber- sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar. 2. Protecting Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi protecting dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangan berdayaan dengan menghadapi yang kuat. Oleh karean itu, perlindungan dan kepemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini akan justru mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak dijadikan 34 obyek berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek upaya pembangunannya sendiri. Sedangkan menurut Sumodiningrat dalam Mashoed 2004 : 40 mengatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan adalah : 1. Bantuan dana sebagai modal usaha. 2. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat. 3. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi dan jasa masyarakat. 4. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat. 5. Penguatan kelembangaan sosial ekonomi rakyat. Dalam Integrated Rural Development oleh Gimares, seperti yang dikutip oleh Mashoed 2004 : 45 menyebutkan beberapa strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan secara simultan,yaitu : 1. Strategi De-Linking Asumsi dasar strategi ini adalah bahwa salah satu sumber kemiskinan karena adanya hubungan dependensi antara kaum miskin dengan birokrasi. Mereka sangat tergantung kepada birokrasi. Oleh karenanya sasaran penanggulangan kemiskinan adalah meningkatkan kemampuan mereka untuk mengartikulasikan kepentingan kepada sistem sehingga dapat 35 diharapkan adanya sustainability atau keberlanjutan program pengentasan kemiskinan. 2. Strategi Desentralisasi, dengan menempatkan fokus pengambilan keputusan pada unit yang paling dekat dengan kelompok sasaran, akan terwujud keputusan yang paling merefleksikan aspirasi dan kepentingan obyektif masyarakat miskin. Apabila proses pelayanan masyarakat termasuk pelayanan pemerintah berada jauh dari lokasi kelompok sasaran masyarakat miskin, maka diperlukan upaya untuk mendekatkan pelayanan dan berada pada lingkungan masyarakat miskin tersebut. 3. Strategi Integrasi Spatial, dengan strategi ini pengentasan kemiskinan dilakukan melalui perencanaan yang terintegrasi, yaitu antara rural dan urban, antara desa tertinggal dengan kota terdekat antara desa terisolasi dengan kota kecamatan dan seterusnya. 2.2.1.7 Bentuk Upaya Pemberdayaan Telah dikemukakan oleh Sunyoto Usman dalam Jamasy 2004 : 99 bentuk upaya pemberdayaan masyarakat, meliputi : 1. Asisten Dalam prakteknya apabila pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi, 36 mampu membangun rencana tersebut, dan mampu mencari akses pada lembaga-lembaga luar. Maka bentuk dukungan yang diperlukan berupa asistensi bisa berbentuk lembaga luar, konsultasi atau sarana tehnis, dana dan sebagainya. 2. Facilitation ada kolaborasi kegiatan Apabila pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam mengidentifikaasi berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi, mampu membangun rancangan untuk memenuhi kebutuhan masalah tersebut, dan mampu mencari akses pada lembaga-lembaga luar tetapi kurang memiliki pengalaman dalam masaalah tersebut. 3. Promotion bantuan pada bidang-bidang tertentu Apabila pemerintah daerah, sekitar swasta, masyarakat memiliki kemampuann yang cukup memadai dalam mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi, mampu membangun rancangan untuk memenuhi kebutuhan masalah tersebut dan tidak mampu mencari akses pada lembaga-lembaga luar. 2.2.2 Pelatihan 2.2.2.1 Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud pelaksanaannya, namun ruang lingkupnya yang membedakan karekteristik 37 kedua kegiatan tersebut. Menurut Sastrohadiwiryo 2003 : 199 pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian dan sikap pada tenaga kerja sehingga mereka dapat menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Pendidikan berhubungan menjawab how bagaimana dan why mengapa, dan biasanya pendidikan lebih banyak berhubungan dengan teori tentang pekerjaan. Sedangkan pelatihan menurut Sastrohardiwiryo 2003 : 199 merupakan suatu proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Menurut Fathoni 2006 : 147 pelatihan merupakan upaya untuk mentranfer ketrampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan. Menurut Samsudin 2006 : 110 pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan bidang yang dilakukan. Praktis dan segeera berarti yang sudah dilatih dapat dipraktikkan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat pendek. 38 Menurut Hamalik 2001 : 10 pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja professional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya untuk membantru peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan, sehingga para peserta dapat menerima dan melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan. 2.2.2.2 Tujuan Pelatihan Menurut Hamalik 2001 : 16 tujuan pelatihan erat kaitannya dengan jenis pelatihan antara lain : 1. Pelatihan Induksi Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya, kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang seluk beluk organisasi bersangkutan. 2. Pelatihan Kerja Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya. 39 3. Pelatihan Pengawas Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan, dan pelatihan tenaga lainnya. 4. Pelatihan Manajemen Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen puncak top management. 5. Pengembangan Pemimpin Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga. Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik 2001 : 16 bertujuan untuk : 1. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki ketrampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan. 2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus-menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, beretos kerja yang tinggi dan produktif. 3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat,dan pengalamannya masing-masing. 40 4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan. 2.2.2.3 Komponen-Komponen Pelatihan Menurut Mangunegara 2005 : 44 komponen-komponen pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi : 1 Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur. 2. Para pelatih trainer harus memiliki kualifikasi yang memadai. 3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai. 4. Metode pelatihan dan pengemmbangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta. 5. Peserta pelatihan dan pengembangan trainer harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Menurut Hamalik 2001 : 16-17 secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenga kerja, baik structural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional, yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik. 41

2.3 Kerangka Berfikir